tmn-tmn
saia ingin bertanya bagaimana pandangan Buddhist mengenai penghakiman
mulai dari lembaga peradilan negara, tindakan main hakim sendiri, sampai merasa bahwa diri sendiri perlu "meluruskan" orang lain
walaupun itu memang tidak sesuai dhamma [bukan persepsi pribadi]
dan apa yang teman-teman lakukan bila dalam posisi seperti itu?
apa merasa memang perlu "meluruskan"-nya?
atas tanggapannya, saia ucapkan terimakasih _/\_
abis nonton kasus "A.M" yak ;D
PERTAMAXX Liat sikon dulu
"A.M" apa?
ngga kok, cm pengen tau aja gimana tanggapan umat Buddhist tentang hal itu?
perlu gk sih? penting gk sih? berkewajiban gak sih [bagi yg bukan aparat berwenang]?
Quote from: ryu on 05 December 2008, 05:08:58 PM
PERTAMAXX Liat sikon dulu
anda gagal pertamax, silahkan coba lagi
yang artis pembalap gebugin orang
Quote from: Hendra Susanto on 05 December 2008, 05:12:24 PM
yang artis pembalap gebugin orang
ooh ngga nonton, hohohohooooooooooo
OOT!
Baca sigalovada sutta
bagaimana dari sudut pandang sis Saia?
kalo saya belum pernah masuk ke lembaga peradilan, jadi ga tahu apa kabar burung tentang peradilan Indonesia benar adanya.
Benar kata bro Ryu, dalam posisi itu banyak kondisi yg membuat saya membiarkan saja (tidak meluruskan) karena saya merasa ruginya lebih banyak.
kalo dihakimi massa juga ga pernah :P
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.msnpro.com%2Femoticons%2Foctopus%2Finjury.gif&hash=d7cdc1b92c12780dd08bbcc139fde67b035fed16)
[at] mr.Bagus
maksud saia bukan jadi terdakwanya, tapi jadi penghakimnya, menurut anda, apakah kita perlu menghakimi?
saia tidak mementingkan kabar burung atau kabar kelelawar, baik di Indonesia maupun di negara lain
yg saia tanyakan, apakah itu perlu?
yg dimaksud dengan menghakimi itu apa saja ruang lingkupnya? maaf agak dikit neh neuronnya ;D
kalau aye udah arahat aye bakalan cuek aja.
tapi mumpung masih awam, lebih baik berdiskusi untuk mencari solusi
jadi disini aye gak pake meluruskan karena kesannya memaksa.
[at] mr.bagus
bisa seperti menyatakan pandangan orang lain itu "salah" atau "benar" << yg ini paling minim deh
[at] hatRed
oke kalo gitu gak pake kata "meluruskan"
kalo "memberi pernyataan" gimana? seperti menyatakan bahwa ini "benar" atau "salah"
kalo ditilik perasaan g saat ini.
perlu sampai tersangka yang mengakui kesalahannya atau kebenarannya.
liat aja pengadilan, kan mesti ada pernyataan tersangka itu mengakui kesalahannya baru deh di penjara.
Ada waktunya sis :) kalau waktunya tepat mungkin bisa, kalau waktunya tidak tepat bisa2 jadi benci dia sama sis ketika di kasih tau.
seberapa penting sih menyatakan "benar" atau "salah" bagi pencapaian penerangan untuk diri sendiri?
benar => pandangan benar
salah => pandangan salah
Quote from: hatRed on 05 December 2008, 05:51:51 PM
kalo ditilik perasaan g saat ini.
perlu sampai tersangka yang mengakui kesalahannya atau kebenarannya.
liat aja pengadilan, kan mesti ada pernyataan tersangka itu mengakui kesalahannya baru deh di penjara.
bila anda sebagai orang biasa, bukan aparat kemanan loh? saia tanya kepada "anda"
Quote from: Reenzia on 05 December 2008, 05:57:16 PM
seberapa penting sih menyatakan "benar" atau "salah" bagi pencapaian penerangan untuk diri sendiri?
bagi kita2 yg LODOMOnya tebal, tidak penting menyatakan ini benar, ini salah. takutnya Ego-nya juga ikutan hipertensi. kalo udah begitu, makin jauh dah pencapaian penerangan untuk diri sendiri.
lingkungan saya saja banyak yg tidak sepandangan, saya sudah coba pancing2 dengan halus, ternyata ga kemakan, ya udah biarkan saja pandangannya itu, yg penting tingkah lakunya menjadi baik, ya sutralah. :D ga nyambung yah :P jadi ga pede neh :hammer:
Quote from: Reenzia on 05 December 2008, 05:58:24 PM
Quote from: hatRed on 05 December 2008, 05:51:51 PM
kalo ditilik perasaan g saat ini.
perlu sampai tersangka yang mengakui kesalahannya atau kebenarannya.
liat aja pengadilan, kan mesti ada pernyataan tersangka itu mengakui kesalahannya baru deh di penjara.
bila anda sebagai orang biasa, bukan aparat kemanan loh? saia tanya kepada "anda"
kalau sebagai pribadi, saya pasti selalu berdebat, karena saya masih posesif sama kebenaran.
jujur saja, saya ma temen2 sering berdebat dan saya selalu menang dan mereka kalah.
tetapi hal itu tidak memuaskan saya, malah berujung kecewa, kenapa?? karena mereka mengalah.
artinya saya belum mencapai kebenaran. dan hanya di DC inilah saya bisa berdebat dengan alot.
saya tidak peduli siapa yang benar/salah. yg saya inginkan adalah Kebenaran itu sendiri.
saya tidak suka dibohongi. dan juga tidak suka orang yang mengalah kepada saya.
posesif sama kebenaran?
kalo gitu anda mencari kebenaran dengan jalan yang mengesampingkan kebenaran? [bertanya, bukan pernyataan]
emm... jalan yang mengesampingkan kebenaran itu kek apa yak?
Sebagai orang yg tahu, kita seharusnya membimbing orang yg belum atau kurang tahu. Penting atau tidak penting, adalah bergantung dari beberapa faktor.
Salah satu yg membuat kita lebih bijaksana adalah dengan cara mengajarkan kebenaran (kebijaksanaan) pada orang lain. Dengan memberi penjelasan kepada orang lain, sebenarnya kita pun melatih diri untuk mengembangkan kebijaksanaan dan mengamalkan kebijaksanaan. Artinya, meluruskan pandangan orang lain itu adalah baik. Tapi lihat sikon juga yah...
[at] hatRed
posesif itu............apa ya?
Quoteseberapa penting sih menyatakan "benar" atau "salah" bagi pencapaian penerangan untuk diri sendiri?
Nah lho...
Kalo kalimat diatas dah kluar, maka kesimpulan saya adalah...
'seberapa penting sih' kita membahas masalah ini?...hehehe
Namo Buddhaya... _/\_ ...
[at] reenzie
posesif bagi saya, saya tidak peduli bagaimanapun juga/pemikiran orang/apapun juga. yang penting saya tahu kebenaran.
dan saya gak bakalan mengingkari apa yang saat itu benar.
kecuali yang saya anggap saat itu benar dianggap salah atau kurang benar, dengan syarat saya bisa menerimanya.
[at] g.citra
kalau mo dilanjutin pertanyaan kek gitu
maka kesimpulan saya adalah
""seberapa penting sih" kita ada disini?...hehehe"
sedikit berkomentar..
agak susah menurut saya dalam menentukan batas benar / salah dalam kehidupan realita ini.
secara idealis memang keliatan gampang ya.. tapi realita kebanyakan dipengaruhi oleh suara terbanyak.
[at] Forte
itu adalah kemufakatan. dimana hasil tidak selalu benar/salah tetapi merupakan konvensi dari suatu kemajemukan.
jadi kalau benar dan salah yg dimaksud reenzie adalah kebenaran mutlak maka tidak bisa disamakan dengan kemufakatan tersebut.
Quote from: hatRed on 06 December 2008, 09:22:41 AM
[at] Forte
itu adalah kemufakatan. dimana hasil tidak selalu benar/salah tetapi merupakan konvensi dari suatu kemajemukan.
jadi kalau benar dan salah yg dimaksud reenzie adalah kebenaran mutlak maka tidak bisa disamakan dengan kemufakatan tersebut.
benar seh.. cuma menentukan sesuatu itu benar / salah juga butuh intepretasi/penafsiran kan ?
[at] all
saia bertanya pendapat/persepsi masing-masing dan alasannya, bukan bagaimana benarnya
mending "melurusken" diri sndr dah(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi269.photobucket.com%2Falbums%2Fjj73%2FLotharGuard%2FTeddy%2520Bear%2F21.gif&hash=efe83f9ce96839873616395cd916c4c348eb1e6b)
Quotesaia bertanya pendapat/persepsi masing-masing dan alasannya, bukan bagaimana benarnya
wah mesti kuliah hukum nih... hehehe
Quotekalau mo dilanjutin pertanyaan kek gitu
maka kesimpulan saya adalah
""seberapa penting sih" kita ada disini?...hehehe"
maka jawaban saya adalah... penting bagi yg punya kepentingan disini dan tak penting bagi yang tidak punya kepentingan disini... hehehe...
Namo Buddhaya... _/\_ ...
[at] g.citra
Quote from: g.citra on 06 December 2008, 01:40:31 AM
'seberapa penting sih' kita membahas masalah ini?...hehehe
kalo gitu jawaban saya juga sama :))
penting bagi yg punya kepentingan membahas dan tak penting bagi yang tidak punya kepentingan membahas. ;D
kalo pandangan pribadi, tdk ada gunanya ikut2an menghakimi
sibuk memperdebatkan benar dan salah hanya membuang tenaga, sebab tdk jelas mana sih yg dimaksud dengan kata "benar" ?
saya kasih contoh:
1. dalam masyarakat indian (amerika) bila menerima tamu terhormat, maka utk menghormati tamu tersebut istri tuan rumah akan diberikan utk menemani sang tamu "tidur". bukankah utk kacamata kita di jaman ini jelas ini salah kaprah? tapi menurut mereka itu kan benar
2. kalo ga salah sebelum abad 10, di tanah jawa, ada satu kerajaan yg diperintah ratu simha, pada era itu pencurian sekecil apapun akan diganjar hukuman mati (kalo ga salah dipicis=diikat diperempatan, setiap orang lewat harus menorehkan satu luka dgn pisau, lalu ditaburi garam, ini dilakukan sampe penjahatnya mati), hasilnya masyarakatnya era itu tdk seorangpun berani melakukan kejahatan (ada sisi positifnya toh :P) tapi kalo itu dilakukan jaman sekarang, komnas ham bisa teriak2
nah bukankah membingungkan yg namanya konsep benar dan salah itu, beda waktu atau masyarakat sudah bergeser artinya
buat saya kebenaran sejati adalah:
a. 1+1=2 dengan catatan satuan yg dipake sama
b. bila anda haus, minumlah air yg cukup utk menghilangkannya
memahami yg seperti ini lebih berarti
Quote from: hatRed on 06 December 2008, 11:49:11 AM
[at] g.citra
Quote from: g.citra on 06 December 2008, 01:40:31 AM
'seberapa penting sih' kita membahas masalah ini?...hehehe
kalo gitu jawaban saya juga sama :))
penting bagi yg punya kepentingan membahas dan tak penting bagi yang tidak punya kepentingan membahas. ;D
di thread ini saia harap gak ada yg menghakimi, dan tak ada penghakiman disini, saia cuma minta pendapat
[at] reenzie
sorry, jadi ngomentarin yang laen
kalo gitu boleh gak saya berpendapat lagi tentang benar/salah bagi saya pribadi?
[at] reenzie
Reenzie yang baik...
Anda menulis :
Quoteseberapa penting sih menyatakan "benar" atau "salah" bagi pencapaian penerangan untuk diri sendiri?
dan selanjutnya menulis:
Quotesaia bertanya pendapat/persepsi masing-masing dan alasannya, bukan bagaimana benarnya
Sekali lagi maaf... jadi kalau ada yg menuliskan pendapatnya tentang tulisan anda yg kedua, lalu bagaimana dengan tulisan anda yang pertama?
mohon pencerahan... ^:)^
Namo Buddhaya... _/\_ ...
dear ALL,
Kebenaran (Dhamma) dibagi menjadi dua yaitu Paramattha Dhamma dan Pannati Dhamma
Paramattha Dhamma adalah kebenaran secara hakekat yg sesungguhnya
sementara Pannati Dhamma adalah kebenaran secara konseptual, secara kesepakatan umum misal hukum negara, UUD, PBB (UN) bahkan sampai kesepakatan RT utk menggelar 17 agustusan
Karena itu proses penghakiman secara buddhism, termasuk ke dalam pannati dhamma.
Jadi tidaklah tepat menggunakan paramattha dhamma utk mengukur pannati dhamma
Sehingga hendaknya tidak perlu diperdebatkan benar atau salahnya karena itu sudah termasuk ke dalam kesepakatan bersama, yg notabene diperlukan dalam mengatur hidup bermasyarakat.
semoga bisa bermanfaat _/\_
Quote from: g.citra on 06 December 2008, 05:48:28 PM
[at] reenzie
Reenzie yang baik...
Anda menulis :
Quoteseberapa penting sih menyatakan "benar" atau "salah" bagi pencapaian penerangan untuk diri sendiri?
dan selanjutnya menulis:
Quotesaia bertanya pendapat/persepsi masing-masing dan alasannya, bukan bagaimana benarnya
Sekali lagi maaf... jadi kalau ada yg menuliskan pendapatnya tentang tulisan anda yg kedua, lalu bagaimana dengan tulisan anda yang pertama?
mohon pencerahan... ^:)^
Namo Buddhaya... _/\_ ...
hmmm agak rancu ya, gini deh : pendapat/persepsi masing2 tentang benar dan salah dalam pencapaian penerangan ;D
Quote from: hatRed on 06 December 2008, 05:01:49 PM
[at] reenzie
sorry, jadi ngomentarin yang laen
kalo gitu boleh gak saya berpendapat lagi tentang benar/salah bagi saya pribadi?
boleee....silahkan berpendapat.........
Quote from: Reenzia on 10 December 2008, 09:37:34 AM
Quote from: g.citra on 06 December 2008, 05:48:28 PM
[at] reenzie
Reenzie yang baik...
Anda menulis :
Quoteseberapa penting sih menyatakan "benar" atau "salah" bagi pencapaian penerangan untuk diri sendiri?
hmmm agak rancu ya, gini deh : pendapat/persepsi masing2 tentang benar dan salah dalam pencapaian penerangan ;D
dear reenzia,
cm ingin memperjelas bhw apakah yg anda tanyakan "benar atau salah dalam pencapaian penerangan"
ataukah
"kusala atau akusala dalam pencapaian penerangan"
???
menanyakan pendapat pribadi saja, perlu gk sih pernyataan benar atau salah dalam pencapaian penerangan begitu loo
Benar atau salah
kalo secara pernyataan, tidak perlu.
tapi secara batin, itu diperlukan
Quote from: Reenzia on 05 December 2008, 05:04:51 PM
tmn-tmn
saia ingin bertanya bagaimana pandangan Buddhist mengenai penghakiman
mulai dari lembaga peradilan negara, tindakan main hakim sendiri, sampai merasa bahwa diri sendiri perlu "meluruskan" orang lain
walaupun itu memang tidak sesuai dhamma [bukan persepsi pribadi]
dan apa yang teman-teman lakukan bila dalam posisi seperti itu?
apa merasa memang perlu "meluruskan"-nya?
atas tanggapannya, saia ucapkan terimakasih _/\_
yang di Bold itu, dasarnya dari mana yak?
Quote from: Reenzia on 10 December 2008, 02:00:21 PM
menanyakan pendapat pribadi saja, perlu gk sih pernyataan benar atau salah dalam pencapaian penerangan begitu loo
Saat Sidharta belum mencapai "Pencerahan" beliau bertemu dengan Lima orang Pertapa yang menggunakan objek menyiksa diri.
1. Apakah saat itu beliau menyatakan suatu kebenaran/kesalahan dari Lima pertapa tersebut???
Beliau lalu ikut bertapa bersama lima pertapa tersebut. setelah sekian lama, beliau menyadari hal ini adalah tidak berguna, maka beliau meninggalkan lima pertapa tersebut
2. Apakah beliau menyatakan Kebenaran/kesalahan kepada Lima pertapa???
Lalu beliau bertapa di bawah pohon bodhi, saat itu beliau mencapai "pencerahan"
3. Apakah beliau setelah mencapai pencerahan, menyatakan Kebenaran/Kesalahan kepada lima pertapa???
Setelah dibujuk oleh sahampati maka beliau bertekad membabarkan dhamma, dan terakhir beliau memutuskan untuk memberitakan kepada Lima pertapa.
4. Apakah saat beliau memberitakan kepada Lima pertapa, beliau menyatakan Kebenaran/Kesalahan kepada Lima Pertapa???
Quote from: hatRed on 10 December 2008, 05:24:26 PM
Quote from: Reenzia on 05 December 2008, 05:04:51 PM
tmn-tmn
saia ingin bertanya bagaimana pandangan Buddhist mengenai penghakiman
mulai dari lembaga peradilan negara, tindakan main hakim sendiri, sampai merasa bahwa diri sendiri perlu "meluruskan" orang lain
walaupun itu memang tidak sesuai dhamma [bukan persepsi pribadi]
dan apa yang teman-teman lakukan bila dalam posisi seperti itu?
apa merasa memang perlu "meluruskan"-nya?
atas tanggapannya, saia ucapkan terimakasih _/\_
yang di Bold itu, dasarnya dari mana yak?
Quote from: Reenzia on 10 December 2008, 02:00:21 PM
menanyakan pendapat pribadi saja, perlu gk sih pernyataan benar atau salah dalam pencapaian penerangan begitu loo
Saat Sidharta belum mencapai "Pencerahan" beliau bertemu dengan Lima orang Pertapa yang menggunakan objek menyiksa diri.
1. Apakah saat itu beliau menyatakan suatu kebenaran/kesalahan dari Lima pertapa tersebut???
Beliau lalu ikut bertapa bersama lima pertapa tersebut. setelah sekian lama, beliau menyadari hal ini adalah tidak berguna, maka beliau meninggalkan lima pertapa tersebut
2. Apakah beliau menyatakan Kebenaran/kesalahan kepada Lima pertapa???
Lalu beliau bertapa di bawah pohon bodhi, saat itu beliau mencapai "pencerahan"
3. Apakah beliau setelah mencapai pencerahan, menyatakan Kebenaran/Kesalahan kepada lima pertapa???
Setelah dibujuk oleh sahampati maka beliau bertekad membabarkan dhamma, dan terakhir beliau memutuskan untuk memberitakan kepada Lima pertapa.
4. Apakah saat beliau memberitakan kepada Lima pertapa, beliau menyatakan Kebenaran/Kesalahan kepada Lima Pertapa???
yg di bold itu adalah apabila/andaikan/misalkan/seandainya....misalnya ada hukum yg tak sesuai dhamma, gitu....[saia kan sedang bertanya...]
yg dibawah itu saia ngga ngerti, lg agak oon hari ini :hammer:
[at] reenzie
yang 4 pertanyaan itu cukup dijawab singkat saja seperti ya/tidak
ho oh bole juga, pake alasan juga bole.....tp pake bahasa manusia yg simpel aja,,
biar mudah deh ya, contohnya ada org yg salah paham mengenai dhamma, perlu gk kita jelaskan?
sebatas apa jelasinnya? ato biarin aja? apa kita berkewajiban untuk menjelaskan?
Quote from: Reenzia on 10 December 2008, 06:18:20 PM
ho oh bole juga, pake alasan juga bole.....tp pake bahasa manusia yg simpel aja,,
biar mudah deh ya, contohnya ada org yg salah paham mengenai dhamma, perlu gk kita jelaskan?
sebatas apa jelasinnya? ato biarin aja? apa kita berkewajiban untuk menjelaskan?
bagaimana anda menjelaskannya, bila anda belum berEhipassiko lalu seakan2 anda menjelaskan seperti orang yg sudah ber Ehipassiko maka namanya "Bohong" walaupun yg anda katakan adalah suatu kebenaran.
untuk masalah wajib/tidak mungkin bisa ditemukan dari alasan Buddha Gautama mengajarkan Dhamma. apakah karena wajib atau karena permintaan sahampati atau karena kasihan atau karena tradisi.
hayaah, gw bukan mencari pembenaran
gw cm tanya pendapat doank kok :hammer:
zzz swt hatRed, thread ini cm buat share pengalaman duank kok malah ngmg gt :hammer:
maksudnya, pendapat aye adalah
bagaimana saat kita menjelaskannya, bila anda belum berEhipassiko lalu seakan2 anda menjelaskan seperti orang yg sudah ber Ehipassiko maka namanya "Bohong" walaupun yg anda katakan adalah suatu kebenaran.
untuk masalah wajib/tidak mungkin bisa ditemukan dari alasan Buddha Gautama mengajarkan Dhamma. apakah karena wajib atau karena permintaan sahampati atau karena kasihan atau karena tradisi.
trus yg dari 4 pertannyaan tersebut adalah cuma menggambarkan, bagaimana sang Buddha "menghakimi" lima orang pertapa setelah ber Ehipassiko.
bay de weii zzz swt ntu apaan yak
sahampati apa ya?
apa sebaiknya kita gk jelasin apa-apa kalo blm ber-ehipassiko?
itu loh, (kalo gak salah yak) adalah dewa brahmana yang memohon sang Buddha untuk membabarkan Dhamma setelah (kalo gak salah lagi) 7 minggu mencapai Nibbana.
Quote from: Reenzia on 10 December 2008, 07:41:47 PM
apa sebaiknya kita gk jelasin apa-apa kalo blm ber-ehipassiko?
jelaskan saja, tapi jangan seakan akan kita sudah berEhipassiko terhadap penjelasan tersebut
hmm begitu yaah....jelasinnya sejauh apa ya sebaiknya?
Quote from: hatRed on 10 December 2008, 07:39:40 PM
maksudnya, pendapat aye adalah
bagaimana saat kita menjelaskannya, bila anda belum berEhipassiko lalu seakan2 anda menjelaskan seperti orang yg sudah ber Ehipassiko maka namanya "Bohong" walaupun yg anda katakan adalah suatu kebenaran.
untuk masalah wajib/tidak mungkin bisa ditemukan dari alasan Buddha Gautama mengajarkan Dhamma. apakah karena wajib atau karena permintaan sahampati atau karena kasihan atau karena tradisi.
trus yg dari 4 pertannyaan tersebut adalah cuma menggambarkan, bagaimana sang Buddha "menghakimi" lima orang pertapa setelah ber Ehipassiko.
bay de weii zzz swt ntu apaan yak
zzz kalo gak salah artinya tidur.
Swt artinya so what keknya :))
Quote from: Reenzia on 10 December 2008, 07:46:16 PM
hmm begitu yaah....jelasinnya sejauh apa ya sebaiknya?
ney mo minta pendapat apa mencari kebenaran neh.. :-?
[at] hatRed
pendapat aja....
[at] ryu
zzz itu gak beda sama swt
swt=sweat << berkeringat
sama dengan .... ato (https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fs301.photobucket.com%2Falbums%2Fnn47%2Fhyprotika%2Fswt.gif&hash=5525de0a0f78832587c99d8a4b6f7c877178da20) (http://"hyprotika.wordpress.com")
Quote from: Reenzia on 10 December 2008, 07:46:16 PM
hmm begitu yaah....jelasinnya sejauh apa ya sebaiknya?
kalo gitu yak sejauh yang kita tahu.
Quote from: hatRed on 10 December 2008, 07:51:58 PM
Quote from: Reenzia on 10 December 2008, 07:46:16 PM
hmm begitu yaah....jelasinnya sejauh apa ya sebaiknya?
kalo gitu yak sejauh yang kita tahu.
wew...maksudku apa harus sampe dia ngerti? ato sebatas ngmg gt aja, ngerti gk ngerti urusan dia?
Quotewew...maksudku apa harus sampe dia ngerti? ato sebatas ngmg gt aja, ngerti gk ngerti urusan dia?
ikutan lagi yah...
Kita kan bukan Sang Buddha... yang bisa menilai apakah orang lain bisa ngerti dengan apa yang kita sampaikan...
Kalo ampe dia ngerti tapi ga ada unsur maksain dari kita itu ga masalah... yang masalah dia baru ngerti kalo ampe ada kesan kita maksain (ngerti kepaksa bisa salah kaprah lho)... Pada dasarnya, walaupun sebatas omongan kalau emang dia 'konek' dia langsung ngerti... Tapi kalo dia ga ngerti yah anggep aja kita ngadepin org yang di umpamakan sebagai "teratai yang tdk sempat kepermukaan karena tlah habis di 'lalap' ikan."
=)) dilalap ikan, oke deh, makasih banyak atas penjelasan nya yaaa _/\_
semoga semua mahluk hidup berbahagiaa :))
Sis Reenzia...
Apakah : "seseorang yang tidak paham akan alasan perbuatan baik kita, dan malah berasumsi buruk tentang kita" termasuk dalam konteks di thread ini?
[at] upasaka
jika ingin dibahas gpp, itu bisa termasuk konteks
karena dari sudut pandang org yg tak paham maka bisa dianggap menghakimi
silahkan lanjutkan
[at] Reenzia
Kalau sekiranya penting untuk diklarisifikasi, maka kita perlu menyampaikan penjelasan agar orang lain menjadi paham.
Namun kalau orang yang bersangkutan tetap tidak memahami, kita tidak perlu memaksakan agar mereka dapat memahami kita.
Menurut pengalaman saya, hasil perbuatan kita justru lebih lantang daripada suara kita. Jadi biarkanlah mereka tetap berjalan di pandangannya, dan semoga mereka mau jujur terhadap apa yang mereka lihat...
=D> =D> bagus sekali bro upasaka, untuk hal ini memang butuh kebijaksanaan dalam menghadapinya ya _/\_
Quote from: Reenzia on 10 December 2008, 09:42:01 PM
Quote from: hatRed on 10 December 2008, 07:51:58 PM
Quote from: Reenzia on 10 December 2008, 07:46:16 PM
hmm begitu yaah....jelasinnya sejauh apa ya sebaiknya?
kalo gitu yak sejauh yang kita tahu.
wew...maksudku apa harus sampe dia ngerti? ato sebatas ngmg gt aja, ngerti gk ngerti urusan dia?
berhentilah saat dia tidak bertanya lagi.
berhentilah saat dia tidak membutuhkan lagi.
satu lagi : berhentilah saat kita tahu bahwa itu sudah tidak berguna lagi.
[at] hatRed
maksudnya dijelasin pun tak ngerti juga? =))
[at] reenzie
bukan gak ngerti, tapi gak mo ngerti.
seandainya kita punya kemampuan seperti sang Buddha, jadi tahu mana orang yg bisa ngerti
[at] hatRed
hahhaa oh iya bener juga =))
Quote from: Reenzia on 10 December 2008, 06:18:20 PM
ho oh bole juga, pake alasan juga bole.....tp pake bahasa manusia yg simpel aja,,
biar mudah deh ya, contohnya ada org yg salah paham mengenai dhamma, perlu gk kita jelaskan?
sebatas apa jelasinnya? ato biarin aja? apa kita berkewajiban untuk menjelaskan?
dear Reenzia
jika memang itu betul2 merupakan salah paham thd dhamma, dan kita punya bukti2nya misal sutta, vinaya atau abhidhamma, silahkan saja anda memberikan masukan kepada org itu
tapi bukan berarti bhw org itu HARUS dan WAJIB mengikuti loh........
hal ini seringkali terjadi bhw qta ingin memberitahu sesuatu yg benar, tetapi kebenaran itu dilekati
sehingga sewkt org tsb tdk mengikuti apa yg kita sarankan, kita menjadi marah atau tersinggung (dosa mula citta)
semoga bs dimengerti yah