Bolehkah Umat Buddha Menjadi Tentara?

Started by Hikoza83, 07 December 2007, 01:23:20 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

kullatiro

#15
aku rasa bukan untuk melukai mereka tapi untuk menghentikan kejahatan yang akan/sedang mereka perbuat jadi belum tentu membunuh mereka. bila mereka terluka atau terbunuh dalam usaha mempertahan kan dan melindungi kehidupan kita dan keluarga kita dan ketika kita berusaha menghentikan kejahatan mereka itu artinya kamma buruk mereka berbuah asal tidak ada kebencian dalam hati dan pengertian benar maka apa yang kita tanggung kemudian tidak lah berat sekali.  bila di lihat dari sudut pandang tertentu  memang perbedaannya  tipis sekali  jadi berhati hati untuk tidak terhanyut oleh suasana (manusia biasa belum tentu bisa karena membutuhkan ketenangan dalam bertindak dan kebajikan dalam berbuat dan tidak mudah untuk mengontrol rasa amarah, ketakutan, dan bermacam macam emosi yang bergolak pada waktunya, untuk ini kita harus melatih diri kita sampai pada tingkat tertentu) .

wel kenapa bisa berbicara seperti ini bisa lihat dalam jurnal pribadi ku ada ceritanya tidaklah mudah mengontrol atau mengendalikan diri kita yang merasa sakit, penuh rasa amarah dan penuh kebencian.

Nevada

Bolehkah umat Buddha menjadi tentara? Tentu saja boleh. Kalau tidak boleh, semua negara yang mayoritas rakyatnya adalah Buddhis pasti sudah habis diserang negara penjajah. 

Nevada

Quote from: Mr.Jhonz on 31 May 2010, 09:30:47 PM
Bagaimana dgn kasus membunuh demi mempertahankan hidup?
*ingat kasus 98,dimana sejumlah massa masuk,mendobrak rumah untuk menjarah dan membunuh/memperkosa penghuni rumah.
jika kita di kondisikan demikian,mana yg lebih bijak memegang pisau atau buku paritta?

**maaf,bukan bermaksud membuka luka lama_/\_

Kalau ingin konsisten dalam pengembangan spiritual, sebaiknya memang tidak melakukan pelanggaran sila untuk bertahan hidup. Kalau ingin mempertahankan hidup, melakukan pelanggaran sila dalam kondisi itu masih bisa ditolerir.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

sebaiknya memang konsisten. tapi pada suatu kesempatan sang buddha mengatakan sesuatu yang intinya adalah bahwa berperang jika tidak ada jalan lain adalah sesuatu yang tidak apa2. sori lupa source suttanya. demikian pula jika seorang ibu memakan anaknya jika tanpa niat jahat maka tidak bersalah.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Mr. pao

Quote from: Mr.Jhonz on 31 May 2010, 09:30:47 PM
Bagaimana dgn kasus membunuh demi mempertahankan hidup?
*ingat kasus 98,dimana sejumlah massa masuk,mendobrak rumah untuk menjarah dan membunuh/memperkosa penghuni rumah.
jika kita di kondisikan demikian,mana yg lebih bijak memegang pisau atau buku paritta?

**maaf,bukan bermaksud membuka luka lama_/\_

Di sini pernah terjadi kerusuhan, sebelum kerusuhan masuk ke Desa kami, Seorang bapak memimpin semua warga untuk menjaga desa agar tidak dijarah perampok. Suasana menjadi sangat tegang. Setiap keluarga diberi sebatang gagang cangkul agar bisa menjaga diri. Siang dan malam warga bekerja sama dengan polisi untuk bergantian menjaga keamanan desa. Saat para perampok sudah mendekat desa kami mereka menjadi tidak berani masuk ke desa kami karena dijaga dengan ketat. Tetapi nasibnya malang bagi desa lain yang pertahanannya kurang. Barang barang dijarah, pemilik rumah dipukul sampai babak belur. Hanya daerah kami aja yang termasuk arena paling aman. Pada akhir kerusuhan, Di desa kami hanya tercuri satu karung beras saja.

Bagaimana dalam pandangan Buddhis? Buddha mengajarjan kasih, jadi bagaimana sikap kita harus menghadapi masalah ini? Apakah kita harus menghindari pembunuhan? Apakah kita harus mengungsi? Atau sembunyi ke hutan?

Disini memberi kita satu pelajaran, kita menjaga Desa dan bersiap berperang bahkan membunuh para penjahat, itu bukan berarti kita melakukan kejahatan. Tetapi kami sedang menjaga keamanan dan melindungi keluarga kami dari kekerasan.

Tetapi jika kita tidak melawan dan menyebabkan orang lain membunuh kita, bearti kita sendiri telah menciptakan pembunuhan juga karena memberi kesempatan kepada orang lain melakukan perampokan, pembunuhan dan pemerkosaan. Dengan adanya pertahanan tersebut, maka kekerasan ataupun kejahatan kemungkinan bisa kita hindari. Jika kekerasan berhasil kita hentikan, Bukankah dengan demikian kita juga telah menciptakan kondisi mencegah penjahat untuk  melakukan kejahatan.
_/\_

Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

mr. pao, demikianlah niat kita jika memang harus berperang, jika tidak ada jalan lain.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Nevada

Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 31 May 2010, 10:59:11 PM
sebaiknya memang konsisten. tapi pada suatu kesempatan sang buddha mengatakan sesuatu yang intinya adalah bahwa berperang jika tidak ada jalan lain adalah sesuatu yang tidak apa2. sori lupa source suttanya. demikian pula jika seorang ibu memakan anaknya jika tanpa niat jahat maka tidak bersalah.

Setuju. Makanya sila pertama bagi perumah-tangga berbunyi: "...berlatih untuk menghindari pembunuhan..."; bukan: "...dilarang membunuh...".

Mengenai analogi "ibu (orangtua) memakan anaknya", seingat saya ini adalah perumpamaan tentang memakan daging dengan tanpa niat membunuh.

Adhitthana

Ketika Suku Sakya di serang oleh raja sapa?? (lupa :hammer:) ......
Suku Sakya tidak melawan padahal pada zamannya suku Sakya terkenal sebgai prajuit yg handal memanah ......
akhirnya sebagian besar suku Sakya di bantai .....  :'(

Dalam perjalanan sejarah selanjutnya perkembangan agama Buddha memang tidak pernah melawan ketika di serang ......
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Nevada

Quote from: Virya on 02 June 2010, 01:47:44 AM
Ketika Suku Sakya di serang oleh raja sapa?? (lupa :hammer:) ......
Suku Sakya tidak melawan padahal pada zamannya suku Sakya terkenal sebgai prajuit yg handal memanah ......
akhirnya sebagian besar suku Sakya di bantai .....  :'(

Dalam perjalanan sejarah selanjutnya perkembangan agama Buddha memang tidak pernah melawan ketika di serang ......

Diserang oleh pasukan dari Raja Vidudabha... :)

Prajurit Sakya tidak melawan karena mereka semua sudah mencapai tataran-tataran kesucian, sehingga tidak mungkin bagi mereka untuk melakukan pelanggaran sila (sila pertama).

tuwino gunawan

tentara boleh menjadi umat buddha, tapi umat buddha belum tentu cocok menjadi tentara. Konsekuensi tentara adalah maju ke medan perang yg berarti bisa melakukan pembunuhan. Jadi sangat tergantung pd kebijaksanaan kita.

Hasan Teguh

Yang jelas, Bhikkhu dianjurkan belajar kungfu Shaolin, bukan ?  ^-^

Nevada

Quote from: tuwino gunawan on 02 June 2010, 08:47:05 AM
tentara boleh menjadi umat buddha, tapi umat buddha belum tentu cocok menjadi tentara. Konsekuensi tentara adalah maju ke medan perang yg berarti bisa melakukan pembunuhan. Jadi sangat tergantung pd kebijaksanaan kita.

"Tentara yang menjadi umat Buddha" dan "umat Buddha yang menjadi tentara" sama saja bisa ikut maju ke medan perang.


Quote from: Hasan Teguh on 02 June 2010, 09:13:53 AM
Yang jelas, Bhikkhu dianjurkan belajar kungfu Shaolin, bukan ?  ^-^

Bhikkhu tidak dianjurkan untuk belajar kungfu. Justru seorang bhikkhu harus melepaskan senjata dan kekerasan.

tuwino gunawan

bhikku belajar kungfu?? Sdr. Hasan kebanyakan nonton film kaleee...

Hasan Teguh

Quote from: tuwino gunawan on 02 June 2010, 09:51:50 AM
bhikku belajar kungfu?? Sdr. Hasan kebanyakan nonton film kaleee...
Kungfu Shaolin diciptakan oleh Bodhidharma dan itu dikhususkan untuk Bhikkhu saat itu.  ;D

tuwino gunawan

oh yah?? Baru tahu kungfu shaolin created by bodhidharma. Ada source nya kgk?
Anyway thanx atas info nya. Tambah wawasan gw.