News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu
Menu

Show posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.

Show posts Menu

Messages - fabian

#1
Meditasi / Re: Abhidhamma & vipassana
07 August 2008, 06:43:50 PM
Quote from: dilbert on 07 August 2008, 03:43:33 PM
apakah setiap fenomena bathin muncul lantas menjadi kekotoran bathin ? Bagaimana kalau fenomena ini muncul hanya sampai pada persepsi murni dan berhenti ?
setiap ada persepsi itu merupakan kekotoran batin, batin yang telah bersih tidak timbul respon terhadap suatu fenomena apapun yang muncul, jadi ia hanya melihat atau mengetahui atau menyadari saja, umumnya guru meditasi mengatakan sebagai "knowing mind" setiap ada impuls atau gejolak batin walau kecil, batin menjadi tidak bersih.
#2
Meditasi / Re: Abhidhamma & vipassana
07 August 2008, 11:21:07 AM
pak Hudoyo yang baik,

Sejak dahulu saya mengagumi pak Hudoyo yang telah saya kenal selama puluhan tahun.. (sejak masih berpraktek di sulawesi) tapi mungkin pak Hudoyo baru mengenal saya baru baru ini, mohon maaf bila saya berbeda pandangan dengan pak Hudoyo. Karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda beda, walaupun semakin lama semakin mengerucut keatas, maksudnya semakin jauh tentu semakin mirip pengalamannya. Ada beberapa hal yang saya setuju dengan pak Hudoyo, tetapi ada juga yang tidak, dan jangan dikaitkan dengan benar atau salah, biarlah kita mengambil ini sebagai suatu tambahan pemahaman.

Prinsip melatih Vipassana diuraikan dengan jelas oleh Sang Buddha dalam mahasatipatthana sutta. Sang Buddha mengatakan "Ekàyano ayam bhikkhave maggo sattànam visuddhiyà" Bhikkhus, this is the one and only way for the purification (of the minds) of beings. Para Bhikkhu ini adalah satu-satunya jalan untuk mencapai kesucian.

Pada bagian lain yang jelas ada sebagai acuan sikap mental waktu melatih Vipassana Sang Buddha mengatakan dalam Mahasatipatthana sutta: "idha bhikkhave bhikkhu kàye kàyànupassi viharati àtàpi sampajàno satimà vineyya loke abhijjhàdomanassam." yang kurang lebih berarti, "There is the case where a monk remains focused on the body in & of itself -- ardent, alert, & mindful -- putting aside greed & distress with reference to the world". Inti maksudnya yaitu "Bhikkhu dengan memperhatikan tubuh, dengan penuh semangat (atapi), perhatian murni (sati) dan kewaspadaan (sampajanno)-- melepaskan keserakahan, dan kesedihan yang berkaitan dengan dengan duniawi".

Dalam Malunkyaputta sutta juga viriya ini ditekankan bersama sati, berikut ini saya berikan cuplikan dari Malunkyaputta sutta terjemahan bhikkhu Thanissaro "It would be good, lord, if the Blessed One would teach me the Dhamma in brief so that, having heard the Dhamma from the Blessed One, I might dwell alone in seclusion: heedful, ardent, & resolute." lalu setelah Beliau berlatih dengan penuh semangat, mencapai tingkat kesucian Arahat sesuai dengan cuplikan berikut ini "Then Ven. Malunkyaputta, having been admonished by the admonishment from the Blessed One, got up from his seat and bowed down to the Blessed One, circled around him, keeping the Blessed One to his right side, and left. Then, dwelling alone, secluded, heedful, ardent, & resolute, he in no long time reached & remained in the supreme goal of the holy life"
Ardent atau dalam bahasa Palinya atapi berarti penuh semangat.

Jadi semangat (viriya/atapi) dalam berlatih metode Vipassana bukan berasal dari Mahasi Sayadaw atau teknik Mahasi, tetapi mengikuti ajaran Sang Buddha yang tertuang dalam Mahasatipatthana sutta maupun Malunkyputta sutta.

Saya melihat bahwa pak Hudoyo, nampaknya kurang paham pada tulisan saya, saya tidak mengatakan bahwa metode Mahasi Sayadaw menitik beratkan pada konsentrasi dan viriya, dan saya tidak pernah melihatnya demikian. Setahu saya selama seorang meditator memiliki sati yang kuat maka konsentrasinya akan bertambah dari hari ke hari, untuk mengimbangi konsentrasi yang bertambah kuat sebagai hasil dari sati yang kuat maka kita harus memiliki viriya yang cukup untuk mengimbangi konsentrasi tersebut agar tidak mengantuk dan jatuh tertidur. Jadi perlu saya garis bawahi dan konsisten dengan penuturan saya diatas bahwa konsentrasi yang kuat merupakan produk langsung sati yang kuat, sehingga dikatakan bahwa sati dan samadhi sejalan.ini sejalan dengan isi "Kimsuka Sutta (SN XXXV.204) — The Riddle Tree {S iv 191; CDB ii 1251; this sutta corresponds to CDB XXXV.245} [Thanissaro]"

Bila kita berkonsentrasi hanya pada satu objek maka itu adalah samatha, tetapi Vipassana bukan Samatha, Vipassana memiliki banyak objek, tetapi objek utama diperlukan sebagai jangkar, sehingga pikiran tidak mengembara.

Umumnya untuk menambah viriya kita melakukannya dengan tekad.

Pada latihan Vipassana sebenarnya kita mengumpulkan pengalaman.. pengalaman ini juga merupakan parami.. pada pemula yang berlatih Vipassana, yang belum mengerti Vipassana, banyak diantaranya yang justru mengikuti pikiran atau gejolak batinnya. Berlatih metode Mahasi Sayadaw atau berlatih metode meditasi apapun, berusaha memperhatikan tanpa terseret adalah kunci agar fenomena batin maupun jasmani yang muncul menjadi lenyap kembali.

bagaimana caranya agar kita tidak terseret? disini kita harus melihat setiap fenomena batin dan jasmani yang muncul sesuai dengan yang dikatakan oleh pak Hudoyo, yang berdasarkan teori yang diambil dari Bahiya sutta maupun Malunkyaputta sutta. Dalam latihan Vipassana kita harus melihat segala sesuatu hanya sebagai fenomena murni, tidak sebagai bagian dari diri kita, karena sebenarnya yang disebut sebagai kita atau aku hanya kumpulan fenomena belaka, yaitu sanna, sankhara, vinana, vedana dan rupa tidak lebih. Kita menganggap ada "aku" karena selalu apabila batin melakukan kegiatan ia masuk kedalam fenomena itu (terseret) sehingga ia merasa bagian dari fenomena itu dan dengan demikian timbul kesan ada aku atau itu milikku, karena ia terlibat dengan fenomena batin dan jasmani yang muncul, padahal menurut kebenaran tertinggi tak ada aku.

Bagaikan orang yang berada dalam mobil maka ia akan mengganggap ia sebagai bagian dari mobil selama ia berada di dalamnya dan ia tak bisa melihat mobil dari sisi luar, hanya setelah ia keluar dari mobil maka ia dapat melihat mobil dari sisi luar dan tidak merasa sebagai bagian dari mobil tersebut. Anggaplah mobil sebagai fenomena batin dan jasmani.

kembali pada penuturan pak Hudoyo mengenai Bahiya sutta yang pak Hudoyo jadikan acuan, memang nampaknya seolah olah petapa Bahiya mencapai pencerahan seketika setelah mendengar khotbah Sang Buddha. Tetapi proses yang terjadi saya kira tidak sesederhana itu untuk beberapa alasan:
1. Pertapa Bahiya pernah dalam satu kehidupan lampau sebagai  Bhikkhu berlatih Vipassana selama 20.000 tahun hingga akhir hayatnya, kita tidak tahu latihan yang telah ia lakukan pada kehidupan kehidupan yang lain, jadi paraminya luar biasa waktu bertemu dengan Sang Buddha.
2. Dengan kehidupan sebagai pertapa yang ia jalani dan ia merasa yakin bahwa ia telah mencapai pencerahan tentunya ia memiliki suatu keadaan batin yang baik entah apa namanya itu..., karena orang dengan batin yang bergejolak seperti orang biasa atau dengan contoh yang ekstrim seorang kriminal umpamanya, kemungkinan tidak akan menganggap dirinya sebagai Arahat atau orang suci...
3. Setahu saya Y.A. Bahiya, menjadi Arahat bukan dengan seketika, menurut komentar guru guru meditasi, pada waktu itu Beliau melakukan Vipassana dengan sangat cepat, melewati nyana nyana dengan cepat karena sudah sangat berpengalaman di kehidupan lampau.  Kecepatan pencapaian Y.A. Bahiya juga kemungkinan diimbangi kelima faktor batinnya (bala) nya cukup kuat dan seimbang, walaupun Beliau tidak belajar teori mengenai pancabala. sehingga begitu Beliau mengarahkan batinnya maka dengan mudah Beliau melihat jalan... Bagai meditator yang telah terbiasa memasuki Nibbana, dengan cepat memasuki Nibbana setiap kali, bahkan mungkin hanya dalam hitungan detik langsung masuk, karena (Pancabala) batinnya seimbang dan kuat dan ia sudah sangat mengenal jalannya. Sedangkan bagi mereka yang belum pernah masuk, memerlukan waktu berbulan bulan bahkan mungkin tahunan, karena batinnya belum kuat atau belum seimbang.

Betapa mudahnya nampaknya Bahiya sutta, seolah olah hanya dengan mendengar orang mencapai kesucian dan nampaknya seolah olah seketika, ini mungkin disebabkan banyak orang yang tak mengetahui latar belakang Beliau di masa yang lampau, bahwa ia telah berlatih dalam waktu dan cara yang mendirikan bulu roma di masa yang lampau (hanya sebagai informasi bagi teman teman, baca Dhammapada attakatha).
Pak Hud mengatakan bahwa saya belum pernah melatih versi MMD, justru saya kira seorang pemula dalam latihan Vipassana versi apapun sering berlatih versi MMD, yaitu hanya melihat pikiran atau fenomena batin yang lain, tanpa menyadari ia masuk dan terseret. begitu sadar, ia lupa objek utama dan mengamati fenomena lagi dan terseret lagi, begitu seterusnya. Ini karena satinya kurang kuat, oleh karena itu ada metode meditasi yang menghindar memperhatikan pikiran pada tahap awal meditasi dan lebih menekankan untuk memperhatikan perasaan.

fenomena batin dan jasmani yang muncul inilah yang disebut kekotoran batin.. ini yang membuat batin tidak lentur, tidak menurut, entah itu pikiran buruk atau pikiran baik..., selama muncul pikiran atau perasaan maka dikatakan bahwa batinnya belum bersih...

Pada mereka yang batinnya telah murni, telah bersih, kekotoran batin berupa fenomena batin dan jasmani sudah tidak muncul, sehingga dikatakan bahwa batinnya telah murni, telah bersih, batinnya hanya memperhatikan objek utama terus menerus.., ini jika ia memiliki objek utama untuk satinya, bila tidak memiliki objek utama untuk satinya apa yang diperhatikan...?

Selama saya berlatih Vipassana mengikuti metode Mahasi Sayadaw saya tidak melihat bahwa metode Mahasi Sayadaw bertentangan dengan Sutta maupun Abhidhamma, saya mempelajari sutta lebih mendalam setelah saya mempelajari metode meditasi Mahasi Sayadaw, saya melihat bahwa semua aspek yang berkenaan dengan metode meditasi Mahasi sayadaw sejalan dengan Sutta maupun Abhidhamma. Jadi saya mengambil kesimpulan bahwa mahasi Sayadaw tidak menciptakan metode sendiri, tetapi hanya mempopulerkan kembali Vipassana yang berdasarkan Sutta dan Abhidhamma, satu-satunya yang menjadi perbedaan hanya objek utama yang dijadikan jangkar yaitu rasa yang timbul pada kontraksi kembung kempis perut, bukan rasa yang timbul pada keluar masuk napas di ujung hidung.

Maaf, jika saya mengutarakan pandangan yang berbeda dengan pak Hudoyo yang sangat saya kagumi dan hormati.
Dugaan pak Hudoyo mengenai hubungan saya dengan Bhante Thitaketuko memang benar, sayang sekarang ini beliau harus menjaga kondisinya sehingga jarang mau berbicara. jangankan dengan saya, dengan Susan maupun Andrew juga beliau hanya berbicara yang perlu-perlu saja, yang umumnya tak berkaitan Dhamma.

Sukhi hotu,

Fabian.


#3
Meditasi / Re: Abhidhamma & vipassana
06 August 2008, 01:42:45 AM
Suatu ketika dalam perjalanan, di pesawat udara saya iseng iseng membaca majalah fortune, yang merupakan complimentary copy yang diberikan oleh maskapai penerbangan tersebut... tertulis di iklannya... alat yang bisa membuat anda terkonsentrasi, bahkan akan membuat anda mencapai pencerahan, alatnya adalah sejenis gogle (seperti kacamata). Saya sangat tertarik, waktu itu saya belum mengenal Vipassana, iklan di majalah tersebut sangat menarik, dikatakan bahwa alat ini akan membuat anda mencapai pencerahan dengan mudah karena akan membuat batin anda terkonsentrasi. Dengan singkat dikatakan ini adalah the lazy way to enlightenment, akhirnya saya membeli alat tersebut, dan saya menggunakan alat tersebut. (sampai sekarang alat itu masih fungsional dan menjadi sampah dirumah saya, karena saya tak lagi mempergunakan alat itu)

Tahukah anda apa manfaat terbesar dari alat itu? alat itu dapat membantu anda bila susah tidur... karena dengan memasang alat itu waktu tidur anda bisa mengantuk...

Setelah belajar Dhammma baru saya mengerti bahwa alat itu memang alat sampah... tak ada jalan yang disebut the "lazy way to enlightenment". Dari latihan kita mengerti bahwa bila tanpa semangat maka pada orang yang batinnya mulai terkonsentrasi akan mudah ngantuk jatuh tertidur, karena demikianlah yang dikatakan dalam teori dan demikianlah yang saya alami.

Memang faktor ketenangan diperlukan sehingga batin merasa puas terhadap objek dan dengan demikian fenomena yang muncul akan nampak lebih jelas.  Tetapi batin yang tenang ini harus diimbangi dengan semangat supaya batin menjadi semakin cerah dan dengan demikian semakin jelas mengamati setiap fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani.

Keseimbangan kelima faktor kekuatan batin atau yang menurut teori disebut dengan pancabala memainkan peranan yang sangat penting. Banyak sekali orang yang kurang mendalami apa yang disebut dengan kanika samadhi...sehingga mereka keliru mengartikan dan dengan demikian beranggapan bahwa bila mereka memperhatikan batin yang berpindah pindah mereka sebut kanika samadhi...

Berdasarkan pengalaman, pola demikian memang kanika (kanika berasal dari kata kana yang berarti saat) tetapi jika kita selalu terbawa objek yang berpindah pindah maka dianggap belum samadhi.
Contohnya adalah demikian... saya teringat rumah, lalu saya ingat rumahnya bercat putih, putih melambangkan kebersihan, kebersihan adalah sesuatu yang harus dijaga saya sadar bahwa saya sedang berpikir, saya harus melihat batin dan jasmani, ada perasaan yang muncul rasa damai, saya merasa tenang dstnya... ini sebenarnya adalah batin yang mengembara...

Ini bukan samadhi... samadhi tidak mengikuti buah dari pikiran, tetapi hanya mengamati bahwa ada suatu kegiatan batin yang muncul, dengan demikian karena ia menyadari prosesnya maka proses tersebut akan lenyap bagai api yang tak mendapatkan bahan bakar. lalu ia harus kembali ke objek utama sehingga ia memperkuat konsentrasinya. Kemudian bila muncul fenomena lain maka ia harus memperhatikan fenomena tersebut, tetapi jangan berusaha tahu apa isinya..karena jika ia melihat isinya maka kemelekatan terhadap fenomena tersebut akan timbul dan dengan timbulnya kemelekatan maka batinnya akan terseret, bukan distraksi.

Distraksi (distraction) dalam meditasi adalah fenomena yang timbul yang menyebabkan perhatian beralih ke objek lain, tetapi batin yang terdistraksi belum tentu terseret. karena bagi meditator yang sudah kuat perhatiannya maka begitu objek yang muncul dia perhatikan maka secepat kilat objek tersebut lenyap saat itu juga, tak ada objek yang mampu menyeret seorang meditator yang samadhinya sudah kuat.

Mengapa harus ada objek utama dan kembali ke objek utama...? jawabannya jelas, jika tak ada objek utama, katakanlah melihat pikiran, lalu pikiran lenyap, terus ngapain..? mencari fenomena lain...? mencari fenomena yang lain adalah kegiatan batin yang melibatkan proses berpikir... sedangkan dalam meditasi Vipassana kita jangan berpikir, hanya memperhatikan dan senantiasa memperhatikan... mencari berbeda dengan memperhatikan.
Bila ada objek utama tentu kita memperhatikan objek utama. Memperhatikan objek utama tujuannya adalah supaya samadhi kita semakin lama semakin kuat.

setelah lama meditator berlatih demikian maka lambat laun meditator semakin maju, ia akan mengetahui setiap kegiatan batin tanpa mengenal apa isi dari kegiatan tersebut, ia hanya melihat suatu impuls batin yang muncul kemudian lenyap kembali. Inilah yang dikatakan batin yang semakin melepas. Semakin lama semakin cekatan batin mengetahui setiap fenomena yang terjadi dan semakin cepat lenyap juga setiap fenomena yang muncul. Disini kita melihat bahwa batin semakin waspada dan sigap terhadap segala fenomena yang muncul.

Lebih jauh lagi ia berlatih maka interval kemunculan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain semakin jarang dan akhirnya meditator bisa memperhatikan objek utama berjam-jam tanpa ada satu cercah pikiranpun muncul.... dan pada keadaan ini batin mulai masak... inilah yang dikatakan mulai masuk kanika samadhi yang sesungguhnya, mengapa...?

pada keadaan sekarang, batin melekat pada objek utama (umpamanya keluar masuk nafas di hidung atau kembung kempis perut) tetapi ada perbedaan dengan konsentrasi samatha, yaitu: pada konsentrasi kanika samadhi objeknya timbul tenggelam, yaitu kembung kempis perut atau keluar masuk nafas hanya terlihat sebagai denyut belaka.., Inilah sebabnya ada guru meditasi yang mengatakan bahwa keadaan ini disebut dengan melihat proses, ada lagi guru meditasi mengatakan ia melihat timbul tenggelamnya batin-jasmani, ada guru meditasi lain yang mengatakan bahwa ia melihat anicca, semua komentar guru meditasi ini maksudnya sama, mereka hanya menggambarkan dengan cara berbeda.

Setelah mencapai tahap ini maka batin meditator tersebut dianggap kokoh tak tergoyahkan, karena fenomena batin dan jasmani hampir tak memiliki daya untuk  mengganggu. Dengan keadaan batin seperti itu maka bila meditator melihat sesuatu jarang bereaksi karena reaksi timbul jika konsentrasi kurang kuat, ini disebabkan batinnya mudah terseret oleh fenomena yang muncul. tetapi jika hanya dengan memperhatikan sedikit fenomena tersebut langsung lenyap maka biasanya pada keadaan batin seperti ini ia jarang bereaksi melihat segala sesuatu. Memperhatikan segala sesuatu dengan tidak bereaksi inilah yang disebut dengan perhatian murni.

Perhatian murni adalah kemampuan batin memperhatikan segala sesuatu dengan tidak bereaksi sehingga melihat apa adanya. bila bereaksi maka timbul konseptual.

Mengapa ini juga disebut samadhi? Karena pada tahap ini batin tidak berkelana dan hanya terpaku pada objek sama yang timbul tenggelam. Berbeda dengan samadhi biasa, Jhana misalnya.. pada Jhana batin terserap pada objek yang konstan (nimitta), tidak berdenyut, tidak timbul tenggelam, dengan demikian tidak ada anicca disana, dengan tidak adanya anicca (tidak ada yang tenggelam) maka tak ada penghentian, karena tak ada penghentian maka tak akan mencapai Nibbana selama berada disana.

Semoga anda semua mendapatkan manfaat dari tulisan ini dan mulai melihat kaitan antara teori yang disebut nama-rupa, kemelelekatan, pancabala,anicca, melihat apa adanya. Dengan praktek samadhi yang sesungguhnya dan tidak lagi melihat bahwa teori sama sekali berbeda dengan praktek...

sukhi hotu,

fabian
#4
Tibetan / Re: Mencapai pencerahan dengan sex?
05 August 2008, 05:22:00 AM
ya memang benar kalau dari yang saya baca bahkan ajaran tertinggi tantra, yaitu anuttara yoga tantra mengajarkan mengenai hal ini, kalau nggak salah jika ingin mencapai tingkatan illusory body harus dilakukan dengan consort atau jika tidak mau bisa dilakukan pada waktu mati dengan mengeluarkan semua chi(prana)nya. kedua metode yaitu kalachakra dan guhyasamaja samimawon.

Dalam ajaran Tantra dikatakan bahwa Sang Buddha Gotama..( di Tantra disebut Sakyamuni) sebelum mencapai penerangan sempurna dibawa ke surga Sukhavati lalu di inisiasi dengan dan melatih tantra bersama seorang consort (action seal) saya nggak ingat namanya.

bertolak belakang dengan dengan Theravada, Y.A. Ananda mengatakan di dalam Bhikkhuni sutta AN IV, 159 bahwa,
- dengan bergantung pada makanan, ketergantungan thd makanan bisa dilenyapkan
- dengan bergantung pada lobha, lobha bisa dilenyapkan
- dengan bergantung pada keangkuhan, keangkuhan bisa dilenyapkan
mengenai sexual intercourse? Sang Buddha mengatakan untuk melenyapkan sex harus dengan memutus jembatan, bukan dengan menggunakan sex untuk melenyapkan sex
#5
Meditasi / Re: Abhidhamma & vipassana
05 August 2008, 02:47:20 AM
Kulonuwun...
Ini diskusinya kayaknya nggak pernah berujung yah? Kadang kadang saya heran dengan orang yang menganggap Abhidhamma sebagai tafsir...  :( kalau memang benar itu hasil tafsir bukan berdasarkan pengetahuan yang didapat dari pengalaman bermeditasi, maka luar biasa sekali pemikir pemikir Abhidhamma itu, yang bisa berpikir sehebat itu, bisa mengetahui impulse-impulse batin yang halus yang disebut sankhara, bisa mengetahui kelompok kelompok materi yang sangat kecil yang bahkan tidak nampak dengan mikroskop.

Sulit bagi mereka yang belum pernah mengalami secara langsung, untuk mengerti apa yang dimaksud dengan melihat segala sesuatu apa adanya yang dikatakan oleh para guru meditasi...
Sebenarnya yang dimaksud dengan melihat segala sesuatu apa adanya yaitu melihat apapun yang muncul pada kesadaran kita tanpa terseret atau terbawa olehnya.

Secara sadar atau tidak sadar selalu setiap saat kita terbawa (bereaksi) terhadap segala sesuatu fenomena yang timbul pada batin dan jasmani, mungkin banyak orang yang tidak mengerti bagaimana sih sebenarnya keadaan batin yang tidak terbawa itu? Saya akan memberi perumpamaan:
suatu ketika anda melihat mobil kijang yang sudah berusia sepuluh atau limabelas tahun lewat dijalan raya, apakah batin anda bereaksi? sebagian besar orang dan termasuk anda tentu akan menjawab tidak... karena mobil seperti itu tidak menarik perhatian. Tetapi bagaimana jika jendela mobil itu kemudian terbuka dan anda melihat orang yang anda cintai berada di dalam mobil itu sedang ditodong pisau di lehernya..? apakah anda dapat membuat batin anda tidak terseret..? tentu tidak bisa kan...? Nah dalam kehidupan sehari hari batin kita cenderung terseret oleh berbagai hal yang menjadi perhatian kita.

Terseret disini ada dua hal yaitu terseret dengan bereaksi menolak seperti dalam contoh diatas, maka timbullah kebencian dsbnya. Dan terseret dengan bereaksi menerima....maka timbullah keinginan untuk mengalami kembali atau lobha..

Anda mau tahu apa itu terseret..? itulah kemelekatan... kita hidup dengan berbagai kemelekatan batin, mulai dari kebiasaan yang kita anggap baik hingga hal hal yang buruk. Dari yang halus hingga yang paling kasar.

Kembali ke melihat apa adanya, hal ini hanya bisa dialami sendiri, sulit digambarkan apabila belum merasakannya. Kemampuan ini tidak muncul pada seseorang yang berlatih meditasi Vipassana hanya pada tingkat-tingkat awal. Hanya apabila anda telah mencapai sankharupekkha nana maka anda mulai dapat melihat segala sesuatu apa adanya.

Bagaimana anda dapat melihat segala sesuatu apa adanya bila melihat rasa sakit yang timbul pada badan jasmani anda terseret dan merasa sangat menderita? hanya apabila anda mampu melihat rasa sakit tanpa merasa sakit maka anda sudah mulai bisa melihat apa adanya, karena rasa sakit hanya fenomena tidak lebih, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para guru meditasi, rasa sakit terjadi karena batin kita yang mengkonsepkannya. Rasa sakit hanya termasuk fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani.

Guru-guru besar Vipassana mengatakan bahwa rasa sakit adalah kunci ke Nibbana. Ini adalah pernyataan yang berdasarkan praktek, bukan berdasarkan teori, mengapa? terdapat ikatan yang kuat antara batin yang merasakan dan jasmani yang memberi impulse, kemelekatan kuat yang timbul dari kekhawatiran dan kegelisahan batin membuat kita merasa sangat menderita.

Dengan bertambahnya latihan vipassana (sebaiknya dibawah bimbingan guru yang berpengalaman) maka semakin lama kemelekatan kita terhadap fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani kita semakin kendur, hingga akhirnya terlepas. Dengan terlepasnya kemelekatan batin yang mengamati terhadap fenomena yang terjadi di jasmani maka mulai terlepas juga kemelekatan terhadap fenomena fenomena yang lain,  dengan demikian batin mulai mampu mengamati fenomena batin yang lebih halus, yaitu bahwa semua fenomena itu sebenarnya hanya merupakan impuls belaka. setiap impuls memiliki sifat alami bagai gelombang yaitu timbul, memuncak dan tenggelam kembali, menurut teori dalam bahasa Pali disebut upada, thiti, bhanga. Nah pada tahap ini anda mulai melihat lebih jelas lagi kaitan antara praktek dengan teori.

melihat timbul dan tenggelamnya fenomena inilah yang disebut melihat anicca dalam arti kata sesungguhnya, yang membawa kearah sang jalan...

Rangkaian proses timbul tenggelam inilah yang dapat padam, maksudnya suatu ketika impuls impuls yang timbul tenggelam ini berhenti, maka yang tersisa hanya kesadaran murni yang mengetahui, dan tidak bereaksi. Kesadaran murni ini hanya diam dan mengetahui... :|
Sebenarnya apabila kita mempraktekkan meditasi, maka kita akan mengetahui bahwa yang disebut Abhidhamma adalah hasil pengalaman yang disusun sedemikian rupa dengan menggunakan struktur bahasa yang berbeda dengan kita.
Pengalaman praktek-praktek Vipassana yang dilakukan oleh para praktisi sekarang ini hanya merupakan pengulangan pengetahuan yang berdasarkan pengalaman para praktisi Vipassana jaman dahulu yang dituangkan dalam buku yang disebut "Abhidhamma"

Lantas apakah pengetahuan Abhidhamma berguna bagi seorang meditator? entah Vipassana atau Samatha? jelas tentu saja !!!!!
Bisakah anda bayangkan seorang meditator bermeditasi dengan tidak tidak belajar teori dan tidak tahu apa itu thinamidha (kemalasan dan keengganan) yang merupakan penghalang meditasi dan juga tidak mengerti bahwa viriya (semangat) harus dibangkitkan untuk mengatasinya? jika ia tidak tahu maka kemungkinan besar meditator itu akan melatih meditabok...!!!
belum lagi keragu-raguan (vichikiccha), yang bila tidak diatasi akan membuat meditator selalu bingung sehingga tak akan maju maju...!!!

Memang pada waktu melatih meditasi kita tidak boleh mengingat pelajaran yang kita dapatkan misalnya Abhidhamma. Tetapi pengetahuan Abhidhamma yang telah kita pelajari ada kemungkinan muncul sendiri memberikan pertolongan pada saat kita membutuhkannya, umpamanya pada waktu meditasi kita mulai semakin malas-malasan, kemudian sekonyong konyong kita ingat akan pelajaran Abhidhamma bahwa malas-malasan adalah bentuk thinamiddha dan itu akan menghalangi meditasi... lalu kita tidak mau malas malasan lagi, bukankah ini berarti bahwa belajar Abhidhamma itu sangat berguna..?

Tidak tepat bila ada orang yang menyatakan bahwa berlatih meditasi kita harus melepaskan teori, yang tepat adalah pada waktu bermeditasi kita jangan mengingat teori, tidak mengingat bukan berarti kita melepaskan, tetapi melepaskan berarti kita tidak mempergunakan...

Agak kepanjangan ya..? nanti deh disambung lagi saya takut anda enggan membaca bila kepanjangan.

sukhi hotu,

Fabian.