Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?

Started by fabian c, 22 November 2009, 09:14:54 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

fabian c

Banyak sekali pandangan yang menganggap bahwa konsentrasi yang kuat identik dengan Jhana,

Apakah seseorang yang berlatih meditasi selalu mengarah ke Jhana?
Apakah seseorang yang berlatih meditasi Vipassana bhavana akan mengalami Jhana terlebih dahulu?

mengapa demikian? silahkan dikemukakan pandangannya disini.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Peacemind

Fabian C:

Sebelum membahas apakah konsentrasi kuat identik dengan jhana, saya ingin bertanya kepada anda mengenai definisi konsentrasi. Apa yang dimaksud dengan konsentrasi di sini? Ini juga perlu dibahas karena saat ini ketika kita berbicara mengenai konsentrasi, umumnya dalam angan kita, ada semacam ide bahwa dalam pikiran yang terkonsentrasi, pikiran melekat secara kuat dan kaku terhadap obyek. Padahal, jika jhana juga dikatakn sebagai samādhi, kondisi demikian memungkinkan seseorang memperoleh pikiran yang fleksible, relaks, tenang, namun tercerap, terpusat ke dalam obyek. Dalam Jhāna, tidak ada pikiran yang kaku atau intense.

Apakah seseorang yang berlatih meditasi selalu mengarah kepada jhana? Jawabannya adalh tergantung pada obyek yang dilatih dalam meditasi. Sebagai contoh, jika seseorang menggunakan 4 elemen sebagai obyek meditasi, paling banter, ia akan mencapai upacarasamādhi.

Apakah seseorang yang berlatih meditasi Vipassanabhavana akan mengalami jhana terlebih dahulu? Menurut pendapat saya, selama seseorang mengamati muncul dan lenyapnya setiap fenomena yang muncul sesuai dengan apa yang dilakukan dalam praktik Vipassana, ia tidak akan  mencapai Jhana. Alasannya, dalam jhana seseorang hanya memerlukan pemusatan pikiran terhadap satu obyek saja, sedangkan dalam vipassana seseorang mengamati obyek yang bermunculan tanpa terpaku dengan satu obyek saja. Oleh karena itu, kalaupun ada samādhi, vipassana umumnya menghasilkan khanikasamādhi  (momentary concentration) saja.

Terlepas dari apa yang dijelaskan di atas, saya juga memiliki pendapat lain bahwa meskipun seseorang mengarahkan meditasinya ke vipassana, ada saat-saat tertentu di mana seseorang bisa mencapai upacarasamādhi, bahkan sangat mungkin untuk mencapai jhana. Dalam hal ini, pikiran tenang yang didapat dari latihan vipassana bisa diarahkan kepada pemusatan terhadap satu obyek dan bisa menghasilkan jhana. Ini bisa dilihat dalam penjelasan Samaññaphalasutta. Di Sutta ini, sebelum seorang bhikkhu dianjurkan untuk pergi ke tempat sepi atau hutan, ia hendaknya mengendalikan dirinya sesuai dengan patimokkha, menjaga indera2 mereka, melatih sati sampajāna, dan hidup terpuaskan. Setelah itu, ia pergi ke hutan atau tempat sepi, melenyapkan 5 rintangan batin untuk sementara dan akhirnya mengarahkan pikirannya ke jhana. Seperti yang kita ketahui, dalam vipassana, sati sampajāna merupakan dua faktor yang sangt penting. Dan dalam sutta ini, sati sampajana harus dilatih terlebih dahulu sebelum seseorang mencpai jhana. Selain itu, jika kita melihat Mahācattārisakasutta dari Majjhimaniāya, Jalan Mulia berunsur Delapan berkembang dengan diawali sammādiṭṭhi. Kemudian sammādiṭṭhi membantu seseorang untuk memperoleh sammāsankappa, dan seterusnya sampai akhirnya dikatakn bahwa sammāsati membantu pengembangan sammāsamādhi. Pernyataan ini penting karena sammāsati sangat identik dengan vipassana, sementara sammāsamādhi dengan jhāna. Jika kita menerima pernyataan sutta ini, bisa disimpulkan bahwa vipassana pun sangat membantu seseorang untuk mengembangkan jhāna.

Selain itu, mengapa di atas saya katakn bahwa seseorang yang mempraktikkan vipassana bisa mencapai upacara? Seseorang yang mengamati nāmarūpa dalam vipassana, secara alami, suatu saat, ia akan menjadi familiar terhadap empat unsur jasmani. Ada saat2 di mana ketika pikiran mengamati muncul dan lenyapnya empat unsur jasmani ini, pikiran menjadi terpusat dengan satu unsur saja dan mengarahkan seseorang pada upacarasamādhi..

Mungkin dari saudara/ri di sini ada opini lain.. silahkan.

Be happy.

Jerry

IMO,

Ya.
Tergantung yogi itu sendiri.
Belum tentu, dan apakah ia akan mengalami, tergantung pada yogi itu kembali.
appamadena sampadetha

marcedes

sang Buddha berkata dalam Tipitaka..
konsentrasi benar itu mengacu pada pencapaian jhana...bukan khanika samadhi atau upacara samadhi.....
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

g.citra

 [at] peacemind

Apakah artinya:
1. upacarasamādhi ?
2. khanikasamādhi ?

_/\_

Peacemind

Quote from: g.citra on 23 November 2009, 12:36:39 AM
[at] peacemind

Apakah artinya:
1. upacarasamādhi ?
2. khanikasamādhi ?

_/\_

Umumnya upacarasamādhi diterjemahkan sebagai "Access concentration". Kata samādhi berasal dari awalan upa + kata cara dan samādhi. Secara harafiah, Upa = dekat, cara = melakukan, samādhi = konsentrasi. Dalam hal ini, kondisi batin ini dikatakn sebagai upacarasamādhi karena konsentrasi ini sangat dekat dengan jhāna yang mana sering sekali diidentifikasikan dengan kata samādhi. Sementara itu, khanikasamādhi diterjemahkan sebagai 'momentary concentration' - konsentrasi sementara. Sebenarnya, khanika berasal dari akar kata 'khana' yang berarti 'momen' atau 'waktu' dan akhiran 'ika' yang diselipkan untuk menjadikan kata tersebut sebagai kata sifat. Khanikasamādhi dikatakn demikian karena konsentrasi ini bersifat sementara dalam arti tidak sekuat ketika seseorang terpusat terus menerus kepada satu obyek seperti halnya ketika seseorang mencapai upacarasamādhi atau jhana.

Be happy.

fabian c

Quote from: Peacemind on 23 November 2009, 01:13:27 AM
Quote from: g.citra on 23 November 2009, 12:36:39 AM
[at] peacemind

Apakah artinya:
1. upacarasamādhi ?
2. khanikasamādhi ?

_/\_

Umumnya upacarasamādhi diterjemahkan sebagai "Access concentration". Kata samādhi berasal dari awalan upa + kata cara dan samādhi. Secara harafiah, Upa = dekat, cara = melakukan, samādhi = konsentrasi. Dalam hal ini, kondisi batin ini dikatakn sebagai upacarasamādhi karena konsentrasi ini sangat dekat dengan jhāna yang mana sering sekali diidentifikasikan dengan kata samādhi. Sementara itu, khanikasamādhi diterjemahkan sebagai 'momentary concentration' - konsentrasi sementara. Sebenarnya, khanika berasal dari akar kata 'khana' yang berarti 'momen' atau 'waktu' dan akhiran 'ika' yang diselipkan untuk menjadikan kata tersebut sebagai kata sifat. Khanikasamādhi dikatakn demikian karena konsentrasi ini bersifat sementara dalam arti tidak sekuat ketika seseorang terpusat terus menerus kepada satu obyek seperti halnya ketika seseorang mencapai upacarasamādhi atau jhana.

Be happy.

Saudara Peacemind yang baik,

Dikatakan kanika samadhi tidak sekuat upacara samadhi atau Jhana, sedangkan untuk berlatih Vipassana diperlukan kanika samadhi, maka dengan demikian maka logikanya untuk mencapai Magga-Phala secara teoritis lebih mudah daripada mencapai Jhana, apa demikian?

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

Quote from: marcedes on 23 November 2009, 12:05:43 AM
sang Buddha berkata dalam Tipitaka..
konsentrasi benar itu mengacu pada pencapaian jhana...bukan khanika samadhi atau upacara samadhi.....

Saudara Marcedes yang baik,

Apakah memang benar demikian? boleh tahu dimana dikatakan bahwa hanya Jhana yang dianggap konsentrasi benar?
Apakah bila belum mencapai jhana dianggap belum benar?

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Peacemind

Quote from: fabian c on 23 November 2009, 08:17:47 AM
Quote from: Peacemind on 23 November 2009, 01:13:27 AM
Quote from: g.citra on 23 November 2009, 12:36:39 AM
[at] peacemind

Apakah artinya:
1. upacarasamādhi ?
2. khanikasamādhi ?

_/\_

Umumnya upacarasamādhi diterjemahkan sebagai "Access concentration". Kata samādhi berasal dari awalan upa + kata cara dan samādhi. Secara harafiah, Upa = dekat, cara = melakukan, samādhi = konsentrasi. Dalam hal ini, kondisi batin ini dikatakn sebagai upacarasamādhi karena konsentrasi ini sangat dekat dengan jhāna yang mana sering sekali diidentifikasikan dengan kata samādhi. Sementara itu, khanikasamādhi diterjemahkan sebagai 'momentary concentration' - konsentrasi sementara. Sebenarnya, khanika berasal dari akar kata 'khana' yang berarti 'momen' atau 'waktu' dan akhiran 'ika' yang diselipkan untuk menjadikan kata tersebut sebagai kata sifat. Khanikasamādhi dikatakn demikian karena konsentrasi ini bersifat sementara dalam arti tidak sekuat ketika seseorang terpusat terus menerus kepada satu obyek seperti halnya ketika seseorang mencapai upacarasamādhi atau jhana.

Be happy.

Saudara Peacemind yang baik,

Dikatakan kanika samadhi tidak sekuat upacara samadhi atau Jhana, sedangkan untuk berlatih Vipassana diperlukan kanika samadhi, maka dengan demikian maka logikanya untuk mencapai Magga-Phala secara teoritis lebih mudah daripada mencapai Jhana, apa demikian?

_/\_

Kekuatan konsentrasi khanikasamādhi memang tidak sekuat upacarasamādhi dan appanasamādhi (jhāna), namun tidak bisa dikatakan bahwa mencapai magga-phala lebih mudah daripada mencapai jhāna. Secara teoritis pun, mencapai magga-phala jelas lebih sulit daripada mencapai jhāna. Dalam urutan sattavisuddhi (seven stages of purification - tujuh tingkat kesucian) yang telah dijelaskan secara detil dalam Visuddhimagga, upacarasamādhi, jhāna berada pada tingkat yang tidak berbeda dari khanikasamādhi, yakni masih dalam tingkat kedua (cittavisuddhi - kesucian pikiran). Visuddhimagga menjelaskan bahwa Magga-phala muncul keika seseorang mencapai tingkat kesucian terakhir yakni Ñāṇadassanavisuddhi (the purification of knowledge and vision - kesucian pengetahuan dan  penglihatan). Oleh karena itu, untuk mencapai Magga-phala, setelah mencapai jhāna pun, ia harus melewati empat tingkat kesucian lainnya, yakni:

- diṭṭhivisuddhi (kesucian pandangan)
- Kaṇkhavitaranavisuddhi (kesucian dengan mengatasi keragu-raguan)
- Maggamaggañaṇadassanavisuddhi (kesucian mengetahui dan melihat mana yang jalan dan mana yang bukan jalan).
-Paṭipadāñāṇadassanavisuddhi (kesucian mengetahui dan melihat Jalan).

Be happy.

Sumedho

utk bahas upacarasamādhi dan khanikasamādhi, mungkin ada baiknya kita buka dan rujuk ke "contekan". Ada yg punya?
There is no place like 127.0.0.1

marcedes

#10
Quote from: fabian c on 23 November 2009, 08:20:34 AM
Quote from: marcedes on 23 November 2009, 12:05:43 AM
sang Buddha berkata dalam Tipitaka..
konsentrasi benar itu mengacu pada pencapaian jhana...bukan khanika samadhi atau upacara samadhi.....

Saudara Marcedes yang baik,

Apakah memang benar demikian? boleh tahu dimana dikatakan bahwa hanya Jhana yang dianggap konsentrasi benar?
Apakah bila belum mencapai jhana dianggap belum benar?
_/\_

"And what is right concentration? There is the case where a monk — quite withdrawn from sensuality, withdrawn from unskillful (mental) qualities — enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born from withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. With the stilling of directed thoughts & evaluations, he enters & remains in the second jhana: rapture & pleasure born of composure, unification of awareness free from directed thought & evaluation — internal assurance. With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' With the abandoning of pleasure & pain — as with the earlier disappearance of elation & distress — he enters & remains in the fourth jhana: purity of equanimity & mindfulness, neither pleasure nor pain. This is called right concentration."
— SN 45.8
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana... the second jhana... the third... the fourth... the dimension of the infinitude of space... the dimension of the infinitude of consciousness... the dimension of nothingness. I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of neither perception nor non-perception."
— AN 9.36
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"These are the four developments of concentration. Which four? There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to a pleasant abiding in the here & now. There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the attainment of knowledge & vision. There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to mindfulness & alertness. There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the ending of the effluents.

(1) "And what is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to a pleasant abiding in the here & now? There is the case where a monk — quite withdrawn from sensuality, withdrawn from unskillful qualities — enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born from withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. With the stilling of directed thoughts & evaluations, he enters & remains in the second jhana: rapture & pleasure born of composure, unification of awareness free from directed thought & evaluation — internal assurance. With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' With the abandoning of pleasure & pain — as with the earlier disappearance of elation & distress — he enters & remains in the fourth jhana: purity of equanimity & mindfulness, neither pleasure nor pain. This is the development of concentration that... leads to a pleasant abiding in the here & now.

(2) "And what is the development of concentration that... leads to the attainment of knowledge & vision? There is the case where a monk attends to the perception of light and is resolved on the perception of daytime [at any hour of the day]. Day [for him] is the same as night, night is the same as day. By means of an awareness open & unhampered, he develops a brightened mind. This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the attainment of knowledge & vision.

(3) "And what is the development of concentration that... leads to mindfulness & alertness? There is the case where feelings are known to the monk as they arise, known as they persist, known as they subside. Perceptions are known to him as they arise, known as they persist, known as they subside. Thoughts are known to him as they arise, known as they persist, known as they subside. This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to mindfulness & alertness.

(4) "And what is the development of concentration that... leads to the ending of the effluents? There is the case where a monk remains focused on arising & falling away with reference to the five clinging-aggregates: 'Such is form, such its origination, such its passing away. Such is feeling... Such is perception... Such are fabrications... Such is consciousness, such its origination, such its disappearance.' This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the ending of the effluents.

"These are the four developments of concentration."
— AN 4.41


sdr,fabian...
dalam ovadapatimokka yg biasa di baca dalam buku paritta suci,juga tertulis...........

dimaksudkan adalah samadhi dalam tingkat dasariah adalah hettimena dan tingkat tinggi adalah uparimena..
samadhi dasariah adalah "ia adalah seorang ariyasavako,jika ia dapat melepaskan kekotoran batin[kilesa] dari pikiran kemudian mencapai konsetrasi dan penunggalan pikiran.

tingkat tinggi adalah
"demikianlah kalau ia [ bikkhu] dapat menjauhkan diri dari nafsu keinginan ,dapat menjauhkan diri dari perbuatan tidak baik, kemudian masuk dan berdiam dalam jhana pertama...........jhana ke-4 yakni suatu keadaan yg benar-benar seimbang,yg memiliki perhatian murni [ sati parisuddhi ], bebas dari perasaan bahagia dan tidak bahagia"

-----------------------------
sekali lagi saya tidak mengatakan jika bukan jhana maka bukan samma-samadhi....
tetapi dalam sutta bukan kitab komentar...dimana acuan konsentrasi yang di sabdakan Buddha tertulis mengacu pada pencapaian jhana.



Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

fabian c


Quote from: fabian c on 23 November 2009, 08:20:34 AM
Quote from: marcedes on 23 November 2009, 12:05:43 AM
sang Buddha berkata dalam Tipitaka..
konsentrasi benar itu mengacu pada pencapaian jhana...bukan khanika samadhi atau upacara samadhi.....

Saudara Marcedes yang baik,

Apakah memang benar demikian? boleh tahu dimana dikatakan bahwa hanya Jhana yang dianggap konsentrasi benar?
Apakah bila belum mencapai jhana dianggap belum benar?
_/\_
Quote"And what is right concentration? There is the case where a monk — quite withdrawn from sensuality, withdrawn from unskillful (mental) qualities — enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born from withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. With the stilling of directed thoughts & evaluations, he enters & remains in the second jhana: rapture & pleasure born of composure, unification of awareness free from directed thought & evaluation — internal assurance. With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' With the abandoning of pleasure & pain — as with the earlier disappearance of elation & distress — he enters & remains in the fourth jhana: purity of equanimity & mindfulness, neither pleasure nor pain. This is called right concentration."
— SN 45.8
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana... the second jhana... the third... the fourth... the dimension of the infinitude of space... the dimension of the infinitude of consciousness... the dimension of nothingness. I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of neither perception nor non-perception."
— AN 9.36
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sdr marcedes yang baik,
Saya tidak melihat bahwa sutta ini mengatakan hanya Jhana konsentrasi yang benar.
Apakah meditasi terhadap empat unsur (4 elements/mahabhuta), meditasi terhadap Buddha (Buddhanussati),  Dhamma (dhammanussati) dan Sangha (Sanghanussati) bukan meditasi yang benar? Karena perlu diingat bahwa objek meditasi yang saya sebutkan diatas tidak bisa membawa meditator pada Jhana.

Terus terang kadang-kadang saya merasa enggan menjadikan access to insight sebagai referensi karena saya melihat bahwa bhikkhu Thanissaro seringkali bias, ia pro pada pandangan bahwa kesucian hanya bisa dicapai bila seseorang telah memiliki Jhana.

Penyebab saya masih sering menjadikan access to insight sebagai referensi hanya karena terpaksa.

Quote
"These are the four developments of concentration. Which four? There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to a pleasant abiding in the here & now. There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the attainment of knowledge & vision. There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to mindfulness & alertness. There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the ending of the effluents.

(1) "And what is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to a pleasant abiding in the here & now? There is the case where a monk — quite withdrawn from sensuality, withdrawn from unskillful qualities — enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born from withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. With the stilling of directed thoughts & evaluations, he enters & remains in the second jhana: rapture & pleasure born of composure, unification of awareness free from directed thought & evaluation — internal assurance. With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' With the abandoning of pleasure & pain — as with the earlier disappearance of elation & distress — he enters & remains in the fourth jhana: purity of equanimity & mindfulness, neither pleasure nor pain. This is the development of concentration that... leads to a pleasant abiding in the here & now.

(2) "And what is the development of concentration that... leads to the attainment of knowledge & vision? There is the case where a monk attends to the perception of light and is resolved on the perception of daytime [at any hour of the day]. Day [for him] is the same as night, night is the same as day. By means of an awareness open & unhampered, he develops a brightened mind. This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the attainment of knowledge & vision.

(3) "And what is the development of concentration that... leads to mindfulness & alertness? There is the case where feelings are known to the monk as they arise, known as they persist, known as they subside. Perceptions are known to him as they arise, known as they persist, known as they subside. Thoughts are known to him as they arise, known as they persist, known as they subside. This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to mindfulness & alertness.

(4) "And what is the development of concentration that... leads to the ending of the effluents? There is the case where a monk remains focused on arising & falling away with reference to the five clinging-aggregates: 'Such is form, such its origination, such its passing away. Such is feeling... Such is perception... Such are fabrications... Such is consciousness, such its origination, such its disappearance.' This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the ending of the effluents.

"These are the four developments of concentration."
— AN 4.41

Saya rasa saudara Marcedes sudah menjawab sendiri bahwa ada empat macam pengembangan konsentrasi.

Quotesdr,fabian...
dalam ovadapatimokka yg biasa di baca dalam buku paritta suci,juga tertulis...........

dimaksudkan adalah samadhi dalam tingkat dasariah adalah hettimena dan tingkat tinggi adalah uparimena..
samadhi dasariah adalah "ia adalah seorang ariyasavako,jika ia dapat melepaskan kekotoran batin[kilesa] dari pikiran kemudian mencapai konsetrasi dan penunggalan pikiran.

tingkat tinggi adalah
"demikianlah kalau ia [ bikkhu] dapat menjauhkan diri dari nafsu keinginan ,dapat menjauhkan diri dari perbuatan tidak baik, kemudian masuk dan berdiam dalam jhana pertama...........jhana ke-4 yakni suatu keadaan yg benar-benar seimbang,yg memiliki perhatian murni [ sati parisuddhi ], bebas dari perasaan bahagia dan tidak bahagia"

-----------------------------

Perhatikan Ariyasavako apakah saudara Marcedes mengerti artinya? Ariya-Savaka berarti siswa Ariya (siswa yang telah mencapai kesucian), pertanyaannya darimanakah Ariya nya didapat? sedangkan konsentrasi dan penunggalan pikirannya belakangan

Quotesekali lagi saya tidak mengatakan jika bukan jhana maka bukan samma-samadhi....
tetapi dalam sutta bukan kitab komentar...dimana acuan konsentrasi yang di sabdakan Buddha tertulis mengacu pada pencapaian jhana.

Dan bagaimana dengan sutta lain yang mengatakan bahwa objek meditasi tertentu hanya mencapai upacara samadhi? apakah sutta yang lain itu salah?

_/\_



Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c


Quote from: fabian c on 23 November 2009, 08:17:47 AM
Quote from: Peacemind on 23 November 2009, 01:13:27 AM
Quote from: g.citra on 23 November 2009, 12:36:39 AM
[at] peacemind

Apakah artinya:
1. upacarasamādhi ?
2. khanikasamādhi ?

_/\_

Umumnya upacarasamādhi diterjemahkan sebagai "Access concentration". Kata samādhi berasal dari awalan upa + kata cara dan samādhi. Secara harafiah, Upa = dekat, cara = melakukan, samādhi = konsentrasi. Dalam hal ini, kondisi batin ini dikatakn sebagai upacarasamādhi karena konsentrasi ini sangat dekat dengan jhāna yang mana sering sekali diidentifikasikan dengan kata samādhi. Sementara itu, khanikasamādhi diterjemahkan sebagai 'momentary concentration' - konsentrasi sementara. Sebenarnya, khanika berasal dari akar kata 'khana' yang berarti 'momen' atau 'waktu' dan akhiran 'ika' yang diselipkan untuk menjadikan kata tersebut sebagai kata sifat. Khanikasamādhi dikatakn demikian karena konsentrasi ini bersifat sementara dalam arti tidak sekuat ketika seseorang terpusat terus menerus kepada satu obyek seperti halnya ketika seseorang mencapai upacarasamādhi atau jhana.

Be happy.

Saudara Peacemind yang baik,

Dikatakan kanika samadhi tidak sekuat upacara samadhi atau Jhana, sedangkan untuk berlatih Vipassana diperlukan kanika samadhi, maka dengan demikian maka logikanya untuk mencapai Magga-Phala secara teoritis lebih mudah daripada mencapai Jhana, apa demikian?

_/\_

QuoteKekuatan konsentrasi khanikasamādhi memang tidak sekuat upacarasamādhi dan appanasamādhi (jhāna), namun tidak bisa dikatakan bahwa mencapai magga-phala lebih mudah daripada mencapai jhāna. Secara teoritis pun, mencapai magga-phala jelas lebih sulit daripada mencapai jhāna. Dalam urutan sattavisuddhi (seven stages of purification - tujuh tingkat kesucian) yang telah dijelaskan secara detil dalam Visuddhimagga, upacarasamādhi, jhāna berada pada tingkat yang tidak berbeda dari khanikasamādhi, yakni masih dalam tingkat kedua (cittavisuddhi - kesucian pikiran). Visuddhimagga menjelaskan bahwa Magga-phala muncul keika seseorang mencapai tingkat kesucian terakhir yakni Ñāṇadassanavisuddhi (the purification of knowledge and vision - kesucian pengetahuan dan  penglihatan). Oleh karena itu, untuk mencapai Magga-phala, setelah mencapai jhāna pun, ia harus melewati empat tingkat kesucian lainnya, yakni:

- diṭṭhivisuddhi (kesucian pandangan)
- Kaṇkhavitaranavisuddhi (kesucian dengan mengatasi keragu-raguan)
- Maggamaggañaṇadassanavisuddhi (kesucian mengetahui dan melihat mana yang jalan dan mana yang bukan jalan).
-Paṭipadāñāṇadassanavisuddhi (kesucian mengetahui dan melihat Jalan).

Be happy.

Sdra peace of mind yang baik,

Coba perhatikan ketidak sinkronan dan simpang siur antara pernyataan yang sering diungkapkan oleh banyak praktisi meditasi dan skolar berikut ini.
- untuk berlatih meditasi Vipassana diperlukan Jhana
- untuk berlatih meditasi Vipassana diperlukan kanika samadhi
- kanika samadhi lebih rendah dari upacara samadhi
- Sesudah mencapai Jhana baru bisa meditasi Vipassana
Coba resapi betapa simpang siurnya... bukankah ini berarti sesudah mencapai Jhana harus melatih kanika samadhi lagi untuk bervipassana?
Pa Auk Sayadaw dalam salah satu khotbah beliau juga mengatakan bahwa sesudah Jhana menjadi komplit tetap mengembangkan kanika samadhi lagi bila berlatih Vipassana.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Peacemind

Quote from: fabian c on 23 November 2009, 08:18:09 PM

[
Sdra peace of mind yang baik,

Coba perhatikan ketidak sinkronan dan simpang siur antara pernyataan yang sering diungkapkan oleh banyak praktisi meditasi dan skolar berikut ini.
- untuk berlatih meditasi Vipassana diperlukan Jhana
- untuk berlatih meditasi Vipassana diperlukan kanika samadhi
- kanika samadhi lebih rendah dari upacara samadhi
- Sesudah mencapai Jhana baru bisa meditasi Vipassana
Coba resapi betapa simpang siurnya... bukankah ini berarti sesudah mencapai Jhana harus melatih kanika samadhi lagi untuk bervipassana?
Pa Auk Sayadaw dalam salah satu khotbah beliau juga mengatakan bahwa sesudah Jhana menjadi komplit tetap mengembangkan kanika samadhi lagi bila berlatih Vipassana.

_/\_

Menurut pendapat saya begini. Pentingnya jhāna dalam praktik vipassana bukan terletak  pada SAAT SESEORANG BERADA DALAM JHĀNA. Namun yang menjadi penting di sini adalah seseorang yang telah memperoleh jhāna, apalagi ahli dalam jhāna, dalam kehidupan sehari-harinya pun, memiliki pikiran yang lebih tenang, fleksibel, lebih terpusat dan lebih murni. Kondisi pikiran demikian sangat mendukung seseorang untuk melihat fenomena batin dan jasmani lebih jelas. Dengan kata lain, kondisi pikiran demikian akan mempermudah seseorang untuk mempraktikkan Vipassana. Namun demikian, untuk memperoleh kemajuan yang berarti dalam praktik Vipassana bukan diharuskan bahwa seseorang harus memperoleh jhāna. Para guru meditasi mengatakan bahwa upacārasamādhi atau bahkan khaṇikasamādhi pun cukup dijadikan pondasi bagi seseorang dalam praktik Vipassana. Kenyataannya, seperti yang dijelaskan oleh guru2 meditasi, DALAM KONDISI JHĀNA, seseorang tidak bisa melihat timbul tenggelamnya fenomena karena dalam jhāna pikiran seseorang terserap ke satu obyek saja. Oleh karenanya, ia harus keluar dari jhāna untuk melihat timbul-tenggelamnya fenomena. Namun demikian, sekali lagi saya ulangi, seseorang yang telah mencapai jhāna memiliki kondisi pikiran yang lebih stabil daripada orang2 yang belum mencapai jhāna, sehingga setelah keluar dari jhāna pun, kondisi pikiran demikian sangat mendukung dalam praktik vipassana. Berbeda dari jhāna dan upacārasamādhi, dalam khaṇikasamādhi, seseorang masih mampu mengamati muncul dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani. Pada kenyataannya, khaṇikasamādhi merupakan konsentrasi yang diperoleh ketika seseorang menggunakan obyek muncul dan lenyapnya fenomena. Oleh karena itu, para meditator menjelaskan bahwa untuk melatih vipassana seseorang harus melatih / mencapai khaṇikasamādhi karena konsentrasi ini tidak menganggu pengamatan fenomena batin dan jasmani yang timbul tenggelam. Bahkan, khaṇikasamādhi bisa dikatakan sebagai faktor yang sangat perlu ketika seseorang mempraktikkan vipassana.

Jika demikian halnya, saya rasa beberapa argumen bukan masalah lagi.

Be happy.

hendrako

#14
Dari Angutara Nikaya:

72. Ketenangan dan Pandangan Terang
Empat jenis orang ini, O para bhikkhu, terdapat di dunia ini. Apakah empat orang ini?
Para bhikkhu, di sini ada orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.46 Orang lain memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal. Ada orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal dan tidak juga kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal. Dan ada lagi orang lain yang memperoleh ketenangan pikiran internal dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana bentukan-bentukan harus dilihat? Bagaimana bentukan-bentukan harus dijelajahi? Bagaimana bentukan-bentukan harus dipahami dengan pandangan terang?"47 Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini; mereka harus dijelajahi dengan cara begini; mereka harus dipahami dengan pandangan terang dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harus mendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memperoleh kedua-duanya dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran harus dimantapkan? ... Sahabat, bagaimana bentukan harus dilihat? ..." Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini ... Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini ..." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus memantapkan diri hanya dalam keadaan-keadaan yang bajik ini dan mengerahkan usaha selanjutnya untuk menghancurkan noda-noda.

(IV, 94)

Catatan:

46 AA menjelaskan ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) sebagai konsentrasi penyerapan mental yang penuh (yaitu jhana), dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi tentang hal-hal (adhipaññadhammavipassana) sebagai pengetahuan pandangan terang yang memahami bentukan-bentukan (sankharapariggahaka-vipassanañana). Yang terakhir ini disebut "kebijaksanaan yang lebih tinggi" dan merupakan pandangan terang dalam "hal-hal" yang dibentuk oleh lima kelompok khanda.

47 "Bentukan-bentukan" (sankhara) merupakan fenomena terkondisi dari lima kelompok khanda: bentuk badan jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan berniat dan kesadaran.

Sumber: Samaggiphala.or.id
yaa... gitu deh