Ceramahnya ialah : “Inilah penderitaan; inilah sebab-musabab penderitaan; inilah kemusnahan penderitaan; inilah jalan untuk menyirnakan penderitaan; dan secara panjang lebar Beliau mengajarkan Hukum dari 12 NIDANA, yaitu :
Ketidaktahuan menimbulkan Bentuk-bentuk Karma ( Avijja Paccaya Sangkhara )
Bentuk-bentuk Karma menimbulkan Kesadaran ( Sankhara Paccaya Vinnannang )
Kesadaran menimbulkan Nama Rupa ( Vinnana Paccaya Namarupang )
Nama Rupa menimbulkan Enam Indriya ( Namarupa Paccaya Salayatanang )
Enam Indriya menimbulkan Kontak ( Salayatanang Paccaya Phasso )
Kontak menimbulkan Perasaan ( Phasso Paccaya Vedana )
Perasaan menimbulkan Kehausan ( Vedana Paccaya Tanha )
Kehausan menimbulkan Kemelekatan ( Tanha Paccaya Upadanang )
Kemelekatan menimbulkan Proses Penjelmaan ( Upadanang Paccaya Bhavo )
Proses Penjelmaan menimbulkan Kelahiran ( Bhavo Paccaya Jati )
Kelahiran menimbulkan Kelapukan, Kematian, Keluh Kesah, sakit ( Jati Paccaya Jayamaranang )
Kelapukan, Kematian, Keluh Kesah, Sakit adalah Akibat dari Kelahiran ( Jara Marana)
Kelalaian dihancurkan maka Bentuk-bentuk Karma menjadi hancur
Bentuk-bentuk Karma dihancurkan Kesadaran menjadi hancur
Kesadaran dihancurkan Nama Rupa menjadi hancur
Nama Rupa dihancurkan Enam Indriya menjadi hancur
Enam Indriya dihancurkan Kontak menjadi hancur
Kontak dihancurkan Perasaan menjadi hancur
Perasaan dihancurkan Kehausan menjadi hancur
Kehausan dihancurkan Kemelekatan menjadi hancur
Kemelekatan dihancurkan Proses Penjelmaan menjadi hancur
Proses Penjelmaan dihancurkan Kelahiran menjadi hancur
Kelahiran dihancurkan maka Kelapukan, Kematian, Keluh kesah dan Sakit menjadi lenyap.
“Ketika Sang Buddha mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan ini ditengah-tengah para dewa, manusia dalam pertemuan besar, 600 ribu kotis nayuta rakyat, tanpa terpengaruh hukum-hukum sementara, perasaan mereka terbebas dari rasa salah dan seluruhnya mencapai meditasi pandangan terang yang mendalam, 3 Kesunyataan dan 8 Jalan Utama. Begitu juga pada saat itu, sesudah tiga empat kali mengkhotbahkan hukum itu, beribu-ribu kotis nayuta dari segala mahluk yang seperti pasir-pasir sungai Gangga itu, dan tanpa terpengaruh oleh hukum-hukum sementara, perasaan mereka terbebas dari ikatan kesalahan.
Mulai saat ini kelompok para sravakanya sudah tak terbatas dan tak terhitung lagi sehingga tidak mungkin lagi diutarakan dalam jumlah angka.
“Sementara itu keenam belas putera-putera agungnya yang semuanya masih muda belia itu meninggalkan rumah dan menjadi sramana yang memiliki keluhuran, kebijaksanaan dan kecerdasan. Mereka telah mengabdi beratus ribu koti dari para Buddha dan mereka selalu menjalankan dharma brahma dengan tulus serta mencari Penerangan Agung. Dengan serempak mereka menyapa Sang Buddha dan berkata : “Yang Maha Agung ! seluruh ribuan koti dari para sravaka agung dan berbudi yang tak terhitung jumlahnya ini, semuanya telah sempurna. Yang Maha Agung ! ajarkanlah juga kepada kami tentang Hukum Penerangan Agung ! dan jika kami telah mendengarnya, pasti akan kami laksanakan ajaran itu. Yang Maha Agung ! kami merindukan pengetahuan Sang Tathagata. Segala uneg-uneg dalam dasar hati kami yang paling dalam telah Engkau nyatakan dan Engkau ketahui.”
“Kemudian diantara kelompok yang dipimpin oleh ‘raja pemutar roda suci’ 8 ribu kotis rakyat yang melihat bahwa keenam belas putera-putera agung itu telah meninggalkan rumah, maka merekapun juga meninggalkan rumah sedang sang raja merestui mereka pula.
“Kemudian Sang Buddha, atas permohonan para sramana ketika 2 ribu kalpa telah berlalu, berkhotbah dihadapan keempat golongan itu tentang Sutra Kendaraan Besar ini yang bernama : “ BUNGA TERATAI DARI KEGAIBAN HUKUM KESUNYATAAN.” Dengan hukum itulah para bodhisatva diutus dan hukum itu jugalah yang selalu terpelihara dan tersimpan dalam hati sanubari para Buddha. Setelah Beliau selesai mengkhotbahkan sutra ini, maka keenam belas sramana yang demi Penerangan Agung itu semuanya telah menerima, memelihara, dan mengajarkan serta meresapinya.
“Ketika Sutra ini sedang dikhotbahkan, keenam belas sramana bodhisatva itu menerimanya dengan penuh keyakinan, dan diantara para kelompok itu terdapat juga yang mempercayai dan meresapinya, tetapi umat-umat yang lain dari beribu-ribu macam kotis semuanya menaruh rasa ragu dan bimbang. “Sang Buddha mengkhotbahkan Sutra ini selama 8000 kalpa tanpa berhenti. Dan setelah Beliau selesai mengkhotbahkan Sutra ini, kemudian Beliau memasuki sebuah ruangan yang sunyi dan disitu Beliau bersemadi selama 84 ribu kalpa.
“Kemudian keenam belas sramanera bodhisatva yang mengetahui bahwa Sang Buddha telah memasuki ruangan itu dan sedang asyik bersemadi, maka masing-masing menduduki sebuah tahta hukum dan selam 84 ribu kalpa pula, mereka berkhotbah secara panjang lebar tentang Sutra Dari Bunga Kegaiban Hukum kepada keempat golongan itu. Masing-masing dari mereka itu menyelamatkan 600 ribu kotis nayuta dari para umat yang jumlahnya seperti pasir-pasir sungai Gangga itu; menunjukkan, mengajarkan, menguntungkan dan menggembirakan hakekat dari Penerangan Agung.
“Setelah 84 ribu kalpa berlalu, Sang Buddha Yang Maha Bijak bangkit dari samadinya dan pergi menuju ke singgasana hukum serta dengan tenang duduk diatasnya.
“Sambil menyapa seluruh pertemuan agung itu, Beliau bersabda : “Jarang sekali terdapat sramanera bodhisatva yang seperti keenam belas orang ini, yang berwatak luhur dan bijaksana dan yang telah mengabdi ribuan kotis dari jumlah umat Buddha yang tak terhitung banyaknya, dan yang terus menerus menjalankan dharma brahma kepada para Buddha itu, dan yang telah menerima dan memelihara kebijaksanaan Sang Buddha serta menurunkannya kepada seluruh mahluk dan memimpinnya. Apakah kalian semua telah memuja dan memuliakan mereka berulang kali ? karena betapapun juga jika para sravaka, pratyekabuddha dan para bodhisatva dapat mempercayai hukum dari Sutra yang telah dikhotbahkan oleh keenam belas bodhisatva, menerima dan memeliharanya tanpa merusaknya, maka seluruh orang-orang itu akan mencapai Kebijaksanaan Sang Tathagata dari Penerangan Agung.”
Sang Buddha menyapa para bhiksu dan bersabda : “Keenam belas bodhisatva ini selalu bergembira dalam mengkhotbahkan Sutra dari Bunga Teratai Hukum yang maha gaib ini. Keenam ratus ribu kotis nayuta dari para umat yang seperti pasir-pasir sungai Gangga itu, yang para bodhisatva ini mentasbhikan dan melahirkan generasi demi generasi yang semuanya ini mengikuti para bodhisatva, mendengar tentang hukum itu dari mereka dan seluruhnya mempercayainya serta meresapinya. Karena alasan-alasan inilah mereka berhasil menemui 4000 kotis para Buddha, yang maha agung dan sampai saat ini mereka tidak henti-hentinya melakukan hal itu.
“Para bhiksu sekalian ! Aku katakan kepadamu sekarang bahwa pengikut-pengikut Buddha yaitu sramanera, semaunya telah mencapai Penerangan Agung diseluruh negeri dan disegala penjuru, pada saat ini mereka sedang mengkhotbahkan hukum itu dan telah mempunyai beratus ribu kotis dari bodhisatva sebagai pengikut mereka.
Dua orang dari sramanera-sramanera itu menjadi Buddha di daerah timur, seorang bernama Akshobhya di Abhirati, yang lain bernama Merukuta; Buddha yang dua lagi dikawasan tenggara, yang seorang bernama Simhagosha sedang yang lain bernama Simhadvaga; sementara Buddha yang dua lagi di kawasan selatan, yang seorang bernama Akasharrathistita, sedangkan yang lain bernama Nityaparinirurita; Buddha yang dua lagi dikawasan barat daya, yang seorang bernama Indratvaga, sedang yang lain bernama Brahmadvaga; dua Buddha lagi dikawasan barat laut, yang seorang bernama Sarvalokadhatupadravodvedapratyuttirna, sedang yang lain bernama Tanda Sumeru; dua Buddha lagi berada dikawasan utara, yang seorang bernama Megasvarapradipa, sedang yang lain bernama Megasvararaga; Buddha yang berada dikawasan timur laut bernama Pemusnah Segala Kecemasan Dunia; Dan yang terakhir ialah Aku sendiri, Sakyamuni Buddha yang telah mencapai Penerangan Agung didalam kawasan alam semesta.
Para bhiksu sekalian ! jika kita menjadi sramanera, maka masing-masing mengajar dan mentasbihkan beratus ribu kotis mahluk yang seperti pasir-pasir sungai Gangga; dan mereka yang mendengar Hukum dari Aku akan mencapai Penerangan Agung. Diantara mahluk-mahluk ini sampai saat sekarang terdapat beberapa yang masih tetap pada tingkatan sravaka. Terus menerus Aku perintahkan mereka dalam Penerangan Agung agar supaya orang-orang ini akan masuk kedalam Jalan Kebuddhaan lewat Hukum ini. Karena betapapun juga kebijaksanaan Sang Tathagata sangat sulit dipercaya dan dipahami. Seluruh mahluk-mahluk itu yang banyaknya seperti pasir-pasir sungai Gangga yang Aku tasbihkan pada waktu itu hanya kalian, para bhiksu dan mereka akan menjadi pengikut-pengikut sravakaKu pada dunia mendatang yang nanti sesudah kesirnaanKu.
“Sesudah kesirnaanKu, akan terdapat pengikut-pengikut Ku yang tidak mendengarkan Sutra ini ataupun mengetahui maupun memahami ajaran yang dianut para Bodhisatva dan dengan usahanya sendiri akan menemukan makna tentang kesirnaan dan memasuki apa yang mereka sebut Nirvana.
Tetapi dikawasan yang lain, kemanapun mereka pergi, Aku akan tetap menjadi Buddha meskipun dibawah nama-nama yang berbeda-beda. Orang-orang ini, meskipun mereka memahami tentang kesirnaan dan memasuki apa yang mereka sebut Nirvana, namun masih tetap juga mencari kebijaksanaan Sang Buddha dan berhasil juga mendengar Sutra ini. Hanya dengan Kendaraan Sang Buddha mereka akan mencapai kesirnaan yang sempurna. Tidak ada kendaraan lain kecuali ajaran yang bijaksana dari Sang Tathagata. Para bhiksu sekalian ! jika Sang Tathagata sendiri mengetahui bahwa saatnya Nirvana telah tiba dan perkumpulan itu suci, teguh dalam kepercayaan serta kemantapannya dan telah tertembusi oleh hukum kehampaan, asyik dalam meditasi, kemudian Beliau akan mengumpulkan seluruh Bodhisatva dan sravaka untuk mengkhotbahkan Sutra ini kepada mereka.
Didunia ini tidak ada kendaraan kedua untuk mencapai kemokshaan; hanyalah ada satu kendaraan Buddha untuk mencapai kemokshaan.
Ketahuilah para bhiksu sekalian ! Kebijaksanaan Sang Tathagata meresap dalam-dalam ke seluruh sanubari mahluk dan Beliau mengetahui juga bahwa mereka terikat oleh kesenangan akan hal-hal yang hina dan sangat terbelenggu oleh 5 keinginan. Demi hal-hal ini Beliau mengkhotbahkan Nirvana. Jika mereka mendengarnya, mereka akan menerimanya dengan penuh keyakinan.
“Bayangkanlah seandainya ada suatu daerah yang penuh mara bahaya seluas 500 yojana dan disitu terletak satu jalanan yang sulit dan berbahaya serta jauh dari tempat tinggal manusia. Kemudian ada satu rombongan besar yang ingin melalui jalanan itu menuju ke tempat Permata. Mereka mempunyai seorang penuntun jalan yang bijaksana dan cerdas yang mengetahui jalanan itu dengan baik, dimana yang dapat dilalui dan dimana yang tidak, dan dialah yang memimpin rombongan yang ingin melewati daerah yang penuh bahaya ini.
Bayangkanlah seandainya rombongan yang ia pimpin itu menjadi letih ditengah jalan dan berkata : “Kami benar-benar kepayahan dan lagi pula merasa takut, kami tidak dapat pergi lebih jauh lagi. Jalanan yang membentang didepan kita begitu jauhnya, oleh karenanya marilah kita kembali saja.”
Sang pemimpin, seorang yang sangat bijaksana, berpikir demikian : “Orang-orang ini patut dikasihani. Bagaimana mungkin mereka dapat membuang harta yang sedemikian besar itu dan malahan ingin kembali ?” Karena berpikir demikian itu maka dengan suatu akal, ia secara gaib menciptakan sebuah kota seluas 300 yojana ditengah-tengah jalanan yang berbahaya itu, kemudian berkata kepada rombongan tadi : “Janganlah kalian takut dan jangan lupa kembali. Inilah sebuah kota yang besar dimana kalian dapat beristirahat dan mengumbar segala keinginan kalian. Jika kalian masuk ke kota ini, kalian akan cepat segar kembali. Dan jika kalian sudah mampu melanjutkan perjalanan ke Tempat Permata, maka lanjutkanlah.”
“Kemudian rombongan yang letih itu sangatlah bergembira dalam hatinya dan memuji-muji keuntungan mereka yang tiada tara itu, : “Sekarang kita telah benar-benar terlolos dari jalanan yang berbahaya ini dan marilah kita segera beristirahat.”
Kemudian rombongan itu melangkah ke dalam kota gaib tadi dan membayangkan bahwa mereka telah tiba ditempat tujuannya, maka tinggallah mereka dengan senang. Ketika sang pemimpin mengetahui bahwa rombongan itu telah beristirahat dan tidak lagi merasa letih, maka ia memusnahkan kota gaib tadi dan berkata kepada rombongan itu : “Hai, cepatlah kalian semua. Tempat Permata itu sudah ditangan. Aku menciptakan kota besar tadi hanya untuk beristirahat kalian saja.”