Prilaku Buddha yang menyimpang?????

Started by marcedes, 06 June 2009, 07:23:18 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: marcedes on 07 June 2009, 11:30:41 AM
Quote from: ryu on 07 June 2009, 07:46:19 AM
Quote from: chingik on 07 June 2009, 02:38:07 AM
Quote from: upasaka on 06 June 2009, 11:38:02 PM
Dengan kata lain, Aliran Mahayana secara implisit menyatakan bahwa semua perilaku Pangeran Siddhattha selama belum 'menjadi' Sang Buddha Gotama hanyalah sebuah drama terakbar di Jagad Raya ini...

Luar biasa. Sang Buddha rupanya senang berleha-leha sampai pada usia 35 tahun untuk membabarkan Dhamma pada khalayak ramai. Kasihan sekali Petapa Asita. Padahal beliau bisa saja mendapat bimbingan dari Pangeran Siddhattha Gotama. Namun Pangeran tidak melakukannya, sehingga Petapa Asita pun meninggal dunia sebelum beliau sempat mendengar Khotbah Dhamma.
Itukan karena anda percaya membuta bahwa kisah dalam Theravada pasti Benar dan kisah lainnya pasti salah. Dua versi kalo disatukan tentu jadi kacau balau penilaiannya. Mahayana beranggapan Pangeran Siddharta tidak melakukan hubungan yg menyimpang, tetapi Theravada beranggapan ada. Coba saya masuk thread Theravada, saya bisa juga bilang begini "Lho rupanya Pangeran Siddharta suka main perempuan ya, orang begitu kok dibilang telah mempraktikkan paramita selama 4 asankheya kappa, apa gak bohong tuh". Mahayana pasti merasa sangat aneh ,mengapa? karena Mahayana menganggap sejak menjadi petapa Sumedha, Beliau tidak lagi melakukan perbuatan2 yg membuatnya larut dalam nafsu indria. Ngerti kan maksudku mengapa kalian merasa aneh. Ya begitu juga kalo saya masuk ke Thread Theravada dengan memegang perspektif mahayana,  saya pasti bilang aneh juga versi Theravada.   
anggap saya tidak memegang kedua aliran, satu sisi mengatakan a satu sisi mengatakan b, ada tiga kemungkinan :
salah satu PASTI SESAT
Dua duanya benar
Dua duanya salah

Bagaimana untuk mengkaji hal ini? base on blind Faith?
salah saudara Ryu, kalau satu sisi bilang A dan sisi satu bilang B
ada 2 kemungkinan saja.
1.dua-dua salah
2.salah satu nya yang SESAT atau benar


jadi antara Theravada dan Mahayana,
1.dua-dua nya ajaran bikin bodoh makhluk hidup.
2.salah satunya yang SESAT dan satu nya menuju arah benar.

mana visudhimagga nya.....^^

salam metta
Dau-duanya benar itu menurut pandangannya masing2 cuy =)) =)) =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

chingik

Quote
ana sudah OOT...yang saya tanyakan pada inti-nya.
1.apakah bisa seseorang hamil tanpa berhubungan seks....
2.apakah seorang yang telah mematahkan LDM nya, masih sempat buang-buang waktu di-istana selama 28 tahun.
bermain mencari istri?

3.ketika guru mahayana mengatakan ini-itu,tiba2 guru tersebut menikahi seorang gadis CANTIK. dan tak lama kemudian gadis itu HAMIL.....dan guru anda mengatakan "ini upaya kausalya"
apakah anda masih memiliki keyakinan bahwa guru tersebut MAHA-SUCI dan bebas dari kama-raga?

mungkin boddhisatva tidak memiliki nafsu sebesar nabi tetangga...tetapi setidaknya kalau 1 istri juga bisa mr.P dapat "berdiri" dan puas.
ini membuktikan kalau masih "ADA" NlAFSU ( kama - raga )

Apakah seseorang bisa dilahirkan dari sisi kanan Ibunya? Apakah seseorang bisa berjalan 7 langkah sambil berbicara saat dilahirkan?
Jawab ini dulu. Maka anda baru paham mengapa bodhisatta walaupun memiliki kama-raga tapi sanggup mempertahankannya, wong MahaKassapa saja sanggup.
Padahal awal thread anda hanya bicara soal apakah ada hubungan intim, dan jawabannya jelas : Tidak ada. Kalo tidak logic,  coba renungkan juga mengapa saat lahir bisa dari sisi kanan ibunya, itu juga tidak logic.


Terus apakah menyiakan2 waktu selama 28 tahun , saya bilang tidak, karena segala sesuatu harus melihat kondisi yang tepat.
Pertanyaan ke 3 menjadi tidak relevan, karena bodhisatta tidak melakukan hubungan intim.





ryu

Quote from: chingik on 07 June 2009, 12:47:55 PM
Quote
ana sudah OOT...yang saya tanyakan pada inti-nya.
1.apakah bisa seseorang hamil tanpa berhubungan seks....
2.apakah seorang yang telah mematahkan LDM nya, masih sempat buang-buang waktu di-istana selama 28 tahun.
bermain mencari istri?

3.ketika guru mahayana mengatakan ini-itu,tiba2 guru tersebut menikahi seorang gadis CANTIK. dan tak lama kemudian gadis itu HAMIL.....dan guru anda mengatakan "ini upaya kausalya"
apakah anda masih memiliki keyakinan bahwa guru tersebut MAHA-SUCI dan bebas dari kama-raga?

mungkin boddhisatva tidak memiliki nafsu sebesar nabi tetangga...tetapi setidaknya kalau 1 istri juga bisa mr.P dapat "berdiri" dan puas.
ini membuktikan kalau masih "ADA" NlAFSU ( kama - raga )

Apakah seseorang bisa dilahirkan dari sisi kanan Ibunya? Apakah seseorang bisa berjalan 7 langkah sambil berbicara saat dilahirkan?
Jawab ini dulu. Maka anda baru paham mengapa bodhisatta walaupun memiliki kama-raga tapi sanggup mempertahankannya, wong MahaKassapa saja sanggup.
Padahal awal thread anda hanya bicara soal apakah ada hubungan intim, dan jawabannya jelas : Tidak ada. Kalo tidak logic,  coba renungkan juga mengapa saat lahir bisa dari sisi kanan ibunya, itu juga tidak logic.


Terus apakah menyiakan2 waktu selama 28 tahun , saya bilang tidak, karena segala sesuatu harus melihat kondisi yang tepat.
Pertanyaan ke 3 menjadi tidak relevan, karena bodhisatta tidak melakukan hubungan intim.





Mohon bisa membedakan legenda dengan kenyataan ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

chingik

Duu-duanya benar itu menurut pandangannya masing2 cuy

sip..deh haha

Bro Marcedes, saya rasa anda terlalu melekat Sutta. Sehingga memandang yg lain salah semua.
Saya mempelajari Mahayana dan Theravada, tapi tidak menganggap dua-duanya salah atau pun benar. Kalo bicara Mahayana, ya saya berpijak pada sudut pandang mahayana. Kalo bicara soal Theravada  ya saya berpijak pd sudut pandang Theravada.
Anda slalu ngotot bahwa pasti ada satu yg salah, berarti anda tidak konsisten juga karena bukankah kita sudah dinasihati dalam Kalama Sutta. Jadi mohon jangan menyia2kan waktu utk menanyakan sesuatu dengan menilainya dari isi Sutta. Kalo belajar utk memahami atas dasar menambah wawasan , itu wajar, tapi anda telah banyak menghabiskan wkt utk hal2 yg tidak berguna ini dengan mencari kesalahan. Ini tercermin dari cara anda memulai suatu diskusi. Cara diskusi yg benar seharusnya begini: dalam ajaran xx terdapat prinsip seperti ini ini, bagaimana prinsip ini dijelaskan dalam ajaran xx itu?  Ini lah contoh diskusi yg sehat. Tapi anda datang2 langsung hah?? Katanya Buddha begini2 tapi mengapa (sambil buka refrensi aliran anda) malah begitu2? Wong kalo gitu anda ingin belajar dhamma atau mencari2 kesalahan.  INi bisa membuat orang salah paham bahwa anda ingin mengobrak abrik, bukan ingni berdiskusi. Jadi mohon membuat pertanyaan yg elegan. Saya rasa sebuah forum pasti ada etikanya. Jadi mohon moderator pertimbangkan bahwa apakah cara memulai diskusi bro Marcedes sudah benar atau tidak, kalo benar, saya mohon maaf, mungkin saya yg telah salah paham.
:)

chingik

Quote
Mohon bisa membedakan legenda dengan kenyataan ;D
apakah kenyataan itu?   ;D

ryu

Quote from: chingik on 07 June 2009, 01:10:32 PM
Quote
Mohon bisa membedakan legenda dengan kenyataan ;D
apakah kenyataan itu?   ;D
Kenyataan adalah apabila mau menerima sesuatu legenda sebagai legenda, bukan menerima legenda sebagai kenyataan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

chingik

Quote from: ryu on 07 June 2009, 01:34:18 PM
Quote from: chingik on 07 June 2009, 01:10:32 PM
Quote
Mohon bisa membedakan legenda dengan kenyataan ;D
apakah kenyataan itu?   ;D

Kenyataan adalah apabila mau menerima sesuatu legenda sebagai legenda, bukan menerima legenda sebagai kenyataan.
hehe yg blm bisa diterima akal sehat ya kita sebut saja legenda, tapi lebih parahnya ada yg menganggap yg belum bisa diterima akal sehat maka dianggap pasti salah.  :))

ryu

Quote from: chingik on 07 June 2009, 01:38:30 PM
Quote from: ryu on 07 June 2009, 01:34:18 PM
Quote from: chingik on 07 June 2009, 01:10:32 PM
Quote
Mohon bisa membedakan legenda dengan kenyataan ;D
apakah kenyataan itu?   ;D

Kenyataan adalah apabila mau menerima sesuatu legenda sebagai legenda, bukan menerima legenda sebagai kenyataan.
hehe yg blm bisa diterima akal sehat ya kita sebut saja legenda, tapi lebih parahnya ada yg menganggap yg belum bisa diterima akal sehat maka dianggap pasti salah.  :))
justru yang lebih parah adalah legenda itu dijadikan pegangan, tidak beda jauh dengan manusia purba yang menganggap Matahari adalah Dewa ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

chingik

Quote from: ryu on 07 June 2009, 01:43:30 PM
Quote from: chingik on 07 June 2009, 01:38:30 PM
Quote from: ryu on 07 June 2009, 01:34:18 PM
Quote from: chingik on 07 June 2009, 01:10:32 PM
Quote
Mohon bisa membedakan legenda dengan kenyataan ;D
apakah kenyataan itu?   ;D

Kenyataan adalah apabila mau menerima sesuatu legenda sebagai legenda, bukan menerima legenda sebagai kenyataan.
hehe yg blm bisa diterima akal sehat ya kita sebut saja legenda, tapi lebih parahnya ada yg menganggap yg belum bisa diterima akal sehat maka dianggap pasti salah.  :))
justru yang lebih parah adalah legenda itu dijadikan pegangan, tidak beda jauh dengan manusia purba yang menganggap Matahari adalah Dewa ;D
dipegang dan anggap pasti salah atau pasti benar, sama dengan satu mata uang dalam dua sisi yg berbeda. sama parahnya
  :P

ryu

Quote from: chingik on 07 June 2009, 01:51:35 PM
Quote from: ryu on 07 June 2009, 01:43:30 PM
Quote from: chingik on 07 June 2009, 01:38:30 PM
Quote from: ryu on 07 June 2009, 01:34:18 PM
Quote from: chingik on 07 June 2009, 01:10:32 PM
Quote
Mohon bisa membedakan legenda dengan kenyataan ;D
apakah kenyataan itu?   ;D

Kenyataan adalah apabila mau menerima sesuatu legenda sebagai legenda, bukan menerima legenda sebagai kenyataan.
hehe yg blm bisa diterima akal sehat ya kita sebut saja legenda, tapi lebih parahnya ada yg menganggap yg belum bisa diterima akal sehat maka dianggap pasti salah.  :))
justru yang lebih parah adalah legenda itu dijadikan pegangan, tidak beda jauh dengan manusia purba yang menganggap Matahari adalah Dewa ;D
dipegang dan anggap pasti salah atau pasti benar, sama dengan satu mata uang dalam dua sisi yg berbeda. sama parahnya
  :P
ternyata ajaran buddha begitu yah. pantas saja, hmmm ok deh ...
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

Quote from: chingik on 07 June 2009, 11:37:02 AM
Quote from: marcedes on 07 June 2009, 11:27:28 AM
Quote from: chingik on 07 June 2009, 11:18:46 AM
Quote from: Indra on 07 June 2009, 07:54:29 AM
Quote from: chingik on 07 June 2009, 03:19:00 AM
Quote
masih dalam RAPB buku 3, hal 3335, dijelaskan mengenai 2 jenis meninggalkan keduniawian:
1. sebelum menikah, dan 2. sesudah menikah,
Jadi silahkan melakukan hubungan seks sepuasnya dengan istri dan kemudian tinggalkan. ini tidak mengurangi nilai kesempurnaan itu. bahkan disebutkan jenis tertinggi dari kesempurnaan ini adalah yang dilakukan oleh Raja Cula Sutasoma, yang pada saat itu adalah seorang raja dengan seorang ratu dan banyak selir.

Begitukah perilaku seorang calon manusia agung??? sungguh menggelikan  :))

sudahkah anda membacanya? dan itukah komentar anda setelah membacanya? bagaimana jika anda kemukakan dulu bagaimana pemahaman anda atas bacaan itu. seorang bodhisatta yang sama sekali tidak melakukan hubungan seks bahkan dengan istri sendiri hanya ada dalam khayalan anda bung.

Benar bahwa Bodhisatta adalah calon manusia agung, tapi paling tidak (menurut RAPB), Bodhisatta bukanlah makhluk suci, belum mencapai kesucian apapun, jadi wajar saja kalo bodhisatta masih memiliki nafsu.

Dan bukankah anda juga bodhisattva, apakah anda tidak memiliki nafsu?

anda bilang saya mengkhayal seolah2 anda pernah melihatnya secara langsung ya , heehe
Lebih aneh komentar anda bung , walaupun bodhisatta masih memiliki nafsu seperti versi anda, tapi Beliau tidak akan sampai seperti ucapan anda "lakukan hubungan seks sepuasnya dan tinggalkan" .  Jika begitu, apa bedanya bodhisatta dengan anda? Ingat, Beliau telah mengumpulkan banyak Parami dan berlatih keras, jadi bagaimanapun tidak separah yg anda utarakan.
Saya bukan bodhisatva dan nafsu saya masih sangat kasar, tapi saya tidak percaya sang bodhisatta yg sampai2 diramalkan Buddha Dipankara, yang sampai2 membuat api neraka padam pd hari sebelumnya diramalkan, masih bisa memiliki nafsu seperti saya dan anda.  Lalu apa makna Kesempurnaan Nekkhama dibalik semua ini? Memberi kesan tidak konsisten juga, pada satu sisi bilang bodhisatta telah mencuci kotoran batinnya dengan air bersih Sila (RAPB hal 157) tapi pada kehidupan berikutnya masih terjatuh pada nafsu indria versi anda. 


saudara Chingik,
anda terlalu meng-Agung-kan seorang boddhisatva...bodhisatva gotama mencapai sotapanna saja tidak....
wajar jika beliau punya kama-raga....
nabi agama tetangga saja bisa melakukan hubungan seks dengan semua istri nya dalam 1 malam, padahal itu utusan ALL*H loh.

salam metta.
Mungkin saya terlalu mengagungkan ya. Tapi sadarkah bahwa anda terlalu mensepelekan kemampuan sang Bodhisatta? Sehingga anda merasa oke-oke saja mengumbar nafsu sepuas2nya toh bodhisatta dulu aja begitu. Bilang aja anda ingin melegitimasi pandangan ini agar anda bisa mengumbar nafsu tanpa merasa bersalah. Walaupun sebagai perumah tangga, tau kah anda bahwa kita tetap harus melihat bahaya dari nafsu indria? Jadi berpeganglah pada pesan implisit mengapa kita mengagungkan bodhisatta , dari pada mengumbarnya yg dapat memancing pada kemerosotan.


Pangeran Sidhattha menikah dengan Yasodhara umur 16 tahun, dan baru umur 29, Rahula lahir, butuh waktu 13 tahun untuk memproduksi seorang anak. tentu saja ini sama sekali bukan tindakan mengumbar hawa nafsu. yang ingin saya katakan adalah bahwa sepasang suami istri melakukan hubungan seks 12 kali sehari tetap tidak ada 1 pun pelanggaran. jadi saya tetap berpendapat tidak perlu merasa bersalah jika melakukan hubungan seks dengan istri sendiri, jangan sama istri orang lain ;D

Bro Chingik, bagaimana pendapat anda mengenai Bodhisatta menghina Buddha, seperti yg sempat saya lontarklan tapi belum ada yg menanggapi? mungkinkah seorang suci menghina orang yg bahkan lebih suci darinya?

Sepertinya anda membaca RAPB sepotong2 dan tidak berurutan, mungkin hanya demi mencari dukungan atas statement anda, saya sarankan bacalah berurutan dari awal sampai tuntas, baru akan terasa manfaatnya.

_/\_

Indra

Quote from: chingik on 07 June 2009, 01:09:17 PM
Duu-duanya benar itu menurut pandangannya masing2 cuy

sip..deh haha

Bro Marcedes, saya rasa anda terlalu melekat Sutta. Sehingga memandang yg lain salah semua.
Saya mempelajari Mahayana dan Theravada, tapi tidak menganggap dua-duanya salah atau pun benar. Kalo bicara Mahayana, ya saya berpijak pada sudut pandang mahayana. Kalo bicara soal Theravada  ya saya berpijak pd sudut pandang Theravada.
Anda slalu ngotot bahwa pasti ada satu yg salah, berarti anda tidak konsisten juga karena bukankah kita sudah dinasihati dalam Kalama Sutta. Jadi mohon jangan menyia2kan waktu utk menanyakan sesuatu dengan menilainya dari isi Sutta. Kalo belajar utk memahami atas dasar menambah wawasan , itu wajar, tapi anda telah banyak menghabiskan wkt utk hal2 yg tidak berguna ini dengan mencari kesalahan. Ini tercermin dari cara anda memulai suatu diskusi. Cara diskusi yg benar seharusnya begini: dalam ajaran xx terdapat prinsip seperti ini ini, bagaimana prinsip ini dijelaskan dalam ajaran xx itu?  Ini lah contoh diskusi yg sehat. Tapi anda datang2 langsung hah?? Katanya Buddha begini2 tapi mengapa (sambil buka refrensi aliran anda) malah begitu2? Wong kalo gitu anda ingin belajar dhamma atau mencari2 kesalahan.  INi bisa membuat orang salah paham bahwa anda ingin mengobrak abrik, bukan ingni berdiskusi. Jadi mohon membuat pertanyaan yg elegan. Saya rasa sebuah forum pasti ada etikanya. Jadi mohon moderator pertimbangkan bahwa apakah cara memulai diskusi bro Marcedes sudah benar atau tidak, kalo benar, saya mohon maaf, mungkin saya yg telah salah paham.
:)

mewakili moderator,

anda benar Bro Chingik, topik ini memang provokatif, tapi sebenarnya thread ini bukanlah thread yg berdiri sendiri, tapi merupakan pecahan dari thread "pertanyaan kritis...", kami sedang mempertimbangkan apa yg harus dilakukan, apakah dengan mengganti judul atau lainnya. terima kasih sudah mengingatkan

_/\_

vathena

wajar sajalah kalau pangeran siddharta melakukan hub.seks , dia melakukan hub.seks KETIKA dia masih menjadi PANGERAN , bukan SESUDAH dia menjadi PERTAPA , gitu aja kok repot .
ketika pangeran siddharta lahir , dia telah diramalkan bahwa suatu saat nanti dia akan menjadi raja yang sangat hebat atau menjadi seorang yang mencapai penerangan (lupa tepatnya apa) , berarti ketika itu dia mempunyai 2 pilihan . [sehingga ayahnya yang pada waktu itu ingin dia menjadi seorang raja untuk menggantikan tahtanya , tidak mengizinkan pangeran siddharta keluar agar tidak melihat 4 peristiwa penting (jadi wajar sewaktu dia melihat orang tua , dia tidak tahu karena tidak pernah dan menanyakan hal tsb pada kusirnya) ] .
pangeran siddharta akhirnya pun memilih untuk mencapai penerangan sempurna untuk menyelamatkan makhluk dari kematian , tua dsb . mungkin untuk manusia biasa yang hatinya belum tercerahkan akan memilih menjadi raja yang hebat dan berkuasa .

mengapa sekarang mempermasalahkan pangeran siddharta dulunya berhubungan seks atau tidak ? saya rasa tidak masalah , seperti yang sudah saya katakan tadi , dia melakukan hub.seks ketika dia masih seorang pangeran . jika ternyata dia melakukan hub.seks ketika sudah menjadi pertapa atau sudah mencapai penerangan , baru kita permasalahkan.
Keep the torch of Dhamma alight! Let it shine brightly in your daily life. Always remember, Dhamma is not an escape. It is an art of living , living in peace and harmony with oneself and also with all others. Hence, try to live a Dhamma life.

J.W

Adakah penegasan (sumber yg relevan) dari sutra yang mengatakan bodhisattva tidak 'make love' lagi untuk memperoleh keturunan ??

_/\_ _/\_ _/\_

ryu

sekarang aye bisa membanggakan bahwa Buddha itu hebat, bisa punya anak tanpa Make love, istrinya melahirkan kondisi perawan, Rahula adalah anak dewa (kenapa gak jadi juru selamat ya? )
Bodhisatva merupakan juru selamat manusia yang menyediakan surga bagi yang percaya padanya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))