Apa yang harus saya lakukan? apakah salah yang saya jalani ini?

Started by jajang supriadi, 05 December 2009, 11:06:27 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

exam

bro jajang
gak mau ngejudge, cuma ikut share aja nih

kadang kita gak tahu seperti apa sih pribadi masing2 sepasang suami istri tsb.
dari cerita sang istri kepada anda, terbentuk opini dan asumsi
tapi faktanya anda belum pernah hidup dengan si wanita

ok tarulah setelah itu anda hidup dengannya
seminggu,sebulan,setahun
barulah anda tahu seperti apa kehidupan dengan wanita tsb

maksud aye
bisa aja begitu anda hidup dengannya
bukannya tambah baik,malah tambah buruk
bisa-bisa anda jadi lebih jahat daripada suaminya

anda mungkin merasa anda bisa lebih baik dari suaminya
tapi apakah nantinya seperti itu ?

asal tahu aja
saya juga pernah hampir terjebak dalam situasi seperti ini
kebetulan sang suami adalah teman saya


jajang supriadi

saudara hatred, sebelum saya menjawab pertanyaan anda, apakah jawaban anda kalau saya bertanya ini pada anda: mungkin dalamnya lautan bisa anda ukur kedalamannya, namun bagaimanakah hati seseorang? apa anda tahu isinya? saya tidak ingin mendahului rencana Tuhan/ kuasa Tuhan,untuk itu saya tidak pernah ingin mencoba-coba atau memprediksikan sesuatu yang belum terjadi/akan terjadi di masa yang akan datang.kalau saudara memang bisa memprediksikan kejadian yang akan datang, saya akan lebih menghargai anda. :)

Jerry

Quote from: jajang supriadi on 08 December 2009, 10:25:20 PM
Demi agama yang saya yakini, demi Allah saya tidak pernah melakukan perzinahan seperti yang anda katakan, sampai saat ini saja saya hanya berkomunikasi melalui telpon dan chatting.(lalu bagaimana perzinahan itu bisa terjadi?) selama ini saya hanya bersabar dan berusaha untuk tetap berjalan sesuai prosedur. anggap lah saat ini saya tidak pernah tahu semua problem yang terjadi di rumah tangganya. sedikitpun saya tidak pernah menghasut atau memaksakan kehendak saya padanya.dan keinginanan untuk bercerai dengan suaminya itu sudah jauh2 hari ingin dia lakukan sebelum kenal dengan saya. hanya karena masalah biaya saja yang kemudian hingga saat ini keinginannya itu belum terwujud. :)
Baguslah jika demikian. Saya tidak menuduh, saya hanya sekedar mengingatkan. Karena terlepas dr agama apapun, perjinahan adalah suatu perbuatan yg dihinakan. :)
Semoga masalahnya cepat selesai dan Anda dapat memberikan kebahagiaan padanya.
appamadena sampadetha

FZ

Quote from: jajang supriadi on 08 December 2009, 10:29:55 PM
saudara forte yang bijaksana, pernah juga saya lakukan itu, mencoba memperbaiki dan mencarikan solusi untuk mereka, bahkan saya pun sering bicarakan ini di telpon dengan suaminya sebagai teman dan sahabat.namun kenyataan menjawab lain, semua usaha saya pun gagal.dan saya kira dengan usia saya saat ini, saya mengetahui mana yang baik dan salah, mana yang yang seharusnya saya lakukan dan saya hindari. :)

menurut saya lebih bijaksana jika bukan Anda yang terjun langsung. Karena apa, image Anda sudah terbentuk, bahwa istri tertindas, suami jahat, dll. Hasilnya dikhawatirkan adalah kesalahan dalam bertindak.
Jadi maksud saya, kita sebagai teman, juga harus mengetahui proporsi kita sebagai teman. Privasi seperti persoalan bahtera keluarga orang idealnya kita tidak perlu ikut di dalamnya. Jika tetap ingin ikut campur, saya rasa lebih bijaksana jika Anda menyewa pihak ke-3 yang lebih kompeten yaitu suatu lembaga yang menangani persoalan rumah tangga, bisa psikolog, dll

Saya berkomentar begini karena didasari dari pemikiran sendiri. Seorang dokter saja dianjurkan tidak operasi kerabatnya sendiri. Mengapa ? Padahal dokter itu memiliki potensi untuk itu. Alasannya tidak lain agar dokter itu bisa bertindak professional dan tidak ada perasaan terusik ketika melakukan operasi.
Oleh karena itu juga, setiap ada operasi, semua bagian ditutup dengan "kain terpal" yang diberi lubang untuk operasi.

Saran saya hanya itu, karena pihak ke-3 lebih professional dalam bertindak tanpa ada perasaan yang berat sebelah.

hatRed

Quote from: jajang supriadi on 08 December 2009, 10:35:29 PM
saudara hatred, sebelum saya menjawab pertanyaan anda, apakah jawaban anda kalau saya bertanya ini pada anda: mungkin dalamnya lautan bisa anda ukur kedalamannya, namun bagaimanakah hati seseorang? apa anda tahu isinya? saya tidak ingin mendahului rencana Tuhan/ kuasa Tuhan,untuk itu saya tidak pernah ingin mencoba-coba atau memprediksikan sesuatu yang belum terjadi/akan terjadi di masa yang akan datang.kalau saudara memang bisa memprediksikan kejadian yang akan datang, saya akan lebih menghargai anda. :)

Dear om jajang,

Suami sang wanita juga saat pertama kali jatuh cinta kepadanya, mungkin memiliki perasaan yg sama dengan om jajang saat ini.

sebagai seorang yg sudah dewasa seharusnya om jajang, harus memulai untuk mencoba2 memprediksikan sesuatu (memperhitungkan dan mempertimbangkan) dalam berbagai sudut.
i'm just a mammal with troubled soul



wen78

Quote from: jajang supriadi on 08 December 2009, 10:07:45 PM
anaknya saat ini kira2 berusia 3-4 tahun, saya tidak merasa berselingkuh mas, jauh2 hari dia yang ingin memutuskan untuk meminta cerai pada suaminya. namun suaminya tidak pernah mengijnkan itu.

Quote from: jajang supriadi on 08 December 2009, 10:25:20 PM
Demi agama yang saya yakini, demi Allah saya tidak pernah melakukan perzinahan seperti yang anda katakan, sampai saat ini saja saya hanya berkomunikasi melalui telpon dan chatting.(lalu bagaimana perzinahan itu bisa terjadi?) selama ini saya hanya bersabar dan berusaha untuk tetap berjalan sesuai prosedur. anggap lah saat ini saya tidak pernah tahu semua problem yang terjadi di rumah tangganya. sedikitpun saya tidak pernah menghasut atau memaksakan kehendak saya padanya.dan keinginanan untuk bercerai dengan suaminya itu sudah jauh2 hari ingin dia lakukan sebelum kenal dengan saya. hanya karena masalah biaya saja yang kemudian hingga saat ini keinginannya itu belum terwujud.

mmm.... sedikit membingungkan.. dua buah kalimat yg bertolak belakang  :-?

apapun itu.. mudah2an semuanya pihak bisa berakhir dengan senyum tanpa sebuah tetesan air mata  :)
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

markosprawira

saat lobha mulai bertambah, tentunya dosa (baca: tangis/air mata) juga sedang bertambah saat lobha-nya tidak terpenuhi

K.K.

Quote from: jajang supriadi on 05 December 2009, 11:06:27 PM
salam damai untuk semua
dalam kesempatan ini saya akan berbagi cerita dengan anda, sekaligus juga untuk meminta saran dan langkah apa yang harus saya lakukan.terima kasih sebelumnya :)

kisah ini berawal pada tahun 1999, saat itulah pertama kalinya saya mengenal Chatting di dunia maya, berkenalan dengan berjuta-juta orang dll,saya sangat menikmati hal itu.singkat cerita, saya berkenalan dengan seorang wanita.awalnya biasa saja. dan seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang ketika pertama kali berkenalan, tentunya kami menanyakan nama, alamat, pekerjaandll. hari demi hari berlalu. tak terasa diantara kami timbul satu perasaan sayang dan ingin membina hubungan lebih intim lagi.saya utarakan perasaan saya padanya,dia pun mengetahui maksud dari ucapan saya.saya begitu sayang padanya, dan ternyata dia pun merasakan hal yang sama.tetapi dengan kondisi yang lain, dia mengatakan dengan jujur bahwa ternyata dia sudah berumah tangga dan mempunyai 2 orang anak, namun kehidupan rumah tangganya kurang begitu harmonis.entah apa yang ada di pikiranku saat mendengar semua itu, yang saya tahu saya sangat sayang padanya, dan saya tak begitu menghiraukan pengakuannya itu.dan kami pun tetap menjalani hubungan ini. dalam perjalanan kisah cinta kami, dia banyak bercerita tentang permasalahan rumah tangganya.suaminya yang tak bisa memberi nafkah untuk istri, menelantarkan istri, dan sering kali mengumpat kata2 yang tidak sepantasnya diucapkan untuk seorang istri.seringkali juga dia menerima pukulan dan tindakan kekerasan dari suaminya itu.saya prihatin sekali mendengar semua itu, dan hal itu juga lah yang menyebabkan saya semakin sayang padanya. terlintas di pikiran saya ingin mengajaknya kabur dan membawa lari dia.tapi tidak saya lakukan itu.saya katakan padanya, kalau suatu saat mungkin kita berjodoh dan ingin melanjutkan hubungan yang lebih serius lagi (dalam hal ini saya berencana akan menikahi dia) namun saya ingin semuanya berjalan sesuai dengan prosedur dan aturan2 norma yang berlaku. artinya kalau memang dia sudah tidak tahan lagi dengan suaminya dan ingin mengakhiri hubungan rumah tangganya dengan perceraian.maka lakukanlah itu. bereskanlah semua urusan dia itu, setelah itu baru saya akan menikahi dia.

saya hanya berfikir ingin menyelamatkan dia dari penderitaannya, walaupun saya tahu itu salah.namun saya tak bisa membiarkan itu berlarut-larut terjadi padanya, membuatnya menderita, terkekang, dan tidak bahagia.
meskipun saya rela nantinya menikahi seorang janda, dan saya ikhlas menerima anaknya sebagai anak saya,

apa yang harus saya lakukan? apakah salah yang saya jalani ini? saya ingin membawanya keluar dari penderitaanya, dan saya akan menikahinya setelah dia betul2 cerai dan semua urusannya selesai dengan suaminya, suaminya pun menyetujui untuk bercerai, hanya saja dia tak mau membiayai dan mengurus perceraiannya itu.saya tidak pernah sedikitpun memaksanya untuk bercerai. saya pun pernah memberikan solusi untuk rumah tangganya.namun itu tidak berhasil juga. keinginannya sudah bulat, ingin mengakhiri hubungan dengan suaminya.dan pergi bersama saya.

sampai saat saya tulis kisah ini. kami masih menjalani hubungan. dan kondisi dia semakin terpuruk.saat ini dia hanya berdiam diri di rumah mengurus anaknya, walaupun dengan kondisi yang serba kekurangan.dia tetap menjalani ini dengan penuh kesabaran.dan untuk saat ini saya benar-benar bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, bertahun-tahun kami jalani. tidak mungkin juga saya tinggalkan dia dengan kondisinya saat ini.

terimakasih telah membaca, saya harapkan bantuannya, saran , dan langkah apa yang harus saya lakukan.semoga saran bijak dan dewasa anda semua dapat membantu menyelesaikan masalah kami.terimakasih untuk admin forum dan teman-teman lainnya.
Jika si istri memang ingin bercerai namun tidak diizinkan, maka lebih baik dikenalkan pada konsultan atau pengacara untuk mengurus permasalahan rumah tangga mereka, apakah melanjutkan, atau bercerai. Dalam hal ini lebih baik anda tidak ikut campur karena bagaimanapun juga tidak akan netral (sebab anda mencintai si istri) dan dengan kata lain, pasti akan mendukung dan mengusahakan penceraian. Hal ini berarti "memisahkan pasangan yang telah menikah". Lebih buruk lagi, seandainya anda netral pun tidak akan dianggap begitu oleh orang lain. Jadi sebaiknya dalam hal ini, janganlah "berpartisipasi".

Setelah mereka membereskan hubungan mereka, jika mereka tidak cerai dan istrinya terima, maka anda yang harus berbesar hati menerima keadaan tersebut dan merelakan harapan untuk melanjutkan hubungan. Jika ternyata memang telah putus cerai, maka silahkan memulai hubungan kembali.

Semoga berbahagia.



johan3000

barter.......... sebelum manusia menciptakan uang,...
bisanya mereka melakukan transaksi dgn cara barter...
sekilo daging ditukar dgn 6 kilo jeruk
(karna jeruk lebih mudah didapat), dst, dst.....

Bila suami dan isteri tsb tidak betah.... nah belum tentu
salah suami maupun isteri...yg salah boleh jadi mereka
bukan pasangan yg "cocok"....

kata orang pasangan "cocok" mungkin spt isteri bisu, suami buta...

sebelum ngalor kidul lagi... bolehkan gw share dikit....

bro jajang supriadi kan kenal suaminya....
nah coba teliti adakah prospek yg "ngangur" yg sangat cocok
utk suaminya.... kalau memang ada (mungkin juga janda muda, dst)...
atau dari keluarga jajang supriadi..... kenalkan pd suami tsb...
dan apabila suami tsb merasa...........INI LHO yg gw cari2.........

maka itulah saatnya BARTER bisa terjadi  :x :x

pasti deh dia mau ,... dan semua belah pihak SENANG....

you dapat apa yg you senang, dia dapat apa yg dia senang......


Berikanlah orang lain senang dulu.... nanti jajang supriadi bisa juga senang!...

kira2 begitu sharing gw....(mohon maaf kalau gak masuk akal...
dan tidak bisa terlalu presisi didalam pengetahuan Buddhist...)...
tapi paling tidak ada niat SEMUAH MAHLUK BERBAHAGIA...

ngomong sampai gitu panjang, bro jajang supriadi udah ketemu cewek tsb gak ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Elin


maya devi

Napa ga coba regresi past life aja?
jodoh kita mang banyak, tapi jangan main api ntar kebakar ;D

pannadevi

Quote from: Jerry on 07 December 2009, 11:13:45 PM
wah saya kurang berkenan nih baca tulisan Samaneri. >:D

kurang berkenan ?  ;D

my bro in dhamma Bro Jerry yg baik,
maafkan sy terlambat menanggapi anda, kemarin tgl.7 sy mengalami gangguan komputer, tiba2 disconnect, sedang status sy masih login, segera saya hubungi Bro Sumedho selaku Tuhan di DC utk meng-logout-kan user sy, sayang tgl.8 hari berikutnya saya sdg melatih diri, menahan tdk online krn tgl itu hari uposatha, sehingga baru hari ini sy membuka komputer lagi, jadi jika melihat user sy seolah2 online nonstop 24 jam sejak tgl.7 dec kemarin hal itu dikarenakan error di komp saya sehingga sy tdk bisa masuk kembali ke DC. (bagi yg tidak tahu dpt beranggapan sy nonstop online 24jam selama 2 hari berturut2).

silahkan klik link ini : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,12912.0/all.html
kisah bhikkhuni Issidasi, bila anda bisa membaca past life anda dan merasa yakin anda boleh tidak berkenan dg pandangan saya, namun sy sebagai puthujjana, sy tdk bisa membaca past life saya, hanya setelah saya membaca kisah ini, sy merasa ada sesuatu yg bisa saya tangkap, semoga Bro Jajang yang baik dapat mengerti yang saya maksud, tidak ada niat sedikitpun dari saya utk menyakiti hati anda atau beliau yang sedang dirundung malang, sama sekali tidak, justru saya memberi kisah ini karena saya merasa ada manfaat yg bisa diambil.

semoga my bro in dhamma bro Jerry dpt memahami maksud saya, sedang Bro Jajang mohon anda klik link itu ya, berikan kepada wanita malang tsb, sy ada kenal seorang sahabat dia memiliki kisah hidup yg tidak jauh beda dg beliau dan mencoba bertahan 20 tahun dlm perkawinan mereka, namun akhirnya wanita tersebut memilih jalan yg terbaik sesuai dhamma, selain itu ada juga seorang sahabat sy mengalami hal yg sama hampir 27 thn hingga detik ini, tapi beliau memilih bertahan, krn mengingat demi kebahagiaan anak2, serta mengingat membayar kamma masa lampau,beliau berpikir utk apa bercerai kalo kamma buruk blm habis masa pembayarannya, toh msh akan sengsara lagi, mending diselesaiin dg cara menghadapi aja, jadi beliau hanya bertahan. saya tidak menyarankan agar wanita malang ini makin malang hidupnya dg bertahan, tapi cobalah baca kisah bhikkhuni ini, lalu resapi dalam2, karena apalah artinya perkawinan berikut apabila buah kamma masa lampau belum selesai, perkawinan berikut masih harus membayar, siapkah anda? bila membaca tanggapan anda, memang anda bukan Buddhist, saya amat menghargai anda yg telah mencoba memecahkan masalah di forum ini, sekalian aja deh ini sy quote kan, drpd susah2 klik.
Quote from: JW. Jinaraga on 17 September 2009, 02:49:32 PM
Berikut ini ada titipan dari seseorang...

Menurut beliau..., "untuk mendapatkan tiket menderita di alam neraka tidak perlu sampai mencoba2 melakukan akusala garuka kamma...
Dengan ceroboh mencicipi hal berikut ini, seperti yg diceritakan dari kisah Isidasi Theri, kita sudah bisa mendapatkan tiket secara gratis... Bayangkan...itu belum melakukan akusala garuka kamma misnya membunuh ortu aja berat banget, udah keluar dari neraka masih jadi binatang, apalagi bunuh ortu..."

Quote
In the flower-named city
Of Pataliputta
Which adorns the earth
There were two virtous bhikkhunis
Of the Sakya Clan  (di kota Pataliputta yang penuh ditumbuhi dengan bunga2, hiduplah 2 orang Bhikkhuni dari Suku Sakya)

One was names Isidasi
And the other Bodhi
Delighting in meditation
Virtuous and well learned were they
And free from defilement (Yang bernama Isidasi dan Bodhi sedang meditasi mendalam, memiliki sila yang tinggi dan pandai serta telah terbebas dari kemelekatan)

Having wandered their alms
And having had their meal
And washed their bowls
Seated leisurely in a lonely place
They conversed thus : (sehabis pindapatta mereka memakan makanan mereka dan mencuci mangkok / patra mereka, setelah duduk ditempat sunyi mereka berkata :

Noble Isidasi,
Lovely are you
And of age young
Seeing what fault in lay life
Did you renounce the world? (Yang Mulia Isidasi, anda sangat cantik dan muda, kesalahan apakah yang anda lakukan dlm hidup perumahtangga sehingga anda meninggalkan keduniawian?)

Thus queried in the lonely place
Isidasi,
Proficient in the teaching of the Dhamma
Said : Listen well, Bodhi,
Explain I shall how I renounced. (ditempat yang tenang, Isidasi mendalam dengan ajaran Dhamma, berkata :dengarkanlah Bodhi, saya akan jelaskan bagaimana saya meninggalkan keduniawian)

My Father was an unstained merchant
In the city of Ujjeni
His only daughter was I
Lovely and charming (Ayah saya adalah seorang pedagang terhormat di kota Ujjeni, hanya memiliki seorang putri, saya adalah putri tunggalnya, rupawan dan menawan / cantik dan menarik)

From the city of Saketa
Came men of noble clan
To solicit me
A merchant of many jewels
Was among them
To him my father gave me
As daughter-in law- (oleh ayah saya dinikahkan dengan seorang pria berasal dari keluarga terhormat dari kota Saketa, dia adalah seorang pengusaha permata)

Both in the morning and evening
I approached my father –in law
And mother-in law
And paid reverence to them
As instructed (setiap pagi dan sore, saya selalu bernamaskara dan meminta petunjuk kepada ayah ibu mertua saya)

Whenever my husband's sisters
Or brothers or his retinue
Or even my own beloved
Came near me
Tremblingly I'd get up
And offer them a seat (kepada semua ipar saya dan bahkan suami saya yang tercinta saya selalu mempersilahkan tempat duduk)

With food and drink
And things stored there
I treated them as befitting them (saya mempersembahkan makanan dan minuman kepada mereka)

Rising in good time
I'd go to the threshold of my house
Wash my hands and feet
And come towards my husband
With clasped hands (saya selalu bangun dini hari untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, saya membasuh tangan dan kaki dan mendatangi suami saya untuk beranjali kepadanya)

Taking a comb
Unguent and a mirror
Myself did I adorn my husband
Like a servant-girl (saya melayani suami, menyisiri rambutnya, mengenakan dandanan nya  dengan tangan saya sendiri bagaikan seorang budak)

Myself did I cook the rice
Myself did I wash pots and pans
And as a mother would her only son
Did I look after
My husband (saya melakukan sendiri memasak makanan, mencuci perabotan masak dan melayani suami bagaikan putra nya yang tunggal)

But in anger my husband scolded me
Who was faitful,
Energetic, active
And virtuous
And who served him (tetapi suami saya memaki saya dengan penuh kemarahan kepada saya yang telah melayani dia dengan penuh ketaatan, rajin dan semangat serta menjaga sila)

To his mother and father
He said :
With permission I shall go
I cannot live in one house
With isidasi (kepada ayah dan ibunya dia berkata : ijinkanlah saya pergi, saya tidak bisa hidup bersama dengan Isidasi satu rumah)

Do not say so, Son
Isidasi is learned, clever
Energetic and active
Why don't you like her, Son? (Jangan berkata demikian putraku, Isidasi adalah istri yang cerdas, pandai, rajin dan semangat, mengapa kamu tidak menyukainya?)

No wrong has she done me
But cannot live with her
I hate her and am tired of her
With permission I shall go  (dia tidak melakukan kesalahan kepada saya tetapi saya tidak dapat hidup bersamanya, saya benci dia dan saya telah capai, ijinkanlah saya pergi)

Hearing this
My father-in-law and mother-in-law
Asked me wether I've offended him
And, if so, to tell it exactly (mendengar hal ini ayah dan ibu mertua saya menanyai saya apakah saya telah melawan suami, jika memang benar agar menceritakan secara jelas)

No harm have I done
Nor commited any offence
No word of ill-will have I spoken
If he hates me
What could I do? (saya tidak melakukan sesuatu hal pun yang menyakitinya atau melawannya, tidak ada kata2 buruk/jahat yang telah saya ucapkan, jika dia telah membenci saya, apakah yang dpt saya perbuat?)

Sad and overcome by pain
They sent me back to my father's house
Saying,
To keep our son safe
We've lost the goddess of beauty (sedih dan amat menyakitkan, mereka mengirim saya kembali kepada ayah saya dan berkata demi menyelamatkan putra kami, kita kehilangan bidadari/dewi/malaikat yang jelita)

Then my father gave me in marriage
To another merchant of noble family
For half the dowry
Which the earlier merchant had taken me (Selanjutnya ayah saya menikahkan saya lagi kepada lain pedagang dari keluarga terhormat, dengan mas kawin separuh dari yang semula menikahi saya)

In his house lived I for one month
And he cast me out
Although I served him like a slave
Virtuous and harmless  (dirumah ini saya tinggal hanya sebulan dan dia mencampakkan saya keluar, walaupun saya melayani dia bagaikan budak, menjaga sila dan tidak pernah menyakitinya)

Then to a wandering mendicant
My father spoke :
Throw away your cloth and bowl
Be husband to my daughter  (selanjutnya ayah saya menikahkan saya kepada seorang pengemis yang mengelana/petapa/bhikkhu, ayah saya berkata kepadanya untuk menjadi suami putrinya dengan membuang pakaian/jubah dan mangkoknya/patra)

Lived he with me a fortnight

Then he told my father :
Give me my cloth, bowl and the cup
A shall roam again for my alms (dia hidup bersama saya hanya 2 minggu, kemudian berkata kepada ayah saya agar mengembalikan jubahnya, mangkoknya dan cangkirnya, dia akan berkelana lagi untuk pindapatta)

Then my father, mother and all relatives
Told him :
Tell us what you wish here
It shall readily be done (kemudiian ayah saya, ibu saya dan semua saudara saya mengatakan kepada dia, apa yang dia inginkan katakan saja maka semua akan disediakan)

To which he said :
Even if I am duly attended to
I am tired of Isidasi
With her I cannot live in one house (yang dia katakan  : bahkan jika saya seorang pelayan yang tolol sekalipun, saya telah cape olehnya, saya tidak dapat hidup bersama bersamanya dalam satu rumah)

Allowed to go, he went ;
Left alone I thought
Even without leave
I shall go to die
Or to live as a bhikkhuni  (setelah disetujui, maka dia pergi, ditinggal sendirian, saya berpikir, bahkan tanpa ditinggal pergipun saya tetap akan mati atau hidup sebagai bhikkhuni)

Then the noble lady Jinadatta
Expert in the discipline
well-learned and virtuous
came to my father's house
on her alms round (kemudian seorang wanita yang mulia Jinadatta, sangat ahli dlm vinaya/saya rasa ini Patacara krn yg diakui Sang Buddha ahli vinaya adl patacara, pandai dan menjaga sila, telah singgah kerumah ayah saya untuk pindapattanya)

seeing her I got up from my seat

and offered it to her
when she had sat down
I paid homage to her
And offered her food (melihat beliau saya langsung bangkit dari duduk saya dan mempersilahkan beliau untuk duduk, ketika beliau sudah duduk saya bernamaskara kepadanya dan mempersembahkan makanan kepada beliau)

Having satisfied her
With food and drink
I told her thus :
O, Noble Lady! I Wish to be ordained  (setelah selesai makan dan minum, saya berkata kepadanya : Yang Mulia, ijinkan saya untuk penahbisan)

Then my father tells me ;
O, daughter! Practise the doctrin here itself
With food and drink
Satisfy ascetics and Brahmins  (tetapi ayah saya berkata kepada saya : Wahai putriku, lakukanlah dhamma disini dengan makanan dan minuman, melayani petapa2 dan brahmana2)

Weeping,
I told my father
I've done an evil deed
And I will bear it myself (dengan penuh tangisan saya berkata kepada ayah saya : saya telah melakukan tindakan keji dimasa lampau dan saya harus menanggungnya sendiri)

Then my father tells me:
Understand the highest doctrine
And attain Nibbana
Which did the supreme One attain (selanjutnya ayah saya mengatakan : mengerti dhamma yang tertinggi dan mencapai nibbana itulah yang telah dilakukan Sang Buddha)

Having paid homage
To my parents and relatives
I entered the sasana
And within seven days
Gained the three-fold knowledge (setelah bernamaskara dengan orang tua dan saudara2 saya, saya memasuki sasana dan dalam seminggu saya telah memiliki 3 abhinna)

Aware am I
Of my last seven births;
Know do I the evil deed
Of which this is the result
To you I shall relate it
Listen attentively  (saya menyadari dari 7 kelahiran lampau saya, mengetahui tindakan keji saya, yang telah mengakibatkan semua ini, saya akan bercerita padamu, perhatikan dengan seksama)

In the city of Erakacca
I was a goldsmith
With much wealth
Infatuated by my youth
I had sexual intercourse
With another's wife  (dikota Erakacca, saya seorang pandai emas/pembuat emas, dengan kekayaan melimpah, saya telah tergila2 dg kemudaan saya/mungkin maksudnya berfoya2 dg kemudaannya/hura2, saya telah selingkuh dengan istri orang)

Leaving that state
For a long time did I suffer
In hell
Leaving hell
I entered the womb
Of a female monkey (setelah mati saya menderita sangat lama sekali di neraka, setelah meninggalkan neraka, saya masuk kedlm rahim monyet perempuan)

Seven days after my birth
The leader of the herd
Castrated me
The effect of seducing another's wife  (tujuh hari setelah kelahiran saya pimpinan monyet telah mengebiri saya, inilah akibat dari selingkuh dengan istri orang)

Having fallen from there
I entered the womb
Of a one-eyed, lame she-goat
In the Sindhava forest (setelah dari sana saya masuk kedalam rahim kambing perempuan yang hanya memiliki satu mata, dihutan Sindhava)

Castrated
Carried I children for twelve years
And was sick and worm-eaten-
The effect of seducing another's wife (dikebiri, sakit2an sejak lahir dan cacingan/mungkin maksudnya berpenyakitan banyak, inilah akibat dari selingkuh dengan istri orang)

Having fallen from there
Enter did I the womb of a cow
Belonging to a cattle dealer
Born a Lac-red calf
Castrated was I after twelve months  (setelah lepas dari sana, saya masuk kedlm rahim seekor lembu milik seorang pedagang ternak, lahir dg kulit banyak bercak2 merah, dikebiri stlh berumur setahun)

Drew I a plough and carts
And became ill and blind
The effect of seducing another's wife  (menarik pedati dan membajak membuat saya sakit dan buta, inilah akibat selingkuh dengan istri orang)

Leaving that state
I was born in the womb
Of a household slave woman
Neither was I male for female
The effect of seducing another's wife  (setelah mati saya masuk kedlm rahim seorang budak terlahir sebagai hemaprodit, inilah akibat selingkuh dengan istri orang)

In the thirtieth year
I died
And was born as a girl into a carter's family
Destitute, with little wealth
And oppressed by creditors  (saya meninggal usia 30 thn dan terlahir sbg gadis dari keluarga penarik pedati, miskin dengan sedikit sekali harta dan ditekan oleh lintah darat)

With the interest-rate accumulated
I was dragged along by the caravan-leader
From my family-house;
Weeping I left   (setelah dihitung dengan bunga saya diseret oleh pimpinan kafilah dari rumah keluarga saya yang saya tinggalkan dengan penuh tangisan)

The caravan-leader's son
Giridasa by name
Seeing me in the prime of youth
Took me as his wife  (anak laki2 pimpinan kafilah, bernama Giridasa, melihat kesempurnaan kemudaan saya, mengambil saya sbg istri)

He had another wife
Virtuous and good
And affectionate towards him
With her I stirred up enmity  (dia telah beristri, menjaga sila dan baik, serta penuh kasih sayang kpd suami, saya telah melakukan permusuhan dengan nya)

This is why
They rejected me
Despite my serving them like a slave
Even to that
I have now put an end  (inilah sebabnya mengapa mereka menolak saya walaupun pelayanan saya kepada mereka bagaikan seorang budak, oleh karena itu sekarang saya akhiri)

-Theri Isidasi-
From Thera-Theri Gatha (Pages : 86 – 95)
(Inspired Utterances of Buddhist Monks and Nuns)
Sixth century BC – Third century BC
By : Edmund Jayasuriya
First print 1999
Buddhist Culture Centre
Srilanka

itulah maksud sy, bhikkhuni Issidasi adalah wanita yang amat cantik jelita, menawan, kaya raya, amat menjaga sila (very virtue one), amat mencintai suami, melayani suami bagaikan seorang slave (budak), namun beliau harus membayar kamma masa lampau, ini yg saya maksud.

siapkah anda Bro Jajang yang baik, bahwa dikemudian hari andapun merupakan mata rantai kamma buruk beliau (walau sekarang anda amat mencintai beliau 1000% bukan hanya 100%) sehingga terjadi lagi mata rantai penderitaan yg berikut? mohon anda dapat memahami maksud saya, saya juga seorang wanita jadi dapat mengerti penderitaan beliau bahkan mungkin saya jauh lebih mengerti dibanding anda yang pria walau anda mencintainya. sekali lagi saya mohon, baca dan resapi baik2 kisah ini, antara kalian berdua jangan ada saling mempengaruhi sehingga di dapat pandangan terang sesuai hati masing2. semoga kalian dapat menyelesaikan masalah ini sesuai dhamma.

may all beings be happy

mettacittena,

Sumedho

:)) samaneri terlalu sensi nih. bro jerry cuma becanda tuh :))

kan dipostingan terakhir samaneri bilang semoga berkenan, lalu jerry "meledek" gitu hehehe, CMIIW

soal logout-in sih ternyata saya tidak bisa, saya cuma bisa kasih hint utk clear cookie browser samaneri waktu itu. tapi kekna tidak dilakukan jadi masih autologin pada session ini.
There is no place like 127.0.0.1

pannadevi

hehehe....sensi yak? ;D ;D ;D

sebenarnya memang sy udah tahu kok maksud bro Jerry, beliau mah sy dah kenal banget, selama ini kita ada komunikasi baik, hanya saya sedikit memperjelas, agar Bro Jajang dpt memahami maksud saya....

tentang clear cookie browser, apaan sih itu? setahu sy cookie itu kue...hehehe  ;D ;D ;D

jujur, waktu kemarin itu sy udah nyoba berkali2 login, tapi gagal, tetap disconnect terus, yahh...itung2 jadi satpam 2 hari di DC melotot terus.... ;D ;D ;D mana nihh Tuhan DC kok ga kelihatan saktinya? (**kaburr...**)

Sumedho

There is no place like 127.0.0.1