News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

nyeri dalam vipassana ?

Started by koengsukmana, 31 January 2011, 06:42:06 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

fabian c

#45
Quote from: Sumedho on 12 February 2011, 06:38:39 AM
Sepertiny dengan maksud demikian lalu membuat topik dengan pertanyaan demikian tidak efektif. Alangkah baiknya jika bro bisa membuka maksudnya lebih awal atau bahkan di postingan pertama supaya lebih cepat goool :)

Soal "pain is the key to nibbana", sebenarnya ada sisi lainnya juga karena bukan hanya pain saja yg ada dalam Vedana. Dalam Vedana Samyutta disinggung bahwa Sukha is the key to nibbana juga. Mengapa demikian? Karena bukan rasa sakitnya yg harus dimengerti tapi bagian yg di bold dibawah ini, bukan rasa sakitnya saja.

btwmengapa bro, kalau vipassanaupakilesa itu disebut pseudo-Nibbana? apakah itu pseudo-Nibbana? Nibbana palsu? Nibbana tiruan? Mirip Nibbana?


bonus: Mahasi sayadaw sendiri banyak membuat komentar2 dari Sutta, menjelaskan berdasarkan sutta ini, sutta itu. Jadi apakah mahasi sayadaw bukan meditator vipassana? Apakah mahasi sayadaw belum menembus anicca dukkha anatta? Dan pemahamannya merupakan TEORI belaka?

Bro Tuhan yang baik, maaf ikut urun pendapat, Menurut yang saya baca dalam Sukha Samyutta tersebut tidak disebutkan sukha adalah key to Nibbana. Sutta itu nampaknya hanya menyatakan bahwa ada tiga macam perasaan dan perasaan itu muncul dan lenyap kembali.

Disini menjelaskan kaitan yang saya sebutkan tersebut, bahwa orang yang melihat dukkha juga melihat tiga karakteristik lainnya. Coba perhatikan Sukha Samyutta yang bro kutip sendiri menyatakan bahwa perasaan itu muncul dan lenyap, bersifat anicca. Jadi sukha maupun dukkha dalam Sutta tersebut dimengerti sebagai suatu bentuk fenomena batin yang muncul dan lenyap kembali.

Quote"Jenis perasaan apa pun yang ada: Setelah mengetahui, "Ini adalah perasaan, Tidak bertahan lama, mengalami kehancuran," Setelah menyentuh dan menyentuh lagi perasaan-perasaan itu, melihat lenyapnya perasaan-perasaan itu, Demikianlah seseorang kehilangan nafsu terhadap perasaan-perasaan itu.228"

Jadi Sukha Sutta ini sebenarnya adalah panduan berlatih Vedananupassana (Perhatian pada perasaan).

Setahu saya tak ada yang menyatakan sukha is the key to Nibbana dalam tradisi Theravada. Kecuali aliran Buddhis yang lainnya.

Mengenai Mahasi Sayadaw, menurut saya beliau juga harus dimengerti sebagai komentator, seperti komentator lainnya, terlepas dari mereka mengalami atau tidak. Achariya Buddhagosa juga komentator. Bila kita membaca hasil karya Achariya Budddhagosa seperti Visuddhi Magga misalnya, kita akan mengerti bahwa beliau juga membuat buku itu berdasarkan sutta ini atau sutta itu, atau menurut guru ini atau guru itu.

Kita tahu bahwa menurut komentar Visuddhi Magga bahwa Achariya Buddhagosa adalah seorang Sotapanna.
Mahasi Sayadaw sendiri diyakini telah mencapai tingkat kesucian Arahat.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Sumedho

kan di postingan aye sebelumnya dah jelas bahwa jika kita berkata pain is the key to nibbana, sukkha / sebagai lawannya jg bisa dikatakan key to nibbana juga. maka itu ada dalam sukha sutta itu. perasaan apapun *termasuk yg tidak menyenangkan/sakit, menyenangkan/sukkha, netral* harus dipahami bahwa hal itu akan berubah.

Saya cuma mencoba menyinggung bahwa jgn dilihat dari yg tidak menyenangkan saja, hal yg menyenangkan juga bisa menjadi bahan renungan, gitu loh. Supaya tidak dikira harus menyiksa diri dan menolak/takut utk mengenal bahwa sukkha itu juga akan berubah

Soal lihat dukkha lalu anicca dan anatta, itu kan teorinya. Tapi kalau tanpa pandangan benar, tentu bisa saja orang melihat dukkha atau anicca tapi masih belum sampe anatta. maka itu kan dipostingan sebelumnya dah bilang kalau aye berpendapat berbeda, menurut aye bisa saja demikian, banyak koq yg belon sampe sono seperti yg diajarkan guru Buddha. *ngulang lagi deh*
There is no place like 127.0.0.1

fabian c

Quote from: Sumedho on 14 February 2011, 06:19:54 AM
kan di postingan aye sebelumnya dah jelas bahwa jika kita berkata pain is the key to nibbana, sukkha / sebagai lawannya jg bisa dikatakan key to nibbana juga. maka itu ada dalam sukha sutta itu. perasaan apapun *termasuk yg tidak menyenangkan/sakit, menyenangkan/sukkha, netral* harus dipahami bahwa hal itu akan berubah.

Saya cuma mencoba menyinggung bahwa jgn dilihat dari yg tidak menyenangkan saja, hal yg menyenangkan juga bisa menjadi bahan renungan, gitu loh. Supaya tidak dikira harus menyiksa diri dan menolak/takut utk mengenal bahwa sukkha itu juga akan berubah

Soal lihat dukkha lalu anicca dan anatta, itu kan teorinya. Tapi kalau tanpa pandangan benar, tentu bisa saja orang melihat dukkha atau anicca tapi masih belum sampe anatta. maka itu kan dipostingan sebelumnya dah bilang kalau aye berpendapat berbeda, menurut aye bisa saja demikian, banyak koq yg belon sampe sono seperti yg diajarkan guru Buddha. *ngulang lagi deh*

Maaf saya tidak sependapat bro, karena Sang Buddha mengajarkan dukkha, awal dukkha, lenyapnya dukkha dan jalan untuk melenyapkannya.

Tak bisa kita mengatakan "okay sebagai lawannya bisa juga kita mengatakan sukha, awal sukha, lenyapnya sukha dan jalan untuk melenyapkan sukha".

Sukha hanya dimengerti sebagai suatu bentuk yang juga berubah, tetapi bukan the key to Nibbana, karena Nibbana itu sendiri adalah juga sukha.

Sang Buddha berusaha selama jumlah kelahiran yang tak terhitung untuk mencari jalan terlepas dari dukkha, bukan terlepas dari sukha.

Lenyapnya dukkha, itulah sukha Nibbana. (Nibbana paramam sukham)

Bro Tuhan yang baik, sebenarnya setiap orang yang melihat dukkha pasti melihat anicca, tapi mereka tak menyadarinya. Juga melihat anatta, tapi tak menyadarinya.
Nanti bila pengetahuan Vipassana telah berkembang lebih jauh, maka ia akan menyadari, Ooh itu toh yang dimaksud anicca..? Ooh itu toh yang dimaksud anatta...?

Mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Sumedho

yah soal lawannya kan sudah ada dalam sukkha sutta juga. -.-! Jangan rule "lawan-nya" itu dipakai semaunya pada semua konteks jg donk ;D kalo gitu semua jg bisa kaco jadinya pulak :hammer:

soal
Quote
Bro Tuhan yang baik, sebenarnya setiap orang yang melihat dukkha pasti melihat anicca, tapi mereka tak menyadarinya. Juga melihat anatta, tapi tak menyadarinya.
Nanti bila pengetahuan Vipassana telah berkembang lebih jauh, maka ia akan menyadari, Ooh itu toh yang dimaksud anicca..? Ooh itu toh yang dimaksud anatta...?
*de javu*
tidak semua orang mengenal ajaran Sang Buddha, jadi tanpa mengetahui tentang anatta, dia tidak akan tahu tentang itu dan bisa saja perbandangan yg bukan demikian. unless pada kasus pacekka buddha atau samma sambuddha. *lupa udah repeat keberapa*
There is no place like 127.0.0.1

fabian c

Quote from: Sumedho on 14 February 2011, 10:33:41 AM
yah soal lawannya kan sudah ada dalam sukkha sutta juga. -.-! Jangan rule "lawan-nya" itu dipakai semaunya pada semua konteks jg donk ;D kalo gitu semua jg bisa kaco jadinya pulak :hammer:

Saya setuju bro, Sutta jangan lah diartikan secara serampangan. Sukkha sutta jelas mengatakan ada tiga jenis perasaan, yaitu: menyenangkan, tidak menyenangkan dan netral. Seseorang yang berlatih memperhatikan perasaan perlu mengetahui tiga macam perasaan ini. Dan juga mengetahui karakteristiknya.

Dalam beberapa Sutta Sang Buddha sering mengatakan bahwa Sang Buddha mengajarkan dukkha (stress) dan akhir dari dukkha (Nibbana). bukan sukkha dan akhir dari sukkha.

Jadi bila ketiganya (sukkha, dukkha dan neutral) dijadikan sebagai objek perhatian maka itu termasuk vedananupassana.

Dalam Sutta-Sutta sering terjadi para Bhikkhu yang mencapai tingkat kesucian setelah memperhatikan rasa sakit yang timbul, tapi saya rasa tak pernah ada dikatakan mencapai kesucian dengan memperhatikan rasa menyenangkan yang timbul.

Quotesoal *de javu*
tidak semua orang mengenal ajaran Sang Buddha, jadi tanpa mengetahui tentang anatta, dia tidak akan tahu tentang itu dan bisa saja perbandangan yg bukan demikian. unless pada kasus pacekka buddha atau samma sambuddha. *lupa udah repeat keberapa*
Kenyataannya tidaklah demikian bro, seseorang yang tak mengetahui tentang anatta sama-sekali dan tak pernah diajarkan mengenai anatta suatu ketika akan mengetahui dan mengalami sendiri anatta bila ia berlatih Vipassana terus-menerus, hingga mencapai tingkat tertentu.

Untuk menambah pengertian mengenai Vedananupassana ini mungkin link berikut dapat membantu:
http://www.bps.lk/olib/wh/wh303-p.html#31Cessation

Mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Sumedho

-.-!

yang memang kita memiliki perbedaan pendapat. Menurut saya melihat sukkha dan ketidakkekalannya sih bisa. Demikian soal anattanya, bagi saya tahu dukkha saja banyak, tapi tidak bisa suci. tapi yah karena itu lah kita berbeda pendapat bukan?

-.-!
There is no place like 127.0.0.1

K.K.

#51
Setahu saya dalam Satipatthana Sutta, dalam perenungan perasaan, yang diamati adalah 3 macam: menyenangkan, tidak menyenangkan, dan netral. Dalam hal ini, ketidak-kekalan perasaan tersebut (timbul & tenggelamnya 3 perasaan) itu yang disebut dukkha, bukan hanya perasaan tidak menyenangkan saja.


[spoiler]... di sini, seorang bhikkhu yang sedang merasakan perasaan menyenangkan mengetahui bahwa ia sedang merasakan perasaan menyenangkan; merasakan perasaan menyakitkan, ia mengetahui bahwa ia sedang merasakan perasaan menyakitkan; merasakan perasaan yang bukan menyenangkan juga bukan menyakitkan, ia mengetahui bahwa ia sedang merasakan perasaan yang bukan menyenangkan juga bukan menyakitkan...

... ia berdiam merenungkan munculnya fenomena dalam perasaan, lenyapnya fenomena, serta muncul dan lenyapnya fenomena dalam perasaan ... [/spoiler]

DragonHung

Sebenarnya sukha itu kalo diamat2i ternyata mengandung dukha juga.  Karena perasaan sukha itu tidak bisa bertahan lama.

Jadi mau mengamati sukha atau dukha ataupun netral, menurut saya sama saja hasilnya.  Semuanya akan bermuara pada anica dan anatta.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan