Pertanyaan Kritis Mengenai Buddhisme

Started by Nevada, 15 September 2009, 10:55:04 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

fabian c

Quote from: Kainyn_Kutho on 04 January 2011, 12:53:32 PM
Sebelumnya, saya permisi tanya dulu. Menurut Bro Fabian, sesuai dengan teori Buddhisme, janin dalam kandungan yang masih sangat muda, berpikir atau tidak?

Saya kurang tahu bro, apakah menurut teori Buddhisme bayi dalam kandungan berpikir atau tidak (mungkin teman-teman bisa menjelaskan). Bagaimana dengan mereka yang tertidur pulas menurut bro Kainyn? Apakah mereka berpikir atau tidak?
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

K.K.

Quote from: fabian c on 04 January 2011, 12:57:51 PM
Saya kurang tahu bro, apakah menurut teori Buddhisme bayi dalam kandungan berpikir atau tidak (mungkin teman-teman bisa menjelaskan). Bagaimana dengan mereka yang tertidur pulas menurut bro Kainyn? Apakah mereka berpikir atau tidak?
Sama seperti sebelumnya, "berpikir" menurut definisi bagaimana?

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Hendra Susanto


fabian c

Quote from: morpheus on 03 January 2011, 10:40:42 PM
pikiran (thought) tidak akan berhenti kalo anda tidur.
tidak perlu doktrin ini itu dan meditasi anu itu. jelas2 dalam tidur kita bermimpi.
bedakan thought (pikiran) dengan mind (batin).

dari introduction master sheng yen untuk song of mind:

In his poem Song of Mind, Niutou explains that our mind is originally pure, but when even one thought enters the mind, its purity is lost. He therefore placed  great importance on a method of practice, which is to watch our thoughts arising and falling. But the rise and fall (literally birth and death) of thoughts illusory because if the present thought remains unmoving, and does not dissapear, then a succeeding thought will not arise. At this point there is neither arising nor falling of thoughts. Therefore, there is nothing to cut off. Thus, Niutou says that while buddhas and sentient beings originally have no mind, mind comes about because we have thoughts. For sentient beings to attain buddhahood, their illusory mind must become no-mind, that is to say, become enlightened.

Niutou's method emphasizes cultivating wakefulness (hsing) and stillness (chi) together without attaching to either. In the beginning we must use our senses to observe the world, but we should not use discriminating mind to attach to the world. When we let go of discrimination, the illusory world that is presented to our senses will recede and disappear. Along with the vanishing of the illusory world, our ordinary mind also vanishes and we experience pure, or original, mind.

ini jelas2 instruksi vipassana dikemas dalam penyampaian zen. dalam bahasa lain, pengamatan secara pasif, alias sadar.
inilah menariknya, berbagai macam terminologi dan teori, tapi telunjuk2 ini mengarah ke bulan yg sama.


Bro Morpheus yang baik, maaf numpang nanya, apakah bro Morpheus sependapat dengan Nietou, bahwa Buddha dan Arahat dan semua mahluk hidup awalnya tidak punya batin? Lalu mahluk kemudian menjadi punya batin karena memiliki pikiran? Kemudian untuk menjadi Arahat batin ilusi harus menjadi tanpa batin / no mind?

Kemudian dengan lenyapnya dunia ilusi, maka batin yang biasa juga lenyap dan kita mengalami batin awal yang murni.

Jadi mana yang benar pernyataan Niutou nih:
Apakah setelah batin ilusi lenyap masih ada batin?
Apakah setelah batin ilusi lenyap tak ada batin?
Apakah batin awal menyatu dengan batin biasa?
atau Terpisah dari batin biasa?
Jadi apakah Buddha dan Arahat tak ada batin?
Apakah Buddha dan Arahat melakukan segala sesuatu tanpa berpikir?

Maaf agak banyak pertanyaannya.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

K.K.

Quote from: ryu on 04 January 2011, 01:16:33 PM
kalau orang mati berpikir gak ;D
Kalau orang mati, jelas ga berpikir.


Quote from: Hendra Susanto on 04 January 2011, 01:17:39 PM
yes or no question ...  #:-S
Bukan, itu bukanlah pertanyaan yang bisa dijawab dengan "ya" atau "tidak".

fabian c

Quote from: Kainyn_Kutho on 04 January 2011, 01:15:02 PM
Sama seperti sebelumnya, "berpikir" menurut definisi bagaimana?
Kalau yang saya tahu berpikir ada tiga macam:
- berpikir hal-hal yang lalu misalnya, ingat perayaan pergantian tahun 2010 ke 2011
- berpikir hal-hal yang akan datang misalnya, besok saya makan apa ya? Pesanan bangku saya sudah dibuat oleh pak Rusdi atau belum ya...?
- Berpikir hal-hal yang sekarang misalnya, sekarang apa yang saya lupakan ya? 532+237= 769, dll.

Kalau menurut bro Kainyn berpikir definisinya apa...? Coba tolong terapkan pada orang yang tertidur pulas.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

K.K.

Quote from: fabian c on 04 January 2011, 01:27:29 PM
Kalau yang saya tahu berpikir ada tiga macam:
- berpikir hal-hal yang lalu misalnya, ingat perayaan pergantian tahun 2010 ke 2011
- berpikir hal-hal yang akan datang misalnya, besok saya makan apa ya? Pesanan bangku saya sudah dibuat oleh pak Rusdi atau belum ya...?
- Berpikir hal-hal yang sekarang misalnya, sekarang apa yang saya lupakan ya? 532+237= 769, dll.

Kalau menurut bro Kainyn berpikir definisinya apa...? Coba tolong terapkan pada orang yang tertidur pulas.
Kalau definisi berpikirnya sedemikian sederhana, maka jika diterapkan pada kondisi "tidur pulas", berarti jawabannya adalah tidak berpikir.

Mungkin Bro Fabian harus lebih terperinci dalam definisinya, sehingga kita bisa membahas lebih jauh apakah orang mabuk, orang terhipnotis, orang tidur dengan/tanpa mimpi, orang terpengaruh obat bius, janin pada awal kehamilan, "berpikir" atau tidak.

ryu

aye mau nanya kritis nih, sebenarnya cara mengajar budis itu ada semacam aturan atau urutan gitu dalam mempelajari nya, soalnya sepertinya dalam soal bahasa juga masih pada memusingkan istilah2 yang seharusnya bisa diselesaikan.

melihat perdebatan2 banyaknya istilah2 "AKU" , "PIKIRAN" , "ELING" , "ke-AKUan" , "SADAR" , "BATIN" , yang sepertinya tidak pernah ada kesamaan "PERSEPSI" ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 04 January 2011, 01:48:28 PM
aye mau nanya kritis nih, sebenarnya cara mengajar budis itu ada semacam aturan atau urutan gitu dalam mempelajari nya, soalnya sepertinya dalam soal bahasa juga masih pada memusingkan istilah2 yang seharusnya bisa diselesaikan.

melihat perdebatan2 banyaknya istilah2 "AKU" , "PIKIRAN" , "ELING" , "ke-AKUan" , "SADAR" , "BATIN" , yang sepertinya tidak pernah ada kesamaan "PERSEPSI" ;D
Kalau menurut saya, istilah yang dipakai tidak perlu selalu sama, tapi sebaiknya ada kejelasan dalam penggunaan istilah tersebut.
Soal kesamaan persepsi, itu tergantung "pembicara" dan "pendengar". Kalau sama-sama kepala batu dan tidak mau mengerti lawan bicara, tentu tidak akan terjadi kesamaan persepsi. Karena persepsi berbeda, maka diskusi yang baik juga tidak mungkin terjadi.

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 04 January 2011, 01:53:36 PM
Kalau menurut saya, istilah yang dipakai tidak perlu selalu sama, tapi sebaiknya ada kejelasan dalam penggunaan istilah tersebut.
Soal kesamaan persepsi, itu tergantung "pembicara" dan "pendengar". Kalau sama-sama kepala batu dan tidak mau mengerti lawan bicara, tentu tidak akan terjadi kesamaan persepsi. Karena persepsi berbeda, maka diskusi yang baik juga tidak mungkin terjadi.

betul, tapi "seharusnya" seorang guru bisa memilih istilah yang lebih mudah di mengerti dan tidak menyesatkan. bahkan dari istilah yang mudah saja bisa menyesatkan apalagi istilah yang "ANEH" aye rasa bisa membuat pendengar atau murid lebih tidak mengerti.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

bond

Quote from: ryu on 04 January 2011, 01:57:34 PM
betul, tapi "seharusnya" seorang guru bisa memilih istilah yang lebih mudah di mengerti dan tidak menyesatkan. bahkan dari istilah yang mudah saja bisa menyesatkan apalagi istilah yang "ANEH" aye rasa bisa membuat pendengar atau murid lebih tidak mengerti.

ANEH tapi Nyata ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Hendra Susanto

Hayolohhh gurunya siapa tucchhh... Apa maksudnya guru bahasa indonesia?

ryu

ngomong2 TS nya kemana ya? ;D dah lama gak nongol ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

morpheus

Quote from: fabian c on 04 January 2011, 01:20:10 PM
Bro Morpheus yang baik, maaf numpang nanya, apakah bro Morpheus sependapat dengan Nietou, bahwa Buddha dan Arahat dan semua mahluk hidup awalnya tidak punya batin? Lalu mahluk kemudian menjadi punya batin karena memiliki pikiran? Kemudian untuk menjadi Arahat batin ilusi harus menjadi tanpa batin / no mind?

Kemudian dengan lenyapnya dunia ilusi, maka batin yang biasa juga lenyap dan kita mengalami batin awal yang murni.

Jadi mana yang benar pernyataan Niutou nih:
Apakah setelah batin ilusi lenyap masih ada batin?
Apakah setelah batin ilusi lenyap tak ada batin?
Apakah batin awal menyatu dengan batin biasa?
atau Terpisah dari batin biasa?
Jadi apakah Buddha dan Arahat tak ada batin?
Apakah Buddha dan Arahat melakukan segala sesuatu tanpa berpikir?

Maaf agak banyak pertanyaannya.
bukan, itu bukan tulisan nietou.
tulisan di atas adalah opini master sheng yen yg mencoba menjelaskan puisi yg digubah oleh niutou farong, master zen di abad-6.

pertama-tama, anda gak bisa menyamakan terminologi buddhism theravada anda dengan terminologi zen buddhism. anda gak bisa menyamakan mind (zen) = batin (nama, theravada). bahkan "no-mind" (perhatikan tanda dash) itu bukanlah berarti "tidak ada batin". selama terminologinya dipegang dengan ngotot, percuma mencoba berdialog. seperti saya mencoba menunjukkan di mana menara monas dalam bahasa indonesia kepada chinese speaker.

mengenai pertanyaan di atas, saya bukan orang yg berkompeten menerangkan zen secara jelas dan mendasar walaupun mengerti apa yg coba disampaikan oleh buku itu. kesimpulan saya, inti ajaran (dalam konteks praktek dan meditasi, bukan doktrin) zen buddhism dengan theravada buddhism tidaklah berbeda jauh.

saya sarankan anda baca buku song of mind saja, di mana terdapat penjelasan yg sangat detil untuk tiap baris dari syairnya. dari sana kita bisa berdiskusi dengan lebih spesifik di forum zen, mahayana. sesuai dengan kompetensi dan pengertian saya tentunya.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path