Quote from: DeNova on 23 September 2016, 07:31:02 PM
Mirip saya?
Dulu dan mungkin sampai sekarang masih kadang ngotot pertahanin pendapat pribadi, padahal tau mungkin salah tapi akhirnya menyesal...
Jadi sekarang saya membiasakan diri jika ditegur orang pertama2 dengarkan dulu, "kosongkan pikiran" resapi benar gagnya nasihat tsb... Jika memang berguna dan bermanfaat maka akan saya ikutin dan terapkan, namun jika dirasa memang tidak bermanfaat maka forgive and forget aja. ,?
Terima kasih atas sarannya saudara DeNova, memang saya sukanya asal nyeletuk saja tanpa tahu benar-salah, karna sudah terbiasa dimanjakan dari kecil makanya saya maunya didengerin terus dan tidak pernah salah. Belakangan saya menyesal dengan kebodohan saya, tidak ada sebetulnya yg bisa kita banggakan di dunia ini hingga kita jadi sombong.
Satu lagi yg membuat saya pusing ini lho, "inner critic". Itu berupa suara" mempersalahkan diri ketika suatu perkara sudah lewat atau bahkan belum benar" terjadi. Adanya hanya di dalam kepala saya. Hal ini benar" terbalik dengan kesombongan. Jikalau kesombongan tidak mengizinkan saya dikritik orang lain, inner critic saya akan mengkritik diri saya sendiri sampai saya stress dan galau sendiri. Hal ini ditandai dengan kalimat seperti "seandainya saja...." , atau "seandainya saya tidak..." begitu terus berulang-ulang hingga kepala hampir pecah rasanya.
Mungkin saudara pernah mengalami hal ini dan tau solusinya?

