Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.

Started by bond, 08 June 2009, 01:34:35 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

wang ai lie

Quote from: Rajoharanam on 06 April 2011, 09:20:24 PM
Budha Dhamma itu sangat sederhana, EHIPASSIKO... tidak perlu terlalu banyak teori, intinya praktek praktek & praktek. Apa gunanya memikirkan jalan tapi tidak pernah berjalan, tidak akan pernah sampai....

kalo kaya gini sama juga kaya orang buta dong, bisa berjalan dengan bantuan tongkat atau orang lain tapi tidak pernah tau dimana , kemana , seperti apa tempat yg di tuju, seperti saya, ada sedikit pratek tapi teori lebih dari sedikit lagi . sampai saya bingung sendiri  _/\_

bukankah lebih baik semua harus seimbang baik praktek atau teori ? tolong koreksi bila salah  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

dilbert

Quote from: Kainyn_Kutho on 11 April 2011, 02:09:09 PM
Knowing is nothing? :D Satu lagi manusia sombong.
Quote from: Kainyn_Kutho on 11 April 2011, 02:09:09 PM
Knowing is nothing? :D Satu lagi manusia sombong.

biasa-nya yang ngomong "knowing is nothing" itu praktek-nya juga NOL besar. Karena begitu prakteknya sudah BERHASIL, otomatis sudah knowing... jadi kalau masih katakan knowing is nothing... Jangan-jangan Knowing dan Practice-nya NOL besar.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

K.K.

Quote from: dilbert on 11 April 2011, 05:11:20 PM
biasa-nya yang ngomong "knowing is nothing" itu praktek-nya juga NOL besar. Karena begitu prakteknya sudah BERHASIL, otomatis sudah knowing... jadi kalau masih katakan knowing is nothing... Jangan-jangan Knowing dan Practice-nya NOL besar.
Menurut saya memang begitu. Ketika orang sudah paham benar akan sesuatu, maka pemahamannya itu seperti 'otomatis' diterapkan dalam kehidupannya. Dia tidak lagi melihat 'ini lagi teori, ini lagi praktek'. Misalnya orang baru kenal dhamma, baru belajar berdana, mungkin merasa 'saya sedang praktek dhamma nih.' Mungkin juga dia berpikir orang lain yang tidak/belum berdana sebagai 'baru teori' saja.

Sebaliknya bagi orang telah mengembangkan belas kasih dan kerelaan, dalam berdana tidak ada lagi pikiran 'teori & praktek'. Kerelaan dan dorongan membantu orang lain itu telah menjadi gaya hidupnya, maka kalau ditanya 'kamu sedang praktek dana?" mungkin dia akan bingung dan bertanya-tanya, "praktek? praktek dari teori apaan?"



BTW, bro NPNG sepertinya bukan mengatakan teori tidak berarti, kutipannya tidak lengkap dan sebetulnya bermakna: teori yang tidak ditindaklanjuti, tidak berarti apa-apa. Saya setuju hal tersebut karena seperti orang belajar sains di sekolah, hitungan 100% benar, tapi tidak bisa memberikan manfaat apapun di kehidupan nyata, bahkan masih buang sampah sembarangan pula. Ini nol besar nilainya. 


Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Indra


Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

icykalimu

teori dan praktek itu berlaku utk meditasi.
contoh kita tahu teori meditasi tapi gak pernah praktek ya percuma.
kita meditasi tapi gak tahu caranya ya percuma juga.
...

dilbert

Quote from: icykalimu on 13 May 2011, 09:37:28 PM
teori dan praktek itu berlaku utk meditasi.
contoh kita tahu teori meditasi tapi gak pernah praktek ya percuma.
kita meditasi tapi gak tahu caranya ya percuma juga.

bagi-ku setiap saat, setiap hela nafas itu praktek... masalah-nya apakah praktek dhamma atau praktek non-dhamma...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Indra


Quote from: pannadevi on 11 January 2011, 07:53:13 PM
Dalam Vāseṭṭha sutta MN.98 Sang Buddha membedakan mahkluk menjadi 3 jenis, Tumbuhan, Binatang dan Manusia, oleh sebab itu Bhikkhu dilarang menebang pohon salah satu alasan adalah tumbuhan juga merupakan mahkluk hidup. Demikian juga termasuk membunuh binatang apalagi manusia berarti melakukan pelanggaran pembunuhan. Termasuk adanya masa vassa juga salah satu alasan untuk melindungi rumputan/tumbuhan yang sedang tunas, karena setiap masa hujan adalah masa tumbuh2an untuk tunas.

Pada masa awal pengajaran Sang Buddha, vinaya belum ditetapkan, bhikkhu masih menebang pohon, hingga pada suatu ketika, seorang bhikkhu menebang pohon yg ditinggali oleh dewa pohon, hingga melukai anak dari dewa pohon tersebut. dewa itu kemudian curhat keapda Sang Buddha tentang perilaku bhikkhu itu. inilah yg melatar-belakangi vinaya dilarang menebang pohon, bukan karena pohon adalah makhluk hidup.

Kewajiban vassa adalah respon terhadap kritikan masyarakat pada masa itu yg melihat bahwa banyak bhikkhu berkeliaran pada musim hujan sehingga merusak tunas dan membunuh banyak binatang2 kecil, sementara para petapa lain bahkan tidak melakukan perjalanan pada musim hujan. juga bukan karena tunas adalah makhluk hidup

rooney

Quote from: Indra on 17 June 2011, 09:55:56 PM
Pada masa awal pengajaran Sang Buddha, vinaya belum ditetapkan, bhikkhu masih menebang pohon, hingga pada suatu ketika, seorang bhikkhu menebang pohon yg ditinggali oleh dewa pohon, hingga melukai anak dari dewa pohon tersebut. dewa itu kemudian curhat keapda Sang Buddha tentang perilaku bhikkhu itu. inilah yg melatar-belakangi vinaya dilarang menebang pohon, bukan karena pohon adalah makhluk hidup.

Kewajiban vassa adalah respon terhadap kritikan masyarakat pada masa itu yg melihat bahwa banyak bhikkhu berkeliaran pada musim hujan sehingga merusak tunas dan membunuh banyak binatang2 kecil, sementara para petapa lain bahkan tidak melakukan perjalanan pada musim hujan. juga bukan karena tunas adalah makhluk hidup

Kok dewa bisa terluka dengan tebasan kapak ?  :-?

Indra

Quote from: rooney on 17 June 2011, 09:59:18 PM
Kok dewa bisa terluka dengan tebasan kapak ?  :-?

wah gak tau juga, tapi demikianlah yg kubaca, dan sepertinya semua yg memiliki jasmani memang bisa saja terluka

pannadevi

Quote from: Indra on 17 June 2011, 09:55:56 PM
Pada masa awal pengajaran Sang Buddha, vinaya belum ditetapkan, bhikkhu masih menebang pohon, hingga pada suatu ketika, seorang bhikkhu menebang pohon yg ditinggali oleh dewa pohon, hingga melukai anak dari dewa pohon tersebut. dewa itu kemudian curhat keapda Sang Buddha tentang perilaku bhikkhu itu. inilah yg melatar-belakangi vinaya dilarang menebang pohon, bukan karena pohon adalah makhluk hidup.

Kewajiban vassa adalah respon terhadap kritikan masyarakat pada masa itu yg melihat bahwa banyak bhikkhu berkeliaran pada musim hujan sehingga merusak tunas dan membunuh banyak binatang2 kecil, sementara para petapa lain bahkan tidak melakukan perjalanan pada musim hujan. juga bukan karena tunas adalah makhluk hidup

benar memang demikian, latar belakang penebangan pohon karena hal tsb, benar sekali karena ada dewa yg bermukim di pohon tsb. sehingga diturunkan vinaya tsb. hanya sy mendpt penjelasan dosen saya sewaktu materi kuliah ini seperti yg sy tuliskan itu. jadi ada tambahan penjelasan dari dosen sy bahwa tumbuhan juga sbg mahkluk menurut vasettha sutta ini. lalu melebar alasan ke hal penebangan dan masa vassa ini, jadi masih ada relevansinya bhw memang benar2 Buddhism menganggap sbg mahkluk karena hal2 tsb. gtu deva batara.

pannadevi

Quote from: Indra on 17 June 2011, 10:03:13 PM
wah gak tau juga, tapi demikianlah yg kubaca, dan sepertinya semua yg memiliki jasmani memang bisa saja terluka

kalo deva batara yang ini memang ya masih punya jasmani, tp kalo deva yang itu, masihkah punya jasmani?

Indra

Quote from: pannadevi on 17 June 2011, 10:06:44 PM
kalo deva batara yang ini memang ya masih punya jasmani, tp kalo deva yang itu, masihkah punya jasmani?

hanya makhluk di alam arupa-brahma yg tidak memiliki jasmani

William_phang

Quote from: pannadevi on 17 June 2011, 10:06:44 PM
kalo deva batara yang ini memang ya masih punya jasmani, tp kalo deva yang itu, masihkah punya jasmani?

Dari yang pernah saya baca dan dengar sih iya masih ada rupa (jasmani) untuk alam deva kecuali arupa brahma... rupa deva itu hasil-kamma (kammaja-rupa) dan tidak punya materi hasil-panas ato unsur api....