Kalau perenungan tentang Dhammanussati itu merenungi apa sajakah ?

Started by g.citra, 22 October 2009, 11:00:25 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

Quote from: upasaka on 31 October 2009, 11:07:31 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 31 October 2009, 11:06:15 AM
Quote from: upasaka on 31 October 2009, 10:55:39 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 31 October 2009, 10:26:53 AM
Quote from: g.citra on 30 October 2009, 05:40:33 PM
Lalu menurut anda yang mana yang termasuk Buddha-Dhamma sesungguhnya ? Apa hanya dukkha dan jalan melenyapkan dukkha ?

Ya, betul.


Buddhadhamma secara spesifik adalah 4 Kebenaran Mulia. :)
Bro Kainyn setuju?

Ya setuju.
Pembahasannya bisa ke Tilakkhana, bisa ke khanda, bisa ke Salayatana, bisa ke mana-mana, tapi intinya adalah 4 Kebenaran Mulia tersebut.


Bisa ke JMB8 juga?

Bisa. Ke hukum kamma juga bisa. Ke Asubha juga bisa. Tidak terlalu tergantung pada topik, tetapi pada cara penyampaiannya.

Nevada

Quote from: Kainyn_KuthoBisa. Ke hukum kamma juga bisa. Ke Asubha juga bisa. Tidak terlalu tergantung pada topik, tetapi pada cara penyampaiannya.

Maksudnya, apakah ehipassiko bisa menjangkau sampai JMB8?

K.K.

Quote from: upasaka on 31 October 2009, 11:16:14 AM
Quote from: Kainyn_KuthoBisa. Ke hukum kamma juga bisa. Ke Asubha juga bisa. Tidak terlalu tergantung pada topik, tetapi pada cara penyampaiannya.

Maksudnya, apakah ehipassiko bisa menjangkau sampai JMB8?

Belum tentu. Tergantung apa yang dibahas dan bagaimana cara membahasnya. Penyampaian Buddha-dhamma selalu bersifat "ehipassiko", namun medianya tidak. Misalnya pandangan benar, lawan dari pandangan salah. Apakah pembuktian 62 pandangan salah menurut Brahmajala Sutta memiliki sifat ehipassiko? Saya rasa tidak.


Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 31 October 2009, 11:30:53 AM
Quote from: upasaka on 31 October 2009, 11:16:14 AM
Quote from: Kainyn_KuthoBisa. Ke hukum kamma juga bisa. Ke Asubha juga bisa. Tidak terlalu tergantung pada topik, tetapi pada cara penyampaiannya.

Maksudnya, apakah ehipassiko bisa menjangkau sampai JMB8?

Belum tentu. Tergantung apa yang dibahas dan bagaimana cara membahasnya. Penyampaian Buddha-dhamma selalu bersifat "ehipassiko", namun medianya tidak. Misalnya pandangan benar, lawan dari pandangan salah. Apakah pembuktian 62 pandangan salah menurut Brahmajala Sutta memiliki sifat ehipassiko? Saya rasa tidak.

Kita sudah setuju bahwa Buddhadhamma itulah yang disampaikan dalam Dhammanusati. Dhammanusati bersifat ehipassiko. Maka Buddhadhamma juga bersifat ehipassiko. Buddhadhamma hakikatnya adalah 4 Kebenaran Mulia. Maka berarti 4 Kebenaran Mulia bersifat ehipassiko.

4 Kebenaran Mulia itu terdiri dari "kenyataan tentang dunia, asal mula dunia, terhentinya dunia, dan jalan menuju terhentinya dunia."

Kenyataan tentang dunia membahas realita tilakkhana. Asal mula dunia membahas tentang paticcasamuppada. Terhentinya dunia membahas tentang adanya Nibbana. Jalan menuju terhentinya dunia mengajarkan Jalan Mulia Beruas Delapan (JMB8).

Kembali pada kesepakatan pendapat kita. Kalau 4 Kebenaran Mulia bersifat ehipassiko, maka dalam hal ini... JMB8 juga seharusnya bersifat ehipassiko.

Apakah Anda setuju kalau JMB8 juga bersifat ehipassiko?

K.K.

Quote from: upasaka on 31 October 2009, 11:41:31 AM
Kita sudah setuju bahwa Buddhadhamma itulah yang disampaikan dalam Dhammanusati. Dhammanusati bersifat ehipassiko. Maka Buddhadhamma juga bersifat ehipassiko. Buddhadhamma hakikatnya adalah 4 Kebenaran Mulia. Maka berarti 4 Kebenaran Mulia bersifat ehipassiko.

4 Kebenaran Mulia itu terdiri dari "kenyataan tentang dunia, asal mula dunia, terhentinya dunia, dan jalan menuju terhentinya dunia."

Kenyataan tentang dunia membahas realita tilakkhana. Asal mula dunia membahas tentang paticcasamuppada. Terhentinya dunia membahas tentang adanya Nibbana. Jalan menuju terhentinya dunia mengajarkan Jalan Mulia Beruas Delapan (JMB8).

Kembali pada kesepakatan pendapat kita. Kalau 4 Kebenaran Mulia bersifat ehipassiko, maka dalam hal ini... JMB8 juga seharusnya bersifat ehipassiko.

Apakah Anda setuju kalau JMB8 juga bersifat ehipassiko?

Sekali lagi, belum tentu.
Jika bahasannya adalah kandungan Buddha-dhamma dalam JMB 8, maka bersifat ehipassiko.
Jika bahasannya adalah aturan-aturan dalam JMB 8, maka sifatnya doktriniah, kalau bukan dogmatis.


Nevada

Quote from: Kainyn_KuthoSekali lagi, belum tentu.
Jika bahasannya adalah kandungan Buddha-dhamma dalam JMB 8, maka bersifat ehipassiko.
Jika bahasannya adalah aturan-aturan dalam JMB 8, maka sifatnya doktriniah, kalau bukan dogmatis.

Ehipassiko arti tepatnya adalah mencoba mempraktikkan dan melihat hasilnya. Sang Buddha menganjurkan hal ini pada banyak orang untuk dapat melihat kebenaran dari ajaran-Nya. Sehingga seringkali orang menyatakan bahwa ehipassiko adalah pembuktian terhadap Buddhadhamma. Dan perlu dinyatakan lebih jelas lagi, bahwa ehipassiko berbicara dalam konteks diri sendiri (egosentris).

Sekarang mengenai JMB8... apakah kita bisa membuktikan kebenaran JMB8 (ehipassiko)?

Seperti pendapat Anda, Hukum Kamma tidak bisa dibuktikan. Reaksi-reaksi yang muncul akibat dari sebuah perbuatan hanya mekanisme sosial dan sebab-akibat rasional. Oleh karena itu Anda menolak pernyataan bahwa Hukum Kamma bisa dibuktikan.

Sekarang yang kita ketahui, Sang Buddha sendiri secara implisit mengundang orang-orang untuk membuktikan (ehipassiko) kebenaran dari JMB8. Saya pikir buah nyata yang langsung terlihat dari Jalan Mulia Beruas Delapan tidak Anda anggap sebagai 'bukti'. Dalam berbagai kisah di Sutta, diceritakan bahwa JMB8 dapat mengakibatkan buah kebahagiaan tertinggi; tapi nanti.

Jadi menurut Anda, apakah JMB8 bisa dibuktikan atau tidak?

K.K.

Quote from: upasaka on 31 October 2009, 12:06:31 PM
Quote from: Kainyn_KuthoSekali lagi, belum tentu.
Jika bahasannya adalah kandungan Buddha-dhamma dalam JMB 8, maka bersifat ehipassiko.
Jika bahasannya adalah aturan-aturan dalam JMB 8, maka sifatnya doktriniah, kalau bukan dogmatis.

Ehipassiko arti tepatnya adalah mencoba mempraktikkan dan melihat hasilnya. Sang Buddha menganjurkan hal ini pada banyak orang untuk dapat melihat kebenaran dari ajaran-Nya. Sehingga seringkali orang menyatakan bahwa ehipassiko adalah pembuktian terhadap Buddhadhamma. Dan perlu dinyatakan lebih jelas lagi, bahwa ehipassiko berbicara dalam konteks diri sendiri (egosentris).

Sekarang mengenai JMB8... apakah kita bisa membuktikan kebenaran JMB8 (ehipassiko)?

Seperti pendapat Anda, Hukum Kamma tidak bisa dibuktikan. Reaksi-reaksi yang muncul akibat dari sebuah perbuatan hanya mekanisme sosial dan sebab-akibat rasional. Oleh karena itu Anda menolak pernyataan bahwa Hukum Kamma bisa dibuktikan.

Sekarang yang kita ketahui, Sang Buddha sendiri secara implisit mengundang orang-orang untuk membuktikan (ehipassiko) kebenaran dari JMB8. Saya pikir buah nyata yang langsung terlihat dari Jalan Mulia Beruas Delapan tidak Anda anggap sebagai 'bukti'. Dalam berbagai kisah di Sutta, diceritakan bahwa JMB8 dapat mengakibatkan buah kebahagiaan tertinggi; tapi nanti.

Jadi menurut Anda, apakah JMB8 bisa dibuktikan atau tidak?

JMB 8 dibuktikan apanya? Bisa membawa orang mencapai nibbana?
Lebih baik dicari tahu terlebih dahulu bagaimana caranya membuktikan seseorang telah Sotapanna (tidak usah muluk-muluk arahat) kepada orang lain.

Kalau benar sudah ada caranya, baru kita diskusikan kembali apakah bisa dibuktikan JMB 8 yang menuntun Sotapanna tersebut.

Nevada

Quote from: Kainyn_KuthoJMB 8 dibuktikan apanya? Bisa membawa orang mencapai nibbana?
Lebih baik dicari tahu terlebih dahulu bagaimana caranya membuktikan seseorang telah Sotapanna (tidak usah muluk-muluk arahat) kepada orang lain.

Kalau benar sudah ada caranya, baru kita diskusikan kembali apakah bisa dibuktikan JMB 8 yang menuntun Sotapanna tersebut.

Itu yang saya maksud.

Ehipassiko tidak bisa diterapkan untuk memamerkan bukti ke orang lain. Ehipassiko harus dialami sendiri. Pembuktian Buddhadhamma hanya dapat diselami oleh batin masing-masing.

Bahkan dulu Suku Sakya sendiri tidak percaya kalau Pangeran Siddhattha sudah menjadi Sammasambuddha. Sehingga Beliau perlu menunjukkan keajaiban ganda; dan akhirnya Suku Sakya pun mau percaya.

char101

Kalau menurut definisi Visuddhimagga ehipassiko itu artinya [berharga] untuk mengundang seseorang untuk datang dan melihat [sendiri], jadi bukan masalah pembuktian benar atau salah. Entah mengapa definisinya jadi buktikan baru percaya (kalau sudah percaya buat apa minta bukti ;D), padahal percaya itu salah satu faktor dalam praktek (saddha-indriya). Kita tidak akan melakukan sesuatu yang tidak kita percaya akan membawa manfaat.

Quote
[Inviting of inspection:] it is worthy of an invitation to inspect (ehipassa-vidhi) given thus: 'Come and see this Dhamma' (ehi passa imam. dhammam.), thus it is 'inviting of inspection' (ehipassika). But why is it worthy of this invitation? Because it is found and because of its purity. For if a man has said that there is money or gold in an empty fist, he cannot say 'Come and see it'. Why not? Because it is not found. And on the other hand, while dung or urine may well be found, a man cannot, for the purpose of cheering the mind by exhibiting beauty, say 'Come and see this'; on the contrary, they have to be covered up with grass and leaves. Why? Because of their impurity. But this ninefold supramundane Dhamma is actually found as such in its individual essence, and it is as pure as the full moon's disk in a cloudless sky, as a gem of pure water on bleached cloth. [207] Consequently, it is worthy of the invitation to inspect since it is found and pure, thus it is 'inviting of inspection'.

Vism. 216-217

Untuk keterangan sifat-sifat Dhamma lainnya, ada transkrip Dhammanussati dari Visuddhimagga di

http://sites.google.com/site/earlypalisutta/commentaries

g.citra

Quote from: Kainyn_Kutho on 31 October 2009, 10:26:53 AM
Quote from: g.citra on 30 October 2009, 05:40:33 PM
Lalu menurut anda yang mana yang termasuk Buddha-Dhamma sesungguhnya ? Apa hanya dukkha dan jalan melenyapkan dukkha ?

Ya, betul.

Bro Kai,
Daripada nanti anda bilang saya gak nyambung lagi, mending anda terjemahkan dulu definisi Buddha-Dhamma ...

K.K.

Quote from: upasaka on 31 October 2009, 01:36:19 PM
Itu yang saya maksud.

Ehipassiko tidak bisa diterapkan untuk memamerkan bukti ke orang lain. Ehipassiko harus dialami sendiri. Pembuktian Buddhadhamma hanya dapat diselami oleh batin masing-masing.

Bahkan dulu Suku Sakya sendiri tidak percaya kalau Pangeran Siddhattha sudah menjadi Sammasambuddha. Sehingga Beliau perlu menunjukkan keajaiban ganda; dan akhirnya Suku Sakya pun mau percaya.
Ya, saya setuju. Pembuktian Buddha-dhamma memang kepada diri sendiri, namun tetap bisa dibuktikan di sini dan sekarang. Dhamma yang lain, misalnya hukum kamma, belum tentu demikian (tidak perlu diperpanjang jika ada pendapat lain bahwa dirinya mengetahui dengan pasti kamma dan vipakanya).

Demikian pula JMB 8, jika bahasannya adalah aturan2 doktriniah. Misalnya seseorang punya pekerjaan penjagal yang tentu tidak sesuai dengan mata pencaharian benar namun hanya itu keahliannya. Jika dia berhenti bekerja, belum tentu bisa dibuktikan hasilnya adalah kebahagiaan. Mengapa? Karena bukan Buddha-dhamma yang dikenalkan di situ, hanya doktrin dan aturan-aturan.




Quote from: g.citra on 31 October 2009, 01:59:38 PM
Bro Kai,
Daripada nanti anda bilang saya gak nyambung lagi, mending anda terjemahkan dulu definisi Buddha-Dhamma ...

Buddha-dhamma adalah dhamma yang hanya diajarkan oleh seorang Buddha, tidak oleh yang lain, yaitu Kebenaran tentang Dukkha.

gajeboh angek

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

K.K.

Quote from: gachapin on 02 November 2009, 09:56:04 AM
dan jalan menuju lenyapnya dukkha

Ya, maksudnya memang Kebenaran Dukkha secara keseluruhan, dari akar sampai lenyapnya Dukkha.

g.citra

Quote from: Kainyn_Kutho on 02 November 2009, 09:45:59 AM
Quote from: g.citra on 31 October 2009, 01:59:38 PM
Bro Kai,
Daripada nanti anda bilang saya gak nyambung lagi, mending anda terjemahkan dulu definisi Buddha-Dhamma ...

Buddha-dhamma adalah dhamma yang hanya diajarkan oleh seorang Buddha, tidak oleh yang lain, yaitu Kebenaran tentang Dukkha.

Pertanyaan lanjutan:
Darimana orang awam tau tentang dukkha ?
Darimana orang awam tau tentang asal mula dukkha ?
Darimana orang awam tau tentang lenyapnya dukkha ?
Penjelasan apakah yang di Ajarkan Sang Bhagava kepada orang awam saat itu mengenai ketiga hal ini ?

K.K.

Quote from: g.citra on 02 November 2009, 10:30:32 AM
Pertanyaan lanjutan:
Darimana orang awam tau tentang dukkha ?
Darimana orang awam tau tentang asal mula dukkha ?
Darimana orang awam tau tentang lenyapnya dukkha ?
Penjelasan apakah yang di Ajarkan Sang Bhagava kepada orang awam saat itu mengenai ketiga hal ini ?

Apakah hanya karena seseorang adalah orang awam, berarti tidak pernah merasakan tidak puas, sedih, penderitaan, dan lain-lain? Semua itulah dukkha, hanya beda bahasa saja.

Penjelasan dari Bhagava bervariasi tergantung siapa yang diajak bicara. Bhagava tidak mungkin berbicara tentang penderitaan putus cinta bagi mereka yang memang hidup selibat.