Recent posts

#31
Studi Sutta/Sutra / Re: Jhana ke 2 - noble silence...
Last post by Indra - 30 October 2025, 03:39:02 PM
Quote from: FZ on 29 October 2025, 07:52:40 PMKalau terjemahan om Indra, ekaggata => konsentrasi, tapi di suttacentral sepertinya Bhante Sujato translate citta ekaggata sebagai unification of mind. Mungkin bisa baca MN 111, Anupada Sutta

Saya masih menerjemahkan dari sumber English, tidak langsung dari Pali. jika Englishnya adalah "unification of mind" untuk ekaggata, maka saya akan menerjemahkan sebagai "keterpusatan pikiran", konsentrasi biasanya dari english "concentration", biasanya dari kata Pali samadhi
#32
Seremonial / Re: Happy DC resurrection and ...
Last post by Arya Karniawan - 30 October 2025, 12:39:41 PM
Tatapannya terlihat dingin,
Tulisan-tulisannya tajam dan kritis,
Ketika mengajar, suaranya lembut.
Baju hitam adalah cirinya.

Kita semua pernah bersamanya,
Mendiskusikan tentang Dhamma.
Terkadang sepemikiran,
Terkadang juga bertentangan.

Dialektika adalah cirinya,
Berjam-jam habis tidak terasa.
Walaupun terkadang setajam silet,
Namun tanpa dendam dihatinya.

Semua telah berlalu,
Sang waktu memakan segalanya,
Dari yang kaya dan miskin,
Yang bodoh maupun yang pintar.

Selamat jalan ko KK,
Di sini kami mengenangmu,
Semoga kita bertemu lagi,
Saling mengkoreksi hingga tercapai Nibbana.
#33
Seremonial / Re: Happy DC resurrection and ...
Last post by seniya - 30 October 2025, 10:48:08 AM
Salah satu message terakhir om KK seminggu sebelum wafat di group pembahasan lintas agama yg kami buat di telegram. Semoga bisa menjadi pengingat agar tdk terlalu fundamentalis dalam beragama:

Quote from: K.K. (Kainyn Kutho)Itu kan cara pikir fundies krn menurut gue wkt itu, Thervad "murni" plg bener. Ga ada di sutta = ngaco.

Semua agama itu berkembang dr kepercayaan yg udah ada sebelumnya. Mengembangkan dan menambah itu emg udah bagian yg wajar dlm perjalanan dr waktu ke waktu. Mahayana tambah Amitabha, Tantra tambah SH Adi Buddha, ya semua sah aja. Karena emg agama itu kan gagasan yg ga bisa dibuktikan objektif.
#34
Bantuan Teknis, kritik dan saran. / Re: Bahas Sutta
Last post by Sumedho - 30 October 2025, 10:43:00 AM
Langsung ke tkp yah Studi Sutta/Sutra
#35
Seremonial / Re: Happy DC resurrection and ...
Last post by seniya - 30 October 2025, 10:07:20 AM
Kenang-kenangan tulisan om KK di forum ini:

https://forum.dhammacitta.org/index.php?topic=11406.0

Beliau juga sempat mengisi materi zoom diskusi Dhamma online DC 5 tahun yg lalu saat covid:

#36
Studi Sutta/Sutra / Ketika usia-tua dan kematian s...
Last post by Indra - 30 October 2025, 08:48:10 AM
Terinspirasi dari kejadian yang baru saja terjadi pada sahabat kita. Sekonyong-konyong saya teringat sutta yang indah ini.



Perumpamaan Gunung

Di Sāvatthī. Di siang hari, Raja Pasenadi dari Kosala menghadap Sang Bhagavā ... Sang Bhagavā berkata kepadanya ketika ia sedang duduk di satu sisi: "Dari manakah engkau datang, Baginda, di siang hari ini?"

"Baru saja, Yang Mulia, aku melakukan urusan kerajaan yaitu meminyaki kepala raja-raja khattiya, yang mabuk kekuasaan, yang terobsesi oleh keserakahan pada kenikmatan-indria, yang telah mencapai pengendalian yang stabil di negeri mereka, dan yang memerintah setelah menaklukkan wilayah teritorial yang luas di bumi ini."

"Bagaimana menurutmu, Baginda? Di sini, seseorang mendatangimu dari timur, seorang yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan; setelah menghadap ia berkata kepadamu: 'Tentu saja, Baginda, engkau harus mengetahui hal ini: aku datang dari timur, dan di sana aku melihat sebuah gunung setinggi awan bergerak, menggilas semua makhluk hidup. Lakukanlah apa yang harus engkau lakukan, Baginda.' Kemudian orang ke dua mendatangimu dari barat ... kemudian orang ke tiga mendatangimu dari utara ... kemudian orang ke empat mendatangimu dari selatan, seorang yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan; setelah menghadap ia berkata kepadamu: 'Tentu saja, Baginda, engkau harus mengetahui hal ini: aku datang dari selatan, dan di sana aku melihat sebuah gunung setinggi awan bergerak, menggilas semua makhluk hidup. Lakukanlah apa yang harus engkau lakukan, Baginda.' Jika, Baginda, bencana dahsyat itu terjadi, kehancuran luar biasa bagi umat manusia, kondisi kemanusiaan yang sangat sulit diperoleh, apakah yang harus dilakukan?"

"Jika, Yang Mulia, bencana dahsyat itu terjadi, kehancuran luar biasa bagi umat manusia, kondisi kemanusiaan yang sangat sulit diperoleh, apa lagikah yang dapat dilakukan kecuali hidup dalam Dhamma, hidup dengan benar, dan melakukan perbuatan berjasa dan bermanfaat?"

"Aku beritahukan kepadamu, Baginda, Aku mengumumkan kepadamu, Baginda: usia tua dan kematian sedang menghampirimu. Ketika usia-tua dan kematian sedang menghampirimu, Baginda, apakah yang harus dilakukan?"

"Karena usia tua dan kematian sedang menghampiriku, Yang Mulia, apa lagikah yang dapat dilakukan kecuali hidup dalam Dhamma, hidup dengan benar, dan melakukan perbuatan berjasa dan bermanfaat?

"Ada, Yang Mulia, perang-perang pasukan gajah [yang dilakukan oleh] raja-raja khattiya yang sah, yang mabuk kekuasaan, yang terobsesi oleh keserakahan akan kenikmatan-indria, yang telah mencapai pengendalian yang stabil di negeri mereka, dan yang memerintah setelah menaklukkan wilayah teritorial yang luas di bumi ini; tetapi tidak ada tempat bagi perang-perang pasukan gajah itu, tidak ada ruang bagi mereka, ketika usia tua dan kematian menghampiri. Ada, Yang Mulia, perang-perang pasukan berkuda [yang dilakukan oleh] raja-raja khattiya yang sah ... Ada perang-perang pasukan kereta ... perang-perang pasukan infanteri ... tetapi tidak ada tempat bagi perang-perang pasukan infanteri itu, tidak ada ruang bagi mereka, ketika usia-tua dan kematian menghampiri. Dalam kerajaan ini, Yang Mulia, terdapat para menteri yang, ketika musuh datang, mampu memecah mereka dengan muslihat, namun tidak ada tempat bagi muslihat, tidak ada ruang bagi muslihat ketika usia tua dan kematian menghampiri. Dalam kerajaan ini, Yang Mulia, terdapat emas dan perak dalam jumlah besar tersimpan dalam brankas dan gudang-gudang penyimpanan, dan dengan kekayaan sebanyak itu kami mampu meredam musuh ketika mereka datang; tetapi tidak ada tempat pagi perang kekayaan, tidak ada ruang baginya, ketika usia tua dan kematian menghampiri. Karena usia tua dan kematian sedang menghampiriku, Yang Mulia, apa lagikah yang dapat dilakukan kecuali hidup dalam Dhamma, hidup dengan benar, dan melakukan perbuatan berjasa dan bermanfaat?"

"Demikianlah, Baginda! Memang demikian, Baginda! Karena usia tua dan kematian menghampirimu, apa lagikah yang dapat dilakukan kecuali hidup dalam Dhamma, hidup dengan benar, dan melakukan perbuatan berjasa dan bermanfaat?"

Ini adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Setelah mengatakan ini, Yang Sempurna, Sang Guru, lebih lanjut mengatakan:

"Bagaikan gunung karang,
Tinggi, menjulang ke langit,
Menarik segalanya dari segala sisi,
Menggilas segalanya di empat penjuru –
Demikian pula usia-tua dan kematian datang
Menghampiri semua makhluk hidup


Khattiya, brahmana, vessa, sudda,
Caṇḍala dan pemungut sampah:
Tidak menyisakan apa pun sepanjang perjalanannya
Namun datang menggilas segalanya.

"Tidak ada tempat di sini bagi pasukan gajah,
Bagi pasukan kereta dan pasukan infanteri.
Seseorang tidak dapat mengalahkannya dengan muslihat,
Atau membelinya dengan kekayaan.

"Oleh karena itu seorang yang bijaksana di sini,
Demi kebaikannya sendiri,
Harus dengan teguh mengokohkan keyakinan
Pada Sang Buddha, Dhamma dan Saṅgha.

"Ketika seseorang berperilaku sesuai Dhamma
Melalui jasmani, ucapan dan pikiran,
Mereka memujinya di sini dalam kehidupan ini,
Dan setelah kematian ia bergembira di alam surga."

https://dhammacitta.org/teks/sn/sn03-id-bodhi.html#25
#37
Seremonial / Re: Happy DC resurrection and ...
Last post by Indra - 29 October 2025, 09:24:14 PM
Ayo lanjutkan thread ini dgn segala kesan dan harapan pada forum Dhammacitta
Serta eulogy, kesan2, ingatan pada our beloved late brother, KK. _/\_
#38
Theravada / Re: Kupas Tuntas Sotapanna men...
Last post by FZ - 29 October 2025, 08:09:55 PM
Quote from: Peacemind on 10 December 2009, 12:32:30 PMDalam sutta2 dikatakan bahwa seorang sotapanna memiliki moralitas yang tidak hancur (akhaṇḍehi sīlehi / unbroken morality). Saya jadi berpikir apakah seorang sotapanna tidak mungkin akan membunuh lagi. Seumpama ada seseorang yang mengancamnya dengn memberikan dua pilihan, (1) ia harus membunuh nyamuk atau (2) ia harus rela dibunuh. Apa yang akan dilakukannya ya?

Thanks bagi yang menjawab kasus ini..
Walau thread lama, namun izin menjawab. Beberapa minggu lalu, sempat baca essay Piya Tan, dan ada skenario yang mirip : Seorang perompak akan membunuh, dan meminta Bhikkhu untuk memilih siapa yang harus dibunuh.
Jika Bhikkhu menunjuk orang lain untuk dibunuh, berarti tidak ada cinta kasih
Jika Bhikhhu mengorbankan diri untuk dibunuh, berarti juga tidak mencintai diri

Yang harus dilakukan adalah mengupayakan agar tidak terjadi pembunuhan, baik terhadap orang lain dan diri sendiri. Dan menurut saya, cinta kasih ke diri sendiri juga bukanlah hal yang buruk/salah seperti pandangan orang-orang pada umumnya. Uniknya hal ini pun sebenarnya ditemukan di Sutta juga

SN 3.8
Di Sāvatthī. Pada saat itu Raja Pasenadi dari Kosala pergi bersama dengan Ratu Mallikā ke teras atas istana. Kemudian Raja Pasenadi dari Kosala berkata kepada Ratu Mallikā: "Adakah, Mallikā, seseorang yang lebih engkau sayangi daripada dirimu sendiri?"

"Tidak ada, Baginda, orang yang lebih kusayangi daripada diriku sendiri. Tetapi adakah, Baginda, orang yang lebih engkau sayangi daripada dirimu sendiri?"

"Bagiku juga, Mallikā, tidak ada orang yang lebih kucintai daripada diriku sendiri."

Kemudian Raja Pasenadi dari Kosala turun dari istana dan mendatangi Sang Bhagavā. Setelah mendekat, ia memberi hormat kepada Sang Bhagavā, duduk di satu sisi, dan menceritakan kepada Sang Bhagavā tentang percakapannya dengan Ratu Mallikā. Kemudian Sang Bhagavā, setelah memahami maknanya, pada kesempatan itu mengucapkan syair berikut ini:

"Setelah melintasi segala penjuru dengan pikiran,
Seseorang tidak menemukan di mana pun yang lebih ia sayangi daripada dirinya sendiri.
Demikian pula, bagi setiap orang, dirinya sendiri adalah yang paling disayangi;
Oleh karena itu, ia yang menyayangi dirinya sendiri seharusnya tidak mencelakai orang lain."
#39
Bantuan Teknis, kritik dan saran. / Bahas Sutta
Last post by FZ - 29 October 2025, 07:58:04 PM
Selamat untuk forum DC Reborn, mungkin kita bisa bahas/bertukar pikiran soal Sutta, lebih mantap lagi jika ada Bhante / Bhikkhu yang bisa membimbing
#40
Studi Sutta/Sutra / Re: Jhana ke 2 - noble silence...
Last post by FZ - 29 October 2025, 07:52:40 PM
Vitakka dan Vicara ini mungkin lebih tepat diterjemahkan "mengarahkan pikiran ke objek meditasi" dan "menjaga pikiran tetap di objek meditasi".

Yang mana ketika makin lama makin dalam meditasinya, maka pikiran yang mulai bersama dengan objek, makin lama makin menyatu (ekaggata), dan karena sudah menyatu, batin makin seimbang, maka vitakka dan vicara ini sudah "tidak dibutuhkan" lagi dan akan lepas dengan sendirinya.

Kalau terjemahan om Indra, ekaggata => konsentrasi, tapi di suttacentral sepertinya Bhante Sujato translate citta ekaggata sebagai unification of mind. Mungkin bisa baca MN 111, Anupada Sutta

Kalau menggunakan "berhentinya pikiran" khawatirnya akan ambigu dengan Nirodha, karena pemahaman saya, salah satu indria adalah pikiran, dan bagaimana agar pikiran berhenti ? Berarti kesadarannya akan pikiran harus berhenti, karena kesadaran berhenti, persepsi dan perasaan juga ikut berhenti / lenyap. Singkat kata : Lenyap / berhenti tidak sama dengan Silence.

Ilustrasi sederhana : ketika kondisi mati lampu gelap gulita, itu bisa disebut silence, tapi indria mata tetap bekerja melihat karena ada kesadaran mata, walau yang dilihat tetaplah gelap gulita.