Bolehkah Umat Buddha Menjadi Tentara?

Started by Hikoza83, 07 December 2007, 01:23:20 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Mr. pao

Quote from: upasaka on 03 June 2010, 11:43:47 AM
Quote from: Mr. pao on 03 June 2010, 11:40:13 AM
jika upasaka sebagai kepala vihara tersebut, bagaimana upasaka bertindak?
Orang yang datang ke vihara untuk berlindung banyak lho.

Saya akan berkata: "Perjuangkan apa yang bisa kalian perjuangkan, sedangkan saya akan memerjuangkan apa yang bisa saya perjuangkan." :)

Yang di perjuangkan Bro apa? ;D ;D ;D
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Nevada

Quote from: Mr. pao on 03 June 2010, 02:20:06 PM
Yang di perjuangkan Bro apa? ;D ;D ;D

Dalam konteks di atas, yang "diperjuangkan" saya adalah penghidupan suci tanpa kekerasan.

Mr. pao

Quote from: upasaka on 03 June 2010, 02:30:19 PM
Quote from: Mr. pao on 03 June 2010, 02:20:06 PM
Yang di perjuangkan Bro apa? ;D ;D ;D

Dalam konteks di atas, yang "diperjuangkan" saya adalah penghidupan suci tanpa kekerasan.
Bro tidak melindungi mereka, kehidupannya jadi gak suci dan membiarkan kekerasan terjadi lo. Mereka datang ke vihara krn mengharapkan bantuan bro, nanti taunya bro tidak perjuangkan keselamatan mereka jadinya kekacauan lho.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Nevada

Quote from: Mr. pao on 03 June 2010, 03:07:01 PM
Bro tidak melindungi mereka, kehidupannya jadi gak suci dan membiarkan kekerasan terjadi lo. Mereka datang ke vihara krn mengharapkan bantuan bro, nanti taunya bro tidak perjuangkan keselamatan mereka jadinya kekacauan lho.

Makanya perlu dibedakan dengan jelas tugas seorang bhikkhu dengan tugas seorang umat awam. Dalam konteks itu, saya bukannya tidak mau menolong. Tapi saya tidak bisa menolong dengan cara "menggunakan tongkat". Makanya saya katakan: "Perjuangkan apa yang bisa kalian perjuangkan", dan "Saya akan memerjuangkan apa yang bisa saya perjuangkan".

Mr. pao

Quote from: upasaka on 03 June 2010, 03:46:50 PM
Quote from: Mr. pao on 03 June 2010, 03:07:01 PM
Bro tidak melindungi mereka, kehidupannya jadi gak suci dan membiarkan kekerasan terjadi lo. Mereka datang ke vihara krn mengharapkan bantuan bro, nanti taunya bro tidak perjuangkan keselamatan mereka jadinya kekacauan lho.

Makanya perlu dibedakan dengan jelas tugas seorang bhikkhu dengan tugas seorang umat awam. Dalam konteks itu, saya bukannya tidak mau menolong. Tapi saya tidak bisa menolong dengan cara "menggunakan tongkat". Makanya saya katakan: "Perjuangkan apa yang bisa kalian perjuangkan", dan "Saya akan memerjuangkan apa yang bisa saya perjuangkan".

Kalo bro ada ilmu bela diri, ini tanpa lepas jubah dan bertahan dengan ilmu bela diri bisa mengalahkan penjahat lho. Kalo cuman ambil tongkat dan memukul penjahat (tentu saja bukan tujuan menyakiti, tapi mengusir perampok) itu sah2 aja tanpa lepas jubah dan tidak melanggar prinsipnya "Saya akan memerjuangkan apa yang bisa saya perjuangkan" . Seperti film Bhohidharma menaklukkan perampok.

Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

marcedes

Quote from: Mr. pao on 03 June 2010, 04:28:07 PM
Quote from: upasaka on 03 June 2010, 03:46:50 PM
Quote from: Mr. pao on 03 June 2010, 03:07:01 PM
Bro tidak melindungi mereka, kehidupannya jadi gak suci dan membiarkan kekerasan terjadi lo. Mereka datang ke vihara krn mengharapkan bantuan bro, nanti taunya bro tidak perjuangkan keselamatan mereka jadinya kekacauan lho.

Makanya perlu dibedakan dengan jelas tugas seorang bhikkhu dengan tugas seorang umat awam. Dalam konteks itu, saya bukannya tidak mau menolong. Tapi saya tidak bisa menolong dengan cara "menggunakan tongkat". Makanya saya katakan: "Perjuangkan apa yang bisa kalian perjuangkan", dan "Saya akan memerjuangkan apa yang bisa saya perjuangkan".

Kalo bro ada ilmu bela diri, ini tanpa lepas jubah dan bertahan dengan ilmu bela diri bisa mengalahkan penjahat lho. Kalo cuman ambil tongkat dan memukul penjahat (tentu saja bukan tujuan menyakiti, tapi mengusir perampok) itu sah2 aja tanpa lepas jubah dan tidak melanggar prinsipnya "Saya akan memerjuangkan apa yang bisa saya perjuangkan" . Seperti film Bhohidharma menaklukkan perampok.


bikkhu mana bisa memukul orang...wkwkwkwk...bro pao seperti nya anda berusaha memasukkan konsep pikir anda ke arah yg aneh...
lihat saja d myanmar mana ada bikkhu memukul tentara ketika hendak di tangkap....
semua pasrah..
bahkan toko umat islam disini berkata
"sesuatu yg luar biasa pasti terjadi,hingga para biksu turun d jalan...karena setahu saya para biksu itu orang paling sabar di dunia yg pernah ada"
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Indra

Quote from: Mr. pao on 03 June 2010, 04:28:07 PM
Quote from: upasaka on 03 June 2010, 03:46:50 PM
Quote from: Mr. pao on 03 June 2010, 03:07:01 PM
Bro tidak melindungi mereka, kehidupannya jadi gak suci dan membiarkan kekerasan terjadi lo. Mereka datang ke vihara krn mengharapkan bantuan bro, nanti taunya bro tidak perjuangkan keselamatan mereka jadinya kekacauan lho.

Makanya perlu dibedakan dengan jelas tugas seorang bhikkhu dengan tugas seorang umat awam. Dalam konteks itu, saya bukannya tidak mau menolong. Tapi saya tidak bisa menolong dengan cara "menggunakan tongkat". Makanya saya katakan: "Perjuangkan apa yang bisa kalian perjuangkan", dan "Saya akan memerjuangkan apa yang bisa saya perjuangkan".

Kalo bro ada ilmu bela diri, ini tanpa lepas jubah dan bertahan dengan ilmu bela diri bisa mengalahkan penjahat lho. Kalo cuman ambil tongkat dan memukul penjahat (tentu saja bukan tujuan menyakiti, tapi mengusir perampok) itu sah2 aja tanpa lepas jubah dan tidak melanggar prinsipnya "Saya akan memerjuangkan apa yang bisa saya perjuangkan" . Seperti film Bhohidharma menaklukkan perampok.



Mr. Pao tentu percaya bahwa Sang Buddha memiliki kesaktian, tetapi apakah yg Beliau lakukan ketika terjadi pembantaian atas Suku Sakya oleh Vidudabha?

Mr. pao

Quote from: marcedes on 03 June 2010, 04:37:33 PM
bikkhu mana bisa memukul orang...wkwkwkwk...
Bhikkhu bukan tak bisa bro, tak mau... wkwkwkwk........

Quote from: marcedes on 03 June 2010, 04:37:33 PM
bro pao seperti nya anda berusaha memasukkan konsep pikir anda ke arah yg aneh...
Gak aneh lah, Kalo lihat di film solin, mereka beraksi hanya untuk mempertahankan diri, bukan menyakiti....
Bhodhidhamma juga menaklukkan perampok dengan ilmu bela dirinya, tanpa bermaksud menghakimi, tapi  bertahan.

Quote from: marcedes on 03 June 2010, 04:37:33 PM
lihat saja d myanmar mana ada bikkhu memukul tentara ketika hendak di tangkap....
semua pasrah..
bahkan toko umat islam disini berkata
"sesuatu yg luar biasa pasti terjadi,hingga para biksu turun d jalan...karena setahu saya para biksu itu orang paling sabar di dunia yg pernah ada"
Beda dengan yang di Myanmar. Kalo bhikkhu/ biksu itu 'kan dari sono2nya  tidak melawan hukum negara.

Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Mr. pao

Quote from: Indra on 03 June 2010, 04:44:05 PM
Mr. Pao tentu percaya bahwa Sang Buddha memiliki kesaktian, tetapi apakah yg Beliau lakukan ketika terjadi pembantaian atas Suku Sakya oleh Vidudabha?

Buddha jg memengang prinsip tidak melawan hukum negara. Maka turun temurun, muridnya tidak melawan hukum negara.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Indra

Quote from: Mr. pao on 03 June 2010, 06:49:01 PM
Quote from: Indra on 03 June 2010, 04:44:05 PM
Mr. Pao tentu percaya bahwa Sang Buddha memiliki kesaktian, tetapi apakah yg Beliau lakukan ketika terjadi pembantaian atas Suku Sakya oleh Vidudabha?

Buddha jg memengang prinsip tidak melawan hukum negara. Maka turun temurun, muridnya tidak melawan hukum negara.

pada peristiwa itu Vidudabha melakukan agresi militer ke Kapilavatthu dengan tujuan untuk memusnahkan Suku Sakya karena dendam pribadinya. saya tidak mengerti bagian mana yg bisa dijadikan alasan melawan hukum negara seandainya Sang Buddha dengan kesaktiannya mencegah Vidudabha?

Nevada

Quote from: Mr. pao on 03 June 2010, 04:28:07 PM
Kalo bro ada ilmu bela diri, ini tanpa lepas jubah dan bertahan dengan ilmu bela diri bisa mengalahkan penjahat lho. Kalo cuman ambil tongkat dan memukul penjahat (tentu saja bukan tujuan menyakiti, tapi mengusir perampok) itu sah2 aja tanpa lepas jubah dan tidak melanggar prinsipnya "Saya akan memerjuangkan apa yang bisa saya perjuangkan" . Seperti film Bhohidharma menaklukkan perampok.

Seorang bhikkhu yang baik tidak akan melakukan kekerasan dengan motivasi apa pun. Tugas seorang bhikkhu adalah menjalani kehidupan suci; memutus lingkaran tumimbal lahir; tidak menanam kamma lagi. Seorang bhikkhu seharusnya tidak perlu lagi melekat pada diri, sehingga tidak perlu adanya usaha untuk "membela diri". Mungkin bagi sebagian orang yang kurang mengerti, hal ini dianggap bodoh. Makanya perlu pemahaman betul apa tujuan menjadi bhikkhu. Kalau ada orang yang menjadi bhikkhu dan menjadi "pahlawan yang relijius", menurut saya hal itu sudah melenceng dari makna dari bhikkhu itu sendiri. Bhikkhu adalah petapa, bhikkhu bukan sekadar pemuka agama.

kullatiro

sebenarnya sudah di katakan ada perbedaan yang amat tipis ini, hal ini ada pada perspektif manusia bila bhikkunya sedang berlatih atau mengutamakan welas asih (metta dan karuna) maka mungkin saja ia melepas jubah nya.

jadi sesuatu itu tidak dapat berpedoman sesuatu harus "absolute" seperti ini.

Mr. pao

Quote from: daimond on 04 June 2010, 07:28:37 PM
sebenarnya sudah di katakan ada perbedaan yang amat tipis ini, hal ini ada pada perspektif manusia bila bhikkunya sedang berlatih atau mengutamakan welas asih (metta dan karuna) maka mungkin saja ia melepas jubah nya.

jadi sesuatu itu tidak dapat berpedoman sesuatu harus "absolute" seperti ini.
Ya tidak ada aturan matinya. Semuanya tergantung pribadi bhikkhunya.
Gw juga pernah dengar  seseorang bhikkhu kalo mempertahankan silanya sampai titik darah penghabisan dia akan mendapat tiket masuk surga.
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D