comotan dari blog tetangga

Started by bond, 27 July 2009, 11:11:16 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

kullatiro

#495
waduh panjang banget sih masalah bpk hudoyo ini gampang nya karena dia pandita Budddhis jadi cara melihat nya harus dengan pandita sila. apakah dia telah melanggar pandita sila itu saja, dan sebenarnya sudah selesai kalau sudah melanggar pandita sila. (apalagi sampai ngotot-ngototan yang tak ada ujung nya)

Tidak usah berbelit belit begini. bikin pusing saja sampai 33 halaman lohh. lihatnya dengan pandita sila saja beres kan.

Anatta

#496
DIALOG IMAJINER DENGAN HUDOYO

Anatta: Saya memahami bahwa ada sementara rekan yang tidak suka membaca perdebatan
tentang Dhamma digelar di milis-milis, Bagi teman-teman itu, yah, tidak
ada jalan lain daripada jangan membaca posting-posting saya lagi.

Berikut ini saya sampaikan ulang dialog Sang Buddha dengan petapa kelana
Potaliya. Potaliya berpendapat bahwa 'tidak mengecam apa yang patut
dikecam dan tidak memuji apa yang patut dipuji' adalah sikap yang paling
baik, karena di situ orang berada dalam keadaan upekkha (keseimbangan)
yang tinggi. Apa jawab Sang Buddha? SIlakan simak sutta pendek ini:

*****

POTALIYA-SUTTA (A.ii.97) - Mengecam & memuji

Petapa kelana Potaliya mendapatkan Sang Buddha & bertukar sapa. Sang
Buddha berkata kepadanya:

"Potaliya, ada empat jenis manusia di dunia. Apakah itu?

(1) Ada orang yang mengecam apa yang patut dikecam, tapi tidak memuji apa
yang patut dipuji, secara benar & pada saat yang tepat;

(2) ada orang yang memuji apa yang patut dipuji, tapi tidak mengecam apa
yang patut dikecam, secara benar & pada saat yang tepat;

(3) ada orang yang tidak mengecam apa yang patut dikecam, dan tidak memuji
apa yang patut dipuji, secara benar & pada saat yang tepat;

(4) ada orang yang mengecam apa yang patut dikecam, dan memuji apa yang
patut dipuji, secara benar & pada saat yang tepat.

Potaliya, di antara keempat jenis manusia ini, manakah yang terbaik dan
termulia?"

Jawab Potaliya:

"Gotama yang baik, di antara keempat jenis manusia ini, orang yang tidak
mengecam apa yang patut dikecam, dan tidak memuji apa yang patut dipuji,
secara benar & pada saat yang tepat, adalah yang terbaik dan termulia.
Mengapa begitu? Oleh karena ia telah memiliki keseimbangan batin (upekkha)
yang tinggi."

Kata Sang Buddha:

"Potaliya, di antara keempat jenis manusia ini, orang yang mengecam apa
yang patut dikecam, dan memuji apa yang patut dipuji, secara benar & pada
saat yang tepat, adalah yang terbaik dan termulia. Mengapa begitu? Oleh
karena ia tahu apa yang harus dikatakan pada saat yang tepat."

Jawab Potaliya:

"Betapa sempurna, Gotama yang baik, betapa sempurna! Bagaikan menegakkan
kembali apa yang terbalik, mengungkap apa yang tersembunyi, menunjukkan
jalan kepada orang yang tersesat, menyalakan pelita bagi mereka yang
mempunyai mata untuk melihat wujud-wujud. Begitulah Gotama yang baik telah
menjelaskan Dhamma dengan berbagai cara. Saya berlindung pada Sang Bhagava
Gotama, pada Dhamma dan Sangha para bhikkhu. Semoga saya diingat sebagai
orang awam (upasaka) yang telah berlindung, mulai sekarang, sepanjang
hidup."

[Terjemahan: Hudoyo Hupudio]


Hudoyo: Itulah yang diajarkan dalam AGAMA Buddha, dalam Tipitaka Pali yang ditulis
berabad-abad setelah Sang Buddha wafat. Saya tidak percaya itu datang dari
mulut Sang Buddha.* :o :o :o

===================================================================================================



Referensi:
Ucapan-ucapan Hudoyo yang terdokumentasi.

ratnakumara

Dear Anatta..., ;)

Yah, lihat2 kebutuhan atau kepentingan lah.
Saat ada sutta yang sesuai dengan kebutuhan / kepentingan pribadi ya, sutta itu jadi sarana khan, dan sutta itu akan didukung yang berkepentingan .. "itu adalah salah satu sutta yang memang dikhotbahkan Sang Buddha".
Sepetinya begitu... ;)

Anatta

Quote from: ratnakumara on 18 August 2009, 02:08:00 PM
Dear Anatta..., ;)

Yah, lihat2 kebutuhan atau kepentingan lah.
Saat ada sutta yang sesuai dengan kebutuhan / kepentingan pribadi ya, sutta itu jadi sarana khan, dan sutta itu akan didukung yang berkepentingan .. "itu adalah salah satu sutta yang memang dikhotbahkan Sang Buddha".
Sepetinya begitu... ;)

[at]  Ratnakumara: Kalau dia benar2 mengikuti petunjuk di POTALIYA-SUTTA, kenapa dia gak mengecam dirinya sendiri dan memuji kita ya??!... =)) =)) =))


Adhitthana

Sumber =

http:///showthread.php?t=878014&page=8

Di akhir perdebatannya dengan "Kemenyan",  Romo Hudoyo memberikan tanggapannya sebagai berikut :

OK, Kemenyan ... bodoh kalau saya melayani Anda terus ... waktu saya sangat berharga untuk membimbing MMD ... Sekali lagi, nasi sudah menjadi bubur ... sekalipun Anda menghiba-hiba, saya tidak akan masuk ke DC lagi selama managementnya dikuasai oleh orang-orang reaksioner yang ingin memutar mundur jarum sejarah Buddhisme di Indonesia. ...

Kita beradu di lapangan ... Umat Buddha Indonesia akan menilai sendiri dalam waktu 10 tahun ini ... Anda dan teman-teman Anda di DC-kah, atau saya dan teman-teman saya di MMD, yang benar-benar pewaris dari ajaran Sang Guru.

Salam,
hudoyo

[ Sumber =

http:///showthread.php?t=878014&page=8 ]

Tulisan Bold .....
ada  yg tidak gw pahami dan mengerti
pak Hud, mengatakan pewaris ajaran Sang Guru ..... Guru yg mana  ::) ???
Jika asumsi gw Guru Buddha Gotama, maka pernyataan2 beliau berlawanan dengan kalimat yg di bold
Kenapa?? ...... karna beliau mengatakan tidak pernah mengajarkan agama Buddha

ada yg bisa jelasin gak ??
_/\_
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

dipasena

#501
1. saya sempat berpikir, apakah alasan penolakan terhadap jm-8 dan 4-km adalah agar ajaran baru nya "MMD" bs diterima dikalangan agama lain, sehingga promosi dan marketing atas MMD dapat bertahan dan berkembang dalam semua lapisan agama.

menurut rekan2 apakah pak hud pernah menyatakan bahwa dengan MMD nya itu dapat membebaskan manusia ?

2. apakah penolakan keberadaan si pakar di DC ini merupakan tamparan bagi pak hud, sehingga ia selalu berpikir negatif terhadap umat buddhist ? (sangat terlihat sekali dalam setiap tulisannya jika berdiskusi/berdebat dengan umat buddhist) klo yg ini gw sempat kena getahnya, hahaha...

morpheus

Quote from: Virya on 18 August 2009, 09:32:30 PM
Tulisan Bold .....
ada  yg tidak gw pahami dan mengerti
pak Hud, mengatakan pewaris ajaran Sang Guru ..... Guru yg mana  ::) ???
Jika asumsi gw Guru Buddha Gotama, maka pernyataan2 beliau berlawanan dengan kalimat yg di bold
Kenapa?? ...... karna beliau mengatakan tidak pernah mengajarkan agama Buddha
agama buddha != buddha dhamma
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Adhitthana

Quote from: morpheus on 18 August 2009, 10:31:22 PM
Quote from: Virya on 18 August 2009, 09:32:30 PM
Tulisan Bold .....
ada  yg tidak gw pahami dan mengerti
pak Hud, mengatakan pewaris ajaran Sang Guru ..... Guru yg mana  ::) ???
Jika asumsi gw Guru Buddha Gotama, maka pernyataan2 beliau berlawanan dengan kalimat yg di bold
Kenapa?? ...... karna beliau mengatakan tidak pernah mengajarkan agama Buddha
agama buddha != buddha dhamma

Artinya  ::) ......
pernyataan beliau berlawanan ato tidak??

Thanks  _/\_
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

K.K.

Quote from: bond on 15 August 2009, 06:45:25 PM
Tentu ada pertanyaan apakah saya telah melihatnya? saya katakan belum. Tapi saya bertanya balik apakah cerita pengalaman dari para bhikkhu Ariya yang telah menjadi teladan bohong? jika kita mengatakan belum tentu benar, karena belum melihat, maka saya akan tanya lalu bagaimana Anda akan membuktikannya, apakah debat....? no..no..no.....ini tidak bisa dibuktikan dengan debat tapi dengan praktek...
Lalu mengapa kita berdebat...? karena ingin ada konklusi dan konklusi itu telah hampir SELESAI ketika Hudoyo melakukan TANTANGAN kepada perkedel...Nyatanya ...kita bisa lihat hasilnya.


saya yakin bhikkhu yg akan ditunjukkan perkedel kelihatannya bisa membaca batin master MMD...mungkin ini menjadi salah satu kekhawatiran si master MMD. Misalnya apa sih niat si Master MMD setelah ketauan kedoknya, sekalipun si bhikkhu ngak akan terang2an kasi tau...tapi ini sih khayalan saja..tak perlu digubris... ^-^

Bro bond, saya bukan percaya ataupun tidak percaya. Yang saya sampaikan adalah seandainya benar pun demikian, "pengalaman pribadi" tidak bisa dijadikan referensi, dan sebetulnya debat seperti itu tidak akan ada habisnya seperti Tuhan ada dan tidak ada, karena semua kembali pada pribadi masing-masing tentang bagaimana memandang sesuatu. 



bond

#505
Quote from: Kainyn_Kutho on 19 August 2009, 08:56:44 AM
Quote from: bond on 15 August 2009, 06:45:25 PM
Tentu ada pertanyaan apakah saya telah melihatnya? saya katakan belum. Tapi saya bertanya balik apakah cerita pengalaman dari para bhikkhu Ariya yang telah menjadi teladan bohong? jika kita mengatakan belum tentu benar, karena belum melihat, maka saya akan tanya lalu bagaimana Anda akan membuktikannya, apakah debat....? no..no..no.....ini tidak bisa dibuktikan dengan debat tapi dengan praktek...
Lalu mengapa kita berdebat...? karena ingin ada konklusi dan konklusi itu telah hampir SELESAI ketika Hudoyo melakukan TANTANGAN kepada perkedel...Nyatanya ...kita bisa lihat hasilnya.


saya yakin bhikkhu yg akan ditunjukkan perkedel kelihatannya bisa membaca batin master MMD...mungkin ini menjadi salah satu kekhawatiran si master MMD. Misalnya apa sih niat si Master MMD setelah ketauan kedoknya, sekalipun si bhikkhu ngak akan terang2an kasi tau...tapi ini sih khayalan saja..tak perlu digubris... ^-^

Bro bond, saya bukan percaya ataupun tidak percaya. Yang saya sampaikan adalah seandainya benar pun demikian, "pengalaman pribadi" tidak bisa dijadikan referensi, dan sebetulnya debat seperti itu tidak akan ada habisnya seperti Tuhan ada dan tidak ada, karena semua kembali pada pribadi masing-masing tentang bagaimana memandang sesuatu.  




Numpang nanya, apa yg diajarkan Sang Buddha itu pengalaman Sang Buddha pribadi atau bukan?
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

K.K.

Quote from: upasaka on 15 August 2009, 07:02:51 PM
Seorang yang sudah mencapai tingkat Sotapanna sudah menghancurkan 3 belenggu pertama. Seorang yang sudah mencapai tingkat Anagami sudah menghancurkan 5 belenggu pertama.

Seorang Sotapanna sudah menghancurkan keakuan / konsepsi adanya si "aku". Di tingkat Anagami, lobha (ketertarikan) dan dosa (penolakan) sudah berhasil ditanggalkan. Pada tingkat Arahat, semua belenggu telah dihancurkan; termasuk "ketidaktahuan" (avijja).

Kalau dilihat dari uraian ini, keakuan sudah tidak lagi ditemukan pada seorang yang mampu merealisasi salah satu dari tingkat-tingkat kesucian. Di uraian ini, tidak disinggung mengenai moha. Yang ditekankan adalah avijja. Secara garis besar, mungkin dapat disimpulkan bahwa:
- tidak semua bentuk avijja merupakan moha
- semua bentuk moha merupakan avijja

Moha hanya berbicara dalam tataran kebodohan batin, di mana seseorang tidak bisa melihat pergerakan batin dengan jelas. Moha yang pekat mengakibatkan seseorang bisa terus bergumul dalam lobha dan dosa. Sedangkan avijja berbicara dalam koridor ketidaktahuan akan Kebenaran. Dalam hal ini adalah kebenaran tentang dukkha, asal-mula dukkha, akhir dukkha, dan jalan menuju terhentinya dukkha. Singkat kata, avijja merupakan ketidaktahuan akan kebenaran mutlak. Dalam konteks ini, ketidaktahuan akan keberadaan asava (arus kekotoran batin) juga termasuk di dalamnya.

Apa Anda setuju, atau ada pendapat lain?
Kalau pendapat saya, seorang Sotapanna sudah tidak memandang adanya "aku" dan sebagainya, namun "akibat lampau" dari "kebodohan bathin" masih ada, tidak serta-merta berhenti langsung. Ibaratnya air dalam panci dipanaskan, setelah api dimatikan, air tidak langsung "dingin". Apakah api masih ada? Tidak. Apakah akibat dari api masih ada? Ya, ada.



QuoteEntah, saya juga tidak mau berspekulasi terlalu jauh. Pak Hudoyo memang cukup kontroversial. Kadang kala Pak Hudoyo melontarkan pernyataan yang 'ekstrim', kadang pula dia melontarkan pernyataan yang kontradiktif. Atau mungkin Pak Hudoyo mengalami masa transformasi pola pandang; sehingga suatu waktu dia tidak menyatakan Ajaran Sang Buddha adalah nihilisme, tapi suatu waktu kemudian akhirnya dia menyatakan bahwa Ajaran Sang Buddha adalah nihilisme. Demikian pula konsep dari metode MMD. Di mana pada akhirnya Pak Hudoyo menggagaskan wujud final dari MMD.
Diskusi dhamma, bukanlah sebuah pembicaraan dogma yang sederhana. Seperti saya katakan, tergantung konteks, kemampuan bicara dan kemampuan lawan bicara, maka sebuah statement bisa berubah. Suatu ketika seorang upasaka mengatakan bahwa Buddha menjelaskan perasaan terbagi dua dan seorang bhikkhu mengatakan Buddha menjelaskan perasaan terbagi tiga. Mereka saling berdebat dengan keras kepala. Akhirnya kejadian itu disampaikan oleh Ananda ke Buddha yang mengatakan bahwa kedua orang itu benar, namun mereka tidak mengerti konteks yang dibawakan.

Saya rasa mau "wujud final MMD", "MMD beta version" atau "MMD versi 2.0" adalah hal yang wajar. Pandangan saya terhadap ajaran Buddha pun senantiasa mengalami proses perubahan sesuai bertambahnya pengalaman.



QuoteBaik. Kalau begitu, menurut Anda... Apakah ada hal objektif dari Ajaran Sang Buddha yang justru ditolak atau dipandang sebagai hal subjektif oleh Pak Hudoyo?

Jika ada, coba Bro Kainyn kemukakan...
Seperti saya katakan, namanya kepercayaan itu semua adalah subjektif. Tipitaka adalah demikian adanya, namun ketika dibaca satu orang, maka timbul satu pengertian. Dibaca orang lain, timbul pengertian lain. Yang objektif hanyalah tulisan. Ketika tulisan dipersepsi dan diproses pikiran, semua menjadi subjektif. Oleh karena itu saya katakan semua hanyalah kecocokan. Jika seseorang memandangnya demikian, maka pikiran "saya yang benar", "Buddhisme adalah aku, milikku", "aliran lain sesat" dan lain-lain tidak akan ada. Ia mengetahui semua itu hanyalah  objek yang diproses khanda, dan khanda berubah, tidak kekal, dan rapuh.

Saya memegang kepercayaan demikian sebagai ajaran Buddha, yang barang tentu tidak sejalan dengan orang lain, terutama yang menggenggam kepercayaan bahwa dirinya telah memiliki satu kebenaran. Kembali lagi pada kecocokan. Apakah saya sesat dan subjektif? Tidak masalah, semua adalah persepsi.



K.K.

#507
Quote from: bond on 19 August 2009, 09:24:13 AM
Numpang nanya, apa yg diajarkan Sang Buddha itu pengalaman Sang Buddha pribadi atau bukan?

Tergantung bagi siapa. Bagi saya sih, bukan, maka saya masih berpegang pada Tipitaka.

Mengenai referensi, ketika Buddha mengajar, Buddha cenderung tidak menggunakan diri sendiri sebagai sudut pandang, namun sudut pandang orang yang diajar tersebut. Buddha tidak mengatakan, "saya lihat, kamu tidak", tetapi membahas dari sudut pandang orang yang memang tidak melihat. Itulah mengapa Buddha saya katakan bijaksana.

K.K.

Quote from: Anatta on 18 August 2009, 03:11:48 PM
[at]  Ratnakumara: Kalau dia benar2 mengikuti petunjuk di POTALIYA-SUTTA, kenapa dia gak mengecam dirinya sendiri dan memuji kita ya??!... =)) =)) =))

Wah.. anda merasa pantas dipuji yah? Luar biasa. :)

bond

Quote from: Kainyn_Kutho on 19 August 2009, 09:37:51 AM
Quote from: bond on 19 August 2009, 09:24:13 AM
Numpang nanya, apa yg diajarkan Sang Buddha itu pengalaman Sang Buddha pribadi atau bukan?

Tergantung bagi siapa. Bagi saya sih, bukan, maka saya masih berpegang pada Tipitaka.

Mengenai referensi, ketika Buddha mengajar, Buddha cenderung tidak menggunakan diri sendiri sebagai sudut pandang, namun sudut pandang orang yang diajar tersebut. Buddha tidak mengatakan, "saya lihat, kamu tidak", tetapi membahas dari sudut pandang orang yang memang tidak melihat. Itulah mengapa Buddha saya katakan bijaksana.

Tipitaka itu sumbernya dari mana?

Pertanyaannya jika Buddha menggunakan sudut pandang orang lain, maka referensi apa yg Buddha gunakan untuk menjelaskan Dhamma dengan menggunakan sudut pandang orang lain?
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada