Kalau perenungan tentang Dhammanussati itu merenungi apa sajakah ?

Started by g.citra, 22 October 2009, 11:00:25 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

g.citra

Quote from: Kainyn_Kutho on 02 November 2009, 10:56:14 AM
Apakah hanya karena seseorang adalah orang awam, berarti tidak pernah merasakan tidak puas, sedih, penderitaan, dan lain-lain? Semua itulah dukkha, hanya beda bahasa saja.

Lalu mengenai SUMBERNYA (asal mulanya) ?
Apakah orang awam akan mengerti begitu saja kalau hanya dijelaskan bahwa keinginan adalah asal mula dukkha ?
Dan juga apakah orang awam akan mampu menerima kalau "tidak menenun" adalah tentang lenyapnya dukkha ?

Quote from: Kainyn_Kutho on 02 November 2009, 10:56:14 AM
Penjelasan dari Bhagava bervariasi tergantung siapa yang diajak bicara. Bhagava tidak mungkin berbicara tentang penderitaan putus cinta bagi mereka yang memang hidup selibat.

Apakah yang disebut 'variasi' ini, termasuk Beliau membicarakan hal-hal lainnya ?

K.K.

Quote from: g.citra on 02 November 2009, 11:20:11 AM
Lalu mengenai SUMBERNYA (asal mulanya) ?
Apakah orang awam akan mengerti begitu saja kalau hanya dijelaskan bahwa keinginan adalah asal mula dukkha ?
Dan juga apakah orang awam akan mampu menerima kalau "tidak menenun" adalah tentang lenyapnya dukkha ?

Mengerti atau tidaknya suatu penyampaian dhamma tergantung yang dijelaskan dan yang menjelaskan. Kalau yang dijelaskan adalah orang pandir memang sepertinya sulit. Juga kalau yang menjelaskan adalah orang yang hanya menghafal textbook, akan susah penyampaiannya.



Quote
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 November 2009, 10:56:14 AM
Penjelasan dari Bhagava bervariasi tergantung siapa yang diajak bicara. Bhagava tidak mungkin berbicara tentang penderitaan putus cinta bagi mereka yang memang hidup selibat.

Apakah yang disebut 'variasi' ini, termasuk Beliau membicarakan hal-hal lainnya ?
'Variasi' tersebut berasal dari keragaman pandangan orang yang diajak bicara itu sendiri. Bisa saja mencakup pembicaraan hal-hal lain.


g.citra

Quote from: Kainyn_Kutho on 02 November 2009, 12:00:21 PM
Mengerti atau tidaknya suatu penyampaian dhamma tergantung yang dijelaskan dan yang menjelaskan. Kalau yang dijelaskan adalah orang pandir memang sepertinya sulit. Juga kalau yang menjelaskan adalah orang yang hanya menghafal textbook, akan susah penyampaiannya.

:)) ... Kayaknya yang itu emang begitu tuh ... :))
Kalau penjelasan Dhamma kepada orang-orang yang 'setengah pandir' gimana tuh ?
Apa di jabarkan dulu tentang pengertian akhir dukkhanya ?
Nah kalau memang begitu, apa penjabaran panjang x lebar itu gak termasuk ajaran ?

oh ya, baru keingetan ... mengenai definisi yang anda telah sebut

QuoteBuddha-dhamma adalah dhamma yang hanya diajarkan oleh seorang Buddha, tidak oleh yang lain, yaitu Kebenaran tentang Dukkha.

Apakah ini berarti saat ini sudah tidak ada lagi Buddha-Dhamma ?

Quote from: Kainyn_Kutho on 02 November 2009, 10:56:14 AM
'Variasi' tersebut berasal dari keragaman pandangan orang yang diajak bicara itu sendiri. Bisa saja mencakup pembicaraan hal-hal lain.

Lalu variasinya tersebut masih termasuk Buddha-Dhamma ? Kalau tidak, Buat apa Sang Bhagava membuat 'variasi' dalam memberikan kotbah ?

K.K.

Quote from: g.citra on 02 November 2009, 08:47:00 PM
:)) ... Kayaknya yang itu emang begitu tuh ... :))
Kalau penjelasan Dhamma kepada orang-orang yang 'setengah pandir' gimana tuh ?
Apa di jabarkan dulu tentang pengertian akhir dukkhanya ?
Nah kalau memang begitu, apa penjabaran panjang x lebar itu gak termasuk ajaran ?

Salah satu kriteria menyampaikan dhamma dengan benar adalah "secara bertahap". Penjelasan dhamma tidak punya harga mati harus ini dulu baru itu. Jika seseorang hanya mampu mencerna sedikit, maka kita jelaskan yang sedikit tersebut. Orang-orang setengah pandir mungkin belum mampu mencerna sampai kebenaran dukkha, maka kita menjelaskan sejauh kemampuannya menerima saja, apa pun itu. 


Quoteoh ya, baru keingetan ... mengenai definisi yang anda telah sebut

QuoteBuddha-dhamma adalah dhamma yang hanya diajarkan oleh seorang Buddha, tidak oleh yang lain, yaitu Kebenaran tentang Dukkha.

Apakah ini berarti saat ini sudah tidak ada lagi Buddha-Dhamma ?

Maksud definisi tersebut adalah dhamma-dhamma yang lain (seperti hukum kamma, moralitas, dsb) bisa "ditemukan" oleh siapa pun, tetapi kebenaran tentang dukkha dan terhentinya dukkha hanya "ditemukan" dan diajarkan oleh seorang Buddha.



Quote
Quote from: Kainyn_Kutho on 02 November 2009, 10:56:14 AM
'Variasi' tersebut berasal dari keragaman pandangan orang yang diajak bicara itu sendiri. Bisa saja mencakup pembicaraan hal-hal lain.

Lalu variasinya tersebut masih termasuk Buddha-Dhamma ? Kalau tidak, Buat apa Sang Bhagava membuat 'variasi' dalam memberikan kotbah ?
Variasi tersebut hanyalah sebuah media, tidak bisa dikatakan Buddha-dhamma itu sendiri. Saya beri contoh sederhana, misalnya Cula-panthaka yang disuruh oleh Buddha menyeka mukanya menghadap matahari sambil berucap "Rajoharanam", dan akhirnya ia menangkap inti Buddha-dhamma tersebut. Apakah menyeka muka menghadap matahari sambil meracau "Rajoharanam" anda katakan Buddha-dhamma? Saya katakan tidak. Itu adalah suatu media, suatu variasi yang digunakan Buddha untuk menyampaikan Buddha-dhamma.


g.citra

:)) ... bro Kai ...

Makin jauh saya diskusi dengan anda, ada manfaat yang membuat saya semakin yakin pada Buddha-Dhamma ... :))
Semoga yang lain dapat merasakan juga manfaat dari orolan kita kali ini ...

Anumodana ... _/\_

K.K.

Quote from: g.citra on 03 November 2009, 12:28:05 PM
:)) ... bro Kai ...

Makin jauh saya diskusi dengan anda, ada manfaat yang membuat saya semakin yakin pada Buddha-Dhamma ... :))
Semoga yang lain dapat merasakan juga manfaat dari orolan kita kali ini ...

Anumodana ... _/\_


Semoga demikian adanya. :)
Anumodana _/\_