masih dalam RAPB buku 3, hal 3335, dijelaskan mengenai 2 jenis meninggalkan keduniawian:
1. sebelum menikah, dan 2. sesudah menikah,
Jadi silahkan melakukan hubungan seks sepuasnya dengan istri dan kemudian tinggalkan. ini tidak mengurangi nilai kesempurnaan itu. bahkan disebutkan jenis tertinggi dari kesempurnaan ini adalah yang dilakukan oleh Raja Cula Sutasoma, yang pada saat itu adalah seorang raja dengan seorang ratu dan banyak selir.
Begitukah perilaku seorang calon manusia agung??? sungguh menggelikan
sudahkah anda membacanya? dan itukah komentar anda setelah membacanya? bagaimana jika anda kemukakan dulu bagaimana pemahaman anda atas bacaan itu. seorang bodhisatta yang sama sekali tidak melakukan hubungan seks bahkan dengan istri sendiri hanya ada dalam khayalan anda bung.
Benar bahwa Bodhisatta adalah calon manusia agung, tapi paling tidak (menurut RAPB), Bodhisatta bukanlah makhluk suci, belum mencapai kesucian apapun, jadi wajar saja kalo bodhisatta masih memiliki nafsu.
Dan bukankah anda juga bodhisattva, apakah anda tidak memiliki nafsu?
anda bilang saya mengkhayal seolah2 anda pernah melihatnya secara langsung ya , heehe
Lebih aneh komentar anda bung , walaupun bodhisatta masih memiliki nafsu seperti versi anda, tapi Beliau tidak akan sampai seperti ucapan anda "lakukan hubungan seks sepuasnya dan tinggalkan" . Jika begitu, apa bedanya bodhisatta dengan anda? Ingat, Beliau telah mengumpulkan banyak Parami dan berlatih keras, jadi bagaimanapun tidak separah yg anda utarakan.
Saya bukan bodhisatva dan nafsu saya masih sangat kasar, tapi saya tidak percaya sang bodhisatta yg sampai2 diramalkan Buddha Dipankara, yang sampai2 membuat api neraka padam pd hari sebelumnya diramalkan, masih bisa memiliki nafsu seperti saya dan anda. Lalu apa makna Kesempurnaan Nekkhama dibalik semua ini? Memberi kesan tidak konsisten juga, pada satu sisi bilang bodhisatta telah mencuci kotoran batinnya dengan air bersih Sila (RAPB hal 157) tapi pada kehidupan berikutnya masih terjatuh pada nafsu indria versi anda.
Sebenarnya saya tidak pernah mempermasalahkan isi RAPB ini, dan saya percaya pengertiannya tidak akan sesempit yg saya bayangkan. Tapi karena melihat orang yg membuat thread ini sama hanya melihat isi mahayana dari satu sisi dan menjudge mahayana begini-begini, maka sesungguhnya semuanya di karena terkungkung pada pemahaman yg sepotong-sepotong.