comotan dari blog tetangga

Started by bond, 27 July 2009, 11:11:16 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: morpheus on 25 August 2009, 07:08:38 AM
Quote from: williamhalim on 24 August 2009, 03:43:46 PM
Jika kita semua setuju bahwa cara2 yg sy tulis diatas kita lakukan pada diri kita masing2... maka kita harus jujur juga mengakui bahwa cara untuk mereasisasi akhir dukkha, tidak bisa hanya dengan sadari saja. Kita2 masih butuh usaha2, latihan2, disiplin2, pengekangan2, pembelajaran2... Kita masih butuh langkah2 tsb -yg ternyata- persis seperti yg telah diajarakan oleh Sang Buddha....

Untuk Bro Morph, pengalaman ini lah yg telah sy alami... 'SADARI SAJA' -seperti yg Pak Hud ajarkan- tidak mempan buat saya... dan sampai saat ini, saya belum berjumpa satu orang pun yg berhasil memperbaiki dirinya hanya dengan SADARI SAJA.

Maka dari itu saya menganggap anjuran Pak Hud itu sebagai Konsep Manis semata...
mari kita baca posting di atas:

* bang willi menyebut2 kata "usaha". tersirat bahwa bang willi masih saja ngotot dan salah paham bahwa "tanpa usaha" yg udah diterangkan dan diluruskan entah berapa kali itu adalah dalam konteks meditasi. tampaknya bang willi tidak tertarik untuk membaca koreksinya (atau lupa untuk kesekian kalinya). apakah bang willi mengerti maksudnya? saya gak keberatan mengulanginya lagi.

* bang willi, anda mengatakan "sadari saja" itu tidak mempan buat anda. apakah karena alasan "tidak mempan" buat anda, lalu semua harus digeneralisir dan prakteknya dikafirkan?

dari kehidupan sehari2, saya justru melihat gak ada orang yg jadi baik dengan belajar yg mereka sebut "dhamma" itu, tapi saya banyak melihat orang jadi baik dengan bermeditasi tanpa memperdulikan yg namanya "dhamma". serius bang...


ckckckck Yakin? ini bukan generalisasi yah? baru tau nih ckckckckckck
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

morpheus

om ryu, itu yg saya liat dari kehidupan sehari2... entah yg anda liat...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

markosprawira

#617
Quote from: morpheus on 25 August 2009, 07:21:00 AM
Quote from: markosprawira on 24 August 2009, 03:56:51 PM
saya sih dar kemarin2 selalu anggap diskusi kok..... anda loh yg selalu mengganggap sebagai "debat", bukan saya
bang markos, anda lebih tertarik mempermasalahkan hal2 sepele seperti penggunaan kata2.
terbukti, akhirnya percakapan ini berujung kepada debat kusir, ad hominem, prasangka pribadi...
gak salah kan kalo gak saya layani?

loh coba liat lagi di awal, anda kasih rujukan sutta2 dan berasumsi saya hanya berdasar abhidhamma saja
Saya tidak menganggap asumsi anda sebagai ad hominem dan sebaliknya saya tanggapi berdasar sutta2 itu sendiri, dimana anda selanjutnya bilang ga kompeten soal sutta

Saya tidak menanggapi itu ad hominem, prasangka pribadi atau hal sepele loh.... malahan saya ajak anda diskusi
bahkan saya udah sebut utk diskusi ISI tipitaka secara keseluruhan

tapi diskusi itu anda tanggapi sebagai debat, melihat kata per kata, hal2 sepele, dsbnya

bahkan saat anda mengajukan tulisan ajahn chah dimana saya berikan kesimpulannya, anda menyebut sebagai sudut pandang yg berbeda

nah bingung khan?

Quote from: morpheus on 25 August 2009, 07:21:00 AM
Quote from: markosprawira on 24 August 2009, 03:56:51 PM
oh sori, saya sih cuma ikutin pola ajaran bapak HH, bro......

ternyata beda yah?
bang markos, anda menuduh saya mendapatkan instruksi, ternyata tidak benar, kemudian anda bilang mengikuti pola pak hudoyo.
gak usah ngomong "dhamma", etika dan kedewasaan berdiskusi intelektual aja gak terlihat pada serangkaian tulisan anda di atas.

kalau saya salah prasangka, tentunya saya minta maaf bro.... dan itu sudah saya lakukan

nah apakah anda juga mempunyai etika seperti itu sewaktu menuduh saya hanya berdasar abhidhamma?

tentunya diskusi yg baik, adalah mengeluarkan pendapat masing2 dan bersikap gentleman kalau memang salah
bukan justru mengeluarkan statement ad hominem seperti yg biasa dilakukan oleh HH dan salah satu pendamping setianya  ;D


Quote from: morpheus on 25 August 2009, 07:21:00 AM
Quote from: markosprawira on 24 August 2009, 03:56:51 PM
itu kelas meditasi, bang...... sayalay dipankara ga ngajarin kelas teori tapi praktek meditasi, juga counseling
...

nah apakah anda mo coba meditasi sesuai mahasatipatthana sutta?
saya udah pernah coba yg namanya meditasi sesuai mahasatipatthana.
justru sekarang saya nanya pengalaman anda dengan kata2 anda sendiri, tapi anda gak mau cerita.
saya udah berbagi begitu banyak pada tulisan2 yg lalu, namun anda gak pernah membagi pengalaman.


Gini loh bro, bukan tidak mau berbagi pengalaman, tapi kembali ke paradigma "melepas" anda, maukah anda melepas paradigma itu sendiri? karena walau saya udah jelaskan berkali2, anda tetap berasumsi "penggunaan kata", dsbnya

Pun kalau saya ceritakan, apakah dalam kondisi saat ini, anda akan percaya pada pengalaman betapa mudah untuk deep concentration,mencapai khanika samadhi yg sudah dialami bahkan dalam kelas sayalay, dalam beberapa hari saja, sudah cukup banyak peserta yg bisa melihat nana?

Nah ketimbang omong panjang lebar yg seolah menyombongkan diri, saya memilih utk mengajak anda, membuktikan sendiri, seperti yg anda selalu bilang : langsung aja praktek

Nah anda menyebut sudah pernah meditasi sesuai satipatthana, sori nih yah, tapi boleh tahu meditasi apa itu, dan siapa pembimbingnya?
pun apakah anda sudah mengetahui isi dari mahasatipatthana itu sendiri?

Jika anda berkenan, mari kita diskusikan kembali  ;D

saya akan mulai di bawah untuk artikel ajahn chah yg pernah anda kutip dan sudah saya terjemahkan  ;)

markosprawira

Quotesaya menyarankan agar kita merenungkan tulisan dari a still forest pool berikut:

QuoteQuote
In my own practice, I did not know or study much. I took the straightforward teachings the Buddha gave and simply began to study my own mind according to nature. When you practice, observe yourself. Then gradually knowledge and vision (ini yg saya maksud pengetahuan tanpa tanda kutip  ) will arise of themselves. If you sit in meditation and want it to be this way or that, you had better stop right there. Do not bring ideals or expectations to your practice. Take your studies, your opinions, and store them away.

You must go beyond all words, all symbols, all plans for your practice. Then you can see for yourself the truth, arising right here. If you do not turn inward, you will never know reality. I took the first few years of formal Dharma text study, and when I had the opportunity, I went to hear various scholars and masters teach, until such study became more of a hindrance than a help. I did not know how, to listen to their sermons because I had not looked within.

The great meditation masters spoke about the truth within oneself. Practicing, I began to realize that it existed in my own mind as well. After a long time, I realized that these teachers have really seen the truth and that if we follow their path, we will encounter everything they have spoken about. Then we will be able to say, ''Yes, they were right. What else could there be? Just this." When I practiced diligently, realization unfolded like that.

If you are interested in Dharma, just give up, just let go. Merely thinking about practice is like pouncing on the shadow and missing the substance. You need not study much. If you follow the basics and practice accordingly, you will see the Dharma for yourself. There must be more than merely hearing the words. Speak just with yourself, observe your own mind. If you cut off this verbal, thinking mind, you will have a true standard for judging. Otherwise, your understanding will not penetrate deeply. Practice in this way and the rest will follow.

Terjemahan :

QuoteDalam praktek pribadi, saya tidak banyak tahu atau belajar. Saya langsung mengambil ajaran Buddha dan mulai mempelajari pikiran saya secara alami. Jika anda praktek, selidiki diri anda sendiri. Lalu secara bertahap pengetahuan dan pandangan akan muncul dengan sendirinya. Jika anda duduk bermeditasi dan ingin agar sesuai dengan cara ini dan itu, anda sebaiknya berhenti disana. Jangan membawa harapan dalam praktek anda. Bawa teori anda, opini anda dan simpan jauh-jauh

Anda harus mencapai kondisi diatas semua huruf, simbol dan rencana dari praktek anda. Lalu anda akan bisa melihat kebenaran yg muncul. Jika anda tidak melihat kedalam, anda tidak akan pernah tahu realita. Saya pernah menghabiskan beberapa tahun di sekolah formal Dhamma dan jika saya ada kesempatan, saya pergi mendengar berbagai guru mengajar sampai studi seperti ini menjadi lebih menghalangi ketimbang membantu. Saya tidak tahu bagaimana, mendengar berbagai ceramah karena saya tidak melihat ke dalam

Guru besar mditasi berbicara mengenai kebenaran yg ada dalam diri sendiri. Dengan praktek, saya mulai menyadari bhw itu ada dalam pikiran saya sendiri juga. Setelah waktu yg lama, saya mengadari bahwa para guru itu sudah menyadari kebenaran dan jika kita mengikuti jalan mereka, kita akan menjumpai semua hal sesuai yg sudah mereka katakan. Lalu kita akan bisa berkata "Ya, mereka benar. Apalagi yang dapat dijumpai? Hanya ini" Sewaktu saya berpraktek dengan rajin, kesadaran terbuka seperti itu

Jika anda tertarik dengan Dhamma, lepaskanlah. Berpikir tentang praktek,  seperti memukul bayangan dan kehilangan substansinya. Anda tidak perlu belajar banyak. Jika anda mengikuti bagian dasar dan melakukan prakteknya, anda akan melihat Dhamma dengan sendirinya. Anda akan mendapat lebih banyak ketimbang mendengar kata2. Bicaralah hanya dengan diri anda sendiri, selidiki pikiran anda. Jika anda dapat memutuskan kata2 ini, pikiran yg berpikir, anda akan mendapat standar yg benar untuk menilai. Jika tidak, pengertian anda tidak akan dapat masuk cukup dalam. Latihlah dengan cara ini dan sisanya akan mengikuti.

Kalau saya lihat diatas, poin penting yg didapat adalah yaitu Jangan terlalu banyak berteori.
Lebih baik jika tahu sedikit hal2 yang mendasar dan kemudian mempraktekkannya

Ini selaras dengan apa yg disebut dalam Dhammapada yaitu Ketimbang orang hidup 100 tahun tapi tidak hidup sesuai Dhamma, lebih baik orang hidup 1 hari tapi mempraktekkan dhamma

Tapi bukan berarti harus melepas SEMUA teori loh....... silahkan dilihat lagi artikel itu secara menyeluruh, bukan hanya give up, let go semata

diskusi mode : ON  ;D

williamhalim

Quote from: markosprawira on 25 August 2009, 12:01:16 PM
Kalau saya lihat diatas, poin penting yg didapat adalah yaitu Jangan terlalu banyak berteori.
Lebih baik jika tahu sedikit hal2 yang mendasar dan kemudian mempraktekkannya

Ini selaras dengan apa yg disebut dalam Dhammapada yaitu Ketimbang orang hidup 100 tahun tapi tidak hidup sesuai Dhamma, lebih baik orang hidup 1 hari tapi mempraktekkan dhamma

Tapi bukan berarti harus melepas SEMUA teori loh....... silahkan dilihat lagi artikel itu secara menyeluruh, bukan hanya give up, let go semata


Betul sekali Bro.
Saya menyetujui pemikiran ini 100%.
Lebih baik tau sedikit dan mempraktikkannya ketimbang banyak tau namun lupa praktik.
Numun juga, bukan berarti, harus melepas semua teori, krn kalau melepas semua teori, apalagi yg mau dipraktikkan. Betul sekali.

anumodana
willi

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

morpheus

Quote from: markosprawira on 25 August 2009, 11:57:58 AM
loh coba liat lagi di awal, anda kasih rujukan sutta2 dan berasumsi saya hanya berdasar abhidhamma saja
anda bolak-balik di sini2 aja bang markos.
kan saya bilang, saya mo menggarisbawahi terminologi pak hudoyo itu udah lazim dipake di dunia buddhism, oleh praktisi lain dan anda gak bisa memaksakan terminologi anda melulu. entah kali ini bisa dimengerti atau gak. kalo anda balik ke sini lagi, bohwat deh saya.

Quote from: markosprawira on 25 August 2009, 11:57:58 AM
tapi diskusi itu anda tanggapi sebagai debat, melihat kata per kata, hal2 sepele, dsbnya
saat indikasi mengarah ke debat, ngotot menafsirkan kata demi kata, saya gak melayani.
hasilnya nol besar, bagi anda, bagi saya dan bagi pembaca.

Quote from: markosprawira on 25 August 2009, 11:57:58 AM
kalau saya salah prasangka, tentunya saya minta maaf bro.... dan itu sudah saya lakukan

nah apakah anda juga mempunyai etika seperti itu sewaktu menuduh saya hanya berdasar abhidhamma?

tentunya diskusi yg baik, adalah mengeluarkan pendapat masing2 dan bersikap gentleman kalau memang salah
bukan justru mengeluarkan statement ad hominem seperti yg biasa dilakukan oleh HH dan salah satu pendamping setianya  ;D
hehehe... bang markos, minta maaf trus anda menuntut balik?
tuduhan saya mendapat instruksi itu mirip seperti fitnah, sedangkan saya menyebut pola pikir anda yg berusaha mencapai sesuatu tingkat demi tingkat dan membuang kilesa itu sebagai paradigma mengakumulasi masih dalam koridor diskusi kan? itupun saya masih meminta anda menceritakan sesuatu menurut pengalaman anda, mungkin saja saya salah, mungkin anda memang ahli teori dan praktik namun anda malah menjawab dengan mengajak saya pegi ke kelas. apa lagi yg bisa dilanjutkan dari sini?

Quote from: markosprawira on 25 August 2009, 11:57:58 AM
Gini loh bro, bukan tidak mau berbagi pengalaman, tapi kembali ke paradigma "melepas" anda, maukah anda melepas paradigma itu sendiri? karena walau saya udah jelaskan berkali2, anda tetap berasumsi "penggunaan kata", dsbnya
ini yg saya sebut permainan kata2. saya menganalisa ada dua paradigma, trus alih2 mengupas, membicarakan atau membantah isinya, anda mengajak saya melepas paradigma. lucu pan?

Quote from: markosprawira on 25 August 2009, 11:57:58 AM
Nah anda menyebut sudah pernah meditasi sesuai satipatthana, sori nih yah, tapi boleh tahu meditasi apa itu, dan siapa pembimbingnya?
pun apakah anda sudah mengetahui isi dari mahasatipatthana itu sendiri?
bang markos, kenapa ya arah pembicaraan anda selalu ke pribadi saya. bisakah kita fokus ke topiknya aja?
btw, topiknya sendiri udah ke sana kemari...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

morpheus

Quote from: markosprawira on 25 August 2009, 12:01:16 PM
Kalau saya lihat diatas, poin penting yg didapat adalah yaitu Jangan terlalu banyak berteori.
Lebih baik jika tahu sedikit hal2 yang mendasar dan kemudian mempraktekkannya

Ini selaras dengan apa yg disebut dalam Dhammapada yaitu Ketimbang orang hidup 100 tahun tapi tidak hidup sesuai Dhamma, lebih baik orang hidup 1 hari tapi mempraktekkan dhamma

Tapi bukan berarti harus melepas SEMUA teori loh....... silahkan dilihat lagi artikel itu secara menyeluruh, bukan hanya give up, let go semata
apa perlu diulangi lagi? saya akan menulis persis seperti yg sudah2.
saya bilang artikel ajahn chah di atas benar2 senada dengan apa yg saya tulis sebelumnya.
gimana kalo anda quote posting saya yg menurut anda tidak sesuai, lalu kita diskusikan?
jangan2 semuanya hanya dipikiran anda sendiri...

yg terlihat justru kontrasnya artikel di atas dengan kata2 anda seperti: "kebijaksanaan yang didapat dari membaca buku", etc, seperti saya kutipkan dibawah:
Quote from: markosprawira on 25 August 2009, 12:01:16 PM
dalam salah satu jenis panna, ada yg disebut Suttamaya Panna yaitu Kebijaksanaan yang didapat dari membaca buku, literatur
jelas bhw org bisa bertambah panna, dengan membaca buku, literatur, rujukan

namun selanjutnya, jangan dilupakan 2 jenis panna lainnya yaitu Cintamaya Panna dan Bhavanamaya Panna

Hal ini yg sering saya ungkapkan di depan kelas bhw ketiga jenis panna ini akan saling mendukung, saling menguatkan satu dengan yg lainnya
Dengan membaca buku, panna kita bisa bertambah
hal ini akan lebih dikuatkan dengan praktek, perenungan, dsbnya

Karena sudah membuktikan, akan mendorong utk semakin banyak membaca buku, literatur yang lebih "dalam"
bisakah anda melihat kekontrasan tulisan anda dengan ajahn chah?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

markosprawira

Quote from: morpheus on 25 August 2009, 01:25:53 PM
Quote from: markosprawira on 25 August 2009, 12:01:16 PM
Kalau saya lihat diatas, poin penting yg didapat adalah yaitu Jangan terlalu banyak berteori.
Lebih baik jika tahu sedikit hal2 yang mendasar dan kemudian mempraktekkannya

Ini selaras dengan apa yg disebut dalam Dhammapada yaitu Ketimbang orang hidup 100 tahun tapi tidak hidup sesuai Dhamma, lebih baik orang hidup 1 hari tapi mempraktekkan dhamma

Tapi bukan berarti harus melepas SEMUA teori loh....... silahkan dilihat lagi artikel itu secara menyeluruh, bukan hanya give up, let go semata
apa perlu diulangi lagi? saya akan menulis persis seperti yg sudah2.
saya bilang artikel ajahn chah di atas benar2 senada dengan apa yg saya tulis sebelumnya.
gimana kalo anda quote posting saya yg menurut anda tidak sesuai, lalu kita diskusikan?
jangan2 semuanya hanya dipikiran anda sendiri...

yg terlihat justru kontrasnya artikel di atas dengan kata2 anda seperti: "kebijaksanaan yang didapat dari membaca buku", etc, seperti saya kutipkan dibawah:
Quote from: markosprawira on 25 August 2009, 12:01:16 PM
dalam salah satu jenis panna, ada yg disebut Suttamaya Panna yaitu Kebijaksanaan yang didapat dari membaca buku, literatur
jelas bhw org bisa bertambah panna, dengan membaca buku, literatur, rujukan

namun selanjutnya, jangan dilupakan 2 jenis panna lainnya yaitu Cintamaya Panna dan Bhavanamaya Panna

Hal ini yg sering saya ungkapkan di depan kelas bhw ketiga jenis panna ini akan saling mendukung, saling menguatkan satu dengan yg lainnya
Dengan membaca buku, panna kita bisa bertambah
hal ini akan lebih dikuatkan dengan praktek, perenungan, dsbnya

Karena sudah membuktikan, akan mendorong utk semakin banyak membaca buku, literatur yang lebih "dalam"
bisakah anda melihat kekontrasan tulisan anda dengan ajahn chah?


Baik jika anda ingin mendiskusikan bagian yang ini.......

Inti tulisan ajahn chah seperti yg saya tuliskan diatas
QuoteKalau saya lihat diatas, poin penting yg didapat adalah yaitu Jangan terlalu banyak berteori.
Lebih baik jika tahu sedikit hal2 yang mendasar dan kemudian mempraktekkannya

Ini selaras dengan apa yg disebut dalam Dhammapada yaitu Ketimbang orang hidup 100 tahun tapi tidak hidup sesuai Dhamma, lebih baik orang hidup 1 hari tapi mempraktekkan dhamma

Tapi bukan berarti harus melepas SEMUA teori loh

Anda melihat pada kekontrasan, padahal saya melihat hal esensialnya adalah pada awalnya tetap dibutuhkan teori, pengetahuan untuk memulai praktek
Dan teori itu, tidaklah dibuang melainkan hasil praktek ternyata selaras dengan teori, dengan apa yg diceramahkan


itu sudah jelas disebutkan :
QuoteAnda harus mencapai kondisi diatas semua huruf, simbol dan rencana dari praktek anda. Lalu anda akan bisa melihat kebenaran yg muncul. Jika anda tidak melihat kedalam, anda tidak akan pernah tahu realita. Saya pernah menghabiskan beberapa tahun di sekolah formal Dhamma dan jika saya ada kesempatan, saya pergi mendengar berbagai guru mengajar sampai studi seperti ini menjadi lebih menghalangi ketimbang membantu. Saya tidak tahu bagaimana, mendengar berbagai ceramah karena saya tidak melihat ke dalam

Guru besar mditasi berbicara mengenai kebenaran yg ada dalam diri sendiri. Dengan praktek, saya mulai menyadari bhw itu ada dalam pikiran saya sendiri juga. Setelah waktu yg lama, saya mengadari bahwa para guru itu sudah menyadari kebenaran dan jika kita mengikuti jalan mereka, kita akan menjumpai semua hal sesuai yg sudah mereka katakan. Lalu kita akan bisa berkata "Ya, mereka benar. Apalagi yang dapat dijumpai? Hanya ini" Sewaktu saya berpraktek dengan rajin, kesadaran terbuka seperti itu

Ceramah pun termasuk teori, yg jika tidak dipraktekkan, tidak akan dimengerti
Diskusi pun hanya menjadi teori jika tidak dipraktekkan

silahkan dibaca lagi mengenai suttamaya panna, cintamaya panna dan bhavanamaya panna, yg bahkan dalam bhavanamaya panna, di dalamnya termasuk praktek vipassana bhavana  ;)

markosprawira

Quote from: morpheus on 25 August 2009, 01:11:19 PM
Quote from: markosprawira on 25 August 2009, 11:57:58 AM
loh coba liat lagi di awal, anda kasih rujukan sutta2 dan berasumsi saya hanya berdasar abhidhamma saja
anda bolak-balik di sini2 aja bang markos.
kan saya bilang, saya mo menggarisbawahi terminologi pak hudoyo itu udah lazim dipake di dunia buddhism, oleh praktisi lain dan anda gak bisa memaksakan terminologi anda melulu. entah kali ini bisa dimengerti atau gak. kalo anda balik ke sini lagi, bohwat deh saya.

Quote from: markosprawira on 25 August 2009, 11:57:58 AM
tapi diskusi itu anda tanggapi sebagai debat, melihat kata per kata, hal2 sepele, dsbnya
saat indikasi mengarah ke debat, ngotot menafsirkan kata demi kata, saya gak melayani.
hasilnya nol besar, bagi anda, bagi saya dan bagi pembaca.

Quote from: markosprawira on 25 August 2009, 11:57:58 AM
kalau saya salah prasangka, tentunya saya minta maaf bro.... dan itu sudah saya lakukan

nah apakah anda juga mempunyai etika seperti itu sewaktu menuduh saya hanya berdasar abhidhamma?

tentunya diskusi yg baik, adalah mengeluarkan pendapat masing2 dan bersikap gentleman kalau memang salah
bukan justru mengeluarkan statement ad hominem seperti yg biasa dilakukan oleh HH dan salah satu pendamping setianya  ;D
hehehe... bang markos, minta maaf trus anda menuntut balik?
tuduhan saya mendapat instruksi itu mirip seperti fitnah, sedangkan saya menyebut pola pikir anda yg berusaha mencapai sesuatu tingkat demi tingkat dan membuang kilesa itu sebagai paradigma mengakumulasi masih dalam koridor diskusi kan? itupun saya masih meminta anda menceritakan sesuatu menurut pengalaman anda, mungkin saja saya salah, mungkin anda memang ahli teori dan praktik namun anda malah menjawab dengan mengajak saya pegi ke kelas. apa lagi yg bisa dilanjutkan dari sini?

Quote from: markosprawira on 25 August 2009, 11:57:58 AM
Gini loh bro, bukan tidak mau berbagi pengalaman, tapi kembali ke paradigma "melepas" anda, maukah anda melepas paradigma itu sendiri? karena walau saya udah jelaskan berkali2, anda tetap berasumsi "penggunaan kata", dsbnya
ini yg saya sebut permainan kata2. saya menganalisa ada dua paradigma, trus alih2 mengupas, membicarakan atau membantah isinya, anda mengajak saya melepas paradigma. lucu pan?

Quote from: markosprawira on 25 August 2009, 11:57:58 AM
Nah anda menyebut sudah pernah meditasi sesuai satipatthana, sori nih yah, tapi boleh tahu meditasi apa itu, dan siapa pembimbingnya?
pun apakah anda sudah mengetahui isi dari mahasatipatthana itu sendiri?
bang markos, kenapa ya arah pembicaraan anda selalu ke pribadi saya. bisakah kita fokus ke topiknya aja?
btw, topiknya sendiri udah ke sana kemari...


maaf, bagian ini terlewati...........

eniwei, melihat kondisi ini, saya putuskan untuk berhenti aja bro..........

semoga apa yg sudah kita diskusikan, bermanfaat bagi kita semua

morpheus

btw, thanks jerih payahnya menterjemahkan.

sedikit koreksi (menurut saya lebih akurat):

"Dalam praktek, saya tidak banyak tahu atau belajar. Saya mengambil ajaran Buddha yg (paling) gamblang dan mulai langsung mempelajari batin saya secara alami. saat berpraktik, selidiki diri anda sendiri. Lalu secara bertahap pengetahuan dan penglihatan akan muncul dengan sendirinya. Jika anda duduk bermeditasi dan ingin agar sesuai dengan cara ini dan itu, anda sebaiknya berhenti disana. Jangan membawa ideal ataupun harapan dalam praktek anda. Ambil teori anda, opini anda dan simpan jauh-jauh.

Anda harus melangkah melampaui semua kata2, simbol2 dan rencana2 untuk praktek anda. Lalu anda akan bisa melihat kebenaran, muncul dari sana. Jika anda tidak melihat ke dalam, anda tidak akan pernah tahu realita. Saya pernah menghabiskan beberapa tahun di sekolah formal Dhamma dan jika saya ada kesempatan, saya pergi mendengar berbagai cendikia dan guru mengajar, sampai studi seperti ini lebih menjadi penghalang ketimbang membantu. Saya tidak tahu bagaimana, untuk mendengar berbagai ceramah karena saya tidak melihat ke dalam

Guru besar meditasi berbicara mengenai kebenaran di dalam diri. Berpraktik, saya mulai menyadari bhw itu ada dalam batin saya sendiri juga. Setelah waktu yg lama, saya menyadari bahwa para guru itu sudah benar2 melihat kebenaran dan jika kita mengikuti jalan mereka, kita akan menjumpai semua hal sesuai yg sudah mereka katakan. Lalu kita akan bisa berkata "Ya, mereka benar. Apalagi yang dapat dijumpai? Hanya ini" Sewaktu saya berpraktek dengan rajin, kesadaran terbuka seperti itu

Jika anda tertarik dengan Dhamma, lepas lah. Hanya berpikir tentang praktek sama seperti halnya memukul bayangan dan kehilangan substansinya. Anda tidak perlu belajar banyak. Jika anda mengikuti bagian dasar dan melakukan prakteknya, anda akan melihat Dhamma itu sendiri. Lebih banyak ketimbang mendengar kata2. Bicaralah hanya dengan diri anda sendiri, selidiki batin anda. Jika anda dapat memotong (menyetop -tr) celoteh2 ini, batin yg berpikir, anda akan memiliki standar yg benar untuk menilai. Jika tidak, pengertian anda tidak akan dapat menembus dalam. Latihlah dengan cara ini dan sisanya akan mengikuti."
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

ryu

Quote from: morpheus on 25 August 2009, 08:51:24 AM
om ryu, itu yg saya liat dari kehidupan sehari2... entah yg anda liat...
Definisi Baik menurut om seperti apa?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: upasaka on 24 August 2009, 12:39:15 PM
Quote from: Kainyn_KuthoJadi yang relevan dalam vipassana di sini, talenta atau sila?

Keterampilan untuk mengembangkan sila-samadhi-panna.
Pertanyaan terakhir: apakah dalam vipassana, seseorang perlu mengetahui "ini sila, ini bukan", "ini dhamma, ini bukan", ataukah perlu menyadari bahwa "sila, dhamma, agama adalah bentukan pikiran"?


QuoteBetul. Tapi bukan kemusnahan.
Hanya bahasa saja. Seperti saya katakan, dalam terjemahan Bahasa Inggris, sering digunakan Extinction (kemusnahan). Dalam beberapa terjemahan Bahasa Indonesia juga saya pernah menemukan nibbana dijelaskan sebagai "musnah sepenuhnya". Sebetulnya tidak ada satu bahasa pun yang tepat menggambarkannya.

Sama seperti perasaan, tidak ada gambaran tepat mengenai perasaan. Seniman mengungkapkan perasaannya dalam berbagai media. Orang yang tidak mengerti hanya melihat medianya, hanya yang tertangkap indera, namun tidak menangkap ekspresi yang disampaikan. Mereka yang mampu melihat, mengerti dan memahami perasaannya, melampaui medianya. Begitu pula dalam dhamma dan kehidupan sehari-hari, orang yang tidak mengerti maksud orang lain, hanya mampu menilai sebatas bahasa.


Quote
Quote from: Kainyn_KuthoKalau gitu, terserah opini anda saja terhadap 6 opsi tersebut. Saya punya pandangan berbeda tentang ini.
Apakah pandangan Anda memang diiyakan oleh Pak Hudoyo?

Sebelumnya, sudah pernah saya katakan bahwa saya pernah berbicara dengan Pak Hudoyo mengenai seorang umat lain yang mendebat saya tentang nibbana. Saya diskusi sedikit dengan Pak Hudoyo mengenai nibbana dalam pandangan Buddha dan nihilisme. Dari situlah saya tahu Pak Hudoyo bukan berpandangan nihilisme.


QuoteAkan lebih objektif kalau Pak Hudoyo sendiri yang menjelaskan kepada khalayak ramai, kenapa dia terkadang menyatakan bahwa MMD = Ajaran Sang Buddha = ajaran J. Khrisnamurti adalah nihilisme; dan kadang kala dia menyatakan bahwa MMD = Ajaran Sang Buddha = ajaran J. Khrisnamurti adalah tidak nihilisme.

Tapi setahu saya Pak Hudoyo tidak pernah menjelaskan alasannya. Ataukah ada rekan-rekan yang tahu kalau Pak Hudoyo sudah memberikan penjelasan akan hal ini?
Kesamaan ajaran J.Khrisnamurti dan Buddhisme rasanya sudah sering dibicarakan Pak Hudoyo di board MMD atau J KhrisnaMurti.



Quote
Quote from: Kainyn_KuthoSankhitta Sutta yang universal akan memuat JMB 8; namun JMB 8 yang masih cenderung terbatas, ada kalanya tidak bisa memuat Sankhitta Sutta.

Sankhitta Sutta memuat sifat-sifat dari Ajaran Sang Buddha.
JMB8 merumuskan metode Jalan Tengah.
Hakikat dari sifat Ajaran Sang Buddha adalah Jalan Tengah.

Menurut Anda, apakah keterbatasan dari JMB8 dibanding Sankhitta Sutta?

Karena JMB 8 fokus pada sesuatu yang general, yang bisa jadi terbatasi oleh tradisi dan budaya setempat, pada waktu dan kondisi tertentu, namun bisa jadi tidak relevan di tradisi, budaya lain pada waktu dan kondisi berbeda.

Satu contohnya adalah "ucapan benar" yang sudah dibahas sebelumnya berkenaan dengan Thera Pilinda Vaccha. Bicara kasar atau tidak kasar adalah tergantung budaya setempat. Hal ini sebetulnya sudah dibahas dalam Upali Sutta yang menjelaskan semua perbuatan (juga ucapan) menjadi bermanfaat atau tidak, adalah tergantung pikiran. Semua pasti setuju bahwa pikiranlah yang terutama, namun apakah orang yang memegang JMB 8 secara mutlak mau mengakui irrelevansi ucapan dan perbuatan benar?

Contoh lain adalah pencaharian benar yang salah satunya tidak menjual racun. Apa definisi racun? Apakah kandungannya? Mana yang racun: selai kacang atau arsenik? Orang yang terkungkung pandangan JMB 8 secara mutlak sesungguhnya hanya akan tersesat dalam ketidak-tahuannya.


bond

#627
Quote from: Kainyn_Kutho on 25 August 2009, 03:14:32 PM
Quote from: upasaka on 24 August 2009, 12:39:15 PM
Quote from: Kainyn_KuthoJadi yang relevan dalam vipassana di sini, talenta atau sila?

Keterampilan untuk mengembangkan sila-samadhi-panna.
Pertanyaan terakhir: apakah dalam vipassana, seseorang perlu mengetahui "ini sila, ini bukan", "ini dhamma, ini bukan", ataukah perlu menyadari bahwa "sila, dhamma, agama adalah bentukan pikiran"?

Dalam vipasanna, orang yg memiliki panna yg baik dan telah berkembang maka dengan otomatis mengetahui ketika menyadari semua fenomena termasuk ini sila, ini dhamma, ini bukan dhamma, ini bentukan pikiran, ini cetasika, ini nivarana. Panna dan konsentrasi akan membuat batin menjadi lentur. Menyadari dan mengetahui ini dhamma, ini bukan dhamma dst, bukanlah berpikir-pikir dengan analisa tetapi dengan adanya pengamatan terhadap subjek2 yg muncul dari menyadari hingga akhirnya mengetahui terjadi. Pengamatan disini saya sebut detached observer/pengamatan yg tidak melekat  dari subjek2 yg muncul dan terjadi secara alamiah. Dari mengetahui dari setiap kemunculan fenomena/subjek2 pada puncaknya disebut nyana2..





Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

markosprawira

KAlau saya boleh selip dikit.....

kata "dalam vipassana tidak perlu JMB-8" sendiri sesungguhnya menjadi rancu.

Bisa diterjemahkan seolah saat bermeditasi vipassana, orang tidak perlu memikirkan mengenai JMB-8 -> jika demikian menjadi benar

tapi jika diterjemahkan bhw cukup hanya vipassana saja, tidak perlu melaksanakan JMB-8 -> ini yg menjadi keliru

mungkin hal ini yg perlu diluruskan terlebih dahulu

dan kedua, JMB-8 adalah latihan batin dimana setiap unsur, merupakan latihan terhadap cetasika/faktor batin tertentu yang kesemuanya mengkondisikan agar batin selalu berada dalam kondisi sobhana
Pernyataan mengenai JMB-8 adalah latihan batin, ditolak oleh HH


Jadi utk saya pribadi, sejauh ini berkesimpulan bhw HH hanya ingin vipassana saja, dan tidak perlu menjalankan JMB-8 sama sekali

ryu

Isi adalah kosong, kosong adalah isi, bentuk2 dualisme seperti ini selama meditasi vipasana pun adalah merupakan kesalahan fatal, dalam MMD yang katanya ELING/sadari saja pun sepertinya masih dalam dualisme itu, melihat apa adanya merupakan hal yang paling benar dalam ajaran Buddha apakah praktisi MMD bisa melihat isi sebagai isi dan kosong sebagai kosong? Walahualam ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))