nyeri dalam vipassana ?

Started by koengsukmana, 31 January 2011, 06:42:06 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

No Pain No Gain

Quoteulang ahh ;D

bukankah apapun yg ada sekarang merupakan hasil dari kamma lampau?


Quote146 (1) Kamma
    "Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian mengenai kam- ma baru dan lama, lenyapnya kamma, dan jalan menuju lenyapnya kamma. Dengarkan dan perhatikanlah, Aku akan menjelaskan....
    "Dan apakah, para bhikkhu, kamma lama? Mata adalah kamma lama, dilihat sebagai dihasilkan dan dirancang oleh kehendak, seba- gai sesuatu yang dirasakan.146 Telinga adalah kamma lama ... Pikiran adalah kamma lama, dilihat sebagai dihasilkan dan dirancang oleh ke- hendak, sebagai sesuatu yang dirasakan. Ini disebut kamma lama.
    "Dan apakah, para bhikkhu, kamma baru? Perbuatan apa pun yang dilakukan saat ini melalui tindakan, ucapan, atau perbuatan. Ini dis- ebut kamma baru.
    "Dan apakah, para bhikkhu, lenyapnya kamma? Ketika seseorang mencapai kebebasan melalui lenyapnya perbuatan jasmani, ucapan, dan pikiran, [133] ini disebut lenyapnya kamma.
    "Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju lenyapnya kamma? Yaitu Jalan Mulia Berunsur Delapan; yaitu, pandangan benar, kehendak be- nar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, konsentrasi benar.
    "Demikianlah, para bhikkhu, Aku telah mengajarkan kamma lama, Aku telah mengajarkan kamma baru, Aku telah mengajarkan lenyap- nya kamma, Aku telah mengajarkan Jalan menuju lenyapnya kamma. Apa pun yang harus dilakukan, para bhikkhu, oleh seorang guru yang penuh belas kasih demi cinta kasih kepada para siswanya, mengingink- an kesejahteraan mereka, telah Ku-lakukan untuk kalian. Ini adalah bawah pohon, para bhikkhu, ini adalah gubuk kosong. Bermeditasi- lah, para bhikkhu, jangan lengah, agar kalian tidak menyesal nanti. Ini adalah instruksi kami kepada kalian."

    "apakah benar? rasa nyeri/sakit jasmani, pada saat meditasi vipassana, merupakan akumulasi dari kamma lampau?"


Misalnya dulu suka angkat berat hingga otot punggung cidera. nah waktu meditasi sakit, waktu makan sakit, dkk. bukan begitu? *ini cuma salah satu contoh*

tapi sering kali rasa sakit itu kena "tutup" / masked dalam kegiatan sehari2. ketika bermeditasi hal kecil yg tidak terasa itu ketika tenang malahan jadi terasa.

sepertinya kalo pake kata "apapun yang ada sekarang" tidak tepat deh...nyeri memang sesuatu yang alamiah dan tidak dihasilkan oleh kehendak.. ;D
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

williamhalim

#16
Vipaka adalah suatu keadaan yg kita terima / faktor2 luar yg menerpa ke 6 indera kita.
Contohnya: mendengar lagu, mencium bau sampah, dipenjara, dstnya... ini adalah vipaka.

Penyebab pasti suatu vipaka sulit ditentukan, namun bisa diperkirakan yg dominan, karena penyebab suatu vipaka tidak pernah tunggal (Kata Sang Buddha, kita tidak bisa memastikan penyebab suatu vipaka).

Terjatuh krn tersandung batu, jelas salah satunya disebabkan oleh kamma lampau, kemungkinannya:
- kecenderungan batin yg tergesa-gesa (tidak sati)
- menendang batu
- keseimbangan kurang terlatih
- dstnya (seperti penjelasan kawan2 diatas, sedetik yg lalu juga termasuk kamma lampau)

Pemerkosaan yg terjadi, adalah suatu kamma baru, namun tidak terlepas juga dari pengaruh vipaka (kecenderungan batin yg terbentuk dari kebiasaan yg sering dilakukan, mis: kesadaran lemah, sering melihat video porn, bergaul dgn kawan2 yg bejat, dstnya). Kebiasaan2 ini turut mengkondisikan cetana 'niat memperkosa'.

Sungguh sulit membedakan mana kamma dan mana vipaka, krn saling menimpa silih berganti, terutama didalam batin kita.

Soal rasa sakit dalam meditasi, memang salah satunya akibat kamma lampau (tidak terlepas juga dari makanan, cuaca, dan citta... ~ niyama). Saya sendiri mempunyai kecenderungan sakit punggung yg diakibatkan olahraga terlalu keras sewaktu SMP-SMA, akibatnya sulit untuk duduk lama dlm bermeditasi. Jika dipaksakan satu jam penuh tidak bergerak2, rasa sakit akan menusuk tak terhingga (dalam vipassana, jika diperhatikan terus menerus, rasa sakit ini makin kuat, hingga kesatu titik dan akhirnya hilang, biasanya begitu).

Sy sering merenungkan penyebab yg mengkondisikan kita skrg tidak terlepas dari C.U.K.A (Citta, Utu, Kamma, Ahara)= kesadaran kita, lingkungan, perbuatan lampau dan asupan yg kita konsumsi.

::



Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Sumedho

Quote from: No Pain No Gain on 01 February 2011, 04:02:00 PM
sepertinya kalo pake kata "apapun yang ada sekarang" tidak tepat deh...nyeri memang sesuatu yang alamiah dan tidak dihasilkan oleh kehendak.. ;D
Wah belum nyambung toh... "apa yg ada sekarang" itu bukan "apa yg terjadi sekarang" atau "apa yg dirasakan sekarang". keberadaan anda itu adalah hasil dari kamma lampau. Kenapa bisa merasakan nyeri? karena ada landasan inderawinya. Jadi meditasi sakit yah lumrah.


There is no place like 127.0.0.1

No Pain No Gain

#18
oh begitu mksdnya... ;D

maklum masih pentium 2 kapasitas otaknya.. ;D

tadinya saya nagkepnya karena kamma maka muncul nama dan batin...jadi  perasaan sakit itu adalah alamiah karena ada batin..tidak ada sangkut paut ama kamma...lol
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Sumedho

bukan sih, kesalahan ada pada penulis jg. memang kadang susah mengungkapkan dengan jelas suatu maksud. Anggap aja ini latihan buat aye ;D.

thanks
There is no place like 127.0.0.1

adi lim

Quote from: No Pain No Gain on 01 February 2011, 06:59:54 PM
oh begitu mksdnya... ;D

maklum masih pentium 2 kapasitas otaknya.. ;D

tadinya saya nagkepnya karena kamma maka muncul nama dan batin...jadi  perasaan sakit itu adalah alamiah karena ada batin..tidak ada sangkut paut ama kamma...lol

tetap ada penyebab kamma masa lampau  ;D
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

fabian c

Quote from: koengsukmana on 31 January 2011, 06:42:06 PM
saya ingin bertanya :
"apakah benar? rasa nyeri/sakit jasmani, pada saat meditasi vipassana, merupakan akumulasi dari kamma lampau?"

*saya pernah membaca sekilas & mendengar sekilas dari artikel/dhammatalk thich nhat hanh

mohon penjelasan dari rekan2 se-dhamma, tnx

mettacittena  :) _/\_

Bro Koengsukmana yang baik, rasa nyeri dalam meditasi disebabkan kurang nya konsentrasi, umpamanya nyeri kaki nyeri punggung dll... Tapi dengan bertambah kuatnya konsentrasi maka rasa nyeri tersebut akan lenyap. Menurut saya bila rasa sakit disebabkan karma lampau maka mungkin rasa sakit tak akan lenyap selama kita bermeditasi, mengingat demikian banyak kita membuat kamma dalam berbagai kelahiran yang tak terhitung.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

koengsukmana

Quote from: fabian c on 03 February 2011, 11:46:13 PM
Menurut saya bila rasa sakit disebabkan karma lampau maka mungkin rasa sakit tak akan lenyap selama kita bermeditasi, mengingat demikian banyak kita membuat kamma dalam berbagai kelahiran yang tak terhitung.

_/\_

jadi menurut bro fabian yang  baik, rasa nyeri akan hilang& lenyap?  _/\_

btw,
saya pernah membaca perNyataan Chanmyay Sayadaw : "pain is a key to Nibbana".

dalam buku Mahasi Sayadaw... Mahasi mengajarkan untuk menerima rasa sakit tersebut ketika meditasi vipassana.

dalam buku Ajahn Maha Boowa: Ajahn menceritakan sebuah pengalaman rasa sakit(tak tertahankan) sebelum pencerahannya.

Thich Nhat Hanh pun memjelaskan hal yang serupa(tp....saya mendengarnya...sayup2 tak jelas....hehehhe)

saya setuju bahwa rasa sakit(yang tak tertahankan) bisa diterima dengan konsentrasi yang dalam.....& saya setuju bahwa rasa sakit dalam vipassana perlu untuk diterima dan nanti akan hilang.

pertanyaan saya selanjutnya...
1. apakah ada dalam sutta2 kuno yang membahas ttg rasa nyeri dalam vipassana?
2. mengapa hanya dalam buku2 dhamma yang baru, spt karangan Mahasi, Maha Boowa, Thich Nhat Hanh....baru dibahas ttg rasa sakit dalam vipassana?

mohon penjelasan dari rekan2 se-Dhamma  _/\_ please...








fabian c

Quote from: koengsukmana on 04 February 2011, 02:30:17 AM
jadi menurut bro fabian yang  baik, rasa nyeri akan hilang& lenyap?  _/\_

btw,
saya pernah membaca perNyataan Chanmyay Sayadaw : "pain is a key to Nibbana".

dalam buku Mahasi Sayadaw... Mahasi mengajarkan untuk menerima rasa sakit tersebut ketika meditasi vipassana.

dalam buku Ajahn Maha Boowa: Ajahn menceritakan sebuah pengalaman rasa sakit(tak tertahankan) sebelum pencerahannya.

Thich Nhat Hanh pun memjelaskan hal yang serupa(tp....saya mendengarnya...sayup2 tak jelas....hehehhe)

saya setuju bahwa rasa sakit(yang tak tertahankan) bisa diterima dengan konsentrasi yang dalam.....& saya setuju bahwa rasa sakit dalam vipassana perlu untuk diterima dan nanti akan hilang.

pertanyaan saya selanjutnya...
1. apakah ada dalam sutta2 kuno yang membahas ttg rasa nyeri dalam vipassana?
2. mengapa hanya dalam buku2 dhamma yang baru, spt karangan Mahasi, Maha Boowa, Thich Nhat Hanh....baru dibahas ttg rasa sakit dalam vipassana?

mohon penjelasan dari rekan2 se-Dhamma  _/\_ please...

Bro Koengsukmana yang baik, rasa nyeri dalam meditasi sering dibahas, cuma banyak juga diantara kita yang kurang memahami. Sebenarnya yang dimaksud dukkha dalam Sutta lebih sering merujuk ke penderitaan batin dan jasmani, dan tentu saja nyeri dalam Vipassana juga adalah termasuk dukkha jasmani. Tapi diantara kita mungkin ada yang menganggap bahwa dukkha adalah penderitaan batin saja, umpamanya ditinggal pacar, kehilangan harta benda dll. Padahal penderitaan jasmani juga termasuk.

Chanmyay Sayadaw berkata benar mengenai pain is key to Nibbana, dengan memperhatikan rasa nyeri maka kita bisa menyelami sifat sesungguhnya rasa nyeri (dukkha) tersebut, selain itu memperkuat ketahanan kita terhadap rasa nyeri, dengan demikian maka konsentrasi kita juga bertambah kuat.

Secara ringkas prosesnya kurang lebih demikian: Dengan bertambah kuatnya konsentrasi maka kita mampu melihat segala sesuatu sebagaimana apa adanya (anicca dukkha dan anatta). Rasa nyeri adalah dukkha, dukkha bersifat anicca dan juga bersifat anatta.

Dengan memperhatikan salah satu karakteristik dari ketiga karakteristik tersebut, maka kita mengetahui bagaimana proses timbul dan lenyapnya dukkha. Akhirnya kita sampai pada tahap dimana batin melihat secara netral terhadap semua proses yang terjadi pada batin dan jasmani (yang menimbulkan dukkha).

Dengan sikap batin yang telah menjadi netral (tidak menolak maupun melekat) maka proses yang terjadi pada batin dan jasmani meditator tersebut tak lagi memiliki pengaruh terhadap meditator tersebut. Selanjutnya karena proses batin tak lagi memiliki pengaruh terhadap batin meditator maka proses-proses tersebut seperti pelita kehabisan minyak dan akan berhenti dengan sendirinya.

Bila Seorang meditator telah mampu mengatasi yang ada dalam dirinya demikian maka, hal-hal yang ada diluar tak lagi memiliki pengaruh terhadap dirinya. Ialah yang disebut pemenang yang sesungguhnya (pemenang arus).

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Sumedho

Quote
Bila Seorang meditator telah mampu mengatasi yang ada dalam dirinya demikian maka, hal-hal yang ada diluar tak lagi memiliki pengaruh terhadap dirinya. Ialah yang disebut pemenang yang sesungguhnya (pemenang arus)

ko fab, banyak yg bisa memenangkan dan mengatasi apa ada yg didirinya tapi memilik pandangan salah loh. Masa itu sotapanna?
There is no place like 127.0.0.1

fabian c

Quote from: Sumedho on 04 February 2011, 11:14:32 AM
ko fab, banyak yg bisa memenangkan dan mengatasi apa ada yg didirinya tapi memilik pandangan salah loh. Masa itu sotapanna?

Boleh tahu bro, pandangan salah seperti apa dan apa yang telah diatasi didirinya...? Mungkin memberi contoh...?
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Sumedho

kekna sih banyak, just pick one from Brahmajala Sutta. Banyak guru2 jaman dahulu yg sudah memiliki pencapaian meditasi yg luar biasa dimana batin tak tergoyahkan pada segala fenomena tetapi pandangan tentang atta masih ada.
There is no place like 127.0.0.1

fabian c

#27
Quote from: Sumedho on 04 February 2011, 10:07:21 PM
kekna sih banyak, just pick one from Brahmajala Sutta. Banyak guru2 jaman dahulu yg sudah memiliki pencapaian meditasi yg luar biasa dimana batin tak tergoyahkan pada segala fenomena tetapi pandangan tentang atta masih ada.

Bro Tuhan yang baik, rasanya tidak ada dalam Tipitaka yang mengatakan bahwa guru-guru meditasi yang hebat-hebat tersebut melihat anicca, dukkha dan anatta. Oleh karena itu tak mungkin timbul pandangan terang. Tanpa pandangan terang tak mungkin mereka mampu mengalahkan diri sendiri.

Ada perbedaan besar antara Vipassana (direct Vipassana) dan Samatha Bhavana. Vipassana Bhavana menghadapi rasa sakit dengan semangat dan keberanian yang luar biasa. sedangkan Samatha Bhavana melarikan diri dari rasa sakit (maksudnya bila ada rasa sakit jangan diperhatikan/jangan dipedulikan).

Inilah sebabnya yang satu melihat dukkha, asal mula dukkha, lenyapnya dukkha dan cara untuk melenyapkan dukkha.
Sedangkan yang lain hanya mendapatkan ketenangan dan konsentrasi yang baik (tapi bila diarahkan untuk mengamati batin dan jasmani maka mereka juqa dapat melihat dukkha, asal mula dukkha, lenyapnya dukkha dan cara untuk melenyapkan dukkha).

Intinya para guru Samatha Bhavana tersebut bukan batinnya tak tergoyahkan pada semua fenomena, tetapi menghindar sejauh mungkin dari semua fenomena.

Kalau boleh saya menambahkan, Vipassana Bhavana seperti tetap diam tak bergeming menghadapi orang menampar bertubi-tubi, Samatha Bhavana seperti menjauhkan diri dari orang yang mau menampar.

Bila tak mau mengamati batin sendiri bagaimana bisa tahu atta ada atau tidak...?
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Sumedho

bro ko sdr fab yang baik juga,

Aye skip soal vipassana-samatha nya.

justru itu dia kata kuncinya... anatta. Banyak para ahli meditasi bisa mengamati tubuh, pikiran, dst tapi pandangannya belum benar. IMO semua itu harus dimulai dulu dari pandangan (samma ditthi). Tanpa itu, tentu tidak akan bisa lari kemana2 (dalam framework buddhis). Dari pandangan benar (samma ditthi) berlanjut terus sampai ke konsentrasi benar (samma samadhi).

back to

QuoteDengan sikap batin yang telah menjadi netral (tidak menolak maupun melekat) maka proses yang terjadi pada batin dan jasmani meditator tersebut tak lagi memiliki pengaruh terhadap meditator tersebut. Selanjutnya karena proses batin tak lagi memiliki pengaruh terhadap batin meditator maka proses-proses tersebut seperti pelita kehabisan minyak dan akan berhenti dengan sendirinya.

Bila Seorang meditator telah mampu mengatasi yang ada dalam dirinya demikian maka, hal-hal yang ada diluar tak lagi memiliki pengaruh terhadap dirinya. Ialah yang disebut pemenang yang sesungguhnya (pemenang arus).
Jika tanpa pandangan benar, tapi bisa memiliki sikap batin netral, maksudnya itu loh yg aye post sebelumnya, masa disebut sotapanna. Kekna banyak loh guru2 yg mengajarkan demikian :)
There is no place like 127.0.0.1

fabian c

#29
Quote from: Sumedho on 06 February 2011, 08:49:48 AM
bro ko sdr fab yang baik juga,

Aye skip soal vipassana-samatha nya.

justru itu dia kata kuncinya... anatta. Banyak para ahli meditasi bisa mengamati tubuh, pikiran, dst tapi pandangannya belum benar. IMO semua itu harus dimulai dulu dari pandangan (samma ditthi). Tanpa itu, tentu tidak akan bisa lari kemana2 (dalam framework buddhis). Dari pandangan benar (samma ditthi) berlanjut terus sampai ke konsentrasi benar (samma samadhi).

back to
Jika tanpa pandangan benar, tapi bisa memiliki sikap batin netral, maksudnya itu loh yg aye post sebelumnya, masa disebut sotapanna. Kekna banyak loh guru2 yg mengajarkan demikian :)


Boleh tahu bro... sikap batin netral yang bagaimanakah maksudnya...? Sikap batin upekkha (netral) pada Jhana ke empat...? Tentu saja berbeda bro... Karena prosesnya jelas berbeda. Sudah dikatakan bahwa Jhana didapat dengan melarikan diri dari dukkha, sedangkan Sankhara upekkha nyana (sikap batrin netral terhadap sankhara) didapat dengan mengamati karakteristik dukkha dari batin dan jasmani.

Perlu diketahui bahwa upekkha/netral Vipassana tidak sama dengan upekkha/netral Jhana ke empat.
Upekkha/netral Jhana keempat dengan objek anapanasati  tidak sama dengan upekkha/netral Jhana keempat dengan objek Brahma Vihara.
juga berbeda dengan upekkha/netral pembunuh berdarah dingin.

Upekkha (netral) mana yang dimaksud...?

Upekkha terhadap sankhara (sankharupekkha nyana) hanya didapat dengan Vipassana, inilah satu-satunya jalan.

Yang biru: Apakah yang dilihat pada bagian tubuh...? 32 bagian tubuh..? Itu bukan pengamatan jasmani yang dimaksud, pengamatan itu hanya membawa ke Jhana karena tak melihat karakteristiknya. Mengenai mengamati pikiran, boleh tahu guru meditasi mana bro..? Bisa beri contoh....?

Sekali lagi perlu saya tekankan guru-guru meditasi manapun yang tidak memperhatikan karakteristik batin dan jasmani, tak akan pernah mencapai keseimbangan batin Vipassana, oleh karena itu tak akan mencapai Magga-Phala.

Mengenai yang saya bold: Bila demikian sekarang saya mau balik bertanya: bagaimana dengan guru-guru meditasi lain (non Buddhis) yang mencapai Jhana, apakah mereka telah memiliki pandangan benar...?
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata