Melamun dan Planning dlm konsep ajaran buddhisme

Started by roihidayat, 20 October 2007, 03:56:02 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

roihidayat

Saya mengutip dari http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=63&multi=T&hal=0
tentang mengapa orang melamun.

Mengapa ada orang yang suka melamun ?
Orang suka melamun jika ia kurang mengembangkan perhatian benar dalam dirinya.

Pikiran itu selalu mengembara jauh
Tidak memiliki wujud dan terletak di dalam hati
Mereka yang dapat menaklukkannya
Akan terbebas dari jeratan Mara

Yang ingin saya diskusikan adalah apakah planning dapat dikatakan juga melamun? yang saya  maksud dengan planning adalah membuat rencana tentang hidup kita ini, baik dalam aktifitas sehari-hari maupun bekerja.

Mohon pencerahan .... terima kasih.

san

Perbedaan antara melamun dan planning adalah tujuan yang ingin dicapai.
Melamun biasanya nggak direncanakan dan tidak ada hasil yang ingin dicapai.
Klo planning biasanya direncanakan dan ada hasil yang ingin dicapai.
be happy ^^

langitbiru

saya rasa sih tidak.

kalo planning, kita berpikir berdasarkan kenyataan, menganalisa kondisi2 kita, kondisi sekeliling. membuat simulasi, lalu dianalisa lagi, apakah solusi yg dicari sdh pas ato tdk.

kalo melamun, kita hanya berimajinasi -dasarnya khayalan. andai aku punya duit 1 M (pdhal ga ada duit 1 M), andai gw cakep (pdhal ngga) dll.
oni... kao titi bobo... gigi...

Sumedho

Kalau planning itu you aware what you are doing. Melamun itu tidak.
Ketika you are not aware, pikiran mengembara a.k.a. melamun.
There is no place like 127.0.0.1

roihidayat

mmmhhh apakah saya dapat menyimpulkan bahwa:

Melamun : lebih berfokus pada buah yg ingin dinikmati saja dan tetap disana

Planning: dapat sama mempunyai tujuan menikmati buah, tetapi mencoba melakukan top down analisa secara terstruktur sehingga menyadari langkah-langkah yang harus dilakukan dari awal yg dapat ditempuh semisal menanam akar pohon, mengembangkan batangnya dan akhirnya berbuah dan menikmati buahnya.

Nah apabila kita saat ini semisal mempunyai tujuan bebas dari dari samsara yg terus berulang, apakah melakukan planning dengan target-target dari setiap langkah itu dapat dikatakan bijak? atau kita cukup berfokus pada kondisi sasaran akhir namun langkah yang ingin kita lakukan tidak perlu di planningkan, dibiarkan mengalir saja?

terima kasih.

williamhalim

#5
Dari buku DASAR PANDANGAN AGAMA BUDDHA, Ven. S. Dhammika, hal. 201 terdapat penjabaran yg relevan dengan topik kita ini, yaitu sbb:

BERPIKIR (VITAKKA, berasal dari kata TAKKA=menalar)
yaitu: Berpikir secara sadar dan langsung, ada 'usaha'.

BERKHAYAL (VICARA, berasal dari kata CARATI=bergerak/mengembara)
yaitu: pikiran yg terpencar dan tidak berhubungan satu sama lainnya.

Berpikir adalah tangan yang memegang dengan kuat dan Berkhayal adalah seperti tangan yang menggosok; pada seorang yang dengan kuat memegang sebuah piring logam bernoda dengan satu tangan, sedang tangan yang lain menggosoknya dengan bubuk penggosok, minyak dan sabut.
(Visuddhimagga, 142)

----------

IMO:
Perbedaan Berpikir dan Planning, terletak pada: Konsentrasi (pemusatan kesadaran pada suatu objek)
~ Berpikir adalah konsentrasi, objeknya terpusat, dipegang teguh. Demikian juga dengan 'planning/berencana': objek yg dipegang dengan kuat ini jelas rangkaiannya, tahap demi tahap.
~ Melamun tidak ada konsentrasi, objeknya terpecah, tidak dipegang dengan kuat, tahapannya tidak jelas, meloncat-loncat.

IMO lagi:
Perbedaan antara Berpikir dan Melamun ini sangat tipis, dan seringkali proses berpikir/berencana akan beralih menjadi melamun. Semula pikiran terpusat dengan kuat pada objek, rencana2 disusun dengan bagus, namun lambat laun pikiran tidak lagi berkonsentrasi dan objek mulai terpecah dan meloncat-loncat sehingga menjadi suatu lamunan / khayalan.

Hal ini terjadi juga pada meditasi.


::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Virasatti

Menurut saya, melamun itu untuk melengkapi planning ... meskipun ga semua lamunan itu bisa dijadikan pegangan, setidaknya memberikan suatu gambaran dari planning yang dibuat. Kadang dalam membuat planning, timbul pertanyaan apa ya yang kurang? Kadang kalo uda kepikiran pengen bikin suatu kegiatan ... pasti kan kepikir kalo rencana awalnya ini ... sampe akhirnya ini ... dan kadang2 melamun itu malah membantu kita untuk menemukan ide2 baru atau hal2 yang kurang dan juga segala antisipasi atas kekurangan pas pelaksanaannya ...

markosprawira

dear vira,

kekna ada perbedaan konsepsi disini yah...... melamun itu ga mgkn ngelengkapin planning.... planning itu terstruktur, sedangkan melamun itu objeknya pindah2/loncat2......

jadi saya rasa, yang anda maksud melamun untuk melengkapi planning adalah cari inspirasi...... secara singkat dapat dikatakan sebagai proses mencari pada berbagai objek yang ada dalam sanna (baca: sanya/memori) kita, yang berhubungan dengan planning yg sedang kita kerjakan....

apa yang dikatakan oleh bro willi sudah sangat tepat dan mengena.......

Suchamda

Ketiganya sama saja merupakan pikiran (thoughts).
Apakah arahat bisa memplanning? :))
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

tesla

kalo lage stress mikirin satu masalah apa donk?
melamun?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Umat Awam

 [at] tesla: tuh anda udh jawab, yaitu stresss...........  ;D  :P

markosprawira

Quote from: tesla on 23 October 2007, 10:00:14 AM
kalo lage stress mikirin satu masalah apa donk?
melamun?

buat tau stres, kita liat dulu prosesnya yah..... biasanya didahului dengan lobha mula citta (pikiran yang dilandasi keserakahan) misal pada pacar atau barang kesayangan.

dan ketika objek tersebut berubah, misal pacar menjengkelkan atau barang kesayangan rusak, muncullah dosa mula citta (pikiran yang dilandasi kebencian).....

ini yang mendasari kekecewaan, ketidak puasan, putus asa, dan banyak akusala citta lainnya.......

jika dilakukan secara terus menerus, maka semakin tinggi kadar kemelekatannya, akan semakin tinggi tumpukan juga akusala cita dan cetasika...... 
awalnya nanti akan menjadi stres..... bahkan ujung-ujungnya ada yang gila...

roihidayat


Jadi apabila kita saat ini semisal mempunyai tujuan bebas dari dari samsara yg terus berulang, apakah melakukan planning dengan target-target dari setiap langkah itu dapat dikatakan bijak?

atau kita cukup berfokus pada kondisi sasaran akhir namun langkah yang ingin kita lakukan tidak perlu di planningkan, dibiarkan mengalir saja?

terima kasih.

tesla

Quotebahkan ujung-ujungnya ada yang gila...

only paranoid survive
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

seseorang dikatakan gila karena pemikirannya tidak sejalan dengan orang pada umumnya. bagi orang gila, kitalah yang gila...  :)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~