*Historical Critisism, bukan tafsir teologis, tidak relevan dengan pengukuhan/pembantahan doktrin.
Markus 7:1-23 TB
7:1 Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus.
7:2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
7:3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka;
7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
7:5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"
7:6 Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."
Farisi adalah salah satu sekte Yahudi yang berkembang pada masa Bait Allah ke-2 (515 BCE - 70 CE), termasuk masa Yesus. Mereka memegang tradisi "Taurat Lisan" —dipercaya diturunkan kepada Musa secara tak tertulis— yang memberikan penjelasan mengenai Taurat, baik cara pelaksanaan dan tafsir. Tradisi ini tidak diakui oleh kelompok lain. Isu yang diangkat oleh pihak Farisi di sini bukan mengenai kategori makanan haram atau halal (yang diatur dalam Ima 11 & Ula 14) yang termasuk Taurat dan jelas tidak dipertentangkan oleh kaum Yahudi; namun tafsiran dari Taurat mengenai cuci tangan sebelum makan yang adalah tradisi lisan dan memang diperdebatkan oleh sekte berbeda.
(Ima 15 memberikan aturan mencuci tangan dan pakaian untuk menghilangkan sesuatu yang kotor/najis secara umum; Kel 30 mengharuskan para imam mencuci tangan sebelum masuk ke Kemah Pertemuan atau melakukan pengorbanan di mezbah. Tradisi Farisi menganggap aturan ini juga berlaku di luar Bait Allah, untuk semua orang Yahudi.)
7:9 Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.
7:10 Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.
7:11 Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban--yaitu persembahan kepada Allah--,
7:12 maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya.
7:13 Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."
Konteks perintah Allah vs adat istiadat diperjelas dengan argumen dan contoh kontra-tradisi dari Yesus.
7:14 Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah.
7:15 Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."
7:16 (Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!)
7:17 Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu.
7:18 Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya,
7:19 karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.
7:20 Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya,
7:21 sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,
7:22 perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.
7:23 Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."
Argumen dari Yesus adalah 'bukan hal luar yang masuk ke seseorang yang menajiskan (karena akhirnya akan keluar lagi), melainkan sesuatu yang keluar dari orang: perbuatan-perbuatan jahat yang berasal dari hati dan pikiran orang yang jahat.' Ini tidak sulit dipahami dari teks. Yang biasa menjadi perdebatan adalah seberapa luas konteks pernyataan ini seharusnya diterapkan? Jika menilai bahwa pernyataan ini kontekstual sebatas perikop ini, maka artinya semua makanan (yang mengikuti definisi aturan Taurat) adalah bersih, walaupun dimakan sebelum cuci tangan. Jika menilai tanpa batasan konteks, maka bisa boleh dibilang semua makanan yang sebelumnya dianggap najis (babi, tikus, kelelawar) boleh saja dimakan.
--
Menarik juga untuk dicatat, pada 7:19 kalimat "Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal," sepertinya mengikuti NRSV. Terdapat terjemahan yang cukup berbeda mengenai ini:
NIV: (In saying this, declared all foods clean.)
NASB: (Thereby He declared all foods clean.)
NRSV: (Thus he declared all foods clean.)
Douay-Rheims & KJV: ..., purging all meats?
NKJV: ..., thus purifying all foods?"
Interpretasi berbeda ini terjadi karena perbedaan 1 huruf pada καθαρίζων/καθαρίζον (membersihkan) di mana kasus pertama menjadi menerangkan Yesus sebagai pembicara: Yesus menjawab "demikian-demikian" membersihkan semua makanan; dan yang ke dua menerangkan frasa sebelumnya (proses membuang makanan): ... karena masuk ke perut dan dibuang, membersihkan semua makan.
Walaupun tidak ada perubahan signifikan yang mempengaruhi pengertian dari kalimat ini (makanan tidak mengotori), tapi memberikan alternatif tafsir kalimat yang cukup berbeda, hanya karena 1 huruf.
Markus 7:1-23 TB
7:1 Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus.
7:2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
7:3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka;
7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
7:5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"
7:6 Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."
Farisi adalah salah satu sekte Yahudi yang berkembang pada masa Bait Allah ke-2 (515 BCE - 70 CE), termasuk masa Yesus. Mereka memegang tradisi "Taurat Lisan" —dipercaya diturunkan kepada Musa secara tak tertulis— yang memberikan penjelasan mengenai Taurat, baik cara pelaksanaan dan tafsir. Tradisi ini tidak diakui oleh kelompok lain. Isu yang diangkat oleh pihak Farisi di sini bukan mengenai kategori makanan haram atau halal (yang diatur dalam Ima 11 & Ula 14) yang termasuk Taurat dan jelas tidak dipertentangkan oleh kaum Yahudi; namun tafsiran dari Taurat mengenai cuci tangan sebelum makan yang adalah tradisi lisan dan memang diperdebatkan oleh sekte berbeda.
(Ima 15 memberikan aturan mencuci tangan dan pakaian untuk menghilangkan sesuatu yang kotor/najis secara umum; Kel 30 mengharuskan para imam mencuci tangan sebelum masuk ke Kemah Pertemuan atau melakukan pengorbanan di mezbah. Tradisi Farisi menganggap aturan ini juga berlaku di luar Bait Allah, untuk semua orang Yahudi.)
7:9 Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.
7:10 Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.
7:11 Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban--yaitu persembahan kepada Allah--,
7:12 maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya.
7:13 Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."
Konteks perintah Allah vs adat istiadat diperjelas dengan argumen dan contoh kontra-tradisi dari Yesus.
7:14 Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah.
7:15 Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."
7:16 (Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!)
7:17 Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu.
7:18 Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya,
7:19 karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.
7:20 Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya,
7:21 sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,
7:22 perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.
7:23 Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."
Argumen dari Yesus adalah 'bukan hal luar yang masuk ke seseorang yang menajiskan (karena akhirnya akan keluar lagi), melainkan sesuatu yang keluar dari orang: perbuatan-perbuatan jahat yang berasal dari hati dan pikiran orang yang jahat.' Ini tidak sulit dipahami dari teks. Yang biasa menjadi perdebatan adalah seberapa luas konteks pernyataan ini seharusnya diterapkan? Jika menilai bahwa pernyataan ini kontekstual sebatas perikop ini, maka artinya semua makanan (yang mengikuti definisi aturan Taurat) adalah bersih, walaupun dimakan sebelum cuci tangan. Jika menilai tanpa batasan konteks, maka bisa boleh dibilang semua makanan yang sebelumnya dianggap najis (babi, tikus, kelelawar) boleh saja dimakan.
--
Menarik juga untuk dicatat, pada 7:19 kalimat "Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal," sepertinya mengikuti NRSV. Terdapat terjemahan yang cukup berbeda mengenai ini:
NIV: (In saying this, declared all foods clean.)
NASB: (Thereby He declared all foods clean.)
NRSV: (Thus he declared all foods clean.)
Douay-Rheims & KJV: ..., purging all meats?
NKJV: ..., thus purifying all foods?"
Interpretasi berbeda ini terjadi karena perbedaan 1 huruf pada καθαρίζων/καθαρίζον (membersihkan) di mana kasus pertama menjadi menerangkan Yesus sebagai pembicara: Yesus menjawab "demikian-demikian" membersihkan semua makanan; dan yang ke dua menerangkan frasa sebelumnya (proses membuang makanan): ... karena masuk ke perut dan dibuang, membersihkan semua makan.
Walaupun tidak ada perubahan signifikan yang mempengaruhi pengertian dari kalimat ini (makanan tidak mengotori), tapi memberikan alternatif tafsir kalimat yang cukup berbeda, hanya karena 1 huruf.

