Saya mengutip dari http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=63&multi=T&hal=0
tentang mengapa orang melamun.
Mengapa ada orang yang suka melamun ?
Orang suka melamun jika ia kurang mengembangkan perhatian benar dalam dirinya.
Pikiran itu selalu mengembara jauh
Tidak memiliki wujud dan terletak di dalam hati
Mereka yang dapat menaklukkannya
Akan terbebas dari jeratan Mara
Yang ingin saya diskusikan adalah apakah planning dapat dikatakan juga melamun? yang saya maksud dengan planning adalah membuat rencana tentang hidup kita ini, baik dalam aktifitas sehari-hari maupun bekerja.
Mohon pencerahan .... terima kasih.
Perbedaan antara melamun dan planning adalah tujuan yang ingin dicapai.
Melamun biasanya nggak direncanakan dan tidak ada hasil yang ingin dicapai.
Klo planning biasanya direncanakan dan ada hasil yang ingin dicapai.
saya rasa sih tidak.
kalo planning, kita berpikir berdasarkan kenyataan, menganalisa kondisi2 kita, kondisi sekeliling. membuat simulasi, lalu dianalisa lagi, apakah solusi yg dicari sdh pas ato tdk.
kalo melamun, kita hanya berimajinasi -dasarnya khayalan. andai aku punya duit 1 M (pdhal ga ada duit 1 M), andai gw cakep (pdhal ngga) dll.
Kalau planning itu you aware what you are doing. Melamun itu tidak.
Ketika you are not aware, pikiran mengembara a.k.a. melamun.
mmmhhh apakah saya dapat menyimpulkan bahwa:
Melamun : lebih berfokus pada buah yg ingin dinikmati saja dan tetap disana
Planning: dapat sama mempunyai tujuan menikmati buah, tetapi mencoba melakukan top down analisa secara terstruktur sehingga menyadari langkah-langkah yang harus dilakukan dari awal yg dapat ditempuh semisal menanam akar pohon, mengembangkan batangnya dan akhirnya berbuah dan menikmati buahnya.
Nah apabila kita saat ini semisal mempunyai tujuan bebas dari dari samsara yg terus berulang, apakah melakukan planning dengan target-target dari setiap langkah itu dapat dikatakan bijak? atau kita cukup berfokus pada kondisi sasaran akhir namun langkah yang ingin kita lakukan tidak perlu di planningkan, dibiarkan mengalir saja?
terima kasih.
Dari buku DASAR PANDANGAN AGAMA BUDDHA, Ven. S. Dhammika, hal. 201 terdapat penjabaran yg relevan dengan topik kita ini, yaitu sbb:
BERPIKIR (VITAKKA, berasal dari kata TAKKA=menalar)
yaitu: Berpikir secara sadar dan langsung, ada 'usaha'.
BERKHAYAL (VICARA, berasal dari kata CARATI=bergerak/mengembara)
yaitu: pikiran yg terpencar dan tidak berhubungan satu sama lainnya.
Berpikir adalah tangan yang memegang dengan kuat dan Berkhayal adalah seperti tangan yang menggosok; pada seorang yang dengan kuat memegang sebuah piring logam bernoda dengan satu tangan, sedang tangan yang lain menggosoknya dengan bubuk penggosok, minyak dan sabut.
(Visuddhimagga, 142)
----------
IMO:
Perbedaan Berpikir dan Planning, terletak pada: Konsentrasi (pemusatan kesadaran pada suatu objek)
~ Berpikir adalah konsentrasi, objeknya terpusat, dipegang teguh. Demikian juga dengan 'planning/berencana': objek yg dipegang dengan kuat ini jelas rangkaiannya, tahap demi tahap.
~ Melamun tidak ada konsentrasi, objeknya terpecah, tidak dipegang dengan kuat, tahapannya tidak jelas, meloncat-loncat.
IMO lagi:
Perbedaan antara Berpikir dan Melamun ini sangat tipis, dan seringkali proses berpikir/berencana akan beralih menjadi melamun. Semula pikiran terpusat dengan kuat pada objek, rencana2 disusun dengan bagus, namun lambat laun pikiran tidak lagi berkonsentrasi dan objek mulai terpecah dan meloncat-loncat sehingga menjadi suatu lamunan / khayalan.
Hal ini terjadi juga pada meditasi.
::
Menurut saya, melamun itu untuk melengkapi planning ... meskipun ga semua lamunan itu bisa dijadikan pegangan, setidaknya memberikan suatu gambaran dari planning yang dibuat. Kadang dalam membuat planning, timbul pertanyaan apa ya yang kurang? Kadang kalo uda kepikiran pengen bikin suatu kegiatan ... pasti kan kepikir kalo rencana awalnya ini ... sampe akhirnya ini ... dan kadang2 melamun itu malah membantu kita untuk menemukan ide2 baru atau hal2 yang kurang dan juga segala antisipasi atas kekurangan pas pelaksanaannya ...
dear vira,
kekna ada perbedaan konsepsi disini yah...... melamun itu ga mgkn ngelengkapin planning.... planning itu terstruktur, sedangkan melamun itu objeknya pindah2/loncat2......
jadi saya rasa, yang anda maksud melamun untuk melengkapi planning adalah cari inspirasi...... secara singkat dapat dikatakan sebagai proses mencari pada berbagai objek yang ada dalam sanna (baca: sanya/memori) kita, yang berhubungan dengan planning yg sedang kita kerjakan....
apa yang dikatakan oleh bro willi sudah sangat tepat dan mengena.......
Ketiganya sama saja merupakan pikiran (thoughts).
Apakah arahat bisa memplanning? :))
kalo lage stress mikirin satu masalah apa donk?
melamun?
[at] tesla: tuh anda udh jawab, yaitu stresss........... ;D :P
Quote from: tesla on 23 October 2007, 10:00:14 AM
kalo lage stress mikirin satu masalah apa donk?
melamun?
buat tau stres, kita liat dulu prosesnya yah..... biasanya didahului dengan lobha mula citta (pikiran yang dilandasi keserakahan) misal pada pacar atau barang kesayangan.
dan ketika objek tersebut berubah, misal pacar menjengkelkan atau barang kesayangan rusak, muncullah dosa mula citta (pikiran yang dilandasi kebencian).....
ini yang mendasari kekecewaan, ketidak puasan, putus asa, dan banyak akusala citta lainnya.......
jika dilakukan secara terus menerus, maka semakin tinggi kadar kemelekatannya, akan semakin tinggi tumpukan juga akusala cita dan cetasika......
awalnya nanti akan menjadi stres..... bahkan ujung-ujungnya ada yang gila...
Jadi apabila kita saat ini semisal mempunyai tujuan bebas dari dari samsara yg terus berulang, apakah melakukan planning dengan target-target dari setiap langkah itu dapat dikatakan bijak?
atau kita cukup berfokus pada kondisi sasaran akhir namun langkah yang ingin kita lakukan tidak perlu di planningkan, dibiarkan mengalir saja?
terima kasih.
Quotebahkan ujung-ujungnya ada yang gila...
only paranoid survive
seseorang dikatakan gila karena pemikirannya tidak sejalan dengan orang pada umumnya. bagi orang gila, kitalah yang gila... :)
Quote from: markosprawira on 23 October 2007, 10:51:05 AM
buat tau stres, kita liat dulu prosesnya yah..... biasanya didahului dengan lobha mula citta (pikiran yang dilandasi keserakahan) misal pada pacar atau barang kesayangan.
dan ketika objek tersebut berubah, misal pacar menjengkelkan atau barang kesayangan rusak, muncullah dosa mula citta (pikiran yang dilandasi kebencian).....
ini yang mendasari kekecewaan, ketidak puasan, putus asa, dan banyak akusala citta lainnya.......
jika dilakukan secara terus menerus, maka semakin tinggi kadar kemelekatannya, akan semakin tinggi tumpukan juga akusala cita dan cetasika......
awalnya nanti akan menjadi stres..... bahkan ujung-ujungnya ada yang gila...
oh...
kalau: keserakahan + semangat > tidak putus asa > kebijaksanaan > keserakahan + semangat > (putar2 terus)
gimana tuh?
seorang murid _/\_
IMO:
Citta (pikiran) -yang merupakan gabungan dari beberapa faktor batin- memang munculnya silih berganti cepat sekali.
Citta buruk silih berganti dengan citta baik. Dalam hitungan detik banyak sekali citta yg timbul dan lenyap. Semuanya itu akan membentuk trend batin kita, bahasa awamnya: 'sifat' kita.
Jadi sifat kita (trend cara kita berpikir) adalah kita sendiri yg membentuknya, yaitu: kumpulan dari pikiran2 kita. Sering berpikir yg buruk2 akan membentuk sifat yg buruk, sering berpikir yg baik2 akan membentuk sifat yg baik.
Untuk menjadi baik, harus dapat mengawasi pikiran2 (citta) yang timbul dan lenyap ini. Untuk dapat mengawasinya diperlukan latihan melalui meditasi dan pengetahuan mengenai sifat pikiran itu sendiri.
::
Quote from: tesla on 24 October 2007, 09:59:35 AM
seseorang dikatakan gila karena pemikirannya tidak sejalan dengan orang pada umumnya. bagi orang gila, kitalah yang gila... :)
Jangan-jangan....... si tesla.. pernah...... *tertahan*
Sampe2 dia tau pikiran org gila... ;D
^ hehehe respon yg sama yg gua dapat di real life...
^ bener2 umat awam
Quote from: roihidayat on 23 October 2007, 01:06:40 PM
Jadi apabila kita saat ini semisal mempunyai tujuan bebas dari dari samsara yg terus berulang, apakah melakukan planning dengan target-target dari setiap langkah itu dapat dikatakan bijak?
atau kita cukup berfokus pada kondisi sasaran akhir namun langkah yang ingin kita lakukan tidak perlu di planningkan, dibiarkan mengalir saja?
terima kasih.
CMIIW
setau saya sih kalo mau bebas dari samsara itu harus jadi orang suci dahulu. kaya sottapana dll dengan cara :
meditasicuma 1 koq jalannya jadi apa yang perlu di planningkan?
Quotebuat tau stres, kita liat dulu prosesnya yah..... biasanya didahului dengan lobha mula citta (pikiran yang dilandasi keserakahan) misal pada pacar atau barang kesayangan.
dan ketika objek tersebut berubah, misal pacar menjengkelkan atau barang kesayangan rusak, muncullah dosa mula citta (pikiran yang dilandasi kebencian).....
ini yang mendasari kekecewaan, ketidak puasan, putus asa, dan banyak akusala citta lainnya.......
wuih udah bicara abhidhamma neh ;D berat, berat
Quote from: roihidayat on 23 October 2007, 01:06:40 PM
Jadi apabila kita saat ini semisal mempunyai tujuan bebas dari dari samsara yg terus berulang, apakah melakukan planning dengan target-target dari setiap langkah itu dapat dikatakan bijak?
atau kita cukup berfokus pada kondisi sasaran akhir namun langkah yang ingin kita lakukan tidak perlu di planningkan, dibiarkan mengalir saja?
terima kasih.
pertanyaan bagus dengan jawaban yang sulit :))
kalo menurut saya, tergantung karakter anda. coba 2-2nya dan lihat hasilnya ;D
kl pengalaman saya sih.. 2-2nya bisa. yg berplanning terutama untuk pelaksanaan 8 jalan utama dlm kehidupan sehari2.
kalo yg ngga, untuk meditasi. krn dr pengalaman, kalo pikiran terlalu "memegang" planning/keinginan dsbnya, malah ga berkembang meditasinya.
Quote from: tesla on 24 October 2007, 12:05:13 PM
^ hehehe respon yg sama yg gua dapat di real life...
^ bener2 umat awam
:)) tesla apa sdg stress?
kl misalnyaada masalah..mungkin bisa disaring masalah apa di subforum keluarga & teman ;D
mudah2an ada yg bisa bantu kaish saran.
hehehe... sekarang enggak kok.
malah lagi bahagia terus. :))
yg penting itu : Bahagia........
pada jalan apapun yg ditempuh, harus tetap bahagia......
Quote from: tesla on 24 October 2007, 10:07:04 AM
Quote from: markosprawira on 23 October 2007, 10:51:05 AM
buat tau stres, kita liat dulu prosesnya yah..... biasanya didahului dengan lobha mula citta (pikiran yang dilandasi keserakahan) misal pada pacar atau barang kesayangan.
dan ketika objek tersebut berubah, misal pacar menjengkelkan atau barang kesayangan rusak, muncullah dosa mula citta (pikiran yang dilandasi kebencian).....
ini yang mendasari kekecewaan, ketidak puasan, putus asa, dan banyak akusala citta lainnya.......
jika dilakukan secara terus menerus, maka semakin tinggi kadar kemelekatannya, akan semakin tinggi tumpukan juga akusala cita dan cetasika......
awalnya nanti akan menjadi stres..... bahkan ujung-ujungnya ada yang gila...
oh...
kalau: keserakahan + semangat > tidak putus asa > kebijaksanaan > keserakahan + semangat > (putar2 terus)
gimana tuh?
seorang murid _/\_
kalo serakah + semangat jadinya lobha yang terus menerus, sis........... seperti org minum air laut....... makin bnyk dia minum, akan makin haus
ga mungkin akan jadi bijaksana jika dimulai dengan lobha........
jadi bedakan dengan chanda atau cita2.......
Quote
ga mungkin akan jadi bijaksana jika dimulai dengan lobha........
sorry nih... saya memang masih sulit membedakan:
serakah, semangat, bijaksana, dll...
makin belajar makin binggungcoba tanya diri Anda sendiri,
apakah saya bijaksana?
atau sedang memelihara moha?
apakah pada saat saya lobha timbul, karuna (dll) tidak ada?
apakah dapat digambarkan seperti garis lurus sebab & akibat?
atau lebih seperti spider web yg ga jelas awal & akhir?
Quote from: tesla on 30 October 2007, 10:21:01 AM
Quote
ga mungkin akan jadi bijaksana jika dimulai dengan lobha........
sorry nih... saya memang masih sulit membedakan:
serakah, semangat, bijaksana, dll...
makin belajar makin binggung
coba tanya diri Anda sendiri,
apakah saya bijaksana?
atau sedang memelihara moha?
apakah pada saat saya lobha timbul, karuna (dll) tidak ada?
apakah dapat digambarkan seperti garis lurus sebab & akibat?
atau lebih seperti spider web yg ga jelas awal & akhir?
dear tesla,
gampang kok cara bedainnya..... coba aja benda kesayangan anda hilang, gimana rasanya???
jika masih stres, marah2, ngumpat, itu berarti lobha sangat berperan, yang kemudian disusul dengan dosa (kebencian) karena kehilangan sesuatu yg dimelekati
jika sudah bijaksana, maka akan melihat bahwa kehilangan adalah proses yang berkelanjutan dari anicca yaitu ketidak kekalan.... tapi bukan berarti segala sesuatu itu tidak perlu dirawat loh..... segala sesuatu itu contoh tubuh kita, harus dirawat agar bisa bekerja dengan baik, namun jangan melekat terhadapnya
yup, jika saat akusala citta seperti lobha,dosa atau moha muncul, maka tidak ada kusala citta......
sekedar info aja, kecepatan pikiran itu, 1 per 10 pangkat 27 loh, jadi amat sangat cepat sekali pikiran itu timbul dan tenggelam...
sebab akibat itu tidak seperti garis lurus dimana A akan menghasilkan A atau membunuh akan dibunuh....
lebih mirip seperti matrix dengan amat sangat banyak sekali kemungkinan yang bermain, seiring dengan banyaknya citta kita yang muncul seperti yg saya tulis diatas.....
seperti Buddha bilang : Cetana itulah yang kusebut Kamma.... sedangkan cetana/niat itu adalah citta/pikiran.....
thanks atas penjelasannya...
citta yg muncul apa:
kalau mencuri untuk memberi anak kita makan???
citta yg muncul :
1. lobha karena kita menginginkan sesuatu yg bukan hak kita
2. dosa karena benci dengan kondisi yang tidak bisa memberi makan
karena itu maka agar anak bisa makan, dijadikan alasan/pembenaran untuk tindakan kita... jadi kambing hitam....
mirip kaya orang yang mencuri, lalu bilang "saya khilaf, semuanya karena bisikan setan" ;D sebenarnya itu cuma akibat akusala citta yg terus menerus diulang-ulang
contoh yg paling jelas adalah penyerangan Irak, dengan alasan memberantas Al Qaeda untuk perdamaian dunia.... ;D
itu kenapa dalam buddhism, modal utama agar kita semua dapat maju adalah kejujuran
lho kok malah dibilang pembenaran sih? ???
IMHO, memang betul disana ada lobha & dosa. menurut saya juga timbul amoha lho...
malah kalau dia membiarkan anaknya mati menurutku lobha+dosa+moha...
Kasih sayang seorang ibu begitu besar kepada anaknya;
Kasih sayang yang sama menyebabkan ibu dalam derita;
Selain Kebahagiaan Akhir, apalagi yang bisa sepadan dengan jasa itu;
Mengabaikan ibu yang sedang menderita ini adalah sesuatu yang memalukan.
By : Zen
Melamun -> tidak menguasai Pikiran
Berpikir -> um.... (melamun yg terkontrol) :hammer: buset... koq muter2x yak?
Quote from: tesla on 01 November 2007, 09:54:18 AM
lho kok malah dibilang pembenaran sih? ???
IMHO, memang betul disana ada lobha & dosa. menurut saya juga timbul amoha lho...
malah kalau dia membiarkan anaknya mati menurutku lobha+dosa+moha...
dear tesla,
itu kenapa saya bilang, modal utama adalah
kejujuranpertama harus disadari dulu, bhw kondisi kita saat ini, merupakan hasil kamma lampau kita.
Jadi jika akusala vipaka yg terjadi saat ini ditanggapi dengan akusala citta juga, atau akusala kamma seperti mencuri, itu justru akan membuat masa depan yang lebih menderita lagi
Pun sebenarnya masih bnyk cara mencari makan misalnya dengan mengamen, atau bekerja sebagai buruh?? sekedar info saja bahwa pendapatan pengemis di jakarta, minimal berkisar 20 - 30 rb loh, jadi sebenarnya bisa untuk makan sehari2...
masih banyak dilema seperti ini, yang sebenarnya merupakan pilihan bagi masa depan kita..... Sesuai dengan hukum Law of Attraction, jika kita cenderung ke hal2 yg akusala, yah masa depan kita akan lebih menderita.... demikian juga jika kita berusaha untuk selalu kusala, yakinlah bahwa masa depan anda akan "kurang" menderita karena batin sudah lebih terkontrol
Quote from: Hikoza83 on 01 November 2007, 12:28:11 PM
Kasih sayang seorang ibu begitu besar kepada anaknya;
Kasih sayang yang sama menyebabkan ibu dalam derita;
Selain Kebahagiaan Akhir, apalagi yang bisa sepadan dengan jasa itu;
Mengabaikan ibu yang sedang menderita ini adalah sesuatu yang memalukan.
By : Zen
kalau sampai menderita, berarti sudah ada kemelekatan
kalau sudah ada kemelekatan, berarti itu lobha
jasa hanyalah efek samping dari perbuatan
yang terpenting adalah kemajuan batin untuk selalu bahagia
karena kebahagiaan akhir,
hanya bisa didapat dari batin yang dipupuk untuk selalu bahagia setiap saat
Quote from: markosprawira on 02 November 2007, 08:11:06 AM
Quote from: Hikoza83 on 01 November 2007, 12:28:11 PM
Kasih sayang seorang ibu begitu besar kepada anaknya;
Kasih sayang yang sama menyebabkan ibu dalam derita;
Selain Kebahagiaan Akhir, apalagi yang bisa sepadan dengan jasa itu;
Mengabaikan ibu yang sedang menderita ini adalah sesuatu yang memalukan.
By : Zen
kalau sampai menderita, berarti sudah ada kemelekatan
kalau sudah ada kemelekatan, berarti itu lobha
jasa hanyalah efek samping dari perbuatan
yang terpenting adalah kemajuan batin untuk selalu bahagia
karena kebahagiaan akhir,
hanya bisa didapat dari batin yang dipupuk untuk selalu bahagia setiap saat
siapa yang melekat? ??? ??? ???
ya, ortu melahirkan dan membesarkan anaknya karena efek samping dari perbuatan, tapi itu bukan alasan anak tak menghargai jasa ortunya. Kalau nampaknya ortu melekat kepada kita, ya sebetulnya siapa yang bikin hasil kayak gitu? kita sendiri, bro. ;D
saya setuju dengan anda, yang terpenting adalah kemajuan batin untuk selalu bahagia karena Kebahagiaan Akhir, salah satunya adalah peduli dengan orang sekitar kita, bukan pasif loh.
ada sebuah joke:
kembangkan metta... :x
tapi tak tau maknanya... ::)
lama2 jatuh dalam cinta.... :o
samsara oh samsara... ;D
sejak dulu beginilah cinta.... :-?
deritanya tiada akhir... :'( :'( :'(
By : Zen
Quote from: Hikoza83 on 02 November 2007, 09:03:54 AM
Quote from: markosprawira on 02 November 2007, 08:11:06 AM
Quote from: Hikoza83 on 01 November 2007, 12:28:11 PM
Kasih sayang seorang ibu begitu besar kepada anaknya;
Kasih sayang yang sama menyebabkan ibu dalam derita;
Selain Kebahagiaan Akhir, apalagi yang bisa sepadan dengan jasa itu;
Mengabaikan ibu yang sedang menderita ini adalah sesuatu yang memalukan.
By : Zen
kalau sampai menderita, berarti sudah ada kemelekatan
kalau sudah ada kemelekatan, berarti itu lobha
jasa hanyalah efek samping dari perbuatan
yang terpenting adalah kemajuan batin untuk selalu bahagia
karena kebahagiaan akhir,
hanya bisa didapat dari batin yang dipupuk untuk selalu bahagia setiap saat
siapa yang melekat? ??? ??? ???
ya, ortu melahirkan dan membesarkan anaknya karena efek samping dari perbuatan, tapi itu bukan alasan anak tak menghargai jasa ortunya. Kalau nampaknya ortu melekat kepada kita, ya sebetulnya siapa yang bikin hasil kayak gitu? kita sendiri, bro. ;D
saya setuju dengan anda, yang terpenting adalah kemajuan batin untuk selalu bahagia karena Kebahagiaan Akhir, salah satunya adalah peduli dengan orang sekitar kita, bukan pasif loh.
ada sebuah joke:
kembangkan metta... :x
tapi tak tau maknanya... ::)
lama2 jatuh dalam cinta.... :o
samsara oh samsara... ;D
sejak dulu beginilah cinta.... :-?
deritanya tiada akhir... :'( :'( :'(
By : Zen
ehm, gw mo jawab yg di-bold aja:
1. kok kenapa jadi aneh gitu yah??? seinget saya, ga pernah tuh nulis untuk tidak menghargai org tua deee........ :whistle:
2. kalo ortu melekat, itu bukan karena kita, bro....... tiap org melekat pada sesuatu, bukan karena obyek loh... obyek sifatnya netral, apa adanya.... tetapi org yg melekati itu, yg merasa bhw ini milikKU, ini punyaKU.....
contoh yg sama ama org/benda yg dibenci.... misal sampah.... begitu lihat/cium baunya, langsung merasa benci.....
semua cuma permainan 6 indera kita aja.....