comotan dari blog tetangga

Started by bond, 27 July 2009, 11:11:16 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

meditasi tanpa usaha aye kaga bisa, meditasi dengan usaha kaga bisa juga, melihat yang meditasi tanpa usaha seperti tidak ada hasil/sami mawon sama yang kaga suka meditasi jadi artinya ...............
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

hendrako

Terlepas dari pro dan kontra terhadap sosok PH, buntut2nya kita harus terjun sendiri ke dalam praktek agar dapat melihat kebenaran yg sesungguhnya. Sebenar-benarnya konsep, tetap saja hanyalah konsep, kata-kata, konvensi, bukan kebenaran itu sendiri. Thread ini akan memakan banyak halaman lagi apabila diteruskan, bisa jadi hanya akan menambah kemelekatan dan kebencian.

.......pada saat saya membaca kembali post saya yang isinya mencemooh.....saya jadi malu juga.... :-[

So, seperti yg dikatakan oleh Ajahn chah, "Dhamma bukan untuk diperdebatkan, namun untuk dipraktekkan dan direalisasikan."
Jangan terganggu oleh karena orang lain salah atau benar,
bukan dalam kapasitas egois,
namun karena memang tidak membawa manfaat untuk tidak mengatakan menghambat,
Memeriksa diri sendiri lewat praktek lebih bermanfaat agar dapat melihat sendiri kebenaran.

Kalo tidak salah ada kalimat dari Sang Master yg bunyinya lebih kurang begini,
"Seseorang menjadi salah justru tepat pada saat Ia menganggap dirinya benar."

:|

yaa... gitu deh

bond

#332
Quote
Re: Untuk Fabian - Anda cuma berteori melulu!

hoho ... itu cuma teori yang ada di kepala Anda. ... hoho

Baru kali ini saya dengar seorang pemeditasi bisa melihat 'asava' ...
Seperti apa sih asava itu? Seperti arus yang mengalir gitu? ... yang Anda lihat
itu kesenangan & kelekatan, atau ketidaksenangan dan penolakan ... bukan asava
... hoho


--- In samaggiphala [at] yahoogroups.com, Rudt Wang <bodohsatva [at] ...> wrote:
>
> *ikutan.... ho ho ho
>
> Tidak seorang pun pernah melihat 'asava' (arus kotoran
> batin) dalam meditasi vipassana.*
>
> saya kurang setuju... sesuai pengalaman... vipassana membuat kita dapat
"melihat" (lebih tepatnya merasakan) kehadiran asava ketika dia pertama kali
muncul akibat interaksi indra dengan objek...
>
> ho ho

http://groups.yahoo.com/group/samaggiphala/message/74130

Ada yg lucu nih....kayak dagelan.....ngak usah jauh2, jika master MMD dipertemukan dengan Paauk Sayadaw, Ajahn Brahm, Luangta Mahaboowa yg masih hidup(saksi kunci tentang kebenaran Dhamma) , lalu mereka saling melihat kondisi setiap individu....kira2 siapa yg urutan terbawah ya?  

Yg pasti 3 diantara mereka diam, satu celingak-celinguk...dan begitu mendengar suara 'ehem....'  yg celingak-celinguk berbicara 'berhenti lah bersuara, jangan bersuara' lalu diantara mereka mengatakan ....lho 'anda sendiri bersuara'

IMO sih..jelas ngak bisa liat asava , namanya saja 'mimpi mengenal diri'  Anehnya diri sendiri tidak bisa melihat lalu digeneralisasi..... #-o

Kalau sesuai pengalaman .....dan beberapa meditator yg latihannya benar malah bisa lihat asava....nah lho  ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

hendrako

Quote from: ryu on 10 August 2009, 06:52:24 PM
meditasi tanpa usaha aye kaga bisa, meditasi dengan usaha kaga bisa juga, melihat yang meditasi tanpa usaha seperti tidak ada hasil/sami mawon sama yang kaga suka meditasi jadi artinya ...............

Latihan aja terus bro, jangan nyerah.....niscaya masalahnya bisa diatasi.
Gak usah liat yg lain dah.....jalan teruuussss...... ;D,

Kaga bisa karna belum bisa,
Kalo udah bisa berati ....bisa.....
yaa... gitu deh

Hendra Susanto

kadang2 perlu juga niat/ingin mencapai sesuatu

Lily W

Quote from: ryu on 10 August 2009, 06:52:24 PM
meditasi tanpa usaha aye kaga bisa, meditasi dengan usaha kaga bisa juga, melihat yang meditasi tanpa usaha seperti tidak ada hasil/sami mawon sama yang kaga suka meditasi jadi artinya ...............

MEDITABO yaah? :))

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

morpheus

Quote from: hendrako on 10 August 2009, 06:58:30 PM
Terlepas dari pro dan kontra terhadap sosok PH, buntut2nya kita harus terjun sendiri ke dalam praktek agar dapat melihat kebenaran yg sesungguhnya. Sebenar-benarnya konsep, tetap saja hanyalah konsep, kata-kata, konvensi, bukan kebenaran itu sendiri.
betul, om. semua harus terjun berpraktek...

lah jawaban aja kadang gak dibaca dan direnungkan, boro2 praktek. jadinya malah menganalisa secara intelektual. contoh kasus "tanpa usaha" itu aja, banyak yg langsung bales: "lho, bukannya duduk meditasi itu juga usaha?", "lho, mengamati itu kan usaha?", "lho, salah satu faktor jalan mulia kan usaha yg benar. bertentangan dong?"... ya jelas gak nyambung.

semua teori musti ditanggalkan dan tidak relevan saat bermeditasi, kalo gak jadinya bermeditasi bingung, ujung2nya stress kebanyakan mikir dan nyocok2in teori... jangan percaya saya, coba sendiri...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

g.citra

Quote from: morpheus on 11 August 2009, 12:07:52 AM
Quote from: hendrako on 10 August 2009, 06:58:30 PM
Terlepas dari pro dan kontra terhadap sosok PH, buntut2nya kita harus terjun sendiri ke dalam praktek agar dapat melihat kebenaran yg sesungguhnya. Sebenar-benarnya konsep, tetap saja hanyalah konsep, kata-kata, konvensi, bukan kebenaran itu sendiri.
betul, om. semua harus terjun berpraktek...

lah jawaban aja kadang gak dibaca dan direnungkan, boro2 praktek. jadinya malah menganalisa secara intelektual. contoh kasus "tanpa usaha" itu aja, banyak yg langsung bales: "lho, bukannya duduk meditasi itu juga usaha?", "lho, mengamati itu kan usaha?", "lho, salah satu faktor jalan mulia kan usaha yg benar. bertentangan dong?"... ya jelas gak nyambung.

semua teori musti ditanggalkan dan tidak relevan saat bermeditasi, kalo gak jadinya bermeditasi bingung, ujung2nya stress kebanyakan mikir dan nyocok2in teori... jangan percaya saya, coba sendiri...


:)) ... kebanyakan 'produk' ... jadi pada binun mo pilih yg mana ... :))

jadi mikir nih ... benarkah di dunia hanya ada 'satu wilayah saja' yang mempunyai mata air ?? :))

Sumedho

#338
usaha benar dalam jalan mulia itu adalah sbb

Quote from: SN 45.8: Magga Vibhanga Sutta

"Dan apakah, para bhikkhu, usaha benar? (i) Dimana seorang bhikkhu memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk tidak memunculkan hal buruk, kualitas tidak terampil yang belum muncul. (ii) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk meninggalkan hal buruk, kualitas yang tidak terampil yang telah muncul. (iii) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kualitas terampil yang belum muncul. (iv) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk mempertahankan, mengerti, menambah, memperbanyak, mengembangkan, & mengumpulkan kualitas terampil yang telah muncul: Ini, para bhikkhu, yang disebut usaha benar.

jadi dalam rujukan ke usaha benarnya jalan mulia berunsur 8 tentu tidak tepat.

Dalam sebuah kegiatan meditasi, kita mempraktekan sebuah teori, mempraktekkan sebuah petunjuk. Nah dalam meditasi itu bukan sebuah "barang" yg terukur yg memiliki pengkotakan yg jelas.

Seperti apa sih nyocokin dengna teori yang dimaksud?

Kita ambil contoh. Kita sedang memperhatikan nafas masuk dan keluar... *sampai sini meditasi?* lalu pikiran mengembara membayangkan hal2x *apakah ini bagian meditasi?*, lalu ingat/menyadari/sati bahwa sedang mengembara dan ingat/aware/sati bahwa harus memperhatikan nafas *apakah sampai sini juga? atau ini yg dikatakan membanding2xkan dengan teori?* lalu perhatian kembali pada nafas kembali.

atau contoh ke dua, ketika meditasi tiba2x merasakan sensasi melihat cahaya, lalu pikiran mengembara dengan "mereview teori buku ini nimitta yang mana yah" *apakah ini membandingkan dengan teori?*, lalu akibatnya, sensasi itu hilang. lalu pikiran mengembara lagi "kecewa dan kesal", lalu ingat/menyadari/sati lagi kembali ke nafas.

yang manakah? atau bisa sambil kasih contoh?

usaha yg dirujuk disini apakah itu? apakah effort? apakan niat? apakah ke-ngototan (bahasa yg sulit hehehe)?
Mungkin dari teman2x disini bisa berikan contoh yang mungkin bisa lebih jelas dibandingkan hanya bilang usaha yang mungkin artinya bisa bermacam2x.
There is no place like 127.0.0.1

ryu

isi sutta itu saling melengkapi sehingga bisa di kros cek kebenarannya, apabila hanya mengambil sepotong2 maka hasilnya ya SEPOTONG juga lah :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

williamhalim

Quote from: Sumedho on 11 August 2009, 06:33:37 AM
usaha benar dalam jalan mulia itu adalah sbb

Quote from: SN 45.8: Magga Vibhanga Sutta

"Dan apakah, para bhikkhu, usaha benar? (i) Dimana seorang bhikkhu memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk tidak memunculkan hal buruk, kualitas tidak terampil yang belum muncul. (ii) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk meninggalkan hal buruk, kualitas yang tidak terampil yang telah muncul. (iii) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kualitas terampil yang belum muncul. (iv) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk mempertahankan, mengerti, menambah, memperbanyak, mengembangkan, & mengumpulkan kualitas terampil yang telah muncul: Ini, para bhikkhu, yang disebut usaha benar.

jadi dalam rujukan ke usaha benarnya jalan mulia berunsur 8 tentu tidak tepat.

Dalam sebuah kegiatan meditasi, kita mempraktekan sebuah teori, mempraktekkan sebuah petunjuk. Nah dalam meditasi itu bukan sebuah "barang" yg terukur yg memiliki pengkotakan yg jelas.

Seperti apa sih nyocokin dengna teori yang dimaksud?

Kita ambil contoh. Kita sedang memperhatikan nafas masuk dan keluar... *sampai sini meditasi?* lalu pikiran mengembara membayangkan hal2x *apakah ini bagian meditasi?*, lalu ingat/menyadari/sati bahwa sedang mengembara dan ingat/aware/sati bahwa harus memperhatikan nafas *apakah sampai sini juga? atau ini yg dikatakan membanding2xkan dengan teori?* lalu perhatian kembali pada nafas kembali.

atau contoh ke dua, ketika meditasi tiba2x merasakan sensasi melihat cahaya, lalu pikiran mengembara dengan "mereview teori buku ini nimitta yang mana yah" *apakah ini membandingkan dengan teori?*, lalu akibatnya, sensasi itu hilang. lalu pikiran mengembara lagi "kecewa dan kesal", lalu ingat/menyadari/sati lagi kembali ke nafas.

yang manakah? atau bisa sambil kasih contoh?

usaha yg dirujuk disini apakah itu? apakah effort? apakan niat? apakah ke-ngototan (bahasa yg sulit hehehe)?
Mungkin dari teman2x disini bisa berikan contoh yang mungkin bisa lebih jelas dibandingkan hanya bilang usaha yang mungkin artinya bisa bermacam2x.

Masalahnya Pak Hud NGOTOT memukul rata TANPA USAHA, tanpa berusaha menjelaskannya -sedikitnya- seperti yg Bro Sumedho detilkan diatas.

Menurut saya, perbedaan pendapat selama ini hanyalah pada istilah, meditasi BISA SAJA dikatakan TANPA USAHA, tergantung apa defenisi USAHA, sejauh mana pengarahan, menyadari, tarik kembali, dll itu disebut USAHA?

Meditasi juga bisa dikatakan BERUSAHA yg KUAT, dalam arti kata disiplin, jangan kendor, mempertahankan kesadaran, ketika pikiran mengelana, langsung disadari dan kembali pada objek (jika Samatha) atau berusaha menyadari bahwa pikiran sedang mengelana, jangan terlarut dalam khayalan (jika vipassana), semua ini bisa disebut USAHA.

Banyak guru meditasi yg tidak terlalu mementingkan kata2 ataupun konsep.

Masalah pada MMD, Pak Hud MEMEPERTAHANKAN KONSEP2 yg telah dirumuskan, seperti:
Tanpa Usaha dan Berhentinya Pikiran, tanpa mau bergeser/tergoyahkan sedikitpun. Kadangkala dalam penjelasan, akan sampai pada kesepakatan: "Oh, ya kalau itu harus kamu Usahakan..."(meskipun konsepnya TANPA USAHA) -fleksibel- yg penting murid2 dapat mengerti maksudnya. Tapi, Pak Hud NGOTOT mempertahankan kata "TANPA USAHA", apalagi Pak Hud seringkali mengait2kan dengan tidak relevannya dengan JMB-8: klop lah sudah berputar2 disitu terus.

Akhirnya saya melihat, tidak ada bedanya si guru dengan si murid (termasuk saya ha3): baik dari segi TEORI (sama2 doyan berputar dan bersikukuh, ngotot, tidak mau kalah) maupun dari segi SIKAP BATIN (emosional, carut marut, raksasa ijo, merasa diserang, pandai bersilat lidah, pikiran berkelit dengan lincah, dll wakakaka) ..... mana si guru dan mana si murid.... sama saja....

::

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

williamhalim

Quote from: ryu on 11 August 2009, 07:24:37 AM
isi sutta itu saling melengkapi sehingga bisa di kros cek kebenarannya, apabila hanya mengambil sepotong2 maka hasilnya ya SEPOTONG juga lah :))

Setuju Bro...

Tadinya kita semua sepakat, disini kita saling berdiskusi hanyalah sebatas 'Teori' (karena tidaklah mungkin kita beradu praktik disini). Nah, karena kita disini hanya bisa saling berdiskusi Teori, tentu kita harus mempunyai/menentukan suatu rujukan bersama. Karena berdiskusi Buddhisme, maka rujukan bersama yg disepakati tentu saja: Tipitaka.

Jika salah satu pihak hanya bersedia merujuk BEBERAPA ayat Tipitaka yg dipilihnya yg sesuai dengan keinginannya, tanpa mengakui ayat2 yg lain, artinya diskusi sudah pasti tidak dapat berjalan. Apalagi yg mau didiskusikan?


::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

ryu

Quote from: williamhalim on 11 August 2009, 07:56:43 AM
Quote from: ryu on 11 August 2009, 07:24:37 AM
isi sutta itu saling melengkapi sehingga bisa di kros cek kebenarannya, apabila hanya mengambil sepotong2 maka hasilnya ya SEPOTONG juga lah :))

Setuju Bro...

Tadinya kita semua sepakat, disini kita saling berdiskusi hanyalah sebatas 'Teori' (karena tidaklah mungkin kita beradu praktik disini). Nah, karena kita disini hanya bisa saling berdiskusi Teori, tentu kita harus mempunyai/menentukan suatu rujukan bersama. Karena berdiskusi Buddhisme, maka rujukan bersama yg disepakati tentu saja: Tipitaka.

Jika salah satu pihak hanya bersedia merujuk BEBERAPA ayat Tipitaka yg dipilihnya yg sesuai dengan keinginannya, tanpa mengakui ayat2 yg lain, artinya diskusi sudah pasti tidak dapat berjalan. Apalagi yg mau didiskusikan?


::


yang mau di diskusikan sih siapa yang paling kuat AKUnya, siapa yang benar2 pewaris GURU =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

williamhalim

Quote from: morpheus on 10 August 2009, 06:09:35 PM

prinsip "tanpa usaha" udah dikenal sangat luas di dunia meditasi buddhis, bukan penemuan baru, bukan original pak hudoyo. ajahn brahm dan master sheng yen juga ngomong yg senada. meditator yg pemula saja kebanyakan mengerti dan memahami maksudnya. saya melihat banyak sekali "keresahan" di sini disebabkan karena ketidakmengertian. itu saja...
...
coba cross check, tanya bhante khanti, bhante titha, bhante panna, ajahm brahm, dll. tanya mana yg benar.
sekali lagi, ini bukan barang baru, bukan penemuan baru, ataupun original...
kalo gak dicoba ya gak bakal mengerti, balik ke pertanyaan yg itu itu aja...


Saya setuju dengan pernyataan Bro Morph ini...
MMD bukanlah penemuan baru... tapi mengapa selama ini MMD bisa tidak selaras dengan JMB-8 dan ayat2 Tipitaka lainnya, sementara pakar2 Meditasi dunia malah cocok dengan Tipitaka? Dimana masalahnya MMD ini?

Sebenarnya, sebagai orang lama yg sudah malang melintang di dunia spiritual selama puluhan tahun, bukannya tidak mungkin bagi Pak Hud untuk menjelaskan seperti penjelasan Bro Kai atau Bro Morph.

Jika saja Pak Hud MAU, sedari dulu Pak Hud bisa fleksibel dengan kata 'Tanpa Usaha' ataupun 'Berhentinya Pikiran'ataupun 'Perlunya sila dalam keseharian'. MASALAHNYA, jika Pak Hud melakukan itu (fleksibelitas) akibatnya MMD akan selaras dgn keseluruhan Tipitaka. MMD akan sesuai dengan JMB-8, MMD tiada bedanya dengan meditasi Buddhist lainnya.... MMD akan kehilangan ekslusivitas-nya.

Jika motivasinya untuk kepentingan pencerahan seluruh manusia, hal ini tidak menjadi maalah, apapun label yg dilekatkan pada MMD, yg penting banyak orang akan terbantu dengan sedikit trik/perumusan berbeda yg Pak Hud konsepkan. Lain halnya jika mempunyai motivasi tertentu. Misalnya ingin MMD berdiri sendiri, ingin ekslusive, ingin beda dgn meditasi Buddhist lainnya, ingin sebagai Buddist Modern, ingin lain dari yg lain... tujuan dari semua ini apa? Dalam dunia marketing perbedaan adalah suatu nilai jual yg berharga. Jika tidak ada perbedaan dgn konsep yg telah ada di pasar, maka pemain baru tidak akan bisa menjual dagangan-nya...

Makanya, selama ini kita cukup heran, kenapa Pak Hud tidak sedari awal bersikap fleksibel dengan teori2 MMD nya, yg sesungguhnya tidak akan sulit diselaraskan dgn Buddhisme, persis seperti yg telah mulai dilakukan Bro Kai dan Bro Morph diatas. Kenapa Pak Hud terkesan sangat ngotot dan kaku, imo tidak lain demi mempertahankan 'nilai beda' itu tadi.

:: 




Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

ryu

Bedanya adalah MMD tidak mau mengeklusive dengan label buddhism, dia ingin di terima di semua agama, terlihat ketika bicara dengan umat agama lain maka beliau mengambil ayat yang disesuaikan dengan ajarannya padahal maknanya belum tentu arahnya menuju yang beliau maksud, kengototannya yang ingin disebut masuk Buddhism 'mungkin' ada sesuatu hal deh ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))