PERJALANAN KE SURGA SUKHAVATI

Started by JackDaniel, 09 April 2008, 03:08:27 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Sumedho

#90
Quotemenurut ane sama koq, berbeda tapi tak berbeda...
beda2 kata doang, apalah artinya.. ^^

well sama koq, berbeda tapi tak beda
bedax angka doang, apalah artinya.. :P


-------------------
maksud saya sih bukan dengan mainstream mahayana, tetapi pada mainstream pureland.

Yang membuat ciri khas dari pureland adalah amitabha sutranya, dimana Buddha amitabha membuat tanah sucinya dan akan menjemput kita untuk terlahir disana dan mencapai pencerahan disana.

Kalau menurut bro chingik, pureland itu merupakan kondisi batin. Nah apakah saya yg ada salah tangkap maksud dari amitabha sutra atau ada yg terlewatkan oleh saya. Bisa dibagi "contekan" nya bro?

soal
Quote
Walaupun dikatakan terlahir di suatu tempat, tetapi secara prinsipil tetap tidak terlepas dari aspek batin. Seperti mengapa ada ada alam manusia, alam binatang, alam hantu , alam dewa. SEmuanya ini tidak terlepas dari aspek batin makhluk yang mengkondisikannya.
Pada level penyelaman batin yang mendalam, pemahaman tentang kelahiran di suatu tempat menjadi tidak penting. Yang penting adalah aspek batin yang mengkondisikan selaras dengan alam penopangnya.
soal terlahir vs aspek batin, apakah ini penafsiran yang berdasar ?
There is no place like 127.0.0.1

chingik

Well, ciri khas pureland adalah Amitabha sutranya, dan jika hanya merujuk pada Amitabha Sutra tentu tidak dibahas aspek batin secara lebih luas.  Tetapi harap dicatat, penekanan pureland pada Amitabha Sutra adalah ajakan untuk konsisten pada satu metode dan saddha, tidak berarti mengabaikan pada Sutra-sutra lain yang mendukung konsepnya, karena semua sutra scr keseluruhan  adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Jika ditelusuri, dari Avatamsaka Sutra hingga Saddharmapudarika, semua ini sangat melengkapi pengetahuan tentang konsep pureland, bahkan para sesepuh justru menaruh rasa respek yang tinggi pada konsep pureland justru lahir dari pengetahuan2 yang didapatkan bukan dari Amitabha Sutra, melainkan pada Sutra Avatamsaka, mahaprajnaparamita sutra, dll.
Ini dapat kita lihat dari penjelasan para sesepuh pureland itu sendiri, seperti Master YOngming Yanshou, Master Ouyi, mereka kebanyakan setelah mendalami Sutra2 diluar mainstream pureland baru meyakini akan makna sesungguhnya tentang pureland.
   
Quote
soal terlahir vs aspek batin, apakah ini penafsiran yang berdasar ?
Tentu saja. Master Zhiyi (pendiri aliran Tientai) sendiri menaruh respek pada ajaran Pureland, dan beliau menjelaskan antara terlahir dan kaitannya dgn aspek batin. Kebetulan ada seseorang yang bertanya kepada Beliau tentang hal ini, begini dialognya:
Pada hakikatnya semua dharma adalah bersifat kosong/ sunyata, pada dasarnya tidak dilahirkan dan bersifat setara. Namun sekarang malah (ingin) mengabaikan dunia ini dan bermohon terlahir negeri Sukhavati Buddha Amitabha. Dari hal ini bukankah berarti telah bertentangan dengan prinsip tentang makna yang tidak terlahirkan? Dan dalam Sutra mengatakan, "jika ingin terlahir di Tanah-murni, hendaknya memurnikan batinnya terlebih dahulu, jika batin telah murni maka itulah yang disebut Tanah-murni Buddha". Jadi bagaimana hal ini dapat dipahami?.
Penjelasan dari master Zhiyi adalah, " Ada dua penjelasan di dalam hal ini, pertama adalah penjelasan umum dan kedua adalah penjelasan khusus. Penjelasan umum : Jika anda mengatakan bahwa bermohon terlahir di Tanah-murni Buddha berarti mengabaikan dunia ini dan ingin terlahir di negeri itu adalah tidak sesuai dengan prinsip ajaran Buddha tentang makna "yang tidak dilahirkan", namun jika anda memiliki kemelekatan untuk ingin menetap di dunia ini dan tidak ingin terlahir di Tanah-murni Sukhavati, maka ini disebut mengabaikan negeri itu dan melekat pada dunia ini. Sikap demikian juga masih memiliki masalah dan juga tidak sesuai prinsip ajaran Buddha tentang makna "yang tidak dilahirkan". Jika anda berputar lagi dengan mengatakan, "saya tidak ingin bermohon terlahir di negeri tersebut, juga tidak ingin (tetap) terlahir di dunia ini", maka sikap demikian adalah pandangan nihilis. Oleh karena itu di dalam Sutra Intan mengatakan, "oh Subhuti, jika engkau berpikir orang yang membangkitkan Anuttara Samyaksambodhi mengatakan bahwa semua dharma bersifat nihilis, janganlah berpikir demikian, mengapa? Orang yang membangkitkan Anuttara Samyaksambodhi tidak mengatakan sifat nihilis dari dharma".  Kemudian yang kedua adalah penjelasan khusus: Yang disebut dengan tidak lahir maupun tidak musnah adalah bahwa dalam proses terlahirnya sesuatu itu berasal dari perpaduan berbagai unsur, bukan berasal dari sesuatu yang memiliki inti yang tidak pernah berubah secara kekal, oleh sebab itu bagi yang ingin mendapatkan wujud dari kelahirannya tidak akan dapat mendapatkannya karena dia tidak memiliki inti. Jadi disebutkan bahwa saat lahirnya sesuatu itu bukanlah berasal dari sesuatu lokasi dan itulah yang disebut sebagai tidak dilahirkan. Kemudian yang disebut dengan tidak musnah adalah bahwa saat proses terurai atau hancurnya sesuatu itu juga tidak memiliki sesuatu inti yang kekal untuk dipertahankan dengan mengatakan "aku telah musnah". Saat sesuatu itu mengalami kemusnahan, dia bukanlah berpisah untuk menuju ke sesuatu tempat lain, dan itulah yang disebut tidak musnah. Oleh karena itu, di luar hukum sebab musabab itu tidaklah terdapat sebuah sifat tidak lahir dan tidak musnah, dan juga tidaklah dapat mengatakan bahwa tidak ingin terlahir di Tanah-murni baru disebut sebagai tidak dilahirkan. Atas dasar hal ini, maka di dalam kitab Madhyamika sastra mengatakan, "Anggapan bahwa semua dharma yang lahir dari hukum sebab akibat itu memiliki wujud itu sebenarnya bersifat kosong/sunyata, dan keberadaannya juga dapat disebut sebagai kepalsuan, dan ini juga merupakan realitas sejati dari makna jalan tengah". Kemudian juga disebutkan, "Semua dharma tidak lahir dari suatu diri, juga tidak lahir dari luar diri, dan bukan lahir dari gabungan diri dan luar diri, dan juga bukan lahir dari tanpa sebab, oleh karena itu diketahui bahwa semua dharma tidak dilahirkan". Kemudian dalam kitab Vimalakirti Nirdesa Sutra mengatakan, "meskipun memahami bahwa pada dasarnya semua Tanah-Buddha dan makhluk hidup bersifat sunyata, namun (para Buddha) sering melalui batin maha welas asih membentuk Tanah-murni untuk membimbing berbagai jenis makhluk hidup. Kemudian juga disebutkan, "Ibarat orang yang ingin mendirikan bangunan istana, jika membangunnya di sebuah lahan yang terbuka, maka akan dapat membangunnya sesuai kehendak tanpa rintangan. Seandainya ingin membangunnya di sebuah kehampaan, maka tidak akan dapat berhasil". Saat memberikan pengajarannya, para Buddha sering menggunakan prinsip kebenaran umum dan kebenaran absolut untuk menjelaskan tentang realitas sejati dari semua dharma tanpa mengabaikan sifat palsu dari wujud duniawi. Dalam batin orang yang memiliki kebijaksanaan, dia akan membangkitkan tekad terlahir di Tanah-murni dan pada saat yang sama dia memahami bahwa yang disebut dengan "lahir" itu tidak memiliki wujud intinya, dan dengan (sikap) ini barulah benar-benar disebut tidak dilahirkan. Dan inilah yang disebut dengan batin yang murni  adalah Tanah-murni Buddha. Sedangkan orang yang bodoh selalu dibelenggu oleh hukum sebab akibat, kelahiran dan kemusnahan. Dan saat mendengar kata "lahir" maka dia akan menganggapnya benar-benar ada kelahiran, saat mendengar kata "tidak dilahirkan" maka dia akan menganggapnya benar-benar tidak ada kelahiran. Dia tidak mengetahui bahwa [sebenarnya] wujud dari kelahiran itu adalah tanpa lahir, dan wujud dari tanpa lahir itu tidak pernah terpisah dari kelahiran. Karena tidak dapat memahami prinsip seperti ini, maka diapun terbelenggu oleh pandangan khayal dan saling timbul kontradiksi [dalam pandangannya], kemudian merasa kesal [saat melihat orang] bermohon terlahir di Tanah-murni.

Sumedho

terima kasih atas penjelasannya yg komprehensif.

Jadi bisa disimpulkan kalau makna secara tersurat di sutra amitabha itu salah, yg tepat adalah makna tersirat yang lebih tepat bro?
There is no place like 127.0.0.1

williamhalim

QuoteDan inilah yang disebut dengan batin yang murni  adalah Tanah-murni Buddha. Sedangkan orang yang bodoh selalu dibelenggu oleh hukum sebab akibat, kelahiran dan kemusnahan. Dan saat mendengar kata "lahir" maka dia akan menganggapnya benar-benar ada kelahiran, saat mendengar kata "tidak dilahirkan" maka dia akan menganggapnya benar-benar tidak ada kelahiran. Dia tidak mengetahui bahwa [sebenarnya] wujud dari kelahiran itu adalah tanpa lahir, dan wujud dari tanpa lahir itu tidak pernah terpisah dari kelahiran. Karena tidak dapat memahami prinsip seperti ini, maka diapun terbelenggu oleh pandangan khayal dan saling timbul kontradiksi [dalam pandangannya], kemudian merasa kesal [saat melihat orang] bermohon terlahir di Tanah-murni.

Sependapat dengan Bro Medho, kesimpulanku dari bahasan diatas adalah:
"Kelahiran di alam Sukhavati" maknanya adalah tersirat (simbolis) bukan tersurat (sebenarnya).

Menurut saya, pemahaman begini akan sangat menyulitkan bagi pengikutnya (umat awam). Saya berani berpendapat bahwa hampir semua pengikut aliran Sukhavati memaknai ajaran ini secara tersurat. Mungkin hanya segelintir yg memaknainya secara tersirat.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

chingik

Quote
terima kasih atas penjelasannya yg komprehensif.

Jadi bisa disimpulkan kalau makna secara tersurat di sutra amitabha itu salah, yg tepat adalah makna tersirat yang lebih tepat bro?

Quote
Sependapat dengan Bro Medho, kesimpulanku dari bahasan diatas adalah:
"Kelahiran di alam Sukhavati" maknanya adalah tersirat (simbolis) bukan tersurat (sebenarnya).

makna secara tersurat di sutra amitabha itu juga tidak salah. Yang dijelaskan para sesepuh adalah prinsip absolutnya. Kelahiran tetaplah kelahiran. Seperti saya jelaskan sebelumnya bahwa kelahiran di alam manusia, dewa, binatang, semua ini adalah kelahiran dimata awam tetapi praktisi sejati sudah tidak melekat pada konsepnya, mereka lebih memahaminya dari aspek kondisi batin.
  Maka dari itu, kelahiran di Sukhavati ada levelnya (9 level) tergantung pada tingkatan batin orangnya.




Sumedho

bisa dijelaskan bro kelahiran di sukhavati ada 9 level ? ada juga tidak di amitabha sutra nya?
There is no place like 127.0.0.1

SandalJepit

Quote from: Sumedho on 20 April 2008, 06:54:44 AM
bisa dijelaskan bro kelahiran di sukhavati ada 9 level ? ada juga tidak di amitabha sutra nya?

kalau dari ceramah si bhiksu sih ada tingkatan Sukhavati Loka:

Quote
Sukhavati Loka dibagi 9 Varga atau 9 tingkat. Penghuni Varga bawah-bawah (Tingkat Bawah) jika ingin meningkat naik ke Varga Atas-atas (Tingkat Teratai Atas), mereka harus bertapa selama 12 kalpa. Satu kalpa sama dengan 16.798.000 tahun, maka mereka yang dari Varga Bawah-Bawah meningkat ke Barga Atas-Atas membutuhkan waktu 201.576.000 tahun. Namun kita yang hidup di dunia fana, harus bersyukur, karena bila selalu menghindari perbuatan jahat, melakukan kebaikan, tekun melakkukan meditasi, mungkin dalam 35 tahun kita dapat mencapai Varga Tengah, atau Varga Atas. Bahkan bila kita pada masa kelahiran yang lampau telah menanam bibit kebajikan, mungkin pada masa kelahiran ini, kita sudah dapat mencapai ke-Buddha-an.

hudoyo

Quote from: willibordus on 18 April 2008, 09:57:03 AM
Sependapat dengan Bro Medho, kesimpulanku dari bahasan diatas adalah:
"Kelahiran di alam Sukhavati" maknanya adalah tersirat (simbolis) bukan tersurat (sebenarnya).

Menurut saya, pemahaman begini akan sangat menyulitkan bagi pengikutnya (umat awam). Saya berani berpendapat bahwa hampir semua pengikut aliran Sukhavati memaknai ajaran ini secara tersurat. Mungkin hanya segelintir yg memaknainya secara tersirat.

Betul. Sebetulnya tidak ada yang "salah" dalam pemaknaan yang "tersurat" dari Amitabha-sutra. Setiap orang akan "menerima" sesuai dengan apa yang ada dalam pikirannya. Umat yang percaya kepada Amitabha-sutra secara "tersurat" pun akan masuk ke alam yang sesuai dengan impiannya, sekalipun di situ tetap terliput 'anicca'. Sebaliknya, mereka yang memaknai Amitabha-sutra secara tersirat pun akan mencapai pembebasan.

"Segala pengalaman batin kita berasal dari pikiran kita sendiri, dikuasai oleh pikiran kita sendiri, diciptakan oleh pikiran kita sendiri" - "Manopubbangama dhamma, manosettha, manomaya...." (Dhammapada 1,2)

Salam,
hudoyo

williamhalim

Quote from: hudoyo on 12 May 2008, 12:11:26 PM

Betul. Sebetulnya tidak ada yang "salah" dalam pemaknaan yang "tersurat" dari Amitabha-sutra. Setiap orang akan "menerima" sesuai dengan apa yang ada dalam pikirannya. Umat yang percaya kepada Amitabha-sutra secara "tersurat" pun akan masuk ke alam yang sesuai dengan impiannya, sekalipun di situ tetap terliput 'anicca'. Sebaliknya, mereka yang memaknai Amitabha-sutra secara tersirat pun akan mencapai pembebasan.

"Segala pengalaman batin kita berasal dari pikiran kita sendiri, dikuasai oleh pikiran kita sendiri, diciptakan oleh pikiran kita sendiri" - "Manopubbangama dhamma, manosettha, manomaya...." (Dhammapada 1,2)

Salam,
hudoyo

Anumodana Pak....

Saya juga teringat lagi:
~ Dalam tubuh yg sedepa inilah asal mulanya dunia...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Riky_dave

Nanya...
Dptkah manusia melakukan perjalan ke alam2 deva??
Dan mengisahkannya kembali??
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Umat Awam

Bisa bro, cuman paling ntar km dianggap org gila ;D

Riky_dave

Quote from: Umat Awam on 20 May 2008, 11:42:51 AM
Bisa bro, cuman paling ntar km dianggap org gila ;D

Hahah....
Yg benar lah...
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Umat Awam

Quote from: Riky_dave on 20 May 2008, 04:04:48 PM
Quote from: Umat Awam on 20 May 2008, 11:42:51 AM
Bisa bro, cuman paling ntar km dianggap org gila ;D

Hahah....
Yg benar lah...
_/\_

Silahken aja diceritain pengalaman perjalan km ke umum ;D
Moga aja ga ditabokin :P

Riky_dave

Quote from: Umat Awam on 20 May 2008, 04:14:26 PM
Quote from: Riky_dave on 20 May 2008, 04:04:48 PM
Quote from: Umat Awam on 20 May 2008, 11:42:51 AM
Bisa bro, cuman paling ntar km dianggap org gila ;D

Hahah....
Yg benar lah...
_/\_

Silahken aja diceritain pengalaman perjalan km ke umum ;D
Moga aja ga ditabokin :P

:outoftopic: :outoftopic: :backtotopic: :backtotopic:
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...