Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme

Started by Nevada, 15 September 2009, 10:55:04 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dilbert

Quote from: sanjiva on 04 April 2013, 01:55:41 AM
Karena mereka bukan pacceka buddha, yang punya kemampuan mengarahkan pikiran untuk mencapai pencerahan.  Jadi meski mampu, mereka tidak tahu musti ke sana dan tidak tahu bagaimana caranya.

yah pasti bukan pacceka buddha... kalau yang nama-nya buddha, kan berarti sudah mencapai pencerahan / kesucian...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

allthingmustpass

suhu-suhu izinkan saya menanyakan:
1. darimana cerita asal usul hidup buddha berasal? apakah dari tipitaka?
2. dari cerita buddha, saya membaca kalau buddha baru pertama kali melihat orang sakit, mati dan tua saat keluar dari kerajaan? apakah ini bukannya berkontradiksi dengan logika:
          - dimana ibunya sendiri (Ratu Maya) sudah meninggal
          - siddharta sejak kecil sudah dididik dengan guru pribadi dan memiliki prestasi yang hebat dalam ilmu pengetahuan. masa pintar baru sadar hal paling DASAR dalam logika manusia ketika baru keluar dari istana. bukankah itu suatu kejanggalan menurut suhu-suhu?
3. bagaimana menyikapi kisah-kisah dalam cerita buddha yang terkesan metafisik (maaf terkesan tahyul), seperti waktu buddha lahir apa yang diinjak jadi teratai, dewa-dewi turun melihat buddha dan sebagainya? apakah ini cuma penambahan-penambahan saja atau memang ajaran asli buddha.

mohon jawaban suhu-suhu sekalian.
Do not pursue the past. Do not lose yourself in the future. The past no longer is. The future has not yet come. Looking deeply at life as it is. In the very here and now

William_phang

Quote from: allthingmustpass on 29 September 2013, 03:08:15 PM
suhu-suhu izinkan saya menanyakan:
1. darimana cerita asal usul hidup buddha berasal? apakah dari tipitaka?
2. dari cerita buddha, saya membaca kalau buddha baru pertama kali melihat orang sakit, mati dan tua saat keluar dari kerajaan? apakah ini bukannya berkontradiksi dengan logika:
          - dimana ibunya sendiri (Ratu Maya) sudah meninggal
          - siddharta sejak kecil sudah dididik dengan guru pribadi dan memiliki prestasi yang hebat dalam ilmu pengetahuan. masa pintar baru sadar hal paling DASAR dalam logika manusia ketika baru keluar dari istana. bukankah itu suatu kejanggalan menurut suhu-suhu?
3. bagaimana menyikapi kisah-kisah dalam cerita buddha yang terkesan metafisik (maaf terkesan tahyul), seperti waktu buddha lahir apa yang diinjak jadi teratai, dewa-dewi turun melihat buddha dan sebagainya? apakah ini cuma penambahan-penambahan saja atau memang ajaran asli buddha.

mohon jawaban suhu-suhu sekalian.


Untuk cerita mengenai hidup Buddha ada terdapat didalam sutta, budhavamsa dan juga jataka. Untuk yang sudah disusun lengkap silahkan baca:
" Riwayat Agung Para Buddha":
http://dhammacitta.org/perpustakaan/riwayat-agung-para-buddha/comment-page-1/

Setelah Buddha Lahir, 7 hari kemudianni ibunya meninggal dunia. Dan ketika di ramal oleh kaladevila bahwa anak ini adalah manusia agung dan akan meninggalkan duniawi jika beliau melihat 4 tanda: orang sakit, orang mati, orang tua, dan petapa. Oleh sebab tsb, raja Sudodhana mencegah Siddartha untuk melihat 4 kondisi tsb dengan membuat istana yg wewah untuk masing-masing musim.
Karena sudah dicegah oleh raja tentu Siddartha tidak mempunyai kesempatan untuk melihat 4 kondisi tsb.

Buddha memang mengajarkan ada 31 alam kehidupan, jd ya sangat masuk akal kalo para dewa melindungi calon Buddha. Dan setelah Siddartha mencapai pencerahan, para dewa datang mengunjungi dan belajar  dari Buddha.
Untuk orang2 yg telah mempunyai kemampuan bathin, mereka bisa melihat alam kehidupan yang lain.... sebenarnya kita blm mempunyai abhinna juga bisa melihat kehidupan yang lain - misalkan ada alam binatang....


allthingmustpass

Quote from: william_phang on 29 September 2013, 03:51:52 PM
Untuk cerita mengenai hidup Buddha ada terdapat didalam sutta, budhavamsa dan juga jataka. Untuk yang sudah disusun lengkap silahkan baca:
" Riwayat Agung Para Buddha":
http://dhammacitta.org/perpustakaan/riwayat-agung-para-buddha/comment-page-1/

Setelah Buddha Lahir, 7 hari kemudianni ibunya meninggal dunia. Dan ketika di ramal oleh kaladevila bahwa anak ini adalah manusia agung dan akan meninggalkan duniawi jika beliau melihat 4 tanda: orang sakit, orang mati, orang tua, dan petapa. Oleh sebab tsb, raja Sudodhana mencegah Siddartha untuk melihat 4 kondisi tsb dengan membuat istana yg wewah untuk masing-masing musim.
Karena sudah dicegah oleh raja tentu Siddartha tidak mempunyai kesempatan untuk melihat 4 kondisi tsb.

Buddha memang mengajarkan ada 31 alam kehidupan, jd ya sangat masuk akal kalo para dewa melindungi calon Buddha. Dan setelah Siddartha mencapai pencerahan, para dewa datang mengunjungi dan belajar  dari Buddha.
Untuk orang2 yg telah mempunyai kemampuan bathin, mereka bisa melihat alam kehidupan yang lain.... sebenarnya kita blm mempunyai abhinna juga bisa melihat kehidupan yang lain - misalkan ada alam binatang....

terima kasih jawabannya suhu

QuoteUntuk cerita mengenai hidup Buddha ada terdapat didalam sutta, budhavamsa dan juga jataka. Untuk yang sudah disusun lengkap silahkan baca:
" Riwayat Agung Para Buddha":
http://dhammacitta.org/perpustakaan/riwayat-agung-para-buddha/comment-page-1/
terima kasih. apakah cerita ini berbeda-beda tiap tradisi? (theravada, mahayana, dll)

QuoteSetelah Buddha Lahir, 7 hari kemudianni ibunya meninggal dunia. Dan ketika di ramal oleh kaladevila bahwa anak ini adalah manusia agung dan akan meninggalkan duniawi jika beliau melihat 4 tanda: orang sakit, orang mati, orang tua, dan petapa. Oleh sebab tsb, raja Sudodhana mencegah Siddartha untuk melihat 4 kondisi tsb dengan membuat istana yg wewah untuk masing-masing musim.
Karena sudah dicegah oleh raja tentu Siddartha tidak mempunyai kesempatan untuk melihat 4 kondisi tsb.
1. apakah Siddharta sudah mengetahui Ibunya sudah meninggal, sebelum keluar istana? berarti Siddharta sudah mengenal konsep kematian?
2. Siddharta di dalam istana diajarkan pengetahuan dan cepat sekali menangkap pelajaran. dapat diambil informasi kalau Siddharta adalah anak yang cerdas. Tidakkah suhu merasa janggal seorang anak yang BRILIAN yang diberikan PENGETAHUAN oleh guru pribadi, tidak mengenal apa itu mati sakit dan tua??? sehingga siddharta baru mengetahuinya ketika bertanya pada kusir kudanya??
sebagai perbandingan, bahkan orang prasejarahpun bahkan beberapa hewan mengenal konsep kematian.

QuoteBuddha memang mengajarkan ada 31 alam kehidupan, jd ya sangat masuk akal kalo para dewa melindungi calon Buddha. Dan setelah Siddartha mencapai pencerahan, para dewa datang mengunjungi dan belajar  dari Buddha.
Untuk orang2 yg telah mempunyai kemampuan bathin, mereka bisa melihat alam kehidupan yang lain.... sebenarnya kita blm mempunyai abhinna juga bisa melihat kehidupan yang lain - misalkan ada alam binatang....
Saya sangat PERCAYA ada alam lain di dunia ini, karena pernah menggalami langsung .
namun saya bimbang apakah bentuk-bentuk seperti Siddharta baru lahir yang diinjak berubah menjadi teratai dll.. adalah ajaran yang ditambah-tambahkan. 
kalau memang sumber yang sah seperti itu juga tidak masalah buat saya. toh kita ehipassiko saja.
Do not pursue the past. Do not lose yourself in the future. The past no longer is. The future has not yet come. Looking deeply at life as it is. In the very here and now

William_phang

Kalo untuk kehidupan Siddartha sebelum meninggal kehidupan duniawi menuju kehidupan tanpa rumah...sebenarnya kisah yang berkembang dengan yang di nikaya agak berbeda. Jd ya saya juga tidak tahu mana yang benar.

Untuk sutta yang menjelaskan konsepsi dan kelahiran Bodhisattva (Siddharta Gotama) dapat di baca:

MN 123: Accariya-abhita sutta  (MN = Majjhima Nikaya)....

Untuk pelepasan kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah:

MN 26 : Ariyapariyasana sutta

Kalo tidak salah  fenomena yang muncul ketika Bodhisattva lahir adalah keluhuran dan parami dari Boddhisattva...

allthingmustpass

Quote from: william_phang on 29 September 2013, 04:46:58 PM
Kalo untuk kehidupan Siddartha sebelum meninggal kehidupan duniawi menuju kehidupan tanpa rumah...sebenarnya kisah yang berkembang dengan yang di nikaya agak berbeda. Jd ya saya juga tidak tahu mana yang benar.

Untuk sutta yang menjelaskan konsepsi dan kelahiran Bodhisattva (Siddharta Gotama) dapat di baca:

MN 123: Accariya-abhita sutta  (MN = Majjhima Nikaya)....

Untuk pelepasan kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah:

MN 26 : Ariyapariyasana sutta

Kalo tidak salah  fenomena yang muncul ketika Bodhisattva lahir adalah keluhuran dan parami dari Boddhisattva...

terima kasih jawabannya  :) . mungkin suhu lain yang belum online bisa menjawab kebingungan newbie
Do not pursue the past. Do not lose yourself in the future. The past no longer is. The future has not yet come. Looking deeply at life as it is. In the very here and now

Xan To

Quote from: allthingmustpass on 29 September 2013, 04:19:30 PM
1. apakah Siddharta sudah mengetahui Ibunya sudah meninggal, sebelum keluar istana? berarti Siddharta sudah mengenal konsep kematian?
2. Siddharta di dalam istana diajarkan pengetahuan dan cepat sekali menangkap pelajaran. dapat diambil informasi kalau Siddharta adalah anak yang cerdas. Tidakkah suhu merasa janggal seorang anak yang BRILIAN yang diberikan PENGETAHUAN oleh guru pribadi, tidak mengenal apa itu mati sakit dan tua??? sehingga siddharta baru mengetahuinya ketika bertanya pada kusir kudanya??

1. Sepertinya tidak tahu. karena setelah ibunya meninggal dia dirawat oleh ibu tirinya yang juga adalah adik dari ibunya
2. Karena sudah dilarang ayahnya.

will_i_am

di RAPB dituliskan bahwa semua pelayan pangeran adalah orang yang masih muda dan sehat (sengaja diseleksi oleh raja)

katena tidak pernah melihat kematian/penuaan/penyakit, maka wajar bila beliau tdk mengetahuinya, berbeda dengan kita yang sudah diajarkan konsep itu sejak kecil
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

ibro

Teman-teman sekalian, mohon masukan untuk saya yang bingung:
Dalam ajaran Budha, tujuan akhir dari hidup ini seharusnya adalah Nibbana, keadaan ketika kita sudah bebas dari kemelekatan dan segala hal yang bersifat sementara (CMMIW).
Lalu mengapa Budha mengajarkan kita juga untuk hal bersifat duniawi, seperti yang saya baca id Anguttara Nikaya II 285 paragraph ke 1:
UTTHANASAMPADA: Rajin dan bersemangat dalam bekerja?

Kalau kelahiran saja sudah dianggap Dukha, mengapa juga kita harus rajin bekerja? mengapa tidak 'bekerjalah alakadarnya saja, sebatas agar kita dapat menghindari penderitaan kelaparan?

Kalau boleh saya juga ingin bertanya pada teman-teman:
Apakah tujuan hidup dari teman-teman? dan bagaimana teman-teman mengaitkannya dengan tujuan akhir yang adalah Nibbana?

Terimakasih sebelumnya,
Ibro.

Sari Dewi

semua akan indah  "pada waktu"-nya.


Quote from: ibro on 22 April 2014, 09:55:36 PM
Teman-teman sekalian, mohon masukan untuk saya yang bingung:
Dalam ajaran Budha, tujuan akhir dari hidup ini seharusnya adalah Nibbana, keadaan ketika kita sudah bebas dari kemelekatan dan segala hal yang bersifat sementara (CMMIW).
Lalu mengapa Budha mengajarkan kita juga untuk hal bersifat duniawi, seperti yang saya baca id Anguttara Nikaya II 285 paragraph ke 1:
UTTHANASAMPADA: Rajin dan bersemangat dalam bekerja?

Kalau kelahiran saja sudah dianggap Dukha, mengapa juga kita harus rajin bekerja? mengapa tidak 'bekerjalah alakadarnya saja, sebatas agar kita dapat menghindari penderitaan kelaparan?

Kalau boleh saya juga ingin bertanya pada teman-teman:
Apakah tujuan hidup dari teman-teman? dan bagaimana teman-teman mengaitkannya dengan tujuan akhir yang adalah Nibbana?

Terimakasih sebelumnya,
Ibro.

dilbert

Quote from: ibro on 22 April 2014, 09:55:36 PM
Teman-teman sekalian, mohon masukan untuk saya yang bingung:
Dalam ajaran Budha, tujuan akhir dari hidup ini seharusnya adalah Nibbana, keadaan ketika kita sudah bebas dari kemelekatan dan segala hal yang bersifat sementara (CMMIW).
Lalu mengapa Budha mengajarkan kita juga untuk hal bersifat duniawi, seperti yang saya baca id Anguttara Nikaya II 285 paragraph ke 1:
UTTHANASAMPADA: Rajin dan bersemangat dalam bekerja?

Kalau kelahiran saja sudah dianggap Dukha, mengapa juga kita harus rajin bekerja? mengapa tidak 'bekerjalah alakadarnya saja, sebatas agar kita dapat menghindari penderitaan kelaparan?

Kalau boleh saya juga ingin bertanya pada teman-teman:
Apakah tujuan hidup dari teman-teman? dan bagaimana teman-teman mengaitkannya dengan tujuan akhir yang adalah Nibbana?

Terimakasih sebelumnya,
Ibro.

Walaupun ketemu Buddha-pun, toh banyak manusia (termasuk makhluk apapun lainnya) tidak kemudian mengikuti jalan yang dilakukan Buddha (meninggalkan keduniawian). Jadi buat yang bertekad meninggalkan keduniawian, ikuti-lah jalan non-keduniawian yang diajarkan Buddha... Bagi yang masih melekat pada keduniawian pada kehidupan tersebut, minimal ikuti-lah jalan-jalan yang lebih baik (kusala) yang diajarkan Buddha, demi kebahagiaan semua makhluk.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

ibro

Tq Sari Dewi untuk jawaban singkat, padat tapi sejujurnya membuat saya melongo  :)
Tq Dilbert untuk memberikan penjelasan yang bisa menjadi dasar pemahaman saya selanjutnya.

K.K.

Quote from: ibro on 22 April 2014, 09:55:36 PM
Teman-teman sekalian, mohon masukan untuk saya yang bingung:
Dalam ajaran Budha, tujuan akhir dari hidup ini seharusnya adalah Nibbana, keadaan ketika kita sudah bebas dari kemelekatan dan segala hal yang bersifat sementara (CMMIW).
Tujuan akhir dalam Buddhisme memang Nibbana/Nirvana, tapi tidak selalu ditargetkan ataupun otomatis tercapai dalam hidup ini.

QuoteLalu mengapa Budha mengajarkan kita juga untuk hal bersifat duniawi, seperti yang saya baca id Anguttara Nikaya II 285 paragraph ke 1:
UTTHANASAMPADA: Rajin dan bersemangat dalam bekerja?
Biasanya penghidupan dipisahkan menjadi 2 jenis: perumah-tangga yang masih menikmati kenikmatan indriah dan petapa yang telah meninggalkan keduniawian.
Sutta ini diberikan bagi mereka yang menjalani penghidupan sebagai perumah-tangga agar bisa menikmati keduniawian dengan cara yang benar dan tidak membawa pada penderitaan di masa depan.

QuoteKalau kelahiran saja sudah dianggap Dukha, mengapa juga kita harus rajin bekerja?
Kelahiran sebagai dukkha adalah satu hal, tidak berhubungan dengan seseorang rajin/malas bekerja. Konteks di sini adalah agar seseorang bisa hidup di dunia dengan bahagia, maka kualitas kerajinan ini dibutuhkan.

Quotemengapa tidak 'bekerjalah alakadarnya saja, sebatas agar kita dapat menghindari penderitaan kelaparan?
"Ala kadarnya" setiap orang itu berbeda. Tidak semua orang hidup hanya berfokus pada 'cukup makan'. Ada juga yang bekerja giat demi keluarga, demi membantu orang lain, atau memenuhi ambisi, dll. Jadi kembali lagi ini kembali pada pola pikir masing-masing saja, seberapa definisi "cukup" bagi dirinya sendiri.
Dan terlepas dari motivasinya, tetap kerajinan adalah kualitas yang baik.


cumi polos

bagaimana seorang Buddhist menghadapin "MUSUH" ?

musuh diatas antara lain...
- anggota keluarga (ortu, anak) yg MELAWAN (tdk nurut)
- teman/rekan kerja yg menyudutkan kita
- lingkungan tao org lain yg mempersulit kita
- kesulitan, kekurangan, ketidak nyamanan....
- sakit, bahkan lumpuh sebagian

mohon pencerahannya...
merryXmas n happyNewYYYY 2018