News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu
Menu

Show posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.

Show posts Menu

Messages - ciputras

#1
Quote from: bond on 24 November 2010, 09:59:44 AM
Bukan dari India.

Yang dibantu dewa itu adalah murid Ajahn Mun. Alkisah dia sering ke Myanmar melalui hutan dari Thailand. Dan saat di Myanmar, pasukan jepang masuk , sampai ke hutan2 juga . Dan penduduk Myanmar menyuruh Ajahn itu balik ke Thailand karena perang dan dianjurkan lewat jalur Hutan yang aman. Nah ketika di hutan menuju pulang itulah dia tidak mendapat makanan. Dan seorang dewa yang memberikan dia makanan. Dan ketika ditanya jarinya menunjuk ke atas.

Kalo tidak salah ingat, namanya Ajahn Chob. cmiiw.
#2
Quote from: Sumedho on 23 November 2010, 10:11:14 AM
Kemaren, atthasila dgn makan 1x...

hasil: masuk angin

note:
bagian terberat adalah pagi hari
makannya jgn terlalu banyak karena jadi begah

Wah... semoga hasilnya tidak hanya masuk angin. Tetap semangat ya Bro Medho.

Saya sendiri termasuk orang yang punya masalah dengan lambung. Pagi hari setelah semalaman tidak makan, untuk berbuka biasanya saya minum segelas madu. Kira-kira setengah jam kemudian baru makan pagi seperti biasa.

Saya menjalankan atthasila dengan makan 2 kali, pagi dan siang. Jadi pagi sarapan seperti biasa. Siang juga makan seperti biasa. Hanya malam tidak makan lagi. Efek yang timbul adalah porsi makan saya menjadi berkurang sekarang. Makan jadi secukupnya.
#3
Theravada / Re: Dana Dhamma
19 November 2010, 09:35:22 AM
Berikut saya hendak sharing pengalaman saya beberapa tahun yang lalu:

Ketika saya jalan-jalan ke salah satu mall dan mampir ke satu toko pernak-pernik buddhist (kebetulan toko ini sering
saya kunjungi). Pada waktu itu mata saya melihat sebuah buku yang kelihatan sudah kuno (tanpa plastik
pembungkus) tergeletak bersama-sama dengan buku-buku lainnya yang masih baru dan dalam plastik. Buku itu
belum kumal tetapi kertasnya sudah menguning. Terlihat pada halaman awal bahwa buku itu 'printed for free
distribution' tetapi pada sampul belakang tertempel tag Rp. 50.000,- Judul buku tersebut adalah 'The Craft of the
Heart (Citta-Vijja)' yang ditulis oleh salah satu bhikkhu hutan Thai dan diterjemahkan oleh seorang bhikkhu
berkebangsaan Amerika. Saya perkirakan buku itu diterbitkan pada tahun 1982 oleh salah satu penerbit di Bangkok.
Yang menarik perhatian adalah isi buku tersebut yang saya baca selintas. Lalu saya menghampiri penjaga toko
(yang sudah saya kenal karena sering berinteraksi ketika berkunjung) dan menanyakan kenapa buku dhamma yang
sudah jelas untuk 'free distribution' masih di-banderol dengan harga demikian. Bagaimana kalo free aja hehe...
Penjelasan dari penjaga toko adalah bahwa buku tersebut diperoleh dengan cara berdana. Jadi bila saya mau, ya
berdana dengan tag harga tersebut. Oh begitu ... ya sudah. Maka buku tersebut saya bawa pulang.

Hampir setiap malam saya baca buku ini sedikit demi sedikit. Hari demi hari saya merasakan rasa suka cita yang
semakin mendalam. Dhamma yang disampaikan oleh bhikkhu hutan ini begitu lugas. Saya selama ini masih bingung
bagaimana sebaiknya saya mempraktekkan ajaran Buddha Gotama. Mulai dari mana? Bagaimana? Sudah segudang
teori yang telah saya baca lewat buku-buku dhamma baik yang diperoleh dengan gratis di vihara maupun beli.
Dhamma dalam buku tersebut membimbing umat awam perumah-tangga secara bertahap. Sulit dilukiskan dengan
kata-kata, terasa plong hingga yang terdalam, mata hendak menitikkan air mata dan suka cita yang mendalam.
Saya sangat bersyukur dapat 'mendengarkan' dhamma yang diuraikan dalam buku tersebut (Bhante menjelaskan
dengan gaya bahasa seperti menjelaskan dalam tatap muka). Sempat timbul keinginan untuk membagikan dhamma
ini ke lebih banyak orang, tetapi saya tidak tahu bagaimana cara terbaiknya. Saya menyadari bahwa efek yang saya
alami setelah membaca buku ini belum tentu akan dialami oleh orang lain yang membacanya. Namun saya yakin, bila
dhamma ini sedikit demi sedikit menjadi bagian dari saya, maka hal ini akan memberikan dampak positif bagi
orang-orang yang ada disekeliling saya (tidak muluk-muluk, anggota keluarga saya saja dulu).

Saya bersyukur akhirnya dhamma yang ditulis oleh Bhikkhu hutan tersebut bisa sampai juga pada saya walau hampir
70 tahun yang lalu ditulis dan Bhikkhu tersebut telah lebih dari 40 tahun wafat. Semua ini tidak terlepas dari peran
banyak pihak. Saya sangat berterimakasih kepada Bhikkhu berkebangsaan Amerika itu yang telah menterjemahkan
dari bahasa Thai ke bahasa Inggris sehingga saya bisa membaca dan mengerti. Saya juga sangat berterimakasih
kepada mereka yang telah berdana uang dan tenaga hingga buku itu dapat dicetak dan menjangkau lebih banyak
orang. Juga kepada toko dimana saya memperoleh buku tersebut, saya berterimakasih hingga buku dhamma
tersebut bisa sampai kepada saya. Banyak pihak yang telah berperan hingga dhamma dana lewat media buku
(tulisan) dapat mencapai sasaran. Mari kita terus berdana uang dan tenaga untuk menyebarkan dhamma lewat
media buku. Tidak perlu kita mengejar pahala dengan memilih-milih jenis dana-nya. Terima kasih kepada TS yang
telah mengangkat topik ini. Tentunya bermanfaat bagi kita semua supaya tidak salah mengenali topaz sebagai intan.
_/\_
#4
Hi. Bagaimana dengan judul seperti ini? --> "Reflection from our ordinary life" atau "Reflection from our daily life"
#5
Quote from: Indra on 13 October 2010, 11:03:51 PM
Paganini (lengkapnya Niccolo Paganini) adalah seorang composer dari Italy, mahir memainkan alat musik Biola dan Gitar. salah satu karyanya yg terkenal adalah "Caprice #24". para penggemarnya disebut Paganis.

ketokn sendiri deh :hammer:

Wah... paganis juga nih...   ^:)^
#6
bro acong dan bro songwol,

saya mau ikut memberikan pendapat. bagaimana kalo kita berpikiran positif dan mulai dari diri sendiri?

untuk kasus takut dikhianati pasangan, jalankan sila ketiga dari pancasila buddhist, yaitu jangan berzinah, berselingkuh. bila masih juga dikhianati oleh pasangan, terimalah dan anggaplah kamu membayar kamma masa lalu kamu.

untuk kasus takut hantu, sebelum meditasi dimulai, bacalah paritta karaniya metta sutta. baca dengan sungguh-sungguh dalam arti kita mengerti apa yang sedang kita baca dan resapi dalam diri. lama kelamaan kita mulai bisa memancarkan metta ke sekeliling kita. kalo hantu itu masih juga muncul dihadapan kita, setidaknya kita tidak takut lagi sebab kita punya niat baik terhadap mereka.

bila dhamma yang diajarkan oleh guru agung kita Buddha Gautama kita jalankan dengan sungguh-sungguh, akan berkurang banyak ketakutan2x yang dulu pernah ada dalam diri kita.

semoga membantu.
#7
Hallo Bro heri_yanto,
Saya coba menanggapi tulisan Bro di bawah ini:

Quote from: heri_yanto
6. Tidak makan pada waktu yang salah. Pengertian di sini adalah bahwa seseorang tidak boleh makan setelah lewat tengah hari hingga subuh/dinihari. Patokannya adalah untuk tengah hari, ketika matahari tepat diatas kepala atau pukul dua belas. dan untuk subuh/dinihari adalah ketika tanpa lampu, seseorang dapat melihat garis tangannya sendiri atau ketika matahari terbit. Jadi seseorang boleh makan (berapa kali pun) hanya pada waktu dinihari/subuh sampai tengah hari (sekitar jam 12).
Berhubung kita sedang melatih diri, hendaklah kita makan sesuai dengan kebutuhan tubuh kita saja. Bila terasa lapar, makan hingga rasa lapar itu hilang. Batas waktu yang dijadikan patokan, bila tidak ada cahaya matahari muncul, pagi hari jam 6 pagi. Untuk tengah hari jam 12 siang. Bila karena kesibukan, kita makan setelah jam 12 siang, saya biasanya menambah jumlah jam lewatnya. Misalnya selesai makan sebelum jam 1 siang, maka pagi hari berikutnya saya mengisi perut saya lagi jam 7 pagi.

Quote from: heri_yanto
kalau chatting dengan menggunakan handphone, tu kira-kira boleh atau gak?
chatting cuma sebatas buat komunikasi, jadi menggunakan handphone cuma sebatas chatting doank, boleh atau gak?
Lakukan hal yang perlu saja. Bila chatting diperlukan oleh tugas yang kita lakukan, silahkan saja. Bila chatting hanya untuk kesenangan semata, misal bergosip, membicarakan keburukan orang lain, atau sekadar mengobrol yang tidak jelas, sebaiknya dihindari.

Quote from: heri_yanto
dan mendegarkan mp3 player, tapi yang di denger adalah paritta atau keng, boleh atau gak?
Saya pribadi menghindari ini. Sebaiknya paritta atau keng kita lafalkan sendiri demi kebaikan semua makhluk yang mendengarkan.

Semoga bermanfaat.
#8
Bagi saya setelah melihat video klip ini pada menit 6:59 ada foto di sisi cowo itu. Yang terasa janggal, seorang buta masih membawa2x foto yang mana dia udah ngag bisa liat lagi.
#9
Quote from: johan3000 on 23 July 2010, 10:57:58 AM
Quote from: bond on 23 July 2010, 10:43:37 AM
Jika terkena luka bakar, carilah obat chinese namanya Liong Yu. Dijamin tokcer. Bukan promosi silakan dibuktikan. Kalau di jakarta cari di Pancoran.

Thanks bro Bond... ini yg gw nyari... mau siapin satu dirumah... nah pas kalau kena bakar bisa dicoba.
semoga gak dpt yg palsu...

Bro Johan, boleh juga coba Bao Fu Ling, made in china juga. Ini pun juga bisa ada tiruannya. Saya di rumah pake ini. Terbukti cukup ampuh untuk melepuh karena minyak muncrat atau kena kompor. Ketika dioles terasa dingin sejuk. Tempat penyimpanannya di kulkas. Semoga bermanfaat.
#10
Quote from: Sumedho on 13 July 2010, 05:39:34 AM
baca di wiki sih dari 100 orang yg mengaku tidak ada masalah ternyata diteliti lebih jauh 93% itu mengalami demikian. jadi yah emang normal kali yah :)

QuoteThe sound perceived may range from a quiet background noise to one that can be heard even over loud external sounds. The term "tinnitus" usually refers to more severe cases. Heller and Bergman (1953) conducted a study of 100 tinnitus-free university students placed in an anechoic chamber and found that 93% reported hearing a buzzing, pulsing or whistling sound. Cohort studies have demonstrated that damage to hearing (among other health effects) from unnatural levels of noise exposure is very widespread in industrialized countries.[11]

Wah... baru ngeh nih saya persoalan dengung ini. Ternyata itu yang saya alami selama ini. Seperti bro Tesla juga, waktu ramai begini pun masih terdengar. Kayaknya ketika kondisi badan kurang fit seperti "masuk angin" lebih intense.
#11
Quote from: tesla on 12 July 2010, 02:56:09 AM
Quote from: Sumedho on 11 July 2010, 04:22:04 PM
dengung yah ;D

yup, dengung

Kok Bro Medho bisa tebak dengung? Ada penjelasannya? Thanks.
#12
Theravada / Re: Anatta
30 June 2010, 09:48:04 AM
[at] bro/sis PatriciaT
emosi bisa kita kontrol bila kita bisa menjaga kesadaran kita (sati) sehingga setiap perasaan yang muncul kita sadari dan tidak bersikap reaktif terhadap setiap perasaan yang timbul. metta yang kita kembangkan dalam diri juga akan sangat membantu dalam hal ini. semoga keterangan singkat ini bisa membantu.
#13
Alangkah baiknya bila kita berdana sebagai salah satu bentuk latihan untuk melepas, untuk mengikis kemelekatan yang ada pada kita.
#14
Quote from: Mayvise on 04 June 2010, 01:39:00 PM
BTT..

Quote from: Yuri-chan on 04 June 2010, 09:49:25 AM
Frens,
saya mau tanya...
Apakah sisa dana makan siang seorang bhikkhu boleh didanakan kembali kepada bhikkhu tersebut saat makan berikutnya, misalnya makan pagi keesokan harinya? Apakah perbuatan ini boleh dilakukan atau menambah kamma buruk, atau malah membuat si bhikkhu melanggar vinaya?
Mohon penjelasannya ya...saya nggak gitu ngerti soal vinaya.
Makasih

Jadi intinya, gak ada hubungan sama vinaya atau karma buruk kan? Jadi ini tentang masalah etika aja dong ya...

Sorry bila jadi OOT. Kayaknya sih ngga ada vinaya yang dilanggar oleh bhikkhu dengan menerima makanan sisa. Juga tidak ada kamma buruk yang timbul bila pemberi dana makanan sudah memastikan bahwa makanan yang didanakan masih layak makan dan tidak menimbulkan sakit.

Quote from: Mayvise on 04 June 2010, 01:39:00 PM
Kalo menurut saya pribadi sih, misalnya sy mengundang bhante makan trus masih ada sisa.  Tapi dalam hal ini, "sisa" ini masih bersih (gak tercampur-campur makanan lain), gak diotak-atik (dimakan) umat, masih fresh (gak basi), ya IMO gak apa sih diberikan lagi.

Tapi balik lagi ke masing-masing orang, kalo terasa mengganjal alias gak enak hati alias gak afdol, ya uda berikan yang utuh dan baru aja.

Mungkin lebih tepatnya niat dari kita masing2x saat timbul pikiran hendak memberikan dana makan. Dalam contoh kasus di atas, setelah bhikkhu selesai makan, selagi beres-beres, mungkin timbul pikiran untuk menyimpan sisa makanan untuk didanakan kembali kepada bhikkhu. Atau ketika memasak/membeli makanan sudah timbul pikiran kalo masih ada sisa ya disimpan aja buat besok dana makan lagi. Kalo yang selalu memberikan dana makan yang masih fresh, ketika beres-beres, mungkin timbul pikiran untuk makan siang dan malam sekeluarga berikut pembantu atau diberikan kepada tetangga. Untuk besok dipikirkan lagi mau dana makanan apa ya.
#15
Sis Mayvise, agak aneh aja ya menurut saya kalo makanan yang sudah diterima oleh bhikkhu dan pelimpahan jasa telah dilakukan, karena ada sisa kemudian disimpan untuk didanakan keesokan harinya. Apakah tidak lebih baik bila kita berikan sisa makanan yang telah diterima oleh bhikkhu kepada penjaga vihara atau penduduk sekitar vihara? Dengan demikian lebih banyak makhluk mendapat manfaat langsung dari dana makan yang diberikan.
_/\_