News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Bekerjanya Panca Bala saat Meditasi--Vipasanna

Started by bond, 03 August 2009, 09:10:55 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

bond

.......

Anda tidak seharusnya menolak objek (kejadian/sesuatu yang
sedang terjadi/sedang diketahui)

Tugas Anda mengetahui dan juga mencatat/mengamati kekotoran
batin yang muncul yang disebabkan oleh objek dan kemudian
melepasnya

1.
* Hanya ketika ada Saddha (keyakinan), maka Viriya(Semangat) akan
timbul
* Hanya ketika ada viriya, Sati (Perhatian murni) akan menjadi terus -
menerus
* Hanya ketika sati yang terus menerus, Samadhi (Konsentrasi) akan
terbangun
* Hanya ketika samadhi telah terbangun, kemudian anda akan
mengetahui sesuatu sebagaimana adanya
* Ketika anda mengetahui sesuatu seperti apa sesungguhnya saddha
akan meningkat.

2. Jangan kembali ke masa lalu
Jangan merencanakan untuk yang akan datang
Hanya memperhatikan pada apa yang sebenarnya sedang ada
(hadir) pada saat ini.

----- SELESAI--------

Di kutip dari "What is The Right Attitude for Meditation", By U Tejaniya,
Shwee Oo Min Meditation Center.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

hatRed

umm...... :-?

Saddha yg pertama dengan yg terakhir bedanya dimana ya?

keyakinannya keyakinan akan apa?
i'm just a mammal with troubled soul



bond

Saddha pertama adalah saddha terhadap pondasi pertama terhadap Dhamma yang diajarkan Sang Buddha. Tentang Sila, Samadhi, Panna.-->Tahapan awal dalam pelaksanaan.

Saddha yang terakhir adalah mengenai realisasi-realisasi nyata dari PRAKTEK Dhamma/pengalaman langsung.

_/\_

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

hatRed

saat bermeditasi kan tidak hanya menggunakan objek batin seperti metta dll..

nah kalo dengan objek pernapasan, bagaimana/apa yg dimunculkan dalam saddha dalam Dhamma?
i'm just a mammal with troubled soul



hatRed

oh ya.. judulnya kan Panca Bala..

panca bala itu apaan sih... ???

panca = 5
bala = ?
i'm just a mammal with troubled soul



HokBen

Quote from: hatRed on 03 August 2009, 09:58:11 AM
oh ya.. judulnya kan Panca Bala..

panca bala itu apaan sih... ???

panca = 5
bala = ?

CMIIW, bala = kekuatan

bond

Quote from: hatRed on 03 August 2009, 09:54:47 AM
saat bermeditasi kan tidak hanya menggunakan objek batin seperti metta dll..

nah kalo dengan objek pernapasan, bagaimana/apa yg dimunculkan dalam saddha dalam Dhamma?

Kemurnian sila yang mendukung Samadhi/konsentrasi. Saddha ini yg harus dikembangkan. Realisasinya tercapainya jhana-jhana yg kemudian digunakan untuk bervipasanna.  _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

7 Tails

jadi memang semuanya bermula dari keyakinan yah
korban keganasan

Johsun

CMIIW.FMIIW.

7 Tails

mungkin juga kagak
misalnya cuma memperhatikan saddha? dan gak perlu tahu lebih jauh
korban keganasan

williamhalim

Ada yg pernah membahas dengan saya: Saddha duluan atau panna duluan? Saya menjawab: saling mengisi, saling menguatkan. Saddha tanpa panna tidak akan bisa, demikian pula, panna terbentuk karena adanya saddha...

Memang ini bukan rumus matematika 1+1=2, atau urutan A B C

Perkembangan mental lebih kepada hukum saling berkaitan.

SN Goenka pernah membabarkan bahwa Sila, Samadhi dan Panna adalah ibarat Tripod, kaki tiga...
Saling menguatkan dan bisa juga saling melemahkan.

Karena sudah hidup mati berkalpa2, kita tidak akan pernah tahu pembentuk batin awal kita: saddha dulu atau panna dulu? Bibit2 Pancabala tentu sudah ada pada masing2 batin kita, pun pada yg non-Buddhism, hanya ketika pemicunya datang, bibit2 ini akan mulai bersemai, mulai saling menguatkan dengan latihan2, perenungan dan bacaan....

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Peacemind


                                                 ĀPAṆASUTTAṂ

       Evaṃ me sutaṃ – ekaṃ samayaṃ bhagavā aṅgesu viharati āpaṇaṃ nāma aṅgānaṃ nigamo. Tatra kho bhagavā āyasmantaṃ sāriputtaṃ āmantesi – ''yo so, sāriputta, ariyasāvako tathāgate ekantagato abhippasanno, na so tathāgate vā tathāgatasāsane vā kaṅkheyya vā vicikiccheyya vā''ti?
       ''Yo so, bhante, ariyasāvako tathāgate ekantagato abhippasanno, na so tathāgate vā tathāgatasāsane vā kaṅkheyya vā vicikiccheyya vā. Saddhassa hi, bhante, ariyasāvakassa evaṃ pāṭikaṅkhaṃ yaṃ āraddhavīriyo viharissati – akusalānaṃ dhammānaṃ pahānāya, kusalānaṃ dhammānaṃ upasampadāya, thāmavā daḷhaparakkamo anikkhittadhuro kusalesu dhammesu. Yaṃ hissa, bhante, vīriyaṃ tadassa vīriyindriyaṃ.
       ''Saddhassa hi, bhante, ariyasāvakassa āraddhavīriyassa etaṃ pāṭikaṅkhaṃ yaṃ satimā bhavissati, paramena satinepakkena samannāgato, cirakatampi cirabhāsitampi saritā anussaritā. Yā hissa, bhante, sati tadassa satindriyaṃ.
      ''Saddhassa hi, bhante, ariyasāvakassa āraddhavīriyassa upaṭṭhitassatino etaṃ pāṭikaṅkhaṃ yaṃ vossaggārammaṇaṃ karitvā labhissati samādhiṃ, labhissati cittassa ekaggataṃ. Yo hissa, bhante, samādhi tadassa samādhindriyaṃ.
       ''Saddhassa hi, bhante, ariyasāvakassa āraddhavīriyassa upaṭṭhitassatino samāhitacittassa etaṃ pāṭikaṅkhaṃ yaṃ evaṃ pajānissati – anamataggo kho saṃsāro. Pubbā koṭi na paññāyati avijjānīvaraṇānaṃ sattānaṃ taṇhāsaṃyojanānaṃ sandhāvataṃ saṃsarataṃ. Avijjāya tveva tamokāyassa asesavirāganirodho santametaṃ padaṃ paṇītametaṃ padaṃ, yadidaṃ – sabbasaṅkhārasamatho sabbūpadhipaṭinissaggo taṇhākkhayo virāgo nirodho nibbānaṃ  Yā hissa, bhante, paññā tadassa paññindriyaṃ.
       ''Saddho so, bhante, ariyasāvako evaṃ padahitvā padahitvā evaṃ saritvā saritvā evaṃ samādahitvā samādahitvā evaṃ pajānitvā pajānitvā evaṃ abhisaddahati – 'ime kho te dhammā ye me pubbe sutavā ahesuṃ. Tenāhaṃ etarahi kāyena ca phusitvā viharāmi, paññāya ca ativijjha passāmī'ti. Yā hissa, bhante, saddhā tadassa saddhindriya''nti.
       ''Sādhu sādhu, sāriputta!




                                     KHOTBAH DI KOTA ĀPAṆAKA

        Demikianlah yang telah saya dengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagava tinggal di tengah2 kaum Anga, di sebuah kota bernama Āpaṇa. Di sana Sang Buddha menyapa Bhikkhu Sāriputta, demikian:
   "Sariputta, apakah seorang murid mulia yang secara penuh berbakti kepada Tathāgatha dan memiliki kepercayaan yang penuh terhadap Tathāgata dan ajarannya akan mempunyai kesangsian atau keragu-raguaan terhadap Tathāgata dan ajarannya?"
   "Bhante, seorang murid mulia yang secara penuh berbakti kepada Tathāgatha dan memiliki kepercayaan penuh terhadap Tathāgata dan ajarannya tidak akan mempunyai kesangsian atau keragu-raguaan terhadap Tathāgata dan ajarannya. Bahkan, bhante, ini bisa diharapkan bahwa seorang murid mulia yang secara penuh berbakti kepada Tathāgaha dan memiliki kepercayaan penuh terhadap Tathāgata dan ajarannya akan tinggal dengan penuh semangat untuk membuang bentuk2 mental yang tidak baik dan mengembangkan bentuk2 mental yang baik; ia akan menjadi kuat, teguh dalam praktik, dan tidak akan mengendorkan tanggung-jawabnya untuk mengembangkan bentuk2 mental yang baik. Usaha demikian yang ia miliki, Bhante, adalah indera usaha".
   "Ini sungguh bisa diharapkan, Bhante, bahwa seorang murid mulia yang memiliki keyakinan dan semangat yang selalu muncul, akan menjadi seseorang yang hidup penuh kesadaran, memiliki kesadaran dan kebijaksanaan yang tinggi, seseorang yang mampu mengingat dan  menyampaikan kembali apa yang telah dilakukan dan dikatakan. Kesadaran demikian yang ia miliki, Bhante, adalah indera kesadaran".
   "Ini sungguh bisa diharapkan, Bhante, bahwa seorang murid mulia yang memiliki keyakinan, semangat yang selalu muncul dan kesadaran yang tertanam kuat, setelah membuat obyek terbebaskan, akan memperoleh konsentrasi, memperoleh pikiran yang terpusat. Konsentrasi demikian yang ia miliki, Bhante, adalah indera konsentrasi".
   "Ini sungguh diharapkan, Bhante, bahwa seorang murid mulia yang memiliki keyakinan, semangat yang selalu muncul, kesadaran yang tertanam kuat dan pikiran yang terkonsentrasi, akan memahami, demikian: 'Awal mula ketidak-tahuan tidak bisa diketahui. Awal pertama tidak bisa dipahami oleh makhluk2 yang mengembara dan berkelana, terintangi oleh ketidak-tahuan dan terikat oleh nafsu keinginan. Akan tetapi, menghilangnya dan lenyapnya ketidak-tahuan, kegelapan tanpa sisa (bisa diketahui demikian): 'Ini adalah keadaan damai, ini dalah keadaan luhur, yakni meredamnya segala yang berkondisi, lenyapnya segala yang berkondisi, penghancuran nafsu keinginan, tanpa nafsu, padam, nibbāna'. Kebijaksanaan demikian yang ia miliki, Bhante, adalah indera kebijaksanaan."
   "Dan, Bhante, ketika dengan cara demikian ia berusaha terus menerus, dengan cara demikian ia selalu sadar terus menerus, dengan cara demikian ia terkonsentrasi terus menerus, dengan cara demikian ia memahami melalui kebijaksanaan terus menerus, seorang murid mulia demikian akan memperoleh keyakinan sempurna demikian, 'Mengenai hal-hal yang dulunya hanya saya dengar, setelah menyentuhnya melalui tubuh, sekarang saya telah mengalaminya, dan setelaj menembusnya melalui kebijaksanaan, saya melihat'. Keyakinan demikian yang ia miliki, bhante, adalah indera keyakinan".
   "Baik, baik, Sāriputta!

Sang Buddha mengulangi apa yang diungkapkan oleh Bhikkhu Sāriputta.
 
            Khotbah Sang Buddha di atas, meskipun tidak mengatakan tentang Pañcabala, telah menjelaskan inter-relasi antara faktor2 yang ada dalam Pañcindriya (5 indera) yang juga terdiri dari keyakinan, semangat, kesadaran, konsentrasi dan kebijaksanaan. Sesunguhnya, dalam Pañcabala dan Pañcindriya bukan hal yang berbeda. Mereka dibedakan dari sudut mana yang kita melihatnya. Lima faktor di atas bisa dikatakan sebagai indera bila kita  melihatnya sebagai indera, dan akan disebut kekuatan bila kita melihatnya sebagai kekuatan.
            Yang menjadi menarik di khotbah di atas adalah dalam praktik, pada awalnya seseorang harus memiliki keyakinan terhadap Sang Buddha dan Dhamma. Setelah memilki keyakinan, empat faktor lainnya juga akan muncul. Dan yang menjadi menarik adalah ketika faktor kebijaksanaan muncul, keyakinan kembali akan muncul. Di sini ada dua macam keyakinan, (1) keyakinan yang mengawali faktor2 lainnya, (2) keyakinan yang menjadi buah dari faktor2 lainnya. Mungkin, ini bisa menjadi diskusi yang menarik juga! Kenapa dan mengapa bisa begitu?!

                                         May u all be happy!


Tekkss Katsuo


Jerry

Ke-5nya bekerja simultan step by step. Poin akhir menjadi dasar utk poin awal kembali. Sama spt poin2 pada JMB8.
appamadena sampadetha

pannadevi

Quote from: Peacemind on 31 October 2009, 10:22:02 PM

                                                 ĀPAṆASUTTAṂ

       Evaṃ me sutaṃ – ekaṃ samayaṃ bhagavā aṅgesu viharati āpaṇaṃ nāma aṅgānaṃ nigamo. Tatra kho bhagavā āyasmantaṃ sāriputtaṃ āmantesi – ''yo so, sāriputta, ariyasāvako tathāgate ekantagato abhippasanno, na so tathāgate vā tathāgatasāsane vā kaṅkheyya vā vicikiccheyya vā''ti?
       ''Yo so, bhante, ariyasāvako tathāgate ekantagato abhippasanno, na so tathāgate vā tathāgatasāsane vā kaṅkheyya vā vicikiccheyya vā. Saddhassa hi, bhante, ariyasāvakassa evaṃ pāṭikaṅkhaṃ yaṃ āraddhavīriyo viharissati – akusalānaṃ dhammānaṃ pahānāya, kusalānaṃ dhammānaṃ upasampadāya, thāmavā daḷhaparakkamo anikkhittadhuro kusalesu dhammesu. Yaṃ hissa, bhante, vīriyaṃ tadassa vīriyindriyaṃ.
       ''Saddhassa hi, bhante, ariyasāvakassa āraddhavīriyassa etaṃ pāṭikaṅkhaṃ yaṃ satimā bhavissati, paramena satinepakkena samannāgato, cirakatampi cirabhāsitampi saritā anussaritā. Yā hissa, bhante, sati tadassa satindriyaṃ.
      ''Saddhassa hi, bhante, ariyasāvakassa āraddhavīriyassa upaṭṭhitassatino etaṃ pāṭikaṅkhaṃ yaṃ vossaggārammaṇaṃ karitvā labhissati samādhiṃ, labhissati cittassa ekaggataṃ. Yo hissa, bhante, samādhi tadassa samādhindriyaṃ.
       ''Saddhassa hi, bhante, ariyasāvakassa āraddhavīriyassa upaṭṭhitassatino samāhitacittassa etaṃ pāṭikaṅkhaṃ yaṃ evaṃ pajānissati – anamataggo kho saṃsāro. Pubbā koṭi na paññāyati avijjānīvaraṇānaṃ sattānaṃ taṇhāsaṃyojanānaṃ sandhāvataṃ saṃsarataṃ. Avijjāya tveva tamokāyassa asesavirāganirodho santametaṃ padaṃ paṇītametaṃ padaṃ, yadidaṃ – sabbasaṅkhārasamatho sabbūpadhipaṭinissaggo taṇhākkhayo virāgo nirodho nibbānaṃ  Yā hissa, bhante, paññā tadassa paññindriyaṃ.
       ''Saddho so, bhante, ariyasāvako evaṃ padahitvā padahitvā evaṃ saritvā saritvā evaṃ samādahitvā samādahitvā evaṃ pajānitvā pajānitvā evaṃ abhisaddahati – 'ime kho te dhammā ye me pubbe sutavā ahesuṃ. Tenāhaṃ etarahi kāyena ca phusitvā viharāmi, paññāya ca ativijjha passāmī'ti. Yā hissa, bhante, saddhā tadassa saddhindriya''nti.
       ''Sādhu sādhu, sāriputta!




                                     KHOTBAH DI KOTA ĀPAṆAKA

        Demikianlah yang telah saya dengar. Pada suatu ketika, Sang Bhagava tinggal di tengah2 kaum Anga, di sebuah kota bernama Āpaṇa. Di sana Sang Buddha menyapa Bhikkhu Sāriputta, demikian:
   "Sariputta, apakah seorang murid mulia yang secara penuh berbakti kepada Tathāgatha dan memiliki kepercayaan yang penuh terhadap Tathāgata dan ajarannya akan mempunyai kesangsian atau keragu-raguaan terhadap Tathāgata dan ajarannya?"
   "Bhante, seorang murid mulia yang secara penuh berbakti kepada Tathāgatha dan memiliki kepercayaan penuh terhadap Tathāgata dan ajarannya tidak akan mempunyai kesangsian atau keragu-raguaan terhadap Tathāgata dan ajarannya. Bahkan, bhante, ini bisa diharapkan bahwa seorang murid mulia yang secara penuh berbakti kepada Tathāgaha dan memiliki kepercayaan penuh terhadap Tathāgata dan ajarannya akan tinggal dengan penuh semangat untuk membuang bentuk2 mental yang tidak baik dan mengembangkan bentuk2 mental yang baik; ia akan menjadi kuat, teguh dalam praktik, dan tidak akan mengendorkan tanggung-jawabnya untuk mengembangkan bentuk2 mental yang baik. Usaha demikian yang ia miliki, Bhante, adalah indera usaha".
   "Ini sungguh bisa diharapkan, Bhante, bahwa seorang murid mulia yang memiliki keyakinan dan semangat yang selalu muncul, akan menjadi seseorang yang hidup penuh kesadaran, memiliki kesadaran dan kebijaksanaan yang tinggi, seseorang yang mampu mengingat dan  menyampaikan kembali apa yang telah dilakukan dan dikatakan. Kesadaran demikian yang ia miliki, Bhante, adalah indera kesadaran".
   "Ini sungguh bisa diharapkan, Bhante, bahwa seorang murid mulia yang memiliki keyakinan, semangat yang selalu muncul dan kesadaran yang tertanam kuat, setelah membuat obyek terbebaskan, akan memperoleh konsentrasi, memperoleh pikiran yang terpusat. Konsentrasi demikian yang ia miliki, Bhante, adalah indera konsentrasi".
   "Ini sungguh diharapkan, Bhante, bahwa seorang murid mulia yang memiliki keyakinan, semangat yang selalu muncul, kesadaran yang tertanam kuat dan pikiran yang terkonsentrasi, akan memahami, demikian: 'Awal mula ketidak-tahuan tidak bisa diketahui. Awal pertama tidak bisa dipahami oleh makhluk2 yang mengembara dan berkelana, terintangi oleh ketidak-tahuan dan terikat oleh nafsu keinginan. Akan tetapi, menghilangnya dan lenyapnya ketidak-tahuan, kegelapan tanpa sisa (bisa diketahui demikian): 'Ini adalah keadaan damai, ini dalah keadaan luhur, yakni meredamnya segala yang berkondisi, lenyapnya segala yang berkondisi, penghancuran nafsu keinginan, tanpa nafsu, padam, nibbāna'. Kebijaksanaan demikian yang ia miliki, Bhante, adalah indera kebijaksanaan."
   "Dan, Bhante, ketika dengan cara demikian ia berusaha terus menerus, dengan cara demikian ia selalu sadar terus menerus, dengan cara demikian ia terkonsentrasi terus menerus, dengan cara demikian ia memahami melalui kebijaksanaan terus menerus, seorang murid mulia demikian akan memperoleh keyakinan sempurna demikian, 'Mengenai hal-hal yang dulunya hanya saya dengar, setelah menyentuhnya melalui tubuh, sekarang saya telah mengalaminya, dan setelaj menembusnya melalui kebijaksanaan, saya melihat'. Keyakinan demikian yang ia miliki, bhante, adalah indera keyakinan".
   "Baik, baik, Sāriputta!

Sang Buddha mengulangi apa yang diungkapkan oleh Bhikkhu Sāriputta.
 
            Khotbah Sang Buddha di atas, meskipun tidak mengatakan tentang Pañcabala, telah menjelaskan inter-relasi antara faktor2 yang ada dalam Pañcindriya (5 indera) yang juga terdiri dari keyakinan, semangat, kesadaran, konsentrasi dan kebijaksanaan. Sesunguhnya, dalam Pañcabala dan Pañcindriya bukan hal yang berbeda. Mereka dibedakan dari sudut mana yang kita melihatnya. Lima faktor di atas bisa dikatakan sebagai indera bila kita  melihatnya sebagai indera, dan akan disebut kekuatan bila kita melihatnya sebagai kekuatan.
            Yang menjadi menarik di khotbah di atas adalah dalam praktik, pada awalnya seseorang harus memiliki keyakinan terhadap Sang Buddha dan Dhamma. Setelah memilki keyakinan, empat faktor lainnya juga akan muncul. Dan yang menjadi menarik adalah ketika faktor kebijaksanaan muncul, keyakinan kembali akan muncul. Di sini ada dua macam keyakinan, (1) keyakinan yang mengawali faktor2 lainnya, (2) keyakinan yang menjadi buah dari faktor2 lainnya. Mungkin, ini bisa menjadi diskusi yang menarik juga! Kenapa dan mengapa bisa begitu?!

                                         May u all be happy!



namo buddhaya Bro.Peacemind yg sy hormati,
pls accept my respect bow to u,

mohon dpt dijelaskan yang saya beri tanda bold berwarna biru, karena saya ingin mengerti lebih jauh penjelasan hal tsb.
maaf bila banyak tanya, krn sy ingin belajar dari anda.
seblm n se sdhnya diucapkan terima kasih.

may u always keeping well n happy

may all beings be happy

mettacittena,