Baru-baru ini timbul diskusi dengan mas Ihong yang sangat mengagumi master Lu Sheng Yen. Ada yang bisa memberi masukan seperti apakah kesaktiannya yang dikatakan orang-orang?
Semoga anda berbahagia 
This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.
Show posts MenuQuote from: ryu on 30 March 2010, 10:18:55 PM
maaf mas truth; itu tidak berlaku dalam mahayana.
Quote from: ryu on 28 March 2010, 08:11:28 PMLebih memprihatinkan lagi umat yang percaya begitu saja hanya karena itu tertulis di kitab suci..... (kalama sutta)
ya hal itu memang hak masing2, hanya adalah tidak bijaksana apa yang bukan perkataan buddha dijadikan menjadi perkataan Buddha, itu hanya akan menjadi lelucon, sama seperti buku Anthony de mello yang memberikan ilustrasi dengan menggunakan tokoh2 agama yang terkenal pembaca mungkin akan memaklumi walau ceritanya bohong karena itu hanya ilustrasi, tapi apabila ada sebuah buku/sutra yang diyakini oleh seluruh umat buddha ternyata hanyalah sutra palsu walaupun ada manfaatnya tapi sungguh menggenaskan melihat wajah ajaran Buddha seperti ini.
Quote from: ryu on 27 March 2010, 10:24:07 AMQuote from: Kainyn_Kutho on 27 March 2010, 10:01:42 AMDisini seseorang yang dalam sama keyakinan hendaknya bisa bersatu dan sehati membinan rumah tangga sesuai dengan firman yang di beritakan dan juga sesuai dengan perintah Tuhannya.
Nah, ini sangat menarik. Tapi Bro ryu harus diperjelas apakah maksudnya "tidak bisa" atau "tidak boleh"? Kalau maksudnya "tidak bisa", coba diselidiki apakah benar yang menikah dalam naungan agama itu tidak bisa bercerai, tidak ada PIL/WIL.
Jika semata-mata "tidak boleh", kenapa tidak bolehnya, dan apa akibatnya kalau melanggar. Benarkah kemudian hukumannya terbukti, ataukah adanya nanti di lain kehidupan?
Kalau yang berhubungan dengan "nanti di kehidupan lain" tentu saja tidak bisa dibuktikan, jadi tidak bisa diselidiki kebenarannya.
Apabila ada masalah maka sebaiknya dibicarakan dan bisa berkonsultasi dengan pembina agamanya, boleh juga dengan doa (kalau mau dibandingkan dengan bulu bebek maka lebih ke masuk akal yang ajaran ini karena ada landasan dari Kitab sucinya).Quoteya oleh karena itu saya memberikan perbandingan ingin tahu sejauh apa ajaran Buddha itu mengajarkan Dhamma yang benar dengan membandingkan dengan ajaran lain, atau hanya tafsir dari orang2 yang tidak bertanggung jawab memainkan seakan2 perkataan Buddha tapi bukan perkataan Buddha.
Kemudian ini lebih menarik lagi. Saya akan bicara terus terang.
Di mana pun ritual yang memberi iming-iming pernikahan harmonis, pasti menuntut hal lain selain ritual itu sendiri, seperti pasangan itu harus bertekad berubah, dll. Cara menyelidiki secara ilmiah itu tidak susah. Yang perlu diselidiki adalah hal-hal berikut:
1. apakah kalau pakai ritual tanpa hal lain, bisa berhasil.
2(a). apakah kalau menggunakan semua hal lain tanpa ritual, bisa berhasil.
(b). apakah menggunakan hal lain + ritual, hasilnya berbeda dengan menggunakan hal lain saja.
(c). apakah hal ritual itu bisa digantikan oleh alternatif lain yang tidak ada hubungannya dengan agama/kepercayaan
3. Jika keduanya tidak/belum berhasil, apa minimal ada perubahan tertentu.
Jika pakai ritual tanpa hal lain bisa berhasil, maka itu jelas ampuh. Ibarat rumah tangga lagi "perang dunia", diberi ritual, "tembak" dari jauh, langsung jadi "Romeo & Juliet". Tidak ada bantahan lagi tentang ini bahwa ritual itu manjur mujarab 100%.
No. 2 ini semua berkaitan. Jika memang bisa berhasil tanpa ritual (a) lantas apa gunanya ritual? Maka dibandingkan di (b). Jika benar ada perbedaan, misalnya perubahannya makin cepat (tadinya 2 minggu jadi 1 minggu), maka berarti ritual itu memberi manfaat.
Tetapi benarkah ritual adalah faktor religi ataukah sebetulnya faktor lain yang dikemas dalam "bungkus religi" (c)? Misalnya disuruh berdoa atau membaca paritta, dll, sebenarnya adalah sebagai latihan menenangkan diri atau mengalihkan perhatian dari kemarahan. Menenangkan diri dan mengalihkan perhatian tidak selalu dengan berdoa atau baca paritta. Bisa saja dengan hal lain seperti meditasi atau bahkan refreshing. Ataukah ritual itu benar-benar memiliki nilai spiritual eksklusif yang tidak ada gantinya di luar religi tersebut?
No. 3 ini kalau memang semua tidak berhasil, tetapi yang namanya suatu tindakan pasti menyebabkan akibat. Kita lihat apa saja akibatnya dari masing-masing usaha tersebut. Apakah membaik, memburuk, atau satu-satunya efek hanya buang-buang waktu.
Itu secara garis besar. Kalau secara detail, tentu saja harus dibahas menurut kepercayaan ritual itu lebih jauh.
Pembacaan Sutra, bulu bebek, patung dan doa seakan2 memberikan manfaat tapi apabila dijabarkan toh malah ada syarat2 lain yang membuat hal2 yang katanya bisa malah menjadi remang2 dengan HARUS ada sila lah, HARUS ada perenungan lah, HARUS ada niat dari yang membaca lah, HARUS ada keyakinan dari yang mau akur ah, ajdi saya rasa ini adalah dhamma remang2 bukannya Dhamma halus yang seperti papa bond bilang.
Quote from: chingik on 26 March 2010, 06:31:15 PMSetuju mas, biarkan masing-masing mengungkapkan kebenaran. Biarkan masing-masing mengungkapkan tolok ukur kebenaran mereka masing-masing, toh pembaca sendiri akan memilih kebenaran yang cocok bagi mereka. Tak ada yang bisa memaksa orang lain menerima kebenaran yang tidak cocok bagi mereka kan? Salut nih sama mas Chingik.Quote from: truth lover on 26 March 2010, 06:26:02 PMkalo gitu bro aja yg jadi ketuanya hehe, tapi ingat pesan bro kainyn "buat perbandingan ga papa, Tetapi kalau tolok ukur kebenaran dalam satu ajaran diterapkan ke ajaran lain, sama sekali tidak bisa"Quote from: Kainyn_Kutho on 26 March 2010, 05:47:46 PMQuote from: ryu on 26 March 2010, 05:42:29 PM
[at] kainyn, boleh tidak membandingkan dengan ajaran lain? jadi sudi banding nih ceritanya.
Kalau menurut saya, jika hanya sebagai contoh perbandingan, tidak apa. Tetapi kalau tolok ukur kebenaran dalam satu ajaran diterapkan ke ajaran lain, sama sekali tidak bisa.
gunanya perbandingan, orang menjadi tahu perbedaannya, setelah kita bantu supaya tahu perbedaannya (hanya mengungkapkan perbedaan), mereka sendiri akan menentukan yang mana yang mengena di hati mereka.
akan baik sekali jika Dhammacitta mau memulai hal ini.
QuoteQuotetidak ada maksud bandingkan Buddha dan Arahat dalam hal tingkat kekuatan batin.
maksudnya? pertanyaannya sederhana mas, mungkinkah kesaktian Buddha hanya setingkat atau bahkan dibawah Arahat?
Yg saya maksudkan adalah Samyaksambuddha dalam Tantrais bisa berbeda2 krn jenis nirmanakayanya sehingga seperti keadaan seorang Arahat yg satu sama lain bisa berbeda2 juga dlm hal kekuatan batin. bukan berarti membandingkan Buddha dan Arahat.
QuoteJustru itu, kita hanya membandingkan kesaktian mereka, jadi tak perlu berargumen kan? Sebut saja si A kesaktiannya begini, si B kesaktiannya begini, lalu biarkan masing-masing pembaca menilai ya kan?QuoteItulah sebabnya kita berusaha mempelajari seperti apakah kesaktian seorang Buddha? Kalau tak ada batasan-batasan pengertian mengenai bagaimanakah Buddha itu, mas Chingik atau saya juga bisa mengaku-ngaku telah menjadi Buddha, ya kan?batasan pengertian itu tentu ada sesuai dengan versi masing2, ya kan? Kalo mencampur adukkan ya wajarlah jadi kontradiktif pd sisi tertentu.
QuoteDari 3 aliran yg berbeda masing2 punya batasan pengertiannya, tergantung kita refer ke mana. So, seorang Theravadin tdk perlu dan tdk dipaksa utk setuju pencapaian seorang Tantrais, begitu juga sebaliknya, tetapi semua tetap melihat dari perbuatannya. Seperti nasihat Buddha yg kira2 begini "seseorang tidak terlahir mulia karena dari keluarga brahmana, tapi dari perbuatannya". maksudnya pengakuan seseorang sbg apa bukanlah hal yg penting. Sehingga ketika orang heboh dgn berita di sana ada Arahat, di sini ada Buddha, ya kita tidak kemudian menjadi terpancing.
QuoteTak perlu mas, seorang Buddha akan tahu apakah Ia perlu menunjukkan kesaktian atau tidak terhadap kita.Quoteiya bro setuju, ga boleh. Tapi misalnya suatu ketika kita hidup di masa seorang Buddha yg sesungguhnya, apakah menurut anda Buddha tersebut akan setuju saat kita memaksa menunjukkan kesaktiannya hanya utk memenuhi rasa penasaran kita?
Apakah bila seseorang yang cuma memiliki sedikit kesaktian, bahkan kesaktiannya jauh dibawah Arahat utama kemudian boleh disejajarkan dengan Buddha?
Quotesaya rasa tidak akan berhasil karena Buddha tau apa isi pikiran kita, begitu juga bila kita bertemu dgn Buddha palsu, mereka tetap bisa berkelit. Kita hanya bisa gigit jari , hehe..ya bisa berkelit untuk menunjukan ketidak mampuannya.
Quote from: Kainyn_Kutho on 26 March 2010, 05:47:46 PMQuote from: ryu on 26 March 2010, 05:42:29 PM
[at] kainyn, boleh tidak membandingkan dengan ajaran lain? jadi sudi banding nih ceritanya.
Kalau menurut saya, jika hanya sebagai contoh perbandingan, tidak apa. Tetapi kalau tolok ukur kebenaran dalam satu ajaran diterapkan ke ajaran lain, sama sekali tidak bisa.
Quotemaksudnya? pertanyaannya sederhana mas, mungkinkah kesaktian Buddha hanya setingkat atau bahkan dibawah Arahat?Quote from: truth lover on 26 March 2010, 03:55:33 PMUmumnya dikatakan bahwa kekuatan Batin semua Buddha adalah setara. Tetapi tidak demikian pada para Arahat, yang mana kekuatan batin para Arahat berbeda-beda satu sama lain.Quote from: chingik on 26 March 2010, 02:50:07 PMQuote from: truth lover on 26 March 2010, 01:47:16 PM
Bhikkhu Maha Moggallana dibunuh, dicincang dan bagian tubuhnya disebar-sebarkan, tetapi kemudian bagian-bagian tubuh yang sudah dicincang itu bersatu kembali dan beliau hidup kembali. Ada catatan show kesaktian beliau yang lebih daripada ini?
Sesama Arahat saja bisa berbeda-beda kekuatan batinnya. Jadi tidak bisa jadi patokan
menurut saya kalau Buddha kesaktiannya sama dengan Arahat maka ia disebut Arahat bukan Buddha, menurut mas chingik apa yang membedakan Buddha dengan Arahat?
Tetapi berkenaan dengan topik yg dikemukakan utk membandingkan kesaktian para Buddha, perlu diketahui dulu bahwa dalam Tantra telah memberi penjelasan tambahan bahwa ada sisi yang berbeda dalam mengkategorikan jenis2 Samyaksambuddha sehubungan dengan adanya jenis2 nirmanakaya yg berbeda-beda juga. Karena telah dijelaskan bahwa ada perbedaan ini, maka berarti sudah tidak masuk ke ranah tentang "Kekuatan batin yg setara di antara semua Buddha". Atas dasar ini, dikatakan bahwa seperti halnya Arahat -->kekuatan batin masing2 berbeda.
QuoteSaya sendiri belum memahami banyak ttg Tantra, tapi dengan adanya penjelasan ttg ada Samyaksambuddha yg berbeda2 karena jenis kelahiran Nirmanakayanya yg berbeda2 juga, maka saya dapat mengerti mengapa Tantra menyebutkan terdapat Samyaksambuddha lain dalam dunia ini setelah Buddha Gotam. Setidaknya telah dijelaskan bahwa Samyaksambuddhanya itu memiliki konteks yg berbeda seperti halnya Buddha Gotama. Karena berbeda maka menjadi absurd utk membandingkan kekuatan batinnya.Itulah sebabnya kita berusaha mempelajari seperti apakah kesaktian seorang Buddha? Kalau tak ada batasan-batasan pengertian mengenai bagaimanakah Buddha itu, mas Chingik atau saya juga bisa mengaku-ngaku telah menjadi Buddha, ya kan?
QuoteDari segi ini, walaupun saya bukan seorang Tantrais, saya dapat memahami bahwa masih cukup proporsional teori mereka, karena telah memberi penjelasan tambahan itu. Sisanya ya kita ehipassiko saja melalui meditasi.
Tapi bgmapun juga, saya tetap lebih refer pd penjelasan saya sebleumnya bahwa kita memang perlu bersikap waspada dgn pengakuan pencapaian seseorang, singatnya , kita bersandar pada 4 nasihat Buddha.
![]()
Quote from: chingik on 26 March 2010, 02:50:07 PMQuote from: truth lover on 26 March 2010, 01:47:16 PM
Bhikkhu Maha Moggallana dibunuh, dicincang dan bagian tubuhnya disebar-sebarkan, tetapi kemudian bagian-bagian tubuh yang sudah dicincang itu bersatu kembali dan beliau hidup kembali. Ada catatan show kesaktian beliau yang lebih daripada ini?
Sesama Arahat saja bisa berbeda-beda kekuatan batinnya. Jadi tidak bisa jadi patokan
Quote from: Kainyn_Kutho on 26 March 2010, 02:22:48 PMQuote from: truth lover on 26 March 2010, 02:17:26 PM
mas kainyn memang bijaksana, saya kadang-kadang mengkhayal, kapankah kita semua dapat berdiskusi tanpa over reaktif bila orang mengemukakan pendapat yang menyinggung keyakinan kita? atau bahkan terkesan menyalahkan dan juga menggurui. mungkinkah impian saya menjadi kenyataan?
Bisa dimulai sekarang dari diri sendiri. Kalau Bro truth lover melakukannya, minimal sudah ada 1 orang yang begitu. Nanti orang lain mencontoh, tambah banyak lagi yang begitu. Lama-lama impian itu terwujud juga. Dan seperti pernah saya bilang juga, pilihlah lawan diskusi yang tepat, karena tidak semua orang bisa cocok dengan kita.
OK, BTT ke bebek + sutra.
Quote from: Kainyn_Kutho on 26 March 2010, 01:57:09 PMQuote from: truth lover on 26 March 2010, 01:39:06 PMOleh karena itu, kalau mau berbagi, cobalah susun kata-kata yang tidak menyinggung. Juga mengajak berpikir, bukan terkesan menyalahkan dan menggurui.
Iya mas Dilbert, saya setuju yang dikatakan mas Ryu, kalau "kita" sudah percaya buta, bila ada hal-hal yang tidak benar atau tidak masuk diakal diungkapkan oleh orang lain mengenai keyakinan "kita", "kita" bukan berterima kasih, "kita" malah meradang, marah-marah lalu membuat berbagai pembenaran.
Umumnya bila "kita" sudah percaya buta, akan cenderung paranoid dan super sensitif seperti orang kebakaran jenggot bila orang lain mengungkapkan hal-hal tersebut. Tak terlintas dalam benak "kita" untuk merenungkan dan menganalisa kebenaran yang diungkapkan oleh orang lain.