Pria Ini Bakar Orangtua dan Adiknya

Started by Sunya, 23 January 2013, 07:52:22 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Sunya

Quote from: williamhalim on 27 January 2013, 08:49:36 AM
Saya juga bisa membakar rumah, dan setelahnya mengatakan "tidak sadar melakukannya"

Seringkali sy baca berita, bahwa setelah pelaku membunuh anaknya, atau membunuh orang tuanya, atau membakar rumahnya... setelah ditangkap mengakuny7a:
- tidak sadar melakukannya
- mendapat bisikan setan
.. dan alasan2 lain sejenis yg intinya adalah: melarikan diri dari tanggung jawab.

Tidak ada bukti bahwa dia tidak sadar saat melakukan perbuatan tsb.

Orang kalau sudah kepepet melakukan kesalahan, mengakunya nggak sadar, nggak sengaja, nggak tau.. tapi kalo giliran dikasih duit, langsung deh sadar terus..  nggak pernah orang nggak sadar giliran mo dikasih duit


::

Setahu saya, ada kasus orang memenangkan undian dan langsung tidak sadar (pingsan).

Kasus nyata:
1. Ibu teman saya pernah kehilangan sejumlah uang (cukup besar, di atas 100 juta rupiah) akibat modus kejahatan hipnotis di ATM.
2. Adik saya semasa kecil punya kebiasaan berjalan di waktu tidur (tengah malam, di saat sedang tertidur pulas).

Setahu saya, dari kedua kasus di atas tidak mungkin Ibu teman saya berbohong, dan/atau adik saya juga berbohong, sebab disaksikan langsung oleh anggota keluarga lain.

Lalu ada juga kasus lebih umum, misalnya mengambil guling yang terjatuh saat tidur, atau menggertakkan gigi saat tidur (sleep bruxism). Kejadian seperti ini juga biasanya tidak disadari pelakunya (atau setengah sadar).

Ada kondisi otak dimana frekuensinya menurun dari normal (Beta) ke lebih rendah (Alpha, Theta, atau Delta), dan tingkat kesadaran si subyek akan menurun seiring menurunnya frekuensi gelombang otak tersebut.

Maka kasus-kasus kerasukan, trance, kondisi meditatif, dsb, yang sulit dijelaskan dengan akal sehat, sebenarnya bermain dalam tingkat kesadaran lebih bawah (atau umumnya disebut kondisi bawah sadar, subconscious). Pada kondisi ini, pikiran pelaku akan amat minim mengontrol perbuatannya, sehingga pada kondisi sadar (Beta), dia (pelaku/subyek) sulit mengingat maupun (apalagi) menjelaskan tindakannya saat dalam kondisi "tidak sadar" tersebut.

Secara spiritual, umumnya disebut kesadarannya diambil alih (dikontrol) oleh kesadaran lain. Secara Buddhisme, sebenarnya amat erat berkaitan dengan konsep anatta, dimana diri ini hanyalah gabungan unsur-unsur yang tercipta dari proses (perbuatan) sebelumnya. Dan ketika proses sebelumnya mengakibatkan (menghasilkan) dampak sedemikian rupa, misalnya rangkaian sebab dan akibatnya pas (tepat), maka itulah yang terjadi.

Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya ini juga terjadi di level awam, misalnya karyawan sulit membantah perintah bos/atasan, anak sulit membantah permintaan orang tua, dsb... dimana andil/peran si pelaku dalam menentukan keputusan (pilihan hidup) amat minim karena diintervensi oleh kesadaran (pikiran) lain.

Demikian. Mohon tambahan dan koreksinya.

Salam.  _/\_

Sunyata

Jujur saja, saya pernah melihat sepupu saya berjalan saat tidur. Dia bangkit dari tempat tidur lalu menjedotkan kepalanya ke lemari. Meskipun dengan jelas saya lihat bahwa matanya masih tertutup.

williamhalim

Quote from: Sunya on 27 January 2013, 11:07:21 AM
Setahu saya, ada kasus orang memenangkan undian dan langsung tidak sadar (pingsan).

Kasus nyata:
1. Ibu teman saya pernah kehilangan sejumlah uang (cukup besar, di atas 100 juta rupiah) akibat modus kejahatan hipnotis di ATM.
2. Adik saya semasa kecil punya kebiasaan berjalan di waktu tidur (tengah malam, di saat sedang tertidur pulas).

Setahu saya, dari kedua kasus di atas tidak mungkin Ibu teman saya berbohong, dan/atau adik saya juga berbohong, sebab disaksikan langsung oleh anggota keluarga lain.

itukan pingsan gara2 shock.. pikiran shock atau tubuh shock, yabisa pingsan..
beda dengan kasus melakukan sesuatu secara bertahap dan kemudian mengaku tidak sadar waktu melakukan tahapan tsb...

Quote
Lalu ada juga kasus lebih umum, misalnya mengambil guling yang terjatuh saat tidur, atau menggertakkan gigi saat tidur (sleep bruxism). Kejadian seperti ini juga biasanya tidak disadari pelakunya (atau setengah sadar).

Betul, setengah sadar melakukannya, kadang tidak ingat..
Setengah Sadar, Bawah Sadar, adalah istilah sehari2.
Kalo ditilik dari Buddhisme, khususnya Abhidhamma, dijelaskan bahwa tidak ada tindakan yg kita lakukan tanpa didorong oleh cetana.. Bedanya hanya di kesadaran kuat atau lemah. Kalau kesadaran sedang kuat dalam melakukan sesuatu, maka kita akan ingat, kalau kesadaran terpecah (tidak fokus) kita akan setengah ingat, kalau kesadaran sangat lemah sekali kita bisa tidak ingat apa yg telah kita lakukan..

Jika tertarik mempelajari hal ini lebih dalam, bisa membuka lembaran2 Abhdihamma mengenai proses citta.. ada dijelaskan tahapan2 mental dalam melakukan sesuatu: ada citta yg berfungsi mencatat (tadaramancitta, sy lupa2 ingat).. kadang kalau kesadaran sedang lemah, proses pikiran kita tidak sampai pada tahapan pencatatan ini (ini yg kita bilang lupa)... Lalu ada citta yg fungsinya hanya sebagai penyambung ke citta berikutnya, dstnya...

Quote
Ada kondisi otak dimana frekuensinya menurun dari normal (Beta) ke lebih rendah (Alpha, Theta, atau Delta), dan tingkat kesadaran si subyek akan menurun seiring menurunnya frekuensi gelombang otak tersebut.

Maka kasus-kasus kerasukan, trance, kondisi meditatif, dsb, yang sulit dijelaskan dengan akal sehat, sebenarnya bermain dalam tingkat kesadaran lebih bawah (atau umumnya disebut kondisi bawah sadar, subconscious). Pada kondisi ini, pikiran pelaku akan amat minim mengontrol perbuatannya, sehingga pada kondisi sadar (Beta), dia (pelaku/subyek) sulit mengingat maupun (apalagi) menjelaskan tindakannya saat dalam kondisi "tidak sadar" tersebut.

Secara spiritual, umumnya disebut kesadarannya diambil alih (dikontrol) oleh kesadaran lain. Secara Buddhisme, sebenarnya amat erat berkaitan dengan konsep anatta, dimana diri ini hanyalah gabungan unsur-unsur yang tercipta dari proses (perbuatan) sebelumnya. Dan ketika proses sebelumnya mengakibatkan (menghasilkan) dampak sedemikian rupa, misalnya rangkaian sebab dan akibatnya pas (tepat), maka itulah yang terjadi.

Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya ini juga terjadi di level awam, misalnya karyawan sulit membantah perintah bos/atasan, anak sulit membantah permintaan orang tua, dsb... dimana andil/peran si pelaku dalam menentukan keputusan (pilihan hidup) amat minim karena diintervensi oleh kesadaran (pikiran) lain.

Bahasa sehari2 kita dan penjelasan sains, cukup banyak bedanya dengan analisa kesadaran di Abhidhamma... Dapat sy katakan bahwa Abhidhamma lebih memuaskan menjelaskan misteri pikiran ketimbang sains, tentu saja jika sanggup membaca bbrp buku Abhdihamma yg njelimet itu...

Sy sendiri tidak terlalu membaca terlalu jauh buku2 tsb, krn skala prioritas juga... Sementara ini sutta2 dan praktik sederhana sehari2 lebih menarik perhatian sy ketimbang mendalami psikologi Abhdihamma

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Sunya

Saya mau tanya, rekan William. Karma yang dihasilkan dari kesadaran kuat ataupun lemah, apakah sama kualitasnya?

Setahu saya, dalam supranatural ada yang namanya kerasukan, atau dikendalikan. Jika ini masih disebut juga memiliki niat (cetana), maka (asumsi kita) niat (cetana)-nya lemah. Apa nilai karmanya juga sama?

Mohon pendapatnya.

_/\_

Sunya

Sekedar info tambahan, otot bisa berkontraksi di luar keinginan subyek (contoh paling sederhana; gemetar, menggigil).

Selain itu, di masa depan teknologi pengendali pikiran jarak jauh juga marak, dimana fungsi tubuh dikendalikan orang lain secara terpisah di luar keinginan si pemilik tubuh.

Berikut contoh eksperimennya:

Helm Ini Dapat Mengendalikan Pikiran Pemakainya 

TEMPO.CO, Cambridge - Peneliti Massachusetts Institute of Technology (MIT) menciptakan perangkat elektronik yang mampu mengendalikan pikiran. Perangkat yang dipasang di kepala seperti sebuah helm ini telah diujicobakan kepada tikus.

Perangkat pengendali pikiran tersebut terdiri atas dua papan sirkuit dan sebuah antena. Ketika diujicobakan kepada tikus, peneliti bisa mengendalikan perilaku binatang dari jarak jauh hanya menggunakan cahaya.

"Cahaya berfungsi mengaktifkan neuron khusus yang berada di dalam jaringan saraf," ujar salah seorang peneliti dari Department of Electrical Engineering and Computer Science MIT, Christian Wentz.

Inovasi yang dilakukan Wentz bersama tim penelitinya adalah bagian dari bidang pengetahuan optogenetika. Bidang ini menggabungkan pengetahuan optik dan ilmu genetika yang berguna untuk mempelajari pengendalian sel menggunakan cahaya.

Untuk mengendalikan pikiran, peneliti menelaah protein khusus dan sel saraf yang sensitif terhadap rangsangan cahaya. Protein akan membuka ketika terpapar cahaya sehingga memungkinkan ion masuk ke dalam sel saraf.

Dengan menempelkan protein pada titik yang tepat, peneliti bisa menghidupkan bagian otak tertentu. Teknik ini memungkinkan peneliti membangkitkan perilaku seksual atau agresivitas, yang membuat binatang berjalan melingkar.

Perangkat pengendali pikiran ini tidak menggunakan baterai sebagai sumber energi. Wentz memanfaatkan medan magnet untuk menginduksi antena yang menempel di kepala tikus. Induksi magnetik inilah yang memberi tenaga bagi 16 LED yang diletakkan di helm. Cahaya dari LED ini cukup untuk mengendalikan neuron tertentu pada otak tikus.

Sebuah perangkat lunak ditanam dalam papan sirkuit dan terhubung dengan komputer. Wentz memprogram agar cahaya biru menyinari bagian otak yang mengendalikan aktivitas gerak tikus. Tikus sendiri akan bergerak ke kiri jika lampu biru menyala. "Dengan cara ini, kami bisa mengendalikan gerakan tikus," dia memaparkan.

Tak hanya mengendalikan gerakan tikus, peneliti juga merekam semua aktivitas sel saraf yang terpapar cahaya. Rekaman ini akan dimanfaatkan untuk menguak sensitivitas tikus.

http://www.tempo.co/read/news/2011/07/04/095344762/Helm-Ini-Dapat-Mengendalikan-Pikiran-Pemakainya


Di luar dari itu tentunya masih ada; hipnotis, sudah ada di masa sekarang, dan juga saya berikan contoh (kasus) nyatanya. Mungkin Anda kurang percaya, tapi ini sudah sangat sering terjadi (digunakan sebagai salah satu modus kejahatan).

Oke, mohon pendapat dan tanggapannya.

Salam persahabatan dari saya.  _/\_

williamhalim

Quote from: Sunya on 29 January 2013, 02:37:54 AM
Saya mau tanya, rekan William. Karma yang dihasilkan dari kesadaran kuat ataupun lemah, apakah sama kualitasnya?

yah jelas bedalah
- Dalam meditasi, jika kesadaran kuat, kita akan sebentar saja udah memasuki kondisi konsentrasi terpusat.. beda kalo kesadran lagi lemah, sebentar aja sudah ketiduran atau pikiran bermenung berkeliaran kemana2..
- Dalam berdana, jika dilakukan dengan pemahaman benar dan pemberian yg baik, akan beda kualitasnya jika diberikan dengan terburu2, tidak konsen dan grasa-grusu... (misalnya di lampu merah, tangan kiri sambil nyerocos di hp dan tangan kanan ngambil uang receh, kasih ke pengemis..)

Jadi, jelas sekali berbeda kamma antara kesadaran kuat dan kesadaran lemah

Quote
Setahu saya, dalam supranatural ada yang namanya kerasukan, atau dikendalikan. Jika ini masih disebut juga memiliki niat (cetana), maka (asumsi kita) niat (cetana)-nya lemah. Apa nilai karmanya juga sama?

Maksudnya kamma orang yg lagi kerasukan sama dengan ....(?).....

Btw, tentu saja kesadaran kuat/lemah turut mempengaruhi kualitas suatu perbuatan

----

Sebenarnya Buddha sudah menjelaskan dengan sangat terang:
- niat yg mendahului suatu perbuatan, itulah yg disebut kamma
- niat baik, adalah kamma baik yg akan berbuah baik
- niat buruk adalah kamma buruk, yg akan berbuah buruk
- tanpa niat, bukanlah kamma

Hal2 begini harus dipahami dan direnungkan sendiri...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Sunya

Dari penjelasan Anda di atas, bisa saja orang tersebut kesadarannya lemah, dirasuki atau dikendalikan, lalu dia tidak bisa mengingat kejadian dengan jelas, bukan begitu?

Saya menarik kesimpulan dari penjelasan Anda sendiri. :)

Salam.  _/\_

williamhalim

Quote from: Sunya on 29 January 2013, 02:20:37 PM
Dari penjelasan Anda di atas, bisa saja orang tersebut kesadarannya lemah, dirasuki atau dikendalikan, lalu dia tidak bisa mengingat kejadian dengan jelas, bukan begitu?

Saya menarik kesimpulan dari penjelasan Anda sendiri. :)


Teorinya kesadaran yg lemah memang mudah dirasuki oleh kesadaran lain... dan masih teori juga: kesadaran yg sedang dirasuki ini tidak terlalu bisa melakukan hal2 yg kompleks, seperti pembunuhan, mengambil minyak, menyiram, membakar, memperkosa, dll...

Teorinya kesadaran yg sedang dirasuki hanya kelihatan hasilnya seperti menangis2, berteriak2, menggelepar2...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Sunya

Quote from: williamhalim on 29 January 2013, 05:03:52 PM
Teorinya kesadaran yg lemah memang mudah dirasuki oleh kesadaran lain... dan masih teori juga: kesadaran yg sedang dirasuki ini tidak terlalu bisa melakukan hal2 yg kompleks, seperti pembunuhan, mengambil minyak, menyiram, membakar, memperkosa, dll...

Teorinya kesadaran yg sedang dirasuki hanya kelihatan hasilnya seperti menangis2, berteriak2, menggelepar2...

::

Bagaimana dengan hipnotis? Di atas saya berikan kasus nyata dari Ibu teman saya sendiri, beliau ditipu dengan cara menarik uang dari rekening miliknya sendiri (ATM). Kasus ini cukup umum terjadi, umumnya korban seperti hilang kesadaran kognitif (logika) dan afeksi, tapi tidak kesadaran psikomotorik (keterampilan melakukan sesuatu).

Mohon pendapatnya.

Terima kasih dan salam sejahtera.  _/\_

williamhalim

Quote from: Sunya on 29 January 2013, 09:01:45 PM
Bagaimana dengan hipnotis? Di atas saya berikan kasus nyata dari Ibu teman saya sendiri, beliau ditipu dengan cara menarik uang dari rekening miliknya sendiri (ATM). Kasus ini cukup umum terjadi, umumnya korban seperti hilang kesadaran kognitif (logika) dan afeksi, tapi tidak kesadaran psikomotorik (keterampilan melakukan sesuatu).


Soal menarik uang di rekening ATM, kenalan sy sendiri juga pernah.. dia mendapat SMS yg mengatakan menang hadiah dan disuruh ke ATM terdekat.. awalnya dia konsultasi ke saya, sy bilang: jangan, itu pasti bohong. Ternyata dia tdk puas (krn memang dasarnya lobha, tujuannya konsultasi ke saya hanya untuk cari support) akhirnya dia pergi sendiri dan memang, uangnya ludes, hingga saldo minimal..

Saya juga pernah, ada pembeli yg mengaku mau menyewa, triknya adalah mengatakan: harga sewa sudah cocok dan dlm bbrp kali komunikasi, dia mengatakan sudah transfer DP.. sy cek (by phone ke kantor) ternyata belum ada.. Si penipu pura2 keheranan, dan menyuruh sy ke ATM terdekat untuk memastikan dan dia akan memandu saya... Di titik ini sy langsung menyadari ini adalah (lagi2) penipuan. Sy tidak meadeni dia lagi..

Dari 2 contoh kasus diatas, apakah ini Kasus yg sering digembar gemborkan sebagai hipnotis itu? Yah, bisa jadi dianggap hipnotis, krn korban disugesti, dibikin bingung dan diarahkan untuk melakukan sesuatu yg memang korban mau melakukannya.... dan korban juga sedang dalam kondisi TAMAK (Lobha) sehingga kehilangan akal sehat... dan jujur saja sy katakan: korban juga TOLOL (minimal pada saat itu)

Jadi, dapat Bro lihat: dalam kondisi (yg bahasa kerennya) hipnotis, kondisi batin korban adalah LOBHA, menggebu2, sehingga kehilangan akal sehat, kehilangan fokus dan kesadaran, kehilangan konsentrasi dan mudah disuruh melakukan apa saja... Dan tentu saja ada cetana korban saat mengambil kartu, menarik kartu, memasukkannya ke ATM, dstnya...

Mengaku tidak ingat sesudah kejadian? Ya, memang... bbrp karena memang shock setelah tau uangnya hilang, bbrp malu untuk mengakui ketololannya, bbrp malu mngakui tamaknya, bbrp memang sdh megap2 krn kebingungan dan konsentrasi lemah

Tapi, sy tidak berkompeten menjelaskan lebih jauh soal hipnotis, krn sy tdk mendalami hal tsb...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Sunya

Memang dalam hipnosis seorang korban (target) baru bisa dihipnotis setelah ada persetujuan dari dirinya sendiri.

Bagaimana dengan eksperimen helm pengendali pikiran? Mohon komentarnya.

Salam.  _/\_