Namo Buddhaya,
Saya ingin bertanya : Apakah org Cacat boleh menjadi Bhikkhu2ni ??
Mohon pencerahannya..
_/\_
SSMB
Namo Buddhaya,
Saya ada teman yang mau jadi bhante tapi Kondisi pisiknya sepertinya tidak memungkinkan dan sudah beberapa kali juga dia mengikuti Pabaja Samanera. Tapi Kayaknya Permohonannya tidak di setujui....Mudah-mudahan ada jalan buat teman saya untuk merealisasikan cita-citanya yang mulia itu kelak..... :)
Maaf.....Mas Fran Mau Jadi Bhante yach?
Saya senang sekali Jika Cita-cita mulia ini tercapai...... :)
Semoga Semua Makhluk Berbahagia
Gunawan S S
konon dalam vinaya dikatakan sih tidak boleh.
Quote from: Sumedho on 07 November 2008, 08:57:06 PM
konon dalam vinaya dikatakan sih tidak boleh.
Alasannya apa ya ?
Apakah ini termasuk diskriminasi ?
Bukan karena diskriminasi, karena kalau cacat dari lahir ada kemungkinan cuma memiliki 2 akar : ketidakserakahan dan ketidakbencian.
Orang yang memiliki 2 akar konon tidak bisa mencapai jhana apalagi tingkat kesucian dalam kehidupan tersebut.
Dan Sang Buddha kelihatannya menahbiskan mereka yang bisa mencapai tingkat kesucian saja, selain itu pandaka, hewan, peta, dewa, tidak ditahbiskan.
Quote from: karuna_murti on 08 November 2008, 01:19:22 PM
Bukan karena diskriminasi, karena kalau cacat dari lahir ada kemungkinan cuma memiliki 2 akar : ketidakserakahan dan ketidakbencian.
Orang yang memiliki 2 akar konon tidak bisa mencapai jhana apalagi tingkat kesucian dalam kehidupan tersebut.
Dan Sang Buddha kelihatannya menahbiskan mereka yang bisa mencapai tingkat kesucian saja, selain itu pandaka, hewan, peta, dewa, tidak ditahbiskan.
Tapi Aniruddha kok bisa masuk ke jhana?
Kan bukan buta dari lahir.
Quote from: karuna_murti on 08 November 2008, 01:19:22 PM
Bukan karena diskriminasi, karena kalau cacat dari lahir ada kemungkinan cuma memiliki 2 akar : ketidakserakahan dan ketidakbencian.
Orang yang memiliki 2 akar konon tidak bisa mencapai jhana apalagi tingkat kesucian dalam kehidupan tersebut.
Dan Sang Buddha kelihatannya menahbiskan mereka yang bisa mencapai tingkat kesucian saja, selain itu pandaka, hewan, peta, dewa, tidak ditahbiskan.
Mengapa org cacat hanya mungkin bisa memiliki 2 akar ?
Kalo org normal memiliki brp akar ya ?
katanya sih kalau dua akar biasanya terlahir di alam rendah, dan kalaupun lahir di alam manusia kemungkinan ada kecacatan / kelainan.
kalau orang normal punya tiga akar.
Quote from: fran on 07 November 2008, 04:43:08 PM
Namo Buddhaya,
Saya ingin bertanya : Apakah org Cacat boleh menjadi Bhikkhu2ni ??
Mohon pencerahannya..
_/\_
SSMB
cakkhupala Thera beliau seorang buta, beliau seorang bhikku, dan beliau seorang arahat
_/\_
Quote from: Gunawan on 07 November 2008, 07:21:44 PM
Namo Buddhaya,
Saya ada teman yang mau jadi bhante tapi Kondisi pisiknya sepertinya tidak memungkinkan dan sudah beberapa kali juga dia mengikuti Pabaja Samanera. Tapi Kayaknya Permohonannya tidak di setujui....Mudah-mudahan ada jalan buat teman saya untuk merealisasikan cita-citanya yang mulia itu kelak..... :)
Maaf.....Mas Fran Mau Jadi Bhante yach?
Saya senang sekali Jika Cita-cita mulia ini tercapai...... :)
Semoga Semua Makhluk Berbahagia
Gunawan S S
kalau menurut aku pribadi
lihat la kedalam batinnya apa kah yang melandasi dia mau jadi bhante
apakah karna pangilan
atau memahami menjadi bhante adalah menuju pembebasan
atau karna ada faktor lainnya...
jika memang tidak terbentuk kondisi dia untuk menjadi bhante
belajarlah untuk membuat kondisi sendiri menjadi bhante
jalanin semua sila bhante
hidup di pertapaan atau vihara
jika tidak ada vihara yang mau menerima
sewa kos tapi tiap hari kevihara lakukan aktivitas disana
yang terpenting ada kemajuan dalam batin.
harus siap untuk melepas semua kemudahan yang biasa dia dapat
batin ini terbentuk dari aktifitas sehari hari kita
dan ini semua butuh keteguhan dan perjuangan
ps.temannya korban kecelakaan ya???
Pada dasarnya seorang Bhikkhu itu harus sehat secara jasmani dan rohaninya
Selain tidak merepotkan umat, karena para Bhikkhu juga melayani umat
Kalo Bhikkhunya cacat, nanti umatnya yang repot, karena Bhikkhu tidak harus membuat umat repot
Quote
cakkhupala Thera beliau seorang buta, beliau seorang bhikku, dan beliau seorang arahat
_/\_
Y.A Cakkhuphala kasusnya seperti Y.A Anuruddha, bukan bawaan lahir melainkan dr tekad dlm mencapai Nibbana, dan buah dari akusala kamma terdahulu. :)
Mengenai, disiplin vinaya, apa memang Sang Buddha tidak pernah mau menerima seorang yg cacat dr lahir sbg Sangha? Krn peraturan2 kecil ditetapkan hny bersifat situasional dan hanya karena ada kasus yg pernah terjadi yg dirasa perlu dikeluarkan peraturan mengenai hal tsb bukan? Masih banyak kemungkinan kasus2 diluar yg pernah terjadi di luar ketetapan disiplin vinaya, kurasa. Misalnya: bagaimana dgn penderita HIV/AIDS utk menjadi anggota Sangha? Apakah ada dlm vinaya juga? Mohon pencerahannya. :)
mettacitena
_/\_
Quote from: karuna_murti on 09 November 2008, 08:30:23 AM
katanya sih kalau dua akar biasanya terlahir di alam rendah, dan kalaupun lahir di alam manusia kemungkinan ada kecacatan / kelainan.
kalau orang normal punya tiga akar.
apakah yg maksud dgn 2 akar dan 3 akar ?
Quote from: Lokkhitacaro on 09 November 2008, 05:44:04 PM
Pada dasarnya seorang Bhikkhu itu harus sehat secara jasmani dan rohaninya
Selain tidak merepotkan umat, karena para Bhikkhu juga melayani umat
Kalo Bhikkhunya cacat, nanti umatnya yang repot, karena Bhikkhu tidak harus membuat umat repot
Sungguh kasihan org2 yg terlahir cacat, ternyata Dhamma / Vinaya pun pilih2 kasih dgn dalih "repot"...
Quote from: karuna_murti on 08 November 2008, 02:59:52 PM
Kan bukan buta dari lahir.
Apa bedanya "buta sejak lahir" dgn "buta dipertengahan hidup" shg terjadi diskriminasi dlm anggota Sangha ?
Quote from: xuvie on 09 November 2008, 11:44:22 PM
Quote
cakkhupala Thera beliau seorang buta, beliau seorang bhikku, dan beliau seorang arahat
_/\_
Y.A Cakkhuphala kasusnya seperti Y.A Anuruddha, bukan bawaan lahir melainkan dr tekad dlm mencapai Nibbana, dan buah dari akusala kamma terdahulu. :)
mettacitena
_/\_
taunya cakhuphala thera bukan buta sejak lahir dari mana?
Quote from: fran on 10 November 2008, 10:53:13 AM
Sungguh kasihan org2 yg terlahir cacat, ternyata Dhamma / Vinaya pun pilih2 kasih dgn dalih "repot"...
yang saya tau, alasan tidak menerima memang repot,
seperti ketika masa itu ada seorang yang sudah tua berusia 80 tahun ingin menjadi bhikku,
disaat itu tidak ada satu orang bhikku pun yang mau menahbiskan orang lanjut usia ini, karena pasti akan merepotnya kalo orang ini di tahbiskan...
kemudian Buddha bertanya kepada para bhikku, adakah bhikku -bhikku ini yang pernah menerima kebaikan dari orang lanjut usia tersebut?
kemudian ada seorang bhikku yang mengatakan bahwa dia pernah menerima persembahan makanan dari orang lanjut usia ini...
kemudian buddha mengatakan ini lah saatnya bhikku tersebut membalas kebaikan orang lanjut usia tersebut, dan kemudian bhikku ini yang menahbiskan orang lanjut usia tersebut sebagai bhikku.
orang lanjut usia ini setelah menjadi bhikku, akhirnya mencapai arahat , dan meninggal pada usia 120 tahun, dimana bhikku-bhikku yang lebih muda darinya pada waktu itu sudah meninggal terlebih dahulu...
_/\_
Begini fran, sebaiknya tidak menggunakan kata diskrimnasi karena Sang Buddha sebagai guru agung yang telah melihat tentunya bisa memutuskan mengetahui mengapa seseorang boleh ditahbiskan atau tidak.
Ada alasan sesorang tidak boleh ditahbiskan karena sakit kulit, ternyata pada jaman dulu ada segelintir orang yang masuk Sangha dengan tujuan mendapatkan pengobatan gratis, bukan karena ingin melatih diri terbebas dari dukkha.
Selain itu, ada juga peraturan yang ditetapkan demi orang banyak tidak melakukan karma buruk menghina Sangha.
Makhluk hidup jika meninggal ada pikiran terakhirnya, jika pikiran terakhirnya punya 3 akar, yaitu alobha, adosa, dan amoha biasanya akan terlahir di alam manusia.
Makhluk hidup jika pikiran terakhirnya punya 2 akar, yaitu alobha dan adosa, biasanya terlahir di alam rendah. Menurut abhidhamma, jika ada manusia terlahir dengan tanda-tanda kecacatan mental atau fisik, biasanya menunjukkan makhluk yang pikiran terakhirnya punya 2 akar. Manusia jenis ini tidak bisa mencapai pencerahan dalam kehidupannya tersebut. Jadi dalam hal ini buta dari lahir mungkin bisa diterima sebagai pertanda tidak bisa ditahbiskan. Tetapi jika telah ditahbiskan menjadi buta, hal itu lain soalnya.
Menurut Mahavagga, bagian dari Vinaya Pitaka, orang-orang dengan kecacatan tertentu, misalnya sebelah tangannya tidak ada, atau sebelah matanya buta jika ditahbiskan tidak melanggar Vinaya. Tetapi harus diingat, untuk ditahbiskan biasanya tergantung yang menahbiskan juga. Tidak semua Bhikkhu mau menahbiskan seseorang, karena mereka melihat semangat, niat, dan hal-hal lain juga. Misalnya seorang Bhikkhu melihat seseorang ingin ditahbiskan karena tidak mau hidup susah, adalah hak Bhikkhu tersebut untuk menolak menjadi upajjaya yang bersangkutan.
Setelah membaca postingan disini, ternyata tidaklah mudah untuk menjadi seorang Bhikkhu
Saya jadi ingat syair ini;
Sungguh sulit terlahir sebagai manusia
Sungguh sulit kehidupan manusia
Sungguh sulit mendapatkan ajaran kebenaran (Dhamma)
Sungguh sulit kemunculan seorang Buddha
Bahiya, seorang Arahat, memang sudah buah karmanya tidak bisa menjadi Bhikkhu. Beliau parinibanna sebelum ditahbiskan.
Karena dari niat mula-mula menjadi seorang Arahat yang tercepat dalam pencapaian, kehidupan-kehidupan yang lampau, sampai menjadi Arahat tidak pernah berdana makanan atau jubah kepada seorang Bhikkhu.
Quote from: fran on 10 November 2008, 10:51:34 AM
Quote from: karuna_murti on 09 November 2008, 08:30:23 AM
katanya sih kalau dua akar biasanya terlahir di alam rendah, dan kalaupun lahir di alam manusia kemungkinan ada kecacatan / kelainan.
kalau orang normal punya tiga akar.
apakah yg maksud dgn 2 akar dan 3 akar ?
2 akar : Alobha dan Adosa
3 akar : Alobha, Adosa dan Amoha
itu adalah akar yang baik/bermanfaat.
Coba baca link ini...
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1713.0
_/\_ :lotus:
Quote from: Lily W on 10 November 2008, 11:55:30 AM
Quote from: fran on 10 November 2008, 10:51:34 AM
Quote from: karuna_murti on 09 November 2008, 08:30:23 AM
katanya sih kalau dua akar biasanya terlahir di alam rendah, dan kalaupun lahir di alam manusia kemungkinan ada kecacatan / kelainan.
kalau orang normal punya tiga akar.
apakah yg maksud dgn 2 akar dan 3 akar ?
2 akar : Alobha dan Adosa
3 akar : Alobha, Adosa dan Amoha
itu adalah akar yang baik/bermanfaat.
Coba baca link ini...
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1713.0
_/\_ :lotus:
Apa hubungannya antara "cacat fisik sejak lahir" dgn "Amoha" ?
Benerkah org yg terlahir cacat, sudah pasti tidak akan memiliki "Amoha" ?
[at] atas...
coba baca yang ini....
b. Sugati ahetuka puggala
Sugati = Menyenangkan
Quote
Suggati-ahetuka-puggala = penghuni alam manusia tetapi penampilan mereka memiliki kecacatan (cacat sejak konsepsi antara sel telur+sperma bertemu), misalnya buta,tuli, banci, idiot dll, mereka juga dapat terlahir di alam deva (Catummaharajika bhumi) yang tingkat rendah.
Sewaktu melakukan perbuatan baik (dvihetu) dan terkontaminasi (kombinasi) dengan ahetu (LDM) maka akan terlahir di sugati ahetuka puggala ato terlahir sebagai manusia cacat. contoh : berdana supaya jadi terkenal (ini sudah terkontaminasi dg ahetu (LDM)).
_/\_ :lotus:
Quote from: fran on 10 November 2008, 12:01:38 PM
Apa hubungannya antara "cacat fisik sejak lahir" dgn "Amoha" ?
Benerkah org yg terlahir cacat, sudah pasti tidak akan memiliki "Amoha" ?
Orang cacat (sejak lahir)....dia patisandhi (tumimbal lahir) dengan 2 akar (Alobha, adosa) yang terkontaminasi dengan ahetu (LDM).
Bisa kasih contoh cacat fisiknya seperti apa?
_/\_ :lotus:
Quote from: fran on 10 November 2008, 10:51:34 AM
Quote from: karuna_murti on 09 November 2008, 08:30:23 AM
katanya sih kalau dua akar biasanya terlahir di alam rendah, dan kalaupun lahir di alam manusia kemungkinan ada kecacatan / kelainan.
kalau orang normal punya tiga akar.
apakah yg maksud dgn 2 akar dan 3 akar ?
Dear Fran
2 akar dan 3 akar yang dimaksud disini adalah kusala hetu/akar yg baik
kusala hetu terdiri dari adosa, alobha dan amoha.
Jadi tihetuka terdiri dari 3 kusala hetu diatas sementara dvhetuka hanya mempunyai akar alobha dan adosa, namun tidak amoha (tidak mempunyai panna)
ini berpengaruh pada patisandhi/kelahirannya.... jika seseorang mempunyai patisandhi yg dvi-hetuka, maka dia tidak mempunyai akar amoha sehingga sulit untuk meraih panna yang cukup, yang diperlukan untuk dapat mencapai tingkat kesucian
Jangankan mencapai tingkat kesucian, untuk meraih konsentrasi saja sudah sangat sulit untuk orang itu.
Karena itu, mahluk dvihetuka disarankan untuk banyak melakukan meditasi karena meditasi adalah maha kusala kamma, yg akan membimbing menuju panna sehingga diharapkan pada kehidupan mendatang, beliau dapat menjadi mahluk Tihetuka
semoga bisa menjelaskan yah....
Quote from: fran on 10 November 2008, 12:01:38 PM
Apa hubungannya antara "cacat fisik sejak lahir" dgn "Amoha" ?
Benerkah org yg terlahir cacat, sudah pasti tidak akan memiliki "Amoha" ?
sori, cuma ingin memperjelas...
cacat yang dimaksud disini adalah semenjak dari sel telur bertemu dengan sperma.... jadi memang dari awalnya sudah cacat...
sementara "cacat dari lahir", bisa saja sewaktu pertemuan itu normal tetapi selagi dalam kandungan, terjadi hal2 yg membuat cacat seperti salah obat, dll.....
Jadi bahkan Devadatta bisa mencapai kesucian pada kehidupan tersebut... yang sayangnya tidak diraih.
Yang menyetujui atau tidak menyetujui kan gak tau kalau di kandungan ibunya salah makan obat ;D.
[at] karuna : benernya dengan teknologi saat ini, dimungkinkan untuk diketahui apakah bayi itu memang cacat dari "bibitnya", ataukah cacat dari kandungan
Yang pasti adalah bahwa mahluk dvihetuka tidak bisa mencapai kesucian karena tidak mempunyai hetu amoha.
Walau demikian, ada loh mahluk dvihetuka yang mencapai alam brahma yaitu Assannasata (yg hanya rupa tapi tidak mempunyai batin) dan alam dewa catumaharajika.
kmrn juga muncul pertanyaan, mengapa org yg lahir dvihetuka, tidak bisa mencapai kesucian?... walau sudah dijelaskan, namun ternyata masih "mengganjal" di beberapa member kelas ;D
Quote from: fran on 07 November 2008, 04:43:08 PM
Namo Buddhaya,
Saya ingin bertanya : Apakah org Cacat boleh menjadi Bhikkhu2ni ??
Mohon pencerahannya..
_/\_
SSMB
Sekalian aja membuat club/komunitas kumpulan org2 cacat...
yg Tekun menjalankan dharma Sang Buddha....
Pasti seruh deh... nanti juga buat Show.... spt (tarian 1000 tangan Kuan Im,...
yg semua penarinya adalah bisu...)
Lihatlah Positif2 apa yg bisa dikembangkan.!!!
(selama bukan cacat mental..../gila)...
bagaimana menurut yg lain?
dear ALL,
mengenai vinaya yang berkaitan dengan cacat, mungkin perlu dibaca secara keseluruhan dan tidak separo2 yah....
Berikut yang saya tahu adalah Tidak cacat dan lemah jasmani, hingga tak mampu mendukung hidup kebhikkhuannya (misalnya, pindapàta dan mencuci jubah).
Jika tidak mampu mendukung hidup kebhikkhuannya, itu berarti org itu akan memperbanyak keinginan untuk ini dan itu, sementara tujuan menjadi bhikkhu adalah mempercepat proses pengikisan Lobha, Dosa dan Moha, bukannya memperbanyak
Semoga ini bisa menjelaskan mengenai vinaya itu yah........
sedikit pandangan yang rendah...
saya melihatnya mirip dengan larangan perempuan untuk menjadi bikkhu (ni).
pada saat itu mungkin tidak tepat bisa menjadi bikkhu.
Pandangan tersebut mungkin bisa berubah dengan berjalannya waktu, berubahnya kebudayaan, dan cara berpikir.
Serupa juga dengan cacat, pada saat itu tidak ada kursi roda maupun alat2 bantu lain yang memudahkan orang cacat untuk lebih mudah beraktivitas.
Mungkin juga pandangan ini bisa berubah juga seperti case di atas?
anumodana.
Benerkah semuanya anggota Sangha yg pernah ada hingga saat ini, semuanya bukan org cacat ?
gak juga, ada juga yang mau menahbiskan.
tergantung penapsiran sih.
Quote from: johan3000 on 10 November 2008, 01:16:47 PM
Quote from: fran on 07 November 2008, 04:43:08 PM
Namo Buddhaya,
Saya ingin bertanya : Apakah org Cacat boleh menjadi Bhikkhu2ni ??
Mohon pencerahannya..
_/\_
SSMB
Sekalian aja membuat club/komunitas kumpulan org2 cacat...
yg Tekun menjalankan dharma Sang Buddha....
Pasti seruh deh... nanti juga buat Show.... spt (tarian 1000 tangan Kuan Im,...
yg semua penarinya adalah bisu...)
Lihatlah Positif2 apa yg bisa dikembangkan.!!!
(selama bukan cacat mental..../gila)...
bagaimana menurut yg lain?
wah ide yang cerah..
tinggal tunggu applynya nih..
Quote from: oddiezz on 10 November 2008, 02:20:08 PM
sedikit pandangan yang rendah...
saya melihatnya mirip dengan larangan perempuan untuk menjadi bikkhu (ni).
pada saat itu mungkin tidak tepat bisa menjadi bikkhu.
Pandangan tersebut mungkin bisa berubah dengan berjalannya waktu, berubahnya kebudayaan, dan cara berpikir.
Serupa juga dengan cacat, pada saat itu tidak ada kursi roda maupun alat2 bantu lain yang memudahkan orang cacat untuk lebih mudah beraktivitas.
Mungkin juga pandangan ini bisa berubah juga seperti case di atas?
anumodana.
kalau saya bilang, agak lebih susah dibanding sangha bhikkhuni, bro...
karena begitu dia cacat, en misal diberikan alat pendukung pun, nti akan muncul keinginan2 laen, misal untuk ngecharge, setting alat itu, dll......
Pun ini semua sebenarnya sudah ga sejalan dengan 4 kebutuhan dasar bhikkhu (catu paccaya)
Semoga pandangan saya ini berkenan bagi rekan2 sekalian......
bhikkhu Culapanthaka yang memiliki keterbatasan daya ingat, yang katanya bahkan tidak bisa mengingat 1 bait pun khotbah Dharma, tetapi pada akhirnya mencapai kesucian ARAHAT... Apakah bhikkhu Culapanthaka termasuk dalam kategori orang cacat ??
[at] atas...
Kalo dia cacat...dia tidak akan capai kesucian... ;D
_/\_ :lotus:
Quote from: dilbert on 10 November 2008, 06:00:33 PM
bhikkhu Culapanthaka yang memiliki keterbatasan daya ingat, yang katanya bahkan tidak bisa mengingat 1 bait pun khotbah Dharma, tetapi pada akhirnya mencapai kesucian ARAHAT... Apakah bhikkhu Culapanthaka termasuk dalam kategori orang cacat ??
Kalau kasus YM. Culapanthaka cuma telmi(telat mikir) bukan idiot alias camen (cacat mental).Oleh karena itu masih bisa jadi arahat ;D
wah terimakasih atas pencerahan nya soalnya beberapa hari atau minggu ini ada pikiran yang menggangu yaitu di pancoran kota jak-bar ada bhiku cacat berkeliaran disana (biasa dah) jadi kepikiran bisakah seorang bhiku atau anggota sangha atau calon seminari atau calon bhiku cacat dapet di terima dalam sangha ingat nya sama yang dua orang itu yang buta satu karena tidak memejamkan mata satu yang ada dalam cerita cangkamana yang menginjak serangga serangga kecil tidak sengaja itu.
Quote from: andrew on 10 November 2008, 10:57:39 AM
taunya cakhuphala thera bukan buta sejak lahir dari mana?
Lha sodara taunya cakkhuphala thera buta dari mana? :)
Kalo ada membaca di dhammapada atthakatha kan ada dijelaskan kalo beliau bukan buta dr lahir. melainkan dr tekad utk mencapai Nibbana, sehingga beliau menjalankan samadhi hanya dgn 3 posisi, berdiri, duduk dan berjalan, tanpa berbaring apalagi tidur. plus menolak utk diobati oleh tabib Jivaka, sehingga lama kelamaan menjadi buta.
mettacitena
_/\_
Quote from: andrew on 10 November 2008, 10:57:39 AM
Quote from: xuvie on 09 November 2008, 11:44:22 PM
Quote
cakkhupala Thera beliau seorang buta, beliau seorang bhikku, dan beliau seorang arahat
_/\_
Y.A Cakkhuphala kasusnya seperti Y.A Anuruddha, bukan bawaan lahir melainkan dr tekad dlm mencapai Nibbana, dan buah dari akusala kamma terdahulu. :)
mettacitena
_/\_
taunya cakhuphala thera bukan buta sejak lahir dari mana?
Syair 1 (I:1. Kisah Cakkhupala Thera )
Suatu hari, Cakkhupala Thera berkunjung ke Vihara Jetavana untuk melakukan penghormatan kepada Sang Buddha. Malamnya, saat melakukan meditasi jalan kaki, sang thera tanpa sengaja menginjak banyak serangga sehingga mati. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali serombongan bhikkhu yang mendengar kedatangan sang thera bermaksud mengunjunginya. Di tengah jalan, di dekat tempat sang thera menginap mereka melihat banyak serangga yang mati.
"Iiih, mengapa banyak serangga yang mati di sini ?" seru seorang bhikkhu. "Aah, jangan jangan ...," celetuk yang lain. "Jangan-jangan apa?" sergah beberapa bhikkhu. "Jangan-jangan ini perbuatan sang thera!" jawabnya. "Kok bisa begitu?" tanya yang lain lagi. "Begini, sebelum sang thera berdiam di sini, tak ada kejadian seperti ini. Mungkin sang thera terganggu oleh serangga-serangga itu. Karena jengkelnya ia membunuhinya."
"Itu berarti ia melanggar vinaya, maka perlu kita laporkan kepada Sang Buddha!" seru beberapa bhikkhu. "Benar, mari kita laporkan kepada Sang Buddha, bahwa Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya," timpal sebagian besar dari bhikkhu tersebut.
Alih-alih dari mengunjungi sang thera, para bhikkhu itu berubah haluan, berbondong-bondong menghadap Sang Buddha untuk melaporkan temuan mereka, bahwa 'Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya !'
Mendengar laporan para bhikkhu, Sang Buddha bertanya, "Para bhante, apakah kalian telah melihat sendiri pembunuhan itu ?"
"Tidak Bhante," jawab mereka serempak.
Sang Buddha kemudian menjawab, "Kalian tidak melihatnya, demikian pula Cakkhupala Thera juga tidak melihat serangga-serangga itu, karena matanya buta. Selain itu Cakkhupala Thera telah mencapai kesucian arahat. Ia telah tidak mempunyai kehendak untuk membunuh."
"Bagaimana seorang yang telah mencapai arahat tetapi matanya buta?" tanya beberapa bhikkhu.
Maka Sang Buddha menceritakan kisah di bawah :
Pada kehidupan lampau, Cakkhupala pernah terlahir sebagai seorang tabib yang handal. Suatu ketika datang seorang wanita miskin. "Tuan, tolong sembuhkanlah penyakit mata saya ini. Karena miskin, saya tak bisa membayar pertolongan tuan dengan uang. Tetapi, apabila sembuh, saya berjanji dengan anak-anak saya akan menjadi pembantu tuan," pinta wanita itu. Permintaan itu disanggupi oleh sang tabib.
Perlahan-lahan penyakit mata yang parah itu mulai sembuh. Sebaliknya, wanita itu menjadi ketakutan, apabila penyakit matanya sembuh, ia dan anak-anaknya akan terikat menjadi pembantu tabib itu. Dengan marah-marah ia berbohong kepada sang tabib, bahwa sakit matanya bukannya sembuh, malahan bertambah parah.
Setelah diperiksa dengan cermat, sang tabib tahu bahwa wanita miskin itu telah berbohong kepadanya. Tabib itu menjadi tersinggung dan marah, tetapi tidak diperlihatkan kepada wanita itu. "Oh, kalau begitu akan kuganti obatmu," demikian jawabnya. "Nantikan pembalasanku!" serunya dalam hati. Benar, akhirnya wanita itu menjadi buta total karena pembalasan sang tabib.
Sebagai akibat dari perbuatan jahatnya, tabib itu telah kehilangan penglihatannya pada banyak kehidupan selanjutnya.
Mengakhiri ceriteranya, Sang Buddha kemudian membabarkan syair di bawah ini :
Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.
Pada saat khotbah Dhamma itu berakhir, di antara para bhikkhu yang hadir ada yang terbuka mata batinnya dan mencapai tingkat kesucian arahat dengan mempunyai kemampuan batin analitis pandangan Terang' (pati-sambhida).
Apakah semua anggota Sangha pasti akan mencapai kesucian di kehidupan ini?
Koq nanya kami? Tanya masing-masing anggota Sangha dong ;D
Quote from: fran on 11 November 2008, 11:06:08 AM
Apakah semua anggota Sangha pasti akan mencapai kesucian di kehidupan ini?
No....No...No..... ;D
Kalo semua anggota Sangha pasti mencapai kesucian di kehidupan ini...saya juga mau masuk sangha atau saya akan membentuk sangha bhikkhuni (kan masih kurang 2 ato 3 orang bhikkuni)... ;D
_/\_ :lotus:
Quote from: fran on 11 November 2008, 11:06:08 AM
Apakah semua anggota Sangha pasti akan mencapai kesucian di kehidupan ini?
Waktu jaman buddha masih hidup aja, ga semua anggota Sangha mencapai kesucian tuh....
kenapa demikian? karena suci atau tidaknya, tergantung dari diri sendiri......
Sangha ibarat kaya jalan tol.....
Dengan jalan tol ini, akan mempercepat di dalam usaha mencapai Nibbana
Namun apakah semua yg masuk jalan tol ini, udah pasti akan sampai Nibbana semua??
Lom tentu.... karena bisa aja, di tengah jalan, dia beralih ke jalan lain, atau dia istirahat melulu.....
Semoga bisa memperjelas persepsi mengenai Sangha yah _/\_
Quote from: markosprawira on 11 November 2008, 01:48:46 PM
Quote from: fran on 11 November 2008, 11:06:08 AM
Apakah semua anggota Sangha pasti akan mencapai kesucian di kehidupan ini?
Waktu jaman buddha masih hidup aja, ga semua anggota Sangha mencapai kesucian tuh....
kenapa demikian? karena suci atau tidaknya, tergantung dari diri sendiri......
Sangha ibarat kaya jalan tol.....
Dengan jalan tol ini, akan mempercepat di dalam usaha mencapai Nibbana
Namun apakah semua yg masuk jalan tol ini, udah pasti akan sampai Nibbana semua??
Lom tentu.... karena bisa aja, di tengah jalan, dia beralih ke jalan lain, atau dia istirahat melulu.....
Semoga bisa memperjelas persepsi mengenai Sangha yah _/\_
Jika demikian, mengapa org cacat tidak diperkenankan jadi anggota Sangha dgn dalih tdk bisa capai kesucian akibat dia terlahir cacat ? sedangkan yg anggota sangha yg normal jg belon tentu bisa capai kesucian ?
Mengapa dibeda-bedakan ? sedangkan disisi lain, anggota Sangha selalu mendengung2kan cintakasih universal..
Dear Fran...
Tolong dibaca lagi dengan pelan2 yah... di http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6080.30 , saya sudah menyebutkan
Quotedear ALL,
mengenai vinaya yang berkaitan dengan cacat, mungkin perlu dibaca secara keseluruhan dan tidak separo2 yah....
Berikut yang saya tahu adalah Tidak cacat dan lemah jasmani, hingga tak mampu mendukung hidup kebhikkhuannya (misalnya, pindapàta dan mencuci jubah).
Jika tidak mampu mendukung hidup kebhikkhuannya, itu berarti org itu akan memperbanyak keinginan untuk ini dan itu, sementara tujuan menjadi bhikkhu adalah mempercepat proses pengikisan Lobha, Dosa dan Moha, bukannya memperbanyak
Semoga ini bisa menjelaskan mengenai vinaya itu yah........
Jadi bukan karena beliau tidak bisa mencapai kesucian loh
pembahasan mengenai 2 dan 3 akar, hanyalah asumsi awal, yang kemudian sudah diklarifikasi seperti tercantum diatas
Semoga sekarang sudah bisa memperjelas yah _/\_
Quote from: fran on 08 November 2008, 01:15:12 PM
Quote from: Sumedho on 07 November 2008, 08:57:06 PM
konon dalam vinaya dikatakan sih tidak boleh.
Alasannya apa ya ?
Apakah ini termasuk diskriminasi ?
QuoteSungguh kasihan org2 yg terlahir cacat, ternyata Dhamma / Vinaya pun pilih2 kasih dgn dalih "repot"...
Larangan ini dikeluarkan bukan dengan maksud mendiskriminasikan atau "tidak mau repot".
Kisahnya berawal dari Jivaka, dokter dari Raja Bimbisara yang juga merawat Buddha dan para bhikkhu yang mendapat permintaan perawatan oleh orang-orang. Ia menolak karena tidak sempat menangani begitu banyak permintaan. Akhirnya orang-orang itu berpikir untuk menjadi bhikkhu agar bisa dirawat oleh Jivaka. Saking banyaknya orang yang harus dirawat, akhirnya Jivaka sendiri lalai akan tugasnya melayani Raja Bimbisara; juga para bhikkhu tidak sempat berlatih karena ikut merawat orang sakit yang begitu banyaknya.
Kemudian yang lebih parah, banyak dari orang-orang itu yang memang hanya "menumpang pengobatan", sehingga ketika sembuh, mereka langsung lepas jubah. Jadi mereka tidak ingin menjalankan hidup suci, tetapi menjadi bhikkhu/bhikkhuni dengan maksud tertentu. Oleh karena itulah dikeluarkan vinaya tentang itu.
QuoteApa bedanya "buta sejak lahir" dgn "buta dipertengahan hidup" shg terjadi diskriminasi dlm anggota Sangha ?
Sama seperti penyakit atau cacat lainnya, jika ketika ditahbiskan, bhikkhu itu tidak memiliki gangguan demikian, namun di kemudian hari ia mendapat gangguan (seperti buta, cacat, dlsb), maka ia tetap sebagai bhikkhu, tidak dikeluarkan, dan sesama bhikkhu harus merawatnya.
Bedanya adalah, yang pasti, ia tidak menjadi bhikkhu untuk memperoleh perawatan karena pada saat itu ia sehat-sehat saja.
Quote
Jika demikian, mengapa org cacat tidak diperkenankan jadi anggota Sangha dgn dalih tdk bisa capai kesucian akibat dia terlahir cacat ? sedangkan yg anggota sangha yg normal jg belon tentu bisa capai kesucian ?
Mengapa dibeda-bedakan ? sedangkan disisi lain, anggota Sangha selalu mendengung2kan cintakasih universal..
Terlahir tanpa gangguan saja, seseorang walaupun menjalankan hidup sebagai bhikkhu, belum tentu mencapai kesucian, apalagi dengan gangguan tertentu. Menjadi bhikkhu juga punya kewajiban berlatih, bukan hanya terima makanan dan kebutuhan hidup dari umat, lalu bersantai saja. Latihan itu juga mencakup 4 posisi (iriyapatha), yaitu berdiri, berjalan, duduk, dan berbaring.
Jadi bukan untuk diskriminasi, tetapi untuk melakukan sesuatu ada syarat-syaratnya. Ini sama seperti menjadi dokter tidak bisa diterima jika ada buta warna, walaupun orang itu sangat pandai. Hal ini bukan supaya keren-kerenan dokter tidak ada yang buta warna atau diskriminasi konspirasi orang yang tidak buta warna, tetapi karena orang buta warna tidak bisa melihat perbedaan arteri dan vena, yang tentu saja adalah krusial dalam kedokteran.
Lagipula pencapaian kesucian juga sama sekali tidak mutlak harus menjadi bhikkhu/bhikkhuni. Seseorang yang cacat dan memiliki kekurangan, jika tetap mengembangkan kesadaran dan berlatih, tetap bisa mencapai kesucian.
Contohnya Tambadathika yang mempunyai wajah buruk rupa dan menyeramkan yang jangankan sangha, bahkan kelompok perampok pun menolaknya bergabung karena wajahnya itu, dapat mencapai Sotapatti Magga dengan mengembangkan perhatian pada khotbah Sariputta.
Suppabuddha, juga mendengarkan khotbah Buddha dengan penuh perhatian dan mencapai Sotapatti phala walaupun ia seorang lepra/kusta.
Quote from: dilbert on 10 November 2008, 06:00:33 PM
bhikkhu Culapanthaka yang memiliki keterbatasan daya ingat, yang katanya bahkan tidak bisa mengingat 1 bait pun khotbah Dharma, tetapi pada akhirnya mencapai kesucian ARAHAT... Apakah bhikkhu Culapanthaka termasuk dalam kategori orang cacat ??
Bhikkhu Cula Panthaka sehat secara mental, hanya daya ingatnya sangat kurang.
Ada juga bhikkhu-bhikkhu lain yang sebetulnya ditahbiskan walaupun sepertinya tidak sesuai dengan vinaya misalnya:
1. Angulimala, yang merupakan buronan
2. Lakuntaka Bhaddiya, yang memiliki tubuh kerdil dan bungkuk
3. Subhadda, yang walaupun petapa aliran lain, tidak menjalankan masa percobaan 4 bulan
Meski demikian, Buddha memang mengetahui potensi dari mereka sehingga mereka diterima menjadi anggota Sangha.
bagaimana untuk mengetahui bahwa seseorang itu lahir dengan 3 akar baik?
apabila dia punya fisik normal, wajah lumayan, lahir dari keluarga kaya, mudah memahami buku2 dan ceramah dhamma dan saat meditasi paling tidak dia bisa mendapatkan parikamma nimitta, dan dia juga piawai berceramah dhamma, tingkah lakunya juga sesuai dengan anjuran Buddha, itu berarti orang itu punya 3 akar baik ya?
thanks
yang punya mata batin mungkin tahu. tapi yang jelas kalau bisa mencapai jhana dan kesucian, maka sudah pasti punya 3 akar