News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

sharing soal melihat hal2 apa adanya

Started by Hendra Susanto, 12 December 2009, 10:07:37 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Peacemind

Quote from: johan3000 on 12 December 2009, 01:51:45 PM
karena terlalu sering melihat,
maka akan menjadi apa adanya...

Namun bagi kebanyakan, karena sering melihat, dikotomi antara subyek dan obyek, baik dan buruk, indah dan jelek, akan semakin nampak. :D

Jerry

Quote from: Peacemind on 13 December 2009, 09:38:37 AM
Quote from: johan3000 on 12 December 2009, 01:51:45 PM
karena terlalu sering melihat,
maka akan menjadi apa adanya...

Namun bagi kebanyakan, karena sering melihat, dikotomi antara subyek dan obyek, baik dan buruk, indah dan jelek, akan semakin nampak. :D
Atau terlalu sering melihat sehingga tidak dapat membuat dikotomi lagi? ;D
appamadena sampadetha

Peacemind

Quote from: Jerry on 13 December 2009, 10:49:49 AM
Quote from: Peacemind on 13 December 2009, 09:38:37 AM
Quote from: johan3000 on 12 December 2009, 01:51:45 PM
karena terlalu sering melihat,
maka akan menjadi apa adanya...

Namun bagi kebanyakan, karena sering melihat, dikotomi antara subyek dan obyek, baik dan buruk, indah dan jelek, akan semakin nampak. :D
Atau terlalu sering melihat sehingga tidak dapat membuat dikotomi lagi? ;D

Saya rasa ada macam orang di sini Jerry. Pertama seseorang tidak membuat dikotomi lagi karena memang sudah masa bodoh dengan moral atau norma2 kehidupan. Sebagai contoh, seseorang yang terbiasa mencuri, tidak akan melihat lagi bahwa pencurian adalah kejahatan.  Kedua, seseorang yang tidak melihat dikotomi lagi karena kebijaksaaan. Ia melihat segala sesuatu yang berkondisi sebgai anicca, dukkha dan anatta. Kedua macam orang ini tidak memiliki dikotomi juga karena terbiasa melihat. Yang satu terbiasa melihat melalui kebodohan, dan yang satunya terbiasa melihat karena kebijaksanaan. :D

Jerry

dan tipe ke-2 yg tidak mendikotomi karena melihat sgl sst sbg anicca, dukkha, anatta pun sebenarnya membuat dikotomi antara anicca dng nicca, dukkha dng sukha dan anatta dng atta. :D
kayanya yg benar2 tdk membuat dikotomi yg contoh pertama. :))
:-t atau jangan2 pun masih membuat dikotomi?
appamadena sampadetha

dhammadinna

Quote from: Hendra Susanto on 12 December 2009, 05:41:33 PM
"Dan apakah, para bhikkhu, asal-mula bentuk? Apakah asal-mula perasaan? Apakah asal-mula persepsi? Apakah asal-mula bentukan-bentukan kehendak? Apakah asal-mula kesadaran?

"Di sini, para bhikkhu, seseorang mencari kenikmatan, ia menyambut, ia menggenggam. Dan dalam apakah ia mencari kenikmatan, apakah yang ia sambut, apakah yang ia genggam? Ia mencari kenikmatan di dalam bentuk, menyambutnya, dan menggenggamnya. Sebagai akibatnya, kenikmatan muncul. Kenikmatan di dalam bentuk adalah kemelekatan. Dengan kemelekatannya sebagai kondisi, maka penjelmaan [muncul]; dengan penjelmaan sebagai kondisi, maka kelahiran; dengan kelahiran sebagai kondisi, maka penuaan-dan-kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan muncul. Demikianlah asal-mula keseluruhan kumpulan penderitaan ini.

...


Adakah literatur khusus yang membahas tentang perbedaan atau pengertian dari: bentuk, perasaan, persepsi, kesadaran, dsb ?

kusalaputto

melihat apa adanya menurut guru dhamma ku masih di cengkram oleh tilakhana :))
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.