News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

[INFO]Batasi Konsumsi Kafein Harian

Started by F.T, 29 April 2009, 04:51:02 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

F.T

JAKARTA-- Minum secangkir kopi atau teh hangat sepertinya sudah menjadi kebiasaan masyarakat yang sulit dipisahkan. Mengongsumsi kopi di pagi hari seolah-olah bisa mendorong semangat bekerja. Atau, minum teh di sore hari yang dapat menyegarkan pikiran di saat lelah.

Terutama kini semakin menjamur kafe yang menyediakan minuman ini sebagai suguhan utama para pengunjungnya bercengkrama. Berbincang bersama rekan ditemani secangkir kopi, hmm tentu sangat nikmat.

Peneliti dari The Pharmacological Basis of Therapeutics, Dr J Murdoch Ritchie mengatakan, kafein yang terkandung dalam kopi dan teh dapat menambah detak jantung, melebarkan pembuluh darah dan mendorong aliran sampah cair ataupun padat dari dalam tubuh.

"Jadi terkadang orang akan merasakan kalau setelah meminum secangkir teh atau kopi tubuhnya akan terasa segar. Sebenarnya, mengonsumsi kafein dalam porsi yang tepat baik bagi tubuh," tambah Ritchie.

Kafein dikenal dengan rasanya yang pahit dan berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat, jantung dan pernafasan. Tak heran jika sebagian orang merasakan lesu jika belum mengonsumsi minuman berkafein. Memang zat itu juga dapat menimbulkan kecanduan.

Dalam jumlah yang wajar kafein dapat membantu pikiran, pekerjaan, dan pergaulan, tapi akan berubah menjadi racun bila dikonsumsi secara berlebihan.

Jika Anda menyangka kafein hanya dapat ditemukan dalam secangkir kopi maka anggapan tersebut salah. Senyawa kimia alami itu dapat ditemukan dalam berbagai jenis makanan dan minuman seperti teh, biji kelapa, buah cola, coklat dan beragam jenis minuman ringan. Selain itu, kafein yang juga terdapat dalam berbagai jenis obat flu, sakit kepala dan alergi.

Kandungan kafein dalam secangkir kopi adalah 100 hingga 150 miligram (mg). Sedangkan, dalam satu cangkir teh terdapat lebih kurang 40 mg kafein dan dalam satu batang coklat ukuran sedang adalah 20-60 mg kafein. Kemudian, dalam satu botol minuman kola berukuran 340 ml terdapat 40 hingga 60 mg kafein.

Yang perlu diperhatikan, kafein menjadi berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan karena kafein dapat meningkatkan detak jantung dan metabolisme tubuh, menyebabkan sulit tidur, sakit kepala dan merangsang cairan dalam lambung sehingga menimbulkan rasa panas.

Kelebihan mengonsumsi kafein juga bisa menyebabkan sering buang air kecil karena bersifat diuretik yaitu dapat dikeluarkan melalui air kencing. Selain itu, dapat menyebabkan tubuh sulit untuk menyerap zat besi.

Menurut Ritchie, jumlah yang tepat berbeda untuk tiap orang. Yang bisa dijadikan pedoman adalah bahwa sampai saat ini tidak ada penelitian yang menyebutkan efek-efek negatif kafein bila dikonsumsi dengan dosis di bawah 300 mg sehari.

Jika konsumsi kafein lebih dari 1 gram dalam satu hari, dikhawatirkan akan terjadi gejala seperti kejangan otot (muscle twitching), kekusutan pikiran dan perkataan, aritmia kardium (gangguan pada denyutan jantung) dan bergejolaknya psikomotor (psychomotor agitation) bisa terjadi. Keracunan kafein atau intoksikasi kafein juga bisa mengakibatkan kepanikan dan penyakit kerisauan.

Sebuah penelitian terbaru menyebutkan, khusus untuk wanita hamil, konsumsi kafein dalam taraf yang moderat sekalipun bisa meningkatkan potensi terjadinya keguguran. Badan Standar Makanan Inggris pernah menetapkan batas konsumsi kopi perempuan hamil adalah 300 mg atau sekitar empat cangkir per hari.

Namun, sebuah penelitian di Amerika mendapati 200 mg kafein membuat resiko keguguran dua kali lebih besar dibandingkan resiko perempuan yang tidak menyeruput kopi. Kafein yang banyak terdapat pada kopi, teh, soda, dan coklat hangat, disinyalir memberikan dampak negatif bagi ibu hamil. Apalagi jika dikonsumsi diluar batas maksimal.

Dianjurkan oleh Ritchie, selain membatasi kafein yang masuk ke dalam tubuh, yang perlu diperhatikan ketika mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kafein adalah memperhatikan proses pengolahan bahan minuman atau makanan tersebut.

"Kopi yang ditumbuk dengan cara tradisional rata-rata memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi. Demikian juga dengan teh, teh yang langsung diseduh dengan air panas tanpa menggunakan kertas saringan, memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi," katanya. (berbagai sumber/ri)


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] [url="//yahoo.com"]yahoo.com[/url]

FZ

Source mana ? Ada yang salah tuh..

Peneliti dari The Pharmacological Basis of Therapeutics, Dr J Murdoch Ritchie mengatakan, kafein yang terkandung dalam kopi dan teh dapat menambah detak jantung, melebarkan pembuluh darah dan mendorong aliran sampah cair ataupun padat dari dalam tubuh.

Teh dan Kopi mengandung senyawa xantin yang menyebabkan vasokontriksi alias penyempitan pembuluh darah akibat adanya kontraksi, oleh karena itu tekanan menjadi lebih tinggi. Bukan vasodilatasi..

Lex Chan

maap OOT

aye pernah baca kalo makan ikan / minyak ikan bisa melebarkan pembuluh darah, bener ngga?
"Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway"
-Mother Teresa-

FZ

Ya.. ada info juga mengenai itu, di mana kaitannya dengan asam lemak yang dikandung oleh minyak ikan ybs..

Selengkapnya bisa dilihat di

The offspring of coronary heart disease (CHD) patients are at particularly high risk for developing CHD. Endothelial dysfunction is present in the majority of CHD and atherosclerosis patients. Fish oil, rich in n-3 fatty acids has been shown to augment endothelium-dependent vasodilatation in human peripheral and coronary arteries. The aims of this study are to investigate presence of endothelial dysfunction determined by the brachial flow-mediated diameter, nitric oxide, plasma lipids and fibrinogen, and the effect of high doses of fish oil on these parameters. Twenty-four healthy offspring of CHD patients (study group) were supplemented with 9 g/day Alsepa fish oil (each gram containing 180mg EPA and 120mg DHA), for a period of two weeks. Plasma nitric oxide, urine nitric oxide, fibrinogens and flow-mediated vasodilatation (FMD) were determined prior to fish oil therapy, two weeks into therapy and four weeks after the end of therapy with fish oil. Twelve healthy subjects (control group) with no family history of heart disease were studied as controls (day one only). The offspring had a lower increase in FMD and lower nitric oxide production, compared with the control group. No other parameters varied between the two groups. The administration of fish oil did not result in any changes in the studied parameters. In healthy offspring of CHD patients, early endothelial dysfunction was documented before evidence of atherosclerosis. Ingestion of fish oil over a 13-day period did not improve endothelial dysfunction.

KEY WORDS: Endothelium, vascular. Fish oils.

Nitric oxide. Offspring.

Introduction

Endothelial dysfunction has been documented in many independent cardiovascular risk factors, including diabetes mellitus, smoking, ageing, obesity, essential hypertension and hyperlipidaemia.1-6 Impairment of nitric oxide synthesis or chronic inactivation of nitric oxide by oxygen free radicals may account for the increased vascular resistance, vascular hypertrophy, increased platelet and monocyte adhesion to the endothelium, atherosclerosis, myocardial infarction and stroke.7 Fibrinogen, a known coronary risk factor, seems also to contribute to endothelial cell anomalies.8-11

There is increasing supporting evidence that a functional impairment of the endothelium, resulting in a reduction in the availability of nitric oxide and enhanced release of vasoconstricting factors, may predispose patients to monocyte and platelet adhesion, the proliferation of smooth muscle cells, and increased accumulation of macrophages and lipoproteins in the arterial wall, These effects promote atherosclerotic structural lesions at an early age.12

n-3 polyunsaturated fatty acid (PUFA) is derived almost exclusively from cold water fish and marine animals, and in areas where consumption of n-3 PUFA is high, the incidence of cardiovascular disease is reported to be low.13 Fish oil therapy can influence vascular tone and reactivity and alter the functional properties of the systemic circulation.14,15 The mechanisms by which n-3 fatty acids influence the function of endothelium are still under investigation but it is known that n-3 fatty acids must be incorporated into the cellular phospholipids to exert their effect.16 This incorporation results in a concomitant reduction of n-6 fatty acids in the phospholipids,17 suggesting that a specific ratio of n-3 to n-6 fatty acids is important in reducing endothelial activation.

It also appears that the reduction in cell surface expression of the transcriptional n-3 fatty acids may be due to modulation at the transcriptional level, given the finding of a reduced level of cell adhesion molecule messenger RNA after incubation with n-3 fatty acids.18

As fish oils favourably influence many of the mechanisms involved in atherogenesis, they are attractive candidates for therapy in atherosclerotic high-risk subjects," and we have previously described20,21 a protocol for the enhanced exchange of n-3 for n-6 PUFA in serum phospholipids when fish oil is administered (together with intermittent one-day fasting), promoting the depletion of n-6 PUFA and subsequent increase of n-3 PUFA concentration during fish oil supplementation. This resulted in an increased level of 20:5 n-3 eicosapentaenoic acid (EPA) and 22:6 n-3 docosahexaenoic acid (DHA) and a decrease in serum arachidonic acid (AA) in just 13 days, compared to at least 12 weeks in other studies.22-24

The use of this procedure (using 9 g/day fish oil) in hypertensive patients causes a significant reduction in systolic/diastolic blood pressure (BP), serum triglycerides, and platelet aggregation on the extracellular matrix. Positive family history increases an offspring's cardiovascular risk.25

The aim of this study is to investigate whether or not healthy offspring of CHD patients do have reduced endothelial-dependent vasodilatation, what the effect of our protocol using high doses of fish oil will be, bearing in mind that it has already proved beneficial for enhanced exchange of n-3 for n-6 PUFA on endothelial-dependent vasodilatation. Here, the nitric oxide system, brachial flow-mediated vasodilatation measurement, plasma lipids and fibrinogen are determined as markers of endothelial function and atherosclerosis.

HokBen

untung gw udah mengurangi kopi.... (dari segelas per hari jadi segelas perminggu)... walau seminggu pertama ga ngopi kepala jadi agak pusing (sugesti doang ato ada efek tubuh kecanduan kafein?)

oot dikit, soal makan ikan bisa memperlebar pembuluh darah, apa berarti makan ikan/minyak ikan baik untuk mencegah hipertensi?

FZ

Mengenai kecanduan kafein sudah saya jelaskan di thread lain mengenai analog dengan adenosin.

Saya pribadi lebih melihat ke minyak ikannya yang mengandung asam lemak tak jenuh, itu yang lebih berperan seh. Mengenai ikannya, tergantung teknik pengolahannya, jika digoreng dengan minyak curah, ya sama saja bohong.. tapi misalnya diproses dengan hiegenis, cukup baik dikonsumsi..