Apakah konsentrasi kuat identik dengan Jhana?

Started by fabian c, 22 November 2009, 09:14:54 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

gak salah cik?
bukannya makhluk dvihetuka sangat jarang terlahir sebagai manusia?
kalau manusia pun biasa ada kelainannya?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

dilbert

Quote from: Lily W on 24 November 2009, 05:08:19 PM
Kalo menurut Dr. Mehm Tin Mon... Jhana, Magga & Phala sama2 penting..;D

kalo seperti kita2 ini (rata2 dvihetuka puggala) mendingan dari Samatha (jhana) dulu...tetapi apabila ada yg tihetuka puggala maka dia bisa langsung ber vipassana (tanpa jhana dulu). Bagi dvihetuka puggala akan sangat sulit langsung bervipassana.

_/\_ :lotus:

bagaimana kita bisa tahju kita adalah dvihetuka puggala dan tihetuka puggala ??
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

hendrako

Quote from: fabian c on 24 November 2009, 09:16:37 AM
Quote from: Sumedho on 24 November 2009, 07:39:58 AM
QuoteTerus terang kadang-kadang saya merasa enggan menjadikan access to insight sebagai referensi karena saya melihat bahwa bhikkhu Thanissaro seringkali bias, ia pro pada pandangan bahwa kesucian hanya bisa dicapai bila seseorang telah memiliki Jhana.

Penyebab saya masih sering menjadikan access to insight sebagai referensi hanya karena terpaksa.

soal ini, yah kita kan bukan ambil dari kata2x beliau, tetapi dari Sutta2x terjemahannya. lagi pula site itu bukan punya bhante Thanissaro, tapi punya si John Bullit.

kalau dari yg saya tahu beliau tidak berkata semua jenis tingkat kesucian memerlukan jhana. unless i miss something? CMIIW

kalau dari sudut kebalikannya, kenapa yg tidak pro jhana itu tidak merujuk pada sutta?

Jangan salah paham saya bukan bukan pro Jhana atau tidak Jhana, saya beranggapan kedua-duanya bisa membawa pada kesucian berdasarkan pengalaman saya.

Sebenarnya suttanya ada, cuma apakah kita cukup terbuka untuk menerima pandangan yang berbeda dengan kita?

Perhatikan postingan saudara Hendrako:
coba disimak baik-baik.

Quote from: hendrako on 23 November 2009, 10:22:03 PM
Dari Angutara Nikaya:

72. Ketenangan dan Pandangan Terang
Empat jenis orang ini, O para bhikkhu, terdapat di dunia ini. Apakah empat orang ini?
Para bhikkhu, di sini ada orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal (adhipaññadhammavipassana).46 Orang lain memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal. Ada orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal dan tidak juga kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal. Dan ada lagi orang lain yang memperoleh ketenangan pikiran internal dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana bentukan-bentukan harus dilihat? Bagaimana bentukan-bentukan harus dijelajahi? Bagaimana bentukan-bentukan harus dipahami dengan pandangan terang?"47 Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini; mereka harus dijelajahi dengan cara begini; mereka harus dipahami dengan pandangan terang dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harusmendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memperoleh kedua-duanya dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran harus dimantapkan? ... Sahabat, bagaimana bentukan harus dilihat? ..." Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini ... Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini ..." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus memantapkan diri hanya dalam keadaan-keadaan yang bajik ini dan mengerahkan usaha selanjutnya untuk menghancurkan noda-noda.

(IV, 94)

Catatan:

46 AA menjelaskan ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) sebagai konsentrasi penyerapan mental yang penuh (yaitu jhana), dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi tentang hal-hal (adhipaññadhammavipassana) sebagai pengetahuan pandangan terang yang memahami bentukan-bentukan (sankharapariggahaka-vipassanañana). Yang terakhir ini disebut "kebijaksanaan yang lebih tinggi" dan merupakan pandangan terang dalam "hal-hal" yang dibentuk oleh lima kelompok khanda.

47 "Bentukan-bentukan" (sankhara) merupakan fenomena terkondisi dari lima kelompok khanda: bentuk badan jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan berniat dan kesadaran.

Sumber: Samaggiphala.or.id

Coba suhu perhatikan yang saya bold dan yang saya warnai.
Coba renungkan kalimat yang warnai merah. Mengapa seseorang bisa memiliki (adhipaññadhammavipassana) padahal tidak memiliki ketenangan internal?

_/\_

Namun juga harus diperhatikan penjelasannya lebih lanjut yang saya warnai hijau dan selanjutnya berwarna biru, terutama bagian akhir.
Intinya, harus dibaca secara keseluruhan.
yaa... gitu deh

fabian c

#33
Quote from: gachapin on 24 November 2009, 03:40:06 PM
masalah perlu jhana atau kagak sih memang sudah perdebatan dari dulu.

secara saya pribadi sih mikir praktis saja
kalau menurut guru meditasi, dari 100 orang yang mencapai jhana paling hanya 1 atau 2 orang yang berbakat berhasil mencapai jhana langsung melalui metode kasina
apalagi kalau mencapai kesucian langsung tanpa melalui jhana, tentu jumlahnya lebih sedikit lagi

jadi usahakan melalui jhana dulu, kalau sudah berhasil sudah ada bekal, baru lanjutkan ke vipassana :)

Sdr Gachapin yang baik, kalau yang tertulis di Visuddhi Magga, yang dimaksud 1 diantara 100 adalah mereka yang mencapai Jhana dengan objek kasina.
Tetapi tidak dikatakan untuk meditasi dengan objek anapanasati dll

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

Quote from: gachapin on 24 November 2009, 05:22:13 PM
gak salah cik?
bukannya makhluk dvihetuka sangat jarang terlahir sebagai manusia?
kalau manusia pun biasa ada kelainannya?

Menurut yang saya tahu juga demikian, umumnya kita adalah dvihetuka puggala, oleh karena itu banyak yang berhasil dalam meditasi Samatha maupn Vipassana.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

Quote from: dilbert on 24 November 2009, 05:25:39 PM
Quote from: Lily W on 24 November 2009, 05:08:19 PM
Kalo menurut Dr. Mehm Tin Mon... Jhana, Magga & Phala sama2 penting..;D

kalo seperti kita2 ini (rata2 dvihetuka puggala) mendingan dari Samatha (jhana) dulu...tetapi apabila ada yg tihetuka puggala maka dia bisa langsung ber vipassana (tanpa jhana dulu). Bagi dvihetuka puggala akan sangat sulit langsung bervipassana.

_/\_ :lotus:

bagaimana kita bisa tahju kita adalah dvihetuka puggala dan tihetuka puggala ??

Coba saudara Dilbert meditasi intensif, bila mencapai Jhana atau Sotapanna bisa dipastikan Sdr Dilbert adalah Tihetuka Puggala
:))
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Sumedho

QuoteCoba baca dengan seksama Angutara Nikaya 4 no 94 tersebut (smadhi sutta) yang dengan jelas mengatakan bahwa ada orang yang memiliki kebijaksanaan pengetahuan Dhamma Vipassana saja dan ada yang memiliki ketenangan samatha saja.
Mbah, tapi kan ditulis dibawahnya juga, takes both lor utk menghancurkan noda which is utk pembebasan. bisa dikembangkan terpisah tapi perlu dua2xnya.

Quote
Sebenarnya kalau mau dibalik pertanyaan yang sama juga bisa diajukan kepada Ajahn brahm dan Bhante Thanissaro: Dimanakah di Tipitaka ada pernyataaan yang mengatakan bahwa kesucian hanya bisa dicapai setelah memiliki Jhana?
Wah, repot mbah kalau tanya ke mereka. Tapi tentang ini kan udah pernah saya posting dari AN 9:36: Jhana Sutta

Quote from: AN 9:36: Jhana Sutta"I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhanab... the second jhana... the third... the fourth... the dimension of the infinitude of space... the dimension of the infinitude of consciousness... the dimension of nothingness. I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of neither perception nor non-perception.

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana.' Thus it has been said. In reference to what was it said? There is the case where a monk, secluded from sensuality, secluded from unskillful qualities, enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born of seclusion, accompanied by directed thought & evaluation. He regards whatever phenomena there that are connected with form, feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Suppose that an archer or archer's apprentice were to practice on a straw man or mound of clay, so that after a while he would become able to shoot long distances, to fire accurate shots in rapid succession, and to pierce great masses. In the same way, there is the case where a monk... enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born of withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. He regards whatever phenomena there that are connected with form, feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Staying right there, he reaches the ending of the mental fermentations. Or, if not, then — through this very dhamma-passion, this very dhamma-delight, and from the total wasting away of the first five of the fetters1 — he is due to be reborn [in the Pure Abodes], there to be totally unbound, never again to return from that world.

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana.' Thus was it said, and in reference to this was it said.

(Similarly with the second, third, and fourth jhana.)

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of the infinitude of space.' Thus it has been said. In reference to what was it said? There is the case where a monk, with the complete transcending of perceptions of [physical] form, with the disappearance of perceptions of resistance, and not heeding perceptions of diversity, [perceiving,] 'Infinite space,' enters & remains in the dimension of the infinitude of space. He regards whatever phenomena there that are connected with feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Suppose that an archer or archer's apprentice were to practice on a straw man or mound of clay, so that after a while he would become able to shoot long distances, to fire accurate shots in rapid succession, and to pierce great masses. In the same way, there is the case where a monk... enters & remains in the dimension of the infinitude of space. He regards whatever phenomena there that are connected with feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Staying right there, he reaches the ending of the mental fermentations. Or, if not, then — through this very dhamma-passion, this very dhamma-delight, and from the total wasting away of the first five of the fetters — he is due to be reborn [in the Pure Abodes], there to be totally unbound, never again to return from that world.

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of the infinitude of space.' Thus was it said, and in reference to this was it said.

(Similarly with the dimension of the infinitude of consciousness and the dimension of nothingness.)

"Thus, as far as the perception-attainments go, that is as far as gnosis-penetration goes. As for these two spheres — the attainment of the dimension of neither perception nor non-perception & the attainment of the cessation of feeling & perception — I tell you that they are to be rightly explained by those monks who are meditators, skilled in attaining, skilled in attaining & emerging, who have attained & emerged in dependence on them."
There is no place like 127.0.0.1

fabian c

Quote from: hendrako on 24 November 2009, 06:05:18 PM
Quote from: fabian c on 24 November 2009, 09:16:37 AM
Quote from: Sumedho on 24 November 2009, 07:39:58 AM
QuoteTerus terang kadang-kadang saya merasa enggan menjadikan access to insight sebagai referensi karena saya melihat bahwa bhikkhu Thanissaro seringkali bias, ia pro pada pandangan bahwa kesucian hanya bisa dicapai bila seseorang telah memiliki Jhana.

Penyebab saya masih sering menjadikan access to insight sebagai referensi hanya karena terpaksa.

soal ini, yah kita kan bukan ambil dari kata2x beliau, tetapi dari Sutta2x terjemahannya. lagi pula site itu bukan punya bhante Thanissaro, tapi punya si John Bullit.

kalau dari yg saya tahu beliau tidak berkata semua jenis tingkat kesucian memerlukan jhana. unless i miss something? CMIIW

kalau dari sudut kebalikannya, kenapa yg tidak pro jhana itu tidak merujuk pada sutta?

Jangan salah paham saya bukan bukan pro Jhana atau tidak Jhana, saya beranggapan kedua-duanya bisa membawa pada kesucian berdasarkan pengalaman saya.

Sebenarnya suttanya ada, cuma apakah kita cukup terbuka untuk menerima pandangan yang berbeda dengan kita?

Perhatikan postingan saudara Hendrako:
coba disimak baik-baik.

Quote from: hendrako on 23 November 2009, 10:22:03 PM
Dari Angutara Nikaya:

72. Ketenangan dan Pandangan Terang
Empat jenis orang ini, O para bhikkhu, terdapat di dunia ini. Apakah empat orang ini?
Para bhikkhu, di sini ada orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal (adhipaññadhammavipassana).46 Orang lain memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal. Ada orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal dan tidak juga kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal. Dan ada lagi orang lain yang memperoleh ketenangan pikiran internal dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana bentukan-bentukan harus dilihat? Bagaimana bentukan-bentukan harus dijelajahi? Bagaimana bentukan-bentukan harus dipahami dengan pandangan terang?"47 Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini; mereka harus dijelajahi dengan cara begini; mereka harus dipahami dengan pandangan terang dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harusmendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memperoleh kedua-duanya dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran harus dimantapkan? ... Sahabat, bagaimana bentukan harus dilihat? ..." Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini ... Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini ..." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus memantapkan diri hanya dalam keadaan-keadaan yang bajik ini dan mengerahkan usaha selanjutnya untuk menghancurkan noda-noda.

(IV, 94)

Catatan:

46 AA menjelaskan ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) sebagai konsentrasi penyerapan mental yang penuh (yaitu jhana), dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi tentang hal-hal (adhipaññadhammavipassana) sebagai pengetahuan pandangan terang yang memahami bentukan-bentukan (sankharapariggahaka-vipassanañana). Yang terakhir ini disebut "kebijaksanaan yang lebih tinggi" dan merupakan pandangan terang dalam "hal-hal" yang dibentuk oleh lima kelompok khanda.

47 "Bentukan-bentukan" (sankhara) merupakan fenomena terkondisi dari lima kelompok khanda: bentuk badan jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan berniat dan kesadaran.

Sumber: Samaggiphala.or.id

Coba suhu perhatikan yang saya bold dan yang saya warnai.
Coba renungkan kalimat yang warnai merah. Mengapa seseorang bisa memiliki (adhipaññadhammavipassana) padahal tidak memiliki ketenangan internal?

_/\_

Namun juga harus diperhatikan penjelasannya lebih lanjut yang saya warnai hijau dan selanjutnya berwarna biru, terutama bagian akhir.
Intinya, harus dibaca secara keseluruhan.

Saudara Hendrako yang baik,
Saya setuju sekali, sebenarnya Vipassana dan Samatha saling melengkapi.

Menurut yang saya dengar dari guru meditasi terkenal (saya tidak mau dianggap mempromosikan guru tsb) seseorang yang mencapai Jhana kemudian melengkapi dirinya dengan berlatih Vipassana maka konsentrasinya akan menjadi stabil.
Demikian juga sebaliknya bila seseorang yang telah berlatih Vipassana lalu dilengkapi dengan Samatha maka konsentrasinya akan menjadi stabil.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

Quote
QuoteCoba baca dengan seksama Angutara Nikaya 4 no 94 tersebut (smadhi sutta) yang dengan jelas mengatakan bahwa ada orang yang memiliki kebijaksanaan pengetahuan Dhamma Vipassana saja dan ada yang memiliki ketenangan samatha saja.
Mbah, tapi kan ditulis dibawahnya juga, takes both lor utk menghancurkan noda which is utk pembebasan. bisa dikembangkan terpisah tapi perlu dua2xnya.

Eyang, mbah, oom, engkong, bro yang baik,
kalau menurut yang saya tangkap bukan mengatakan diperlukan dua-duanya, tetapi hanya dikatakan harus dikembangkan karena dua-duanya merupakan bentuk kebajikan lalu Beliau juga menasehatkan agar kita mengerahkan usaha lebih lanjut untuk menghancurkan noda-noda.
Access to insight menerjemahkan sebagai berikut:
"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.

Quote
Quote
Sebenarnya kalau mau dibalik pertanyaan yang sama juga bisa diajukan kepada Ajahn brahm dan Bhante Thanissaro: Dimanakah di Tipitaka ada pernyataaan yang mengatakan bahwa kesucian hanya bisa dicapai setelah memiliki Jhana?
Wah, repot mbah kalau tanya ke mereka. Tapi tentang ini kan udah pernah saya posting dari AN 9:36: Jhana Sutta

Quote from: AN 9:36: Jhana Sutta"I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhanab... the second jhana... the third... the fourth... the dimension of the infinitude of space... the dimension of the infinitude of consciousness... the dimension of nothingness. I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of neither perception nor non-perception.

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana.' Thus it has been said. In reference to what was it said? There is the case where a monk, secluded from sensuality, secluded from unskillful qualities, enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born of seclusion, accompanied by directed thought & evaluation. He regards whatever phenomena there that are connected with form, feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Suppose that an archer or archer's apprentice were to practice on a straw man or mound of clay, so that after a while he would become able to shoot long distances, to fire accurate shots in rapid succession, and to pierce great masses. In the same way, there is the case where a monk... enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born of withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. He regards whatever phenomena there that are connected with form, feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Staying right there, he reaches the ending of the mental fermentations. Or, if not, then — through this very dhamma-passion, this very dhamma-delight, and from the total wasting away of the first five of the fetters1 — he is due to be reborn [in the Pure Abodes], there to be totally unbound, never again to return from that world.

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana.' Thus was it said, and in reference to this was it said.

(Similarly with the second, third, and fourth jhana.)

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of the infinitude of space.' Thus it has been said. In reference to what was it said? There is the case where a monk, with the complete transcending of perceptions of [physical] form, with the disappearance of perceptions of resistance, and not heeding perceptions of diversity, [perceiving,] 'Infinite space,' enters & remains in the dimension of the infinitude of space. He regards whatever phenomena there that are connected with feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Suppose that an archer or archer's apprentice were to practice on a straw man or mound of clay, so that after a while he would become able to shoot long distances, to fire accurate shots in rapid succession, and to pierce great masses. In the same way, there is the case where a monk... enters & remains in the dimension of the infinitude of space. He regards whatever phenomena there that are connected with feeling, perception, fabrications, & consciousness, as inconstant, stressful, a disease, a cancer, an arrow, painful, an affliction, alien, a disintegration, an emptiness, not-self. He turns his mind away from those phenomena, and having done so, inclines his mind to the property of deathlessness: 'This is peace, this is exquisite — the resolution of all fabrications; the relinquishment of all acquisitions; the ending of craving; dispassion; cessation; Unbinding.'

"Staying right there, he reaches the ending of the mental fermentations. Or, if not, then — through this very dhamma-passion, this very dhamma-delight, and from the total wasting away of the first five of the fetters — he is due to be reborn [in the Pure Abodes], there to be totally unbound, never again to return from that world.

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the dimension of the infinitude of space.' Thus was it said, and in reference to this was it said.

(Similarly with the dimension of the infinitude of consciousness and the dimension of nothingness.)

"Thus, as far as the perception-attainments go, that is as far as gnosis-penetration goes. As for these two spheres — the attainment of the dimension of neither perception nor non-perception & the attainment of the cessation of feeling & perception — I tell you that they are to be rightly explained by those monks who are meditators, skilled in attaining, skilled in attaining & emerging, who have attained & emerged in dependence on them."

Sayang saya bukan ahli bahasa Pali sehingga tidak mengerti maksud dari sutta ini yang sebenarnya.

coba bila saya terjemahkan :

"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana.'
"Saya terangkan kepadamu, mengakhiri kekotoran batin yang bergantung pada Jhana pertama."
bandingkan dengan penerjemahan berikut ini:
"Kukatakan padamu, kekotoran batin berakhir tergantung pada Jhana pertama".

Kedua-duanya adalah penerjemahan terhadap kalimat yang sama, saya rasa juga tidak nampak meleset dari bahasa Inggrisnya.Kelihatannya penerjemahannya dua-duanya benar, tetapi artinya berbeda kan?
Inilah yang harus diwaspadai oleh penerjemah dalam menerjemahkan Tipitaka, karena personal preference bisa menjadi penentu.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Sumedho

QuoteEyang, mbah, oom, engkong, bro yang baik,
kalau menurut yang saya tangkap bukan mengatakan diperlukan dua-duanya, tetapi hanya dikatakan harus dikembangkan karena dua-duanya merupakan bentuk kebajikan lalu Beliau juga menasehatkan agar kita mengerahkan usaha lebih lanjut untuk menghancurkan noda-noda.
Access to insight menerjemahkan sebagai berikut:
"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.
Nah loh, mbah fab baca sutta yg sama bukan nih? jgn2x kita ngomong sutta yg berbeda pulak. kita baca dari awal deh.

Quote from: AN 4.94:Samadhi Sutta: Concentration (Tranquillity and Insight)
translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu
© 1998–2009

"Monks, these four types of individuals are to be found existing in the world. Which four?

"There is the case of the individual who has attained internal tranquillity of awareness, but not insight into phenomena through heightened discernment. Then there is the case of the individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment, but not internal tranquillity of awareness. Then there is the case of the individual who has attained neither internal tranquillity of awareness nor insight into phenomena through heightened discernment. And then there is the case of the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"The individual who has attained internal tranquillity of awareness, but not insight into phenomena through heightened discernment, should approach an individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment and ask him: 'How should fabrications be regarded? How should they be investigated? How should they be seen with insight?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'Fabrications should be regarded in this way. Fabrications should be investigated in this way. Fabrications should be seen in this way with insight.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment, but not internal tranquillity of awareness, he should approach an individual who has attained internal tranquillity of awareness... and ask him, 'How should the mind be steadied? How should it be made to settle down? How should it be unified? How should it be concentrated?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'The mind should be steadied in this way. The mind should be made to settle down in this way. The mind should be unified in this way. The mind should be concentrated in this way.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained neither internal tranquillity of awareness nor insight into phenomena through heightened discernment, he should approach an individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment... and ask him, 'How should the mind be steadied? How should it be made to settle down? How should it be unified? How should it be concentrated? How should fabrications be regarded? How should they be investigated? How should they be seen with insight?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'The mind should be steadied in this way. The mind should be made to settle down in this way. The mind should be unified in this way. The mind should be concentrated in this way. Fabrications should be regarded in this way. Fabrications should be investigated in this way. Fabrications should be seen in this way with insight.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.

"These are four types of individuals to be found existing in the world."
Sepenerawangan saya yg sedikit native speaker hokkien, digambarkan sebagai berikut

-insight & +tranquil -> belajar insight
+insight & -tranquil  -> belajar tranquil
-insight & -tranquil -> belajar dua2xnya
+insight & +tranquil -> lanjot

Setelah punya dua2xnya
Quote"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.
baru lanjut make effort those (jamak, keduanya) untuk ending mental fermentation.

jelaskan, disuruh lengkapi both, baru lanjot. crystal clear.


Quote"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana.'
"Saya terangkan kepadamu, mengakhiri kekotoran batin yang bergantung pada Jhana pertama."
bandingkan dengan penerjemahan berikut ini:
"Kukatakan padamu, kekotoran batin berakhir tergantung pada Jhana pertama".

Kedua-duanya adalah penerjemahan terhadap kalimat yang sama, saya rasa juga tidak nampak meleset dari bahasa Inggrisnya.Kelihatannya penerjemahannya dua-duanya benar, tetapi artinya berbeda kan?
Inilah yang harus diwaspadai oleh penerjemah dalam menerjemahkan Tipitaka, karena personal preference bisa menjadi penentu.
yah pointnya adalah sudah cukup jelas, dari sutta2x lain juga sejalan dengan ini, menyatakan jhana adalah diperlukan. Samma Samadhi juga dijelaskan koq. Kita boleh saja buka referensi dari penerjemah lain yg menurut mbah lebih "netral", tapi sepenerawangan aye sih bakal sama juga hasilnya. ada yg bisa bantu?
There is no place like 127.0.0.1

fabian c

Quote
QuoteEyang, mbah, oom, engkong, bro yang baik,
kalau menurut yang saya tangkap bukan mengatakan diperlukan dua-duanya, tetapi hanya dikatakan harus dikembangkan karena dua-duanya merupakan bentuk kebajikan lalu Beliau juga menasehatkan agar kita mengerahkan usaha lebih lanjut untuk menghancurkan noda-noda.
Access to insight menerjemahkan sebagai berikut:
"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.
Nah loh, mbah fab baca sutta yg sama bukan nih? jgn2x kita ngomong sutta yg berbeda pulak. kita baca dari awal deh.

Kayaknya sama engkong... eh suhu....  ^:)^

Quote
Quote from: AN 4.94:Samadhi Sutta: Concentration (Tranquillity and Insight)
translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu
© 1998–2009

"Monks, these four types of individuals are to be found existing in the world. Which four?

"There is the case of the individual who has attained internal tranquillity of awareness, but not insight into phenomena through heightened discernment. Then there is the case of the individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment, but not internal tranquillity of awareness. Then there is the case of the individual who has attained neither internal tranquillity of awareness nor insight into phenomena through heightened discernment. And then there is the case of the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"The individual who has attained internal tranquillity of awareness, but not insight into phenomena through heightened discernment, should approach an individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment and ask him: 'How should fabrications be regarded? How should they be investigated? How should they be seen with insight?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'Fabrications should be regarded in this way. Fabrications should be investigated in this way. Fabrications should be seen in this way with insight.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained insight into phenomena through heightened discernment, but not internal tranquillity of awareness, he should approach an individual who has attained internal tranquillity of awareness... and ask him, 'How should the mind be steadied? How should it be made to settle down? How should it be unified? How should it be concentrated?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'The mind should be steadied in this way. The mind should be made to settle down in this way. The mind should be unified in this way. The mind should be concentrated in this way.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained neither internal tranquillity of awareness nor insight into phenomena through heightened discernment, he should approach an individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment... and ask him, 'How should the mind be steadied? How should it be made to settle down? How should it be unified? How should it be concentrated? How should fabrications be regarded? How should they be investigated? How should they be seen with insight?' The other will answer in line with what he has seen & experienced: 'The mind should be steadied in this way. The mind should be made to settle down in this way. The mind should be unified in this way. The mind should be concentrated in this way. Fabrications should be regarded in this way. Fabrications should be investigated in this way. Fabrications should be seen in this way with insight.' Then eventually he [the first] will become one who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment.

"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.

"These are four types of individuals to be found existing in the world."
Sepenerawangan saya yg sedikit native speaker hokkien, digambarkan sebagai berikut

-insight & +tranquil -> belajar insight
+insight & -tranquil  -> belajar tranquil
-insight & -tranquil -> belajar dua2xnya
+insight & +tranquil -> lanjot
Setelah punya dua2xnya
Eh...kayaknya kita sependapat ya?

Quote
Quote"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.
baru lanjut make effort those (jamak, keduanya) untuk ending mental fermentation.

jelaskan, disuruh lengkapi both, baru lanjot. crystal clear.
Nambahin sedikit ya suhu?
Sang Buddha tidak mengatakan bahwa itulah jalan satu-satunya, Sang Buddha hanya mengatakan bahwa itu harus dilatih, Sang Buddha juga mengatakan pada para Bhikkhu bahwa Vinaya juga harus dijalankan.

Quote
Quote"'I tell you, the ending of the mental fermentations depends on the first jhana.'
"Saya terangkan kepadamu, mengakhiri kekotoran batin yang bergantung pada Jhana pertama."
bandingkan dengan penerjemahan berikut ini:
"Kukatakan padamu, kekotoran batin berakhir tergantung pada Jhana pertama".

Kedua-duanya adalah penerjemahan terhadap kalimat yang sama, saya rasa juga tidak nampak meleset dari bahasa Inggrisnya.Kelihatannya penerjemahannya dua-duanya benar, tetapi artinya berbeda kan?
Inilah yang harus diwaspadai oleh penerjemah dalam menerjemahkan Tipitaka, karena personal preference bisa menjadi penentu.
yah pointnya adalah sudah cukup jelas, dari sutta2x lain juga sejalan dengan ini, menyatakan jhana adalah diperlukan. Samma Samadhi juga dijelaskan koq. Kita boleh saja buka referensi dari penerjemah lain yg menurut mbah lebih "netral", tapi sepenerawangan aye sih bakal sama juga hasilnya. ada yg bisa bantu?

Sutta ini kan sama dengan sutta yang dimuat oleh sdr Hendrako. Kan nampak jelas dari sutta tersebut ada orang yang memiliki Adhi panna Dhamma Vipassana tetapi tak memiliki ajjhatam cetosamatha, dan ada juga yang memiliki ajjhatam cetosamatha tetapi tak memiliki Adhi panna Dhamma Vipassana.

Menurut saya sih, tidak ada satu suttapun yang mengatakan bahwa kesucian hanya bisa dicapai jika orang tersebut memiliki Jhana.
Paling-paling sutta-sutta tersebut hanya mengatakan bahwa Jhana amat sangat membantu dalam berlatih Vipassana Bhavana.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Sumedho

untung dipasang ulang, jadi nyambong.

kalau saya sih nda ngomong soal hanya Jhana cukup, tapi dari sudut kebalikannya loh, bahwa tanpa jhana itu bisa mencapai pembebasan. atau singkatnya... no jhana, no arahant?

Quote from: Dhammapada 372
There's no jhana for one with no discernment,
no discernment for one with no jhana.
But one with both jhana & discernment: he's on the verge of Unbinding.

There is no place like 127.0.0.1

Jerry

Balik lagi ke dasarnya, samain dulu minimal mengerti persepsi lawan bicara mengenai samatha, vipassana dan jhana itu sendiri biar lebih nyambung lg. ;D
appamadena sampadetha

bond

#43
Quote
Quote
Quote
"As for the individual who has attained both internal tranquillity of awareness & insight into phenomena through heightened discernment, his duty is to make an effort in establishing ('tuning') those very same skillful qualities to a higher degree for the ending of the (mental) fermentations.
baru lanjut make effort those (jamak, keduanya) untuk ending mental fermentation.

jelaskan, disuruh lengkapi both, baru lanjot. crystal clear.
Nambahin sedikit ya suhu?
Sang Buddha tidak mengatakan bahwa itulah jalan satu-satunya, Sang Buddha hanya mengatakan bahwa itu harus dilatih, Sang Buddha juga mengatakan pada para Bhikkhu bahwa Vinaya juga harus dijalankan.

Om fabian maksudnya apa ya?,.... bukan jalan satu-satunya tapi harus dilatih..... Bukankah artinya tetap lewat jalan yg satu itu? Kalo direct vipasanna berarti jhana tidak dilatih . Sementara Sang Buddha bilang harus dilatih...
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

bond

Quote from: fabian c on 24 November 2009, 06:58:32 PM
Quote from: gachapin on 24 November 2009, 05:22:13 PM
gak salah cik?
bukannya makhluk dvihetuka sangat jarang terlahir sebagai manusia?
kalau manusia pun biasa ada kelainannya?

Menurut yang saya tahu juga demikian, umumnya kita adalah dvihetuka puggala, oleh karena itu banyak yang berhasil dalam meditasi Samatha maupn Vipassana.

_/\_

Sepertinya manusia normal adalah tihetuka puggala, bukan dvihetuka puggala. Yang saya tau dvihetuka puggala bila terlahir sebagai manusia pasti abnormal dan tidak bisa mencapai jhana apalagi kesucian.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada