SARAN yg "BAIK"?

Started by inJulia, 28 November 2011, 12:54:03 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

inJulia

Quote from: Indra on 28 November 2011, 02:47:40 PM
Bro, anda sudah tau apa yg sebaiknya anda lakukan, dan sejauh ini saya lihat anda juga sebenarnya menyetujui saran dari saya. anda hanya mencari dukungan, dan saya mendukung anda sepenuhnya. semoga berhasil
Maaf, bro saya baru sekarang merespon (agar lebih jelas) setelah saya post:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21568.0;message=381678

Coba di cek post tsb. Pada prinsipnya, pandangan kita sama. Tapi situasinya adalah seperti di link di atas.
jadi masalah sesungguhnya bukan mencari dukungan, karena kami sudah sepakat menyerahkan. Kami mesti dan tetap konsisten. Tapi saya pribadi mohon penjelasan. Karena merasa benar kan belum tentu benar, jadi rasa penasaran saya yg belum terjawab, saya tuangkan, berharap ada teman yg berkenan memberi masukan. Apa yg keliru dari kami sehingga tidak direspon, dan justru diberi "upper cut" (pinjam istilahnya bro Johan).  :(

_/\_

inJulia

Quote from: johan3000 on 28 November 2011, 04:57:02 PM
apakah dpt ditambahkan satu point...
   bila X meninggal, maka milik tsb kembali ke yayasan ?
Dari pengurus vihara yg baru (dulu ia termasuk anggota badan Pendiri yys kami, kmd mengundurkan diri), saya dapat info yayasan baru sudah berdiri. Selanjutnya mestinya semua masalah menjadi pengelolaan Yys yg baru. Kami tidak tahu dan tidak jelas apa yg sudah terjadi.

_/\_

Indra

Quote from: inJulia on 30 November 2011, 11:10:15 AM
Maaf, bro saya baru sekarang merespon (agar lebih jelas) setelah saya post:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21568.0;message=381678

Coba di cek post tsb. Pada prinsipnya, pandangan kita sama. Tapi situasinya adalah seperti di link di atas.
jadi masalah sesungguhnya bukan mencari dukungan, karena kami sudah sepakat menyerahkan. Kami mesti dan tetap konsisten. Tapi saya pribadi mohon penjelasan. Karena merasa benar kan belum tentu benar, jadi rasa penasaran saya yg belum terjawab, saya tuangkan, berharap ada teman yg berkenan memberi masukan. Apa yg keliru dari kami sehingga tidak direspon, dan justru diberi "upper cut" (pinjam istilahnya bro Johan).  :(

_/\_

Jika masih ada kesempatan untuk membatalkan, saya tetap menyarankan untuk membatalkan perjanjian yg tidak adil itu, tidak peduli siapa lawan saya dalam hal ini, bahkan Ketua Sangha sekali pun tidak bisa bertindak seenaknya. kalau perlu kita populerkan juga dia di sini. konsistensi itu juga harus dari kedua belah pihak.

inJulia

Quote from: Indra on 30 November 2011, 11:37:31 AM
Jika masih ada kesempatan untuk membatalkan, saya tetap menyarankan untuk membatalkan perjanjian yg tidak adil itu, tidak peduli siapa lawan saya dalam hal ini, bahkan Ketua Sangha sekali pun tidak bisa bertindak seenaknya. kalau perlu kita populerkan juga dia di sini. konsistensi itu juga harus dari kedua belah pihak.
Ada anggota kami yg menyarankan menempuh jalur hukum. Kami yakin secara hukum akan menang.
Bukan melawan Sangha, lho ya. tapi melawan Donatur tanah yg sekaligus jg anggota badan pendiri yys.


Anggota Badan Pendiri masih sisa 10 orang. (satu wafat, satu mengundurkan diri)
1 sudah ditahbiskan menjadi bhikkhu di luar negeri, balik ke Indo dan masuk menjadi anggota Sangha SSS.
Donatur tanah 1 orang.
kami ada 8 orang. Surat kami ditanda tangani 8 orang. tanpa melibatkan yg sudah menjadi anggota sangha. Kurang etis rasanya melibatkan beliau.

Tapi sejak awal kami sudah putuskan, tidak akan menempuh jalur tsb.
Cukup lewat jalur MORAL
:)



9.   APA SESUNGUHNYA OBJEK PERMASALAHAN DI YYY, VVV?

Bhante S pernah menyatakan, agar kami tidak perlu kuatir menyerahkan YYY ke SSS, karena beliau adalah pertapa yang kalau meninggal tidak akan membawa apa-apa. Di lain kesempatan beliau juga dengan kesal menyatakan, bahwa silanya selama ini bersih. Yang kami tangkap, itu beliau sampaikan agar kami tidak perlu ragu menyerahkan YYY kepada SSS. Mohon maaf dan koreksi kalau kami keliru menangkap maksud beliau.

Sepengetahuan kami, tidak ada manusia yang meninggal membawa apapun kecuali karmanya. Status pertapa, kebersihan sila, bahkan kesucian sekalipun sama sekali tidak bisa dijadikan alasan, pembenaran untuk menginginkan, mengambil yayasan pihak lain, apalagi dengan cara mendepak pendirinya. Apalagi kalau niat, cetana tersebut semakin memperuncing dan memecah belah umatnya sendiri, kesan yang muncul adalah beliau lebih mementingkan keselamatan memperoleh WEWENANG YYY dan ASSET/BANGUNAN MATI (keduniawian) daripada mencerdaskan, memandirikan, membimbing kami dan menjaga PERSATUAN, KEAKURAN, KEDAMAIAN umatnya sendiri dan tegaknya Dhamma-Vinaya. Bila Guru merasa berhak ngotot meminta wewenang keduniawian, jangan kaget bila kelak murid2nya akan "merasa berhak utk kencing berlari (meminta, bertindak yang lebih buruk, dengan segala macam pembenarannya.)". Mohon SSS membantu mencegah contoh dan teladan yang tidak patut Umat tiru. Maaf, kalau kami terlalu lugas.

Apa yang sesungguhnya yang dipermasalahkan para pihak di VVV? Demi kebenaran, fakta, disini para pihak mempermasalahkan,"Siapa yang lebih pantas memegang otoritas, wewenang tertinggi di YYY, untuk bisa mengatur dan mengendalikan keputusan YYY". Ini soal WEWENANG, JABATAN, OTORITAS, "KEKUASAAN" dan ASSET BANGUNAN MATI, yang adalah KEDUNIAWIAN.

Otoritas, WEWENANG tertinggi atas YYY/VVV-lah (KEDUNIAWIAN) yang menjadi objek permasalahan, kalau tidak bisa disebut sebagai objek REBUTAN. Sekaligus menjadi bibit: konflik, perpecahan, ketidakdamaian. Kalau kita mau jujur, apa adanya, kita akui atau tidak, disadari atau tidak, malu atau tidak, dikamuflase atau tidak, itulah FAKTANYA.

Sesuatu yang mestinya tidak perlu terjadi dalam organisasi sosial keagamaan yang mengajarkan pengabdian, ketanpapamrihan, kerendah-hatian serta mencari Spiritualitas. Kami merasa malu atas kejadian ini, sangat di luar dugaan, tapi terpaksa kami sampaikan. Sebagai feedback dan pembelajaran bersama, cukup kami menjadi korban terpecah belah, agar tidak terulang dimanapun, oleh siapapun. Demi kebahagiaan banyak orang.

Ijinkan kami menjelaskan, posisi kami menjadi anggota Badan Pendiri bukanlah hasil ambisi, atau meminta-minta apalagi dengan main sikut dan tendang, tapi situasi dan kondisi saat itulah yang memberikannya kepada kami, karena yang MASIH BERTAHAN, BERSEMANGAT, MAU AKTIF, saat itu memang hanya segelintir itu. Demikian FAKTAnya, bukan praduga.



Itu pemahaman kami. tentu benar menurut kami. tapi apa benar2 benar. Silahkan teman2 komentari.

Thanks
_/\_

inJulia

#19
Sekedar info,

saya bukan mencari dukungan. Tapi masukkan, komentar jujur teman2 di sini.
Saya tetap berprinsip,

"Membela teman bagus,
tapi membela dan mendukung teman yang keliru
sama dengan menjerumuskannya!"


Jadi mohon jangan membela SIAPA nya, tapi jujurlah memberi komentar sesuai pemahaman Dhamma teman2 sendiri.

DHAMMA-lah yang patut kita bela dan dukung serta tegakkan.

_/\_