Kupas Tuntas Sotapanna menurut Sutta

Started by Sumedho, 10 December 2009, 07:20:32 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Nevada

"Para Bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari. Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan." [Silasampada Sutta - Suryapeyyala]


Peacemind

Dalam sutta2 dikatakan bahwa seorang sotapanna memiliki moralitas yang tidak hancur (akhaṇḍehi sīlehi / unbroken morality). Saya jadi berpikir apakah seorang sotapanna tidak mungkin akan membunuh lagi. Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

Thanks bagi yang menjawab kasus ini..

Yumi

Quote from: Peacemind on 10 December 2009, 12:32:30 PM
Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

ia harus rela dibunuh demi menjaga kesempurnaan silanya, demi Pencerahan itu sndiri.
"... Pengorbanan hidupku sendiri (lebih) tidak penting ketimbang seonggok rumput. Bagiku pelanggaran sila lebih
penting ketimbang bumi terjungkir-balik."
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

bond

^
^

Kamu harus membunuh nyamuk, atau serahkan hartamu ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

markosprawira

Quote from: Sumedho on 10 December 2009, 11:37:32 AM
2010

ngejar target sebelum kiamat 2012  :))

Quote from: Peacemind on 10 December 2009, 12:32:30 PM
Dalam sutta2 dikatakan bahwa seorang sotapanna memiliki moralitas yang tidak hancur (akhaṇḍehi sīlehi / unbroken morality). Saya jadi berpikir apakah seorang sotapanna tidak mungkin akan membunuh lagi. Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

Thanks bagi yang menjawab kasus ini..

seingat saya, mereka yg sudah mempunyai sila yg sempurna akan jauh dari hal2 yg mengkondisikan dia utk berbuat akusala yg "besar" seperti membunuh

Nevada

Seumpanya "diharuskan" membunuh, seorang yang sudah mencapai Sotapanna akan penuh kesadaran dalam mengenal gejolak batinnya. Dia mungkin saja rela dirinya yang "rugi" asalkan tetap tidak membunuh. Ataupun bila dia memang terpaksa membunuh, dia melakukannya tanpa dosa mula citta (terpaksa).

tesla

Quote from: DNA on 10 December 2009, 08:50:54 AM
Di sini, Oh para bhikkhu, seorang bhikkhu adalah orang yang sepenuhnya mahir di dalam moralitas, tetapi hanya agak mahir di dalam konsentrasi dan kebijaksanaan. Dia melanggar beberapa peraturan latihan minor, dan kemudian memperbaiki diri. Mengapa demikian? Karena, para bhikkhu, memang tidak dikatakan bahwa hal itu tidak memungkinkan baginya. Tetapi mengenai peraturan-peraturan latihan yang amat mendasar, yang sesuai dengan kehidupan suci, di situ moralitasnya stabil dan mantap, dan dia melatih diri dalam peraturan-peraturan latihan yang telah dia ambil. Dengan patahnya tiga belenggu tersebut, dia menjadi Sotapanna, yang tidak lagi mengalami kelahiran kembali di alam yang rendah, yang mantap keberuntungannya, dengan pencerahan sebagai tujuannya."
dari yg saya baca, informasinya adalah:

moralitas stabil & mantap ---> 3 belenggu patah (aka Sotapanna)...

bukan kebalikannya Sotapanna ---> moralitas stabil & mantap.
:-?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Tekkss Katsuo

kapan ya bisa capai sotapana,, ini aja melanggar sila sedikit aja rasanya batin nga enak bgtttt.

hehe

Peacemind

Quote from: Yumi on 10 December 2009, 01:31:17 PM
Quote from: Peacemind on 10 December 2009, 12:32:30 PM
Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

ia harus rela dibunuh demi menjaga kesempurnaan silanya, demi Pencerahan itu sndiri.
"... Pengorbanan hidupku sendiri (lebih) tidak penting ketimbang seonggok rumput. Bagiku pelanggaran sila lebih
penting ketimbang bumi terjungkir-balik."


Apa itu namanya bukan silabbataparamasa?

Quote from: markosprawira on 10 December 2009, 01:44:31 PM
Quote from: Sumedho on 10 December 2009, 11:37:32 AM
2010



Quote from: Peacemind on 10 December 2009, 12:32:30 PM
Dalam sutta2 dikatakan bahwa seorang sotapanna memiliki moralitas yang tidak hancur (akhaṇḍehi sīlehi / unbroken morality). Saya jadi berpikir apakah seorang sotapanna tidak mungkin akan membunuh lagi. Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

Thanks bagi yang menjawab kasus ini..

seingat saya, mereka yg sudah mempunyai sila yg sempurna akan jauh dari hal2 yg mengkondisikan dia utk berbuat akusala yg "besar" seperti membunuh


Yap...dikatakan seorang sotapanna tidak akan mampu melakukan enam kamma berat (cha chabbiṭṭhānāni abhabbo katuṃ) termasuk membunuh ortu.. Kalau nyamuk bisa nggak ya? Selain itu, dikatakan pula seorang sotapanna juga bisa melakukan pelanggaran moralitas melalu jasmani, ucapan maupun pikiran namun ia tidak akan mampu menyembunyikannya (Kiñcapi so kammaṃ karoti pāpākaṃ, kāyena vācā uda cetasavā, abbhabbo so tassa paṭicchadaya).

Quote from: upasaka on 10 December 2009, 02:11:03 PM
Seumpanya "diharuskan" membunuh, seorang yang sudah mencapai Sotapanna akan penuh kesadaran dalam mengenal gejolak batinnya. Dia mungkin saja rela dirinya yang "rugi" asalkan tetap tidak membunuh. Ataupun bila dia memang terpaksa membunuh, dia melakukannya tanpa dosa mula citta (terpaksa).

Berarti seorang Sotapanna masih memungkinkan ia untuk membunuh dong..? Saya pernah membaca di kitab komentar Ratanasutta bahwa seorang ariya, selain tidak akan mampu melakukan enam akusala kamma yang berat termasuk membunuh ortu dan arahat, ia bahkan tidak akan mampu membunuh anak lalat yang kecil sekalipun (diṭṭhisampanno ariyasāvako kunthakipillikampi jīvitā na voropeti).

Be happy.

markosprawira

Quote from: Tekkss Katsuo on 10 December 2009, 03:25:10 PM
kapan ya bisa capai sotapana,, ini aja melanggar sila sedikit aja rasanya batin nga enak bgtttt.

hehe

selamat!!!.... anda sudah merintis karir ke arah sotapanna... kalo aye masih soto panas  :))

Quote from: Peacemind on 11 December 2009, 12:19:47 PM

Quote from: markosprawira on 10 December 2009, 01:44:31 PM
Quote from: Sumedho on 10 December 2009, 11:37:32 AM
2010



Quote from: Peacemind on 10 December 2009, 12:32:30 PM
Dalam sutta2 dikatakan bahwa seorang sotapanna memiliki moralitas yang tidak hancur (akhaṇḍehi sīlehi / unbroken morality). Saya jadi berpikir apakah seorang sotapanna tidak mungkin akan membunuh lagi. Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

Thanks bagi yang menjawab kasus ini..

seingat saya, mereka yg sudah mempunyai sila yg sempurna akan jauh dari hal2 yg mengkondisikan dia utk berbuat akusala yg "besar" seperti membunuh


Yap...dikatakan seorang sotapanna tidak akan mampu melakukan enam kamma berat (cha chabbiṭṭhānāni abhabbo katuṃ) termasuk membunuh ortu.. Kalau nyamuk bisa nggak ya? Selain itu, dikatakan pula seorang sotapanna juga bisa melakukan pelanggaran moralitas melalu jasmani, ucapan maupun pikiran namun ia tidak akan mampu menyembunyikannya (Kiñcapi so kammaṃ karoti pāpākaṃ, kāyena vācā uda cetasavā, abbhabbo so tassa paṭicchadaya).

Quote from: upasaka on 10 December 2009, 02:11:03 PM
Seumpanya "diharuskan" membunuh, seorang yang sudah mencapai Sotapanna akan penuh kesadaran dalam mengenal gejolak batinnya. Dia mungkin saja rela dirinya yang "rugi" asalkan tetap tidak membunuh. Ataupun bila dia memang terpaksa membunuh, dia melakukannya tanpa dosa mula citta (terpaksa).

Berarti seorang Sotapanna masih memungkinkan ia untuk membunuh dong..? Saya pernah membaca di kitab komentar Ratanasutta bahwa seorang ariya, selain tidak akan mampu melakukan enam akusala kamma yang berat termasuk membunuh ortu dan arahat, ia bahkan tidak akan mampu membunuh anak lalat yang kecil sekalipun (diṭṭhisampanno ariyasāvako kunthakipillikampi jīvitā na voropeti).

Be happy.


itulah yg disebut "saat seseorang mencapai sotapanna, pintu alam apaya sudah tertutup untuk dirinya"  _/\_

Yumi

koq bisa sam? bknnya itu menjaga kesempurnaan silanya.. kan bukan melekat ama praktek sila. klo itu silabataparamasa brati bodhisatta yg melakukan parami dgn mendanakan anggota tubuh ato hidupnya jg silabataparamasa dunk.. mohon dijelasin..  ^:)^
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

ciputras

semalam waktu membaca Tipitaka Tematik, menemukan sabda Buddha mengenai 4 kualitas seorang pemasuk arus, yaitu:
- berlindung kepada Buddha (isi dari Buddhanussati)
- berlindung kepada Dhamma (isi dari Dhammanussati)
- berlindung kepada Sangha (isi dari Sanghanussati)
- memiliki kebajikan yang dipuji oleh para bijaksana
dapat ditemukan di Samyutta Nikaya 55:1 bait 342 dan juga Samyutta Nikaya 55:2 bait 343-344.
Barusan browse di Access to Insight ketemu SN 55:1 bait 342:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn55/sn55.001.than.html
Buddha said to his followers:
"cetanaham bhikkhave kammam vadami" - "The intention, monks, is what I maintain to be the action."
Ajahn Lee : "An evil intention blemishes virtue. A good intention helps keep it pure."

char101

Quote from: Peacemind on 10 December 2009, 12:32:30 PM
Dalam sutta2 dikatakan bahwa seorang sotapanna memiliki moralitas yang tidak hancur (akhaṇḍehi sīlehi / unbroken morality). Saya jadi berpikir apakah seorang sotapanna tidak mungkin akan membunuh lagi. Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

Ini kaya seseorang yang hanya bisa bahasa Indonesia ditanya (1) ia harus bicara bahasa latin atau (2) ia harus rela dibunuh.

Sumedho

Ini sebenarnya sudah pernah ditampilkan di thread sebelah. tapi ditempel jg ah,

Quote from: Raja Sutta: The Emperor" (SN 55.1), translated from the Pali by Thanissaro Bhikkhu. Access to Insight, June 7, 2009....
He/she is endowed with virtues that are appealing to the noble ones: untorn, unbroken, unspotted, unsplattered, liberating, praised by the wise, untarnished, leading to concentration.
...
thanks bro udah mengingatkan kembali

nah ... apakah sila/virtues yg dimaksud diatas? apakah Sila dalam pengelompokan jalan mulia berunsur 8? apakah sila secara umum?

Quote from: SN 45.8: Magga-vibhanga Sutta...
"Dan apakah ucapan benar? Menahan diri untuk berbohong, menahan diri untuk kata-kata yang memecah-belah, menahan diri dari kata-kata kasar, menahan diri dari kata-kata yang tidak perlu: Ini, para bhikkhu, yang disebut ucapan benar.

"Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar? Menahan diri dari pembunuhan, menahan diri dari pencurian, menahan diri dari hal-hal yang berhubungan dan melakukan kegiatan seksual.: Ini, para bhikkhu, yang disebut perbuatan benar.

"Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar? Ada kasus dimana seorang murid dari Yang Mulia, meninggalkan penghidupan tidak jujur, hidup dengan penghidupan benar: Inilah, para bhikkhu, yang disebut penghidupan benar.
...
There is no place like 127.0.0.1

Nevada

Quote from: Peacemind on 11 December 2009, 12:19:47 PM
Quote from: upasaka on 10 December 2009, 02:11:03 PM
Seumpanya "diharuskan" membunuh, seorang yang sudah mencapai Sotapanna akan penuh kesadaran dalam mengenal gejolak batinnya. Dia mungkin saja rela dirinya yang "rugi" asalkan tetap tidak membunuh. Ataupun bila dia memang terpaksa membunuh, dia melakukannya tanpa dosa mula citta (terpaksa).

Berarti seorang Sotapanna masih memungkinkan ia untuk membunuh dong..? Saya pernah membaca di kitab komentar Ratanasutta bahwa seorang ariya, selain tidak akan mampu melakukan enam akusala kamma yang berat termasuk membunuh ortu dan arahat, ia bahkan tidak akan mampu membunuh anak lalat yang kecil sekalipun (diṭṭhisampanno ariyasāvako kunthakipillikampi jīvitā na voropeti).

Be happy.


Entahlah jika kitab komentar menyatakan hal itu.

Saya pikir Sotapanna hanyalah tingkat kesucian di mana berbagai pandangan salah mulai ditanggalkan; dan justru berada dalam arus yang benar. Seperti yang kita ketahui, seorang yang sudah mencapai Sotapanna tidak lagi menggenggam pandangan akan adanya substansi aku, tidak lagi menggenggam pandangan bahwa ritual agama itu yang bisa memberi keselamatan, tidak menggenggam pandangan ragu akan Kebenaran. Karena 3 pandangan keliru ini sudah ditanggalkan, maka moralitasnya pun akan berkembang seiring bertambahnya kebijaksanaan.

Orang yang mencapai tingkat Sotapanna memiliki moralitas bagus, karena atas dasar kebijaksanaan; yang dihasilkan dari tidak menggenggam pandangan keliru. Karena itu, menurut saya seorang Sotapanna bukan tidak bisa membunuh seekor anak lalat sekalipun; namun ia memilih tidak mau membunuh. Seperti yang kita ketahui, seorang Sotapanna masih memiliki lobha dan dosa; masih memiliki keserakahan dan kebencian.

Berangkat dari pemahaman ini, saya berpendapat bahwa seorang Sotapanna sekalipun bisa dikacaukan pikirannya oleh masalah dunia. Jika masalah dunia sudah mengacaukan pikirannya, mungkin saja terbesit dalam pikirannya untuk mencelakai atau membunuh makhluk lain. Namun atas dasar pandangan benar -> kebijaksanaannya, maka ia mampu memilih untuk menjaga moralitas; tidak mencelakai atau membunuh makhluk hidup.

Saya pikir seorang yang sudah mencapai Sotapanna mungkin masih bisa melakukan pembunuhan, tetapi dengan sangat terpaksa. Tapi "pembunuhan" ini perlu kita definisikan agar jelas. Yaitu pembunuhan yang memang dilandasi keinginan untuk meniadakan kehidupan; dengan niat sebagai awal, mengambil tindakan, melakukan aksi, dan kematian makhluk lain sebagai akibatnya.

Saya pikir seorang Sotapanna masih bisa "membunuh" seekor semut; misalnya ketika ia mandi di kamar mandi dan ternyata ada semut di lantainya. Awalnya dia hanya mandi, dan ternyata air siraman itu membuat semut terhanyut. Meskipun dia melihat semut itu mulai hanyut bersama air, namun ia tidak menolong semut itu. Sekali lagi... ini hanya "misalnya".