KEBESARAN AGAMA BUDDHA

Started by hariyono, 04 August 2009, 04:18:19 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hariyono

Di awali dengan kata " ehipassiko" yang berarti " datang dan lihat oleh dirimu sendiri ", dalam salah satu Kalama Sutta tertulis :

" Janganlah mudah mempercayai sesuatu hanya
karena atas dasar kabar angin ,
karena anggapan belaka ,
karena pemahamam saja ,
karena wejangan dari orang suci ,
karena atas dasar tradisi ,
karena tertera di kitab suci .
Akan tetapi , apabila setelah kalian menganalisis kebenarannya dan setelah menyelidiki dengan cermat ,kalian menemukan sesuatu yang sejalan dengan nalar
membawa kebaikan untuk kepentingan satu dan semua , maka terimalah dan hiduplah sesuai ajaran tersebut "

Marilah kita lihat salah satu piagam batu Kalinga No.XII pada masa raja Asoka , abad ketiga sebelum masehi tentang keharmonisan Antar-Umat beragama :

" Seseorang semestinya tidak hanya menghormati agamanya sendiri , dengan menghina agama orang lain .
Melainkan dengan menghormati agamanya sendiri berkembang , sekaligus membantu agama lain untuk berkembang .
Apabila dia berbuat sebaliknya dengan menghina agama orang lain , maka dia akan merusak agamanya sendiri ,

Sebaliknya pula , apabila dia berpikir saya harus mengagungkan agama saya sendiri , Ia malahan akan merusak agamanya sendiri .
Oleh sebab itu keharmonisanlah yang terbaik .
Marilah kita semua mau mendengarkan dan bersedia mendengarkan ajaran agama lain ."

Ajaran Buddha mengakui bahwa agama-agama lain mengandung pandangan -pandangan penting dan bahwa agama lain juga menekan pada
kebajikan ,
kebenaran
dan pengertian
Bukankah dengan membaca dan mengerti secara dalam apa yang hanya sebagian dan sangat sedikit tertulis ini kita sudah bisa merasakan kebesaran agama Buddha ?

Namo Sanghyang Adi Buddhaya .

Sukma Kemenyan

Sang Buddha menyatakan:
Suku Kalama, memang sudah sewajarnya kalian bimbang dan bingung.
Karena dengan kebimbangan dan kebingungan, tiada kebenaran, menjauhkan kita dari kebebasan (keselamatan).

Maka itulah, suku Kalama,
jangan semata-mata mempercayai meskipun hal itu tampak benar dan dianut oleh mayoritas,
jangan semata-mata mempercayai meskipun suatu hal merupakan tradisi yang telah diwariskan turun temurun,
jangan semata-mata mempercayai meskipun suatu hal tercantum dalam kitab-kitab suci,
jangan semata-mata mempercayai meskipun suatu hal disampaikan oleh tokoh-tokoh agama ternama,

tetapi suku Kalama,
seandainya kalian sendiri telah menyadarinya, merenungkannya, berdasarkan akal sehat dan pengalaman sendiri,
bahwa sesuatu hal itu memang patut diterima atau dipercayai, mengandung kebenaran, menuju kebahagiaan,

maka sudah selayaknya, suku Kalama, untuk menerima, dan hidup berdasarkan hal-hal tersebut.

(Kalama Sutta; Anguttara Nikaya 3.65)


----

Maaf bung hari,
Setelah melihat translasi versi lain dari kalama sutta...
Apakah masih bisa dikatakan "kebesaran" agama buddha ?

hariyono


hatRed

Ehipassiko =  Kebesaran atau suatu pertanda ketidakyakinan.
i'm just a mammal with troubled soul