Jadi, bro Marcedes, anda sendiri bagaimana, apakah menurut anda selama menjadi Pangeran Siddharta pernah mengalami cacat berupa larut dalam nafsu indria?
Para bhikkhu, sebelum mencapai penerangan sempurna, sementara saya masih seorang Bodhisatta yang belum mencapai penerangan sempurna, Saya juga, diriku sendiri mengalami kelahiran, usia tua, sakit, kematian, kesedihan dan kekotoran, mencari apa yang mengalami kelahiran, usia tua, sakit, kematian, kesedihan dan kekotoran.
Saya (berpikir) demikian: 'Mengapa, dengan diriku sendiri mengalami kelahiran, usia tua, sakit, kematian, kesedihan dan kekotoran, Saya mencari apa yang mengalami kelahiran, usia tua, sakit, kematian dan kekotoran? Seandainya, diriku yang masih mengalami dhamma seperti itu, mengetahui bahaya dalam dhamma seperti itu, Saya mencari yang tidak mengalami kelahiran, usia tua, sakit, kematian, kesedihan dan kekotoran, mengatasi ikatan yang kuat, yaitu Nibbana?'
Kemudian, ketika Saya masih anak-anak, seorang pemuda berambut hitam yang masih remaja, dalam masa hidupku yang pertama, aku mencukur habis rambut dan jenggotku meskipun ibu dan ayahku berkeinginan sebaliknya dan berduka dengan wajah berurai air mata. Saya mengenakan jubah kuning dan pergi meninggalkan kehidupan duniawi menuju kehidupan tak berumah-tangga (pabbaja).
Sesudah berkelana mencari apa yang bermanfaat, mencari kedamaian tertinggi yang suci, Saya pergi menemui Alara Kalama dan berkata kepadanya: 'Kawan Kalama, Saya ingin menjalani hidup suci dalam Dhamma dan Vinaya.'
sobat-dharma tolong dijelaskan. ^^
yang bold itu saya rasa cukup jelas " B E L U M "
tahu kan arti kata "belum...."
mengenai bagian Tidak tercemar, ini maksudnya apa?
bagaimana dengan kasus dimana Bodhisatta Gotama yang karena kesombongannya menghina Buddha Kassapa dalam kelahirannya sbg Brahmana Jotipala? apakah ini termasuk tercemar atau tidak?
yah,tolong jelaskan bagian ini, "mengapa" pertapa Jotipala(Gotama) sampai harus menghina, bahkan "di tarik rambut nya" oleh seseorang guna bertemu buddha....
----------------
saudara Gandalf,
bagaimana bisa dengan melafalkan buddho seseorang bisa mencapai jhana...
alat buddho dipakai hanya untuk sementara sebagai pembantu dimana jika pikiran loss mindfull...agar kembali ke trek nya...
makanya se-waktu diskusi dgn bhante Maha, beliau berkata, jika seseorang itu bukan buddhism, bisa diganti dengan 1-1 2-2 3-3 sampai 10 atau berapa baru kembali lagi 1-1....
karena jika meditator seorang agama lain, maka sulit untuk menerima kata "buddho" dimana keyakinan nya berbeda.
(ini sekaligus berarti ajaran buddha memang bersifat universal, dimana baik dari agama apapun bisa mencapai jhana)
disitu gunanya "hanya" membantu mencapai dimana kondisi batin supaya lebih ter-kontrol...
tentu jika sudah menguasai Jhana dengan baik,,,maka buddho sudah tidak di pakai...
Sebenarnya ada salah tangkep makna di sini.
Yang dimaksud bukanlah dalam meditasi Vipashyana kita memunculkan keinginan. Namun yang saya maksud adalah ingin melakukan Vipassana.
Maknanya sama seperti ketika anda ditanya "anda ke vihara ngapain?" "O Saya ingin bermeditasi Vipassana".... Gitu lohh...
Vipashyana menurut tradisi Amitabha adalah Kontemplasi. Ini salah satu dari 5 "Gerbang Kesadaran" (Mindfulness) - Wu Nien Men - menuju Tanah Suci. Metode ini disebutkan dalam Amitayur Dhyana Sutra, Sukavativyuhopadesa karya Vasubandhu dan komentarnya karya Tan Luan.
Vipashyana dalam aliran Sukhavati adalah kontemplasi / visualisasi terhadap aspek2 agung dan mulia dari Amitabha Buddha dan Tanah Suci Sukhavati dengan penuh kesadaran. [mindful]
Selain itu dalam paham Mahayana tiongkok, meditasi yang dianjurkan adalah "chih-kuan" yaitu "samatha-vipashyana".
Zen Master Chu Hung pernah berkata:
"Sekarang ini engkau hanya harus melafalkan nama Buddha dengan kemurnian dan pandangan terang. Kemurnian berarti melafalkan nama Buddha tanpa ada pikiran lain. Pandangan terang berarti meninjau kembali ketika engkau melafalkan nama Buddha. kemurnian adalah Samatha, "berhenti" dan pandangan terang adalah Vipashyana "meninjau [disadari]". Satukanlah kesadaranmu (mindfulness) akan Buddha melalui pelafalan nama Buddha, dan berhenti (Samatha) maupun meninjau (Vipashyana) bersama-sama."
Sedangkan Master Yin Guang, Patriark Tanah Suci ke-13 pernah berkata:
Do not concern yourself with whether or not you will become enlightened.
Do not concern yourself with existence and non-existence, with inside and outside and in-between.
Do not concern yourself with "stopping" [shammata/samatha]and "observing" [vipashyana/vipasyana].
Do not concern yourself with whether [this method of reciting the buddha-name] is the same or not the same as other Buddhist methods.
If the feeling of doubt does not arise, do not concern yourself with who it is or who it is not [who is reciting the buddha-name]. Simply go on reciting the buddha-name with unified mind and unified intent without a break, pure and unmixed.
Ya metode Sukhavati merupakan penggabungan metode samatha dan vipashyana. Jadi tidak pada Vipashyana saja ataupun Samatha saja.
Namaste
The Siddha Wanderer
aduh, saudara Gandalf bagaimana bisa meditasi dengan pengertian "sebagaimana-adanya" malah disuruh visualisasi.
pernahkah tahu tentang "si-pelaku" dan "si-pengetahu" coba baca buku AjahnBrahm, saya sendiri sudah bisa membedakan "si-pengetahu" dan "si-pelaku"
pikiran kita ada 2.. dimana "yang bergerak"(si-pelaku) dan "yang menyadari"(si-pengetahu)
kalau anda menyuruh pikiran ini "ber-visualisasi" maka pikiran bagian "yang-bergerak(si-pengetahu) yang main.....
dan ini bukan sesuai ajaran Theravada tentang Vipassana.....
makanya kalau anda mengatakan Vipassana versi Theravada. dan mau di samakan dengan Vipassana versi Mahayana, tidak bakalan nyambung.
oleh sebab itu saya disini meminta anda menjelaskan tentang Vipassana Mahayana secara detail...
alangkah bagusnya jika sama dengan perincian sebagaimana pada Visudhimagga.
dan lagi Vipassana pada versi Theravada jika dilakukan maka buah yang pasti adalah "NIBBANA" dan tidak ada pilihan lain...mutlak.
sedangkan pada Vipassana versi Mahayana menyatakan bisa "nirvana" terus bisa "alam sukhavati" kemudian bisa mencapai Bodhisatva.
tolong dijelaskan secara jelas-jelas...
kemudian pertanyaan 3 saya sebelum nya. thx
salam metta.
silahkan dibaca-baca...
menurut sutta jika bukan anagami atau Arahat, maka pasti masih ada nafsu indria.....
dan pada waktu Gotama bertemu Alara Kalama beliau belum mencapai Sotapanna.
jadi se-waktu beliau masih menjadi pangeran bahkan pertapa beliau masih memiliki nafsu-indriawi ( kamaraga )
justru sebaliknya mengapa SangBuddha berbohong? dan berkata "BELUM" dan masih larut dalam kelahiran sampai kekotoran...
apa mau ditutup dengan alasan upaya?
coba baca lagi, disitu sang Buddha mengakui kalau dirinya masih "kotor" dan "belum mencapai pencerahan"
selama saya tahu ketika telah mencapai pencerahan di bawah pohon bodhi, SangBuddha guru junjungan agung tidak pernah memakai kebohongan dalam mengajar....bahkan SangBuddha mencela kebohongan...
bagaimana mungkin beliau sendiri berbohong?
apa mau di kata Buddha berkata "bohong" dalam arti tanda kutip" ^^
saya jadi takjub melihat,karena sedemikian melekat nya pada aliran bahkan yang
nyata pun di ubah jadi pembenaran sendiri..^^
salam metta.