sebenarnya yg masih jadi pertanyaan sy juga hal ini, kenapa Sang Buddha yg memiliki kekuatan samma sambuddha tidak menggunakan kekuatan getaran bathin (getaran bathin tdk membutuhkan suara, tatap muka, penciuman bau atau rasa), dimana dengan kekuatan getaran bathin beliau, maka guru beliau dapat menerima getaran bathin ini.
Ketika mencapai jhana, pikiran terpusat pada satu objek, tidak lagi mempersepsi objek dari luar, apakah itu cahaya, suara, sentuhan, maupun getaran bathin. Mereka hanya bangun ketika konsentrasi melemah, atau sesuai dengan tekad mereka. Seperti kisah Thera Bhaddaji yang berdiri dan masuk dalam jhana, hanya bertekad bangun jika ada Buddha di dekatnya. Sehingga ketika Sariputta & MahaMoggallana lewat mendahului Buddha, ia "diam" saja. Ia dipersalahkan oleh bhikkhu yang tidak mengetahui pencapaiannya. Kemudian Buddha menyuruhnya menunjukkan kesaktian. Ia mengangkat sebuah istana maha besar (tempat ia menghuninya di masa lalu) ke udara.
Kalau untuk Arupa, sepertinya sudah jauh lebih halus lagi, dan konon mereka memang selalu dalam keadaan meditatif demikian, tidak seperti makhluk di Rupa Brahma. Jadi sepertinya memang tidak mungkin, bahkan bagi seorang Samma Sambuddha untuk membabarkan dhamma bagi mereka.