Merespon Pertanyaan Rekan-rekan

Started by K.K., 18 June 2009, 10:16:52 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Kang_Asep

kalau dalam meditasi vipassana, keserakahan akan lenyap sepenuhnya pada tahap mana?

K.K.

Quote from: Kang_Asep on 24 August 2011, 03:47:35 PM
kalau dalam meditasi vipassana, keserakahan akan lenyap sepenuhnya pada tahap mana?
Menurut Ajaran Buddha, keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin akan lenyap sepenuhnya dengan pencapaian Arahatta-phala. Jadi belum tentu semua orang yang melakukan vipassana bisa melenyapkan keserakahan sepenuhnya.


Kang_Asep

Quote from: Kainyn_Kutho on 24 August 2011, 04:00:09 PM
Menurut Ajaran Buddha, keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin akan lenyap sepenuhnya dengan pencapaian Arahatta-phala. Jadi belum tentu semua orang yang melakukan vipassana bisa melenyapkan keserakahan sepenuhnya.



mengapa Arahatta-phala tidak muncul di dalam vipassana?

K.K.

Quote from: Kang_Asep on 24 August 2011, 04:05:23 PM
mengapa Arahatta-phala tidak muncul di dalam vipassana?
Bukan tidak muncul dalam vipassana, tetapi tergantung dari orang yang melakukannya saja. Mengapa orang tidak bisa mencapainya adalah karena dirintangi oleh kebodohan bathin sehingga tidak melihat fenomena sebagaimana adanya. Vipassana (Satipatthana) adalah cara yang diajarkan untuk memahami fenomena tersebut. Keberhasilannya adalah tergantung potensi orang itu sendiri dan latihannya.

Kang_Asep

Quote from: Kainyn_Kutho on 24 August 2011, 04:09:00 PM
Bukan tidak muncul dalam vipassana, tetapi tergantung dari orang yang melakukannya saja. Mengapa orang tidak bisa mencapainya adalah karena dirintangi oleh kebodohan bathin sehingga tidak melihat fenomena sebagaimana adanya. Vipassana (Satipatthana) adalah cara yang diajarkan untuk memahami fenomena tersebut. Keberhasilannya adalah tergantung potensi orang itu sendiri dan latihannya.

jadi, apakah orang yang sudah dapat meilhat fenomena sebagaimana adanya berarti orang itu sudah tidak memiliki keserakahan?

morpheus

Quote from: Kainyn_Kutho on 24 August 2011, 03:12:26 PM
Dulu saya pernah bahas dengan bro tesla tentang ini, tapi saya lupa. Ntar saya cari dulu yah.
oh ternyata pernah menjadi topik tak berujung hehehe...
ternyata perbedaan pendapat klasik.
jadi sampai di sini saja.

saya coba cari lengkapnya, ternyata judul dan penomorannya agak beda:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an03/an03.069.than.html

setelah membaca ini, saya tetap berbeda pendapat.
kamsia, om.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

K.K.

Quote from: Kang_Asep on 24 August 2011, 04:23:17 PM
jadi, apakah orang yang sudah dapat meilhat fenomena sebagaimana adanya berarti orang itu sudah tidak memiliki keserakahan?
Betul, ketika seseorang melihat segala fenomena sebagaimana adanya, keserakahan tidak akan timbul lagi dalam dirinya. Dalam perumpamaan sangat sederhana, misalnya seseorang yang tidak mengetahui kebenaran bahwa bumi itu bulat, melekat pada pandangan bumi itu datar. Ia mencari, mengejar, dan mempertahankan tujuan mencapai ujung dari bumi. Ia menyenangi apa yang ia pikir membawanya pada tujuannya, dan menghindari apa yang ia pikir sebagai merintangi tujuannya. Pada saat ia, dengan pengalamannya sendiri, membuktikan bahwa bumi itu bulat, maka ia tidak lagi mencari, mengejar, dan mempertahankan tujuannya. Dengan sendirinya pula apa yang ia senangi (karena ia anggap akan membawanya pada tujuannya) dan yang ia hindari (karena ia anggap akan merintangi tujuannya), lenyap menjadi tidak lagi relevan.


K.K.

Quote from: morpheus on 24 August 2011, 04:30:34 PM
oh ternyata pernah menjadi topik tak berujung hehehe...
ternyata perbedaan pendapat klasik.
jadi sampai di sini saja.

saya coba cari lengkapnya, ternyata judul dan penomorannya agak beda:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an03/an03.069.than.html

setelah membaca ini, saya tetap berbeda pendapat.
kamsia, om.

Setelah beberapa lama di forum memang sepertinya hampir semua topik umum sudah dibahas. ;D
Mungkin tidak perlu didiskusikan, tapi boleh bro morph kemukakan pendapatnya saja.


dilbert

Quote from: Kang_Asep on 24 August 2011, 04:05:23 PM
mengapa Arahatta-phala tidak muncul di dalam vipassana?

bukankah satu-satu-nya jalan menuju arahatta-phala adalah melalui vipasanna ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

K.K.

Dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21022.msg370002#msg370002

Quote from: thres on 25 August 2011, 01:06:39 PM
Sebagai umat awam (bukan anggota sangha), bagaimana caranya meniadakan sumber mata air? apakah mungkin, karena lingkungan umat awam adalah sangat mungkin terpapar hal-hal tidak bermanfaat.
Apakah menjadi perumah-tangga ataupun petapa, "sumber mata air" tersebut adalah sulit untuk diketahui dan dihentikan. Hanya saja dengan menjadi petapa, memang kesempatan kesempatan berlatih relatif lebih banyak karena tidak disibukkan dengan urusan-urusan duniawi lagi. Tapi itupun kalau memang menjalani petapaan mulia, sebab sekarang ini banyak petapa palsu yang numpang cari duit, bukan demi menghentikan "sumber mata air" tersebut. 

Bagi perumah-tangga, latihan adalah sama saja, yaitu dengan menjaga moralitas, menjaga pintu indera, mengembangkan konsentrasi dan kebijaksanaan. Hal-hal tidak bermanfaat pun kalau disikapi dengan perhatian dan kewaspadaan penuh, bisa menjadi pelajaran yang bermanfaat.

Kalau dari kisah-kisah jaman Buddha Gotama pun, banyak sekali perumah-tangga yang memiliki pencapaian kesucian, bahkan kadang lebih tinggi dari bhikkhu yang ditopangnya. Jadi jangan berkecil hati dengan latihan bagi perumah-tangga. Hanya berbeda pola dan sudut pandang saja, namun dengan tekad dan perjuangan terus-menerus, pasti membawa pada kemajuan.

thres

#820
^

Ya, saya setuju. Umat awam memang lebih disibukkan dengan hal-hal duniawi, kadang saya merasa bahwa waktu lewat begitu saja dengan rutinitas yang saya lakukan setiap hari. Mirip mesin saja.

Mengenai latihan pengendalian indria, pengembangan konsentrasi, dan kebijaksanaan. Saya memang berusaha melakukan pelatihan diri dalam kapasitas saya sebagai umat awam, walaupun memang belum maksimal.

Saya ingin share saja, mungkin ada yang memiliki pengalaman sama seperti saya. Hampir setiap malam saya membaca sutta. Me-refresh otak dengan hal-hal baik. Seringkali saya termotivasi untuk berjuang keesokan harinya. Tapi setelah bangun pagi, lalu ketika tiba di kantor, rasanya kecenderungan negatif saya balik lagi (misalnya lalai dan dengan sengaja mengabaikan kesadaran).

Saat malam tiba, baca sutta lagi, termotivasi lagi. Besoknya sami mawon ??? Ini mirip seperti "terbawa arus". Sepertinya memang tidak mudah berlatih sepanjang hari (mungkin karena kecenderungan/karakter/kebiasaan baik belum terbentuk).

Ada yang mengalami hal serupa?

bawel

Quote from: thres on 25 August 2011, 02:26:39 PM
^

Ya, saya setuju. Umat awam memang lebih disibukkan dengan hal-hal duniawi, kadang saya merasa bahwa waktu lewat begitu saja dengan rutinitas yang saya lakukan setiap hari. Mirip mesin saja.

Mengenai latihan pengendalian indria, pengembangan konsentrasi, dan kebijaksanaan. Saya memang berusaha melakukan pelatihan diri dalam kapasitas saya sebagai umat awam, walaupun memang belum maksimal.

Saya ingin share saja, mungkin ada yang memiliki pengalaman sama seperti saya. Hampir setiap malam saya membaca sutta. Me-refresh otak dengan hal-hal baik. Seringkali saya termotivasi untuk berjuang keesokan harinya. Tapi setelah bangun pagi, lalu ketika tiba di kantor, rasanya kecenderungan negatif saya balik lagi (misalnya lalai dan dengan sengaja mengabaikan kesadaran).

Saat malam tiba, baca sutta lagi, termotivasi lagi. Besoknya sami mawon ??? Ini mirip seperti "terbawa arus". Sepertinya memang tidak mudah berlatih sepanjang hari (mungkin karena kecenderungan/karakter/kebiasaan baik belum terbentuk).

Ada yang mengalami hal serupa?

saya juga sama ;D, tapi itu dulu ;D.
karena saya selalu ingat pesan sang buddha, bertemanlah pada orang-orang yang bijaksana ;D.
jadi setelah saya berteman pada mereka, mulai terasa dampaknya ;D.

jadi coba saja nona thres berteman dengan yang bijaksana, contohnya om kutho :).

*biro jodoh mode on =)).

thres

^

Wah, bro, coba liat keterangan gender saya. Ibarat magnet, kutub senama itu tolak-menolak ;D

Ya, saya setuju tentang berteman dengan orang yang baik. Tapi mencari teman yang baik itu memang tidak mudah. Jadi saya saat ini cenderung berjuang sendiri.

bawel

Quote from: thres on 25 August 2011, 03:49:42 PM
^

Wah, bro, coba liat keterangan gender saya. Ibarat magnet, kutub senama itu tolak-menolak ;D

Ya, saya setuju tentang berteman dengan orang yang baik. Tapi mencari teman yang baik itu memang tidak mudah. Jadi saya saat ini cenderung berjuang sendiri.

oalah.. hahaha.. ampun om :P.

oh... bagus kalo begitu ;D.
tapi sangha kan bisa jadi pertimbangan juga ;D.

hemayanti

Quote from: thres on 25 August 2011, 02:26:39 PM
^

Ya, saya setuju. Umat awam memang lebih disibukkan dengan hal-hal duniawi, kadang saya merasa bahwa waktu lewat begitu saja dengan rutinitas yang saya lakukan setiap hari. Mirip mesin saja.

Mengenai latihan pengendalian indria, pengembangan konsentrasi, dan kebijaksanaan. Saya memang berusaha melakukan pelatihan diri dalam kapasitas saya sebagai umat awam, walaupun memang belum maksimal.

Saya ingin share saja, mungkin ada yang memiliki pengalaman sama seperti saya. Hampir setiap malam saya membaca sutta. Me-refresh otak dengan hal-hal baik. Seringkali saya termotivasi untuk berjuang keesokan harinya. Tapi setelah bangun pagi, lalu ketika tiba di kantor, rasanya kecenderungan negatif saya balik lagi (misalnya lalai dan dengan sengaja mengabaikan kesadaran).

Saat malam tiba, baca sutta lagi, termotivasi lagi. Besoknya sami mawon ??? Ini mirip seperti "terbawa arus". Sepertinya memang tidak mudah berlatih sepanjang hari (mungkin karena kecenderungan/karakter/kebiasaan baik belum terbentuk).

Ada yang mengalami hal serupa?
tunjuk jari..  :-[
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."