Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: kiman on 21 September 2008, 06:41:49 PM

Title: point of Budhism...
Post by: kiman on 21 September 2008, 06:41:49 PM
menurut temen2, apa sih inti ajaran agama Budha?
Title: Re: point of Budhism...
Post by: Sukma Kemenyan on 21 September 2008, 06:50:08 PM
Inti dari seluruh ajaran Sang Buddha adalah
Empat Kebenaran Mulia
(cattari ariya sacca)
Dengan mengerti Empat Kebenaran Mulia, dapat dikatakan seseorang telah mengerti agama Buddha.

Ketika Buddha menjelaskan Empat Kebenaran Mulia, beliau mula-mula menguraikannya satu per satu,
Empat Kebenaran Mulia ini yaitu:

I. Kebenaran Mulia tentang Dukkha (dukkha ariya sacca)
Hidup dalam bentuk dan kondisi apapun adalah Dukkha (penderitaan),
- Lahir, sakit, tua dan mati adalah Dukkha.
- Berhubungan dengan yang tidak kita sukai adalah Dukkha.
- Ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi adalah Dukkha.
- Tidak mendapatkan yang kita inginkan juga merupakan Dukkha.
- Masih memiliki Lima khanda adalah Dukkha.

Dukkha dapat juga dibagi menjadi:


II. Asal Mula Dukkha (dukkha samudaya ariya sacca)
Sumber dari penderitaan adalah tanhä, yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya.
Semakin diumbar semakin keras ia mencengkeram.

Orang yang pasrah kepada tanhä sama saja dengan orang minum air asin untuk menghilangkan rasa hausnya.
Rasa haus itu bukannya hilang, bahkan menjadi bertambah, karena air asin itu yang mengandung garam.

Demikianlah, semakin orang pasrah kepada tanhä semakin keras tanhä itu mencengkeramnya.

Dikenal tiga macam tanhä, yaitu :
III. Lenyapnya Dukkha (dukkha nirodha ariya sacca)
Kalau tanhä dapat disingkirkan, maka kita akan berada dalam keadaan yang bahagia sekali,
Sang Buddha dengan jelas dan tegas mengajar kita, bahwa kita dapat bebas dari penderitaan dan mencapai kebebasan dan kebahagiaan Nibbana.

Istilah Nibbana secara harfiah berarti 'padam',
serta mengacu ke pemadaman api keserakahan, kebencian dan kegelapan-batin.

IV. Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha (dukkha nirodha gamini patipada)
Jalan-nya adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga)
Disebut 'Mulia' karena bila dilaksanakan, maka akan menuntun seseorang ke kehidupan yang mulia;
Disebut 'Berunsur Delapan', karena terdiri dari Delapan Unsur,
Disebut 'Jalan', karena seperti jalan pada umumnya, akan menuntun seseorang dari satu tempat ke tempat lain, dengan hal ini dari Samsara ke Nibbana.

Delapan Jalan Utama (Jalan Mulia Berunsur Delapan) yang akan membawa kita ke Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha, yaitu :
Wisdom (Paññā)

Sila    

Samädhi    
Title: Re: point of Budhism...
Post by: Pitu Kecil on 21 September 2008, 07:44:33 PM
_/\_ Thanks Bro Kemeyan :) :lotus:
Title: Re: point of Budhism...
Post by: Adhitthana on 21 September 2008, 11:49:49 PM
EHIPASSIKO ......

Kata ehipassiko berasal dari kata ehipassika yang terdiri dari 3 suku kata yaitu ehi, passa dan ika. Secara harafiah "ehipassika" berarti datang dan lihat. Ehipassikadhamma merupakan sebuah undangan kepada siapa saja untuk datang, melihat serta membuktikan sendiri kebenaran yang ada dalam Dhamma.
Istilah ehipassiko ini tercantum dalam Dhammanussati (Perenungan Terhadap Dhamma) yang berisi tentang sifat-sifat Dhamma.

Guru Buddha mengajarkan untuk menerapkan sikap ehipassiko di dalam menerima ajaranNya. Guru Buddha mengajarkan untuk "datang dan buktikan" ajaranNya, bukan "datang dan percaya". Ajaran mengenai ehipassiko ini adalah salah satu ajaran yang penting dan yang membedakan ajaran Buddha dengan ajaran lainnya.
Salah satu sikap dari Guru Buddha yang mengajarkan ehipassiko dan memberikan kebebasan berpikir dalam menerima suatu ajaran terdapat dalam perbincangan antara Guru Buddha dengan suku Kalama berikut ini:

"Wahai, suku Kalama. Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah mempertimbangkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir, `Petapa itu adalah guru kami. `Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, `Hal-hal ini adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan`, maka sudah selayaknya kalian menerimanya." (Kalama Sutta; Anguttara Nikaya 3.65)

Sikap awal untuk tidak percaya begitu saja dengan mempertanyakan apakah suatu ajaran itu adalah bermanfaat atau tidak, tercela atau tidak tecela; dipuji oleh para bijaksana atau tidak, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan atau tidak, adalah suatu sikap yang akan menepis kepercayaan yang membuta terhadap suatu ajaran. Dengan memiliki sikap ini maka nantinya seseorang diharapkan dapat memiliki keyakinan yang berdasarkan pada kebenaran.

Ajaran ehipassiko yang diajarkan oleh Guru Buddha juga harus diterapkan secara bijaksana. Meskipun ehipassiko berarti "datang dan buktikan" bukanlah berarti selamanya seseorang menjadikan dirinya objek percobaan. Sebagai contoh, ketika seseorang ingin membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, bukan berarti orang tersebut harus terlebih dulu menggunakan narkoba tersebut. Sikap ini adalah sikap yang salah dalam menerapkan ajaran ehipassiko. Untuk membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, seseorang cukup melihat orang lain yang menjadi korban karena menggunakan narkoba. Melihat dan menyaksikan sendiri orang lain mengalami penderitaan karena penggunaan narkoba, itu pun suatu pengalaman, suatu pembuktian.


Disusun oleh: Bhagavant.com    _/\_
Title: Re: point of Budhism...
Post by: fran on 22 September 2008, 10:00:42 AM
Perbanyaklah Kebajikan..
Kurangi Kejahatan..
Sucikan Hati dan Pikiran..


Title: Re: point of Budhism...
Post by: marcelyne on 22 September 2008, 10:26:42 AM
melepas..
Title: Re: point of Budhism...
Post by: Jayadharo Anton on 22 September 2008, 11:58:09 AM
Inti ajaran agama Buddha= Sabbapapassa akaranam, kusalassupasampada, sacittapariyodapanam,etam buddhana sasanam.( tak berbuat segala keburukan,mengembangkan kebajikan,menyucikan pikiran sendiri,ini adalah ajaran para Buddha)
Title: Re: point of Budhism...
Post by: ilalang on 22 September 2008, 12:13:11 PM
Ehipassika cattari ariya sacca...
(undangan untuk datang, melihat dan membuktikan sendiri kebenaran dari Empat Kesunyataan Mulia)
Title: Re: point of Budhism...
Post by: gajeboh angek on 22 September 2008, 12:34:03 PM
Quote from: Balaviro on 22 September 2008, 11:58:09 AM
Inti ajaran agama Buddha= Sabbapapassa akaranam, kusalassupasampada, sacittapariyodapanam,etam buddhana sasanam.( tak berbuat segala keburukan,mengembangkan kebajikan,menyucikan pikiran sendiri,ini adalah ajaran para Buddha)

Mirip signature saya yah
Title: Re: point of Budhism...
Post by: ilalang on 22 September 2008, 12:41:15 PM
Ehipassika cattari ariya sacca
(undangan untuk datang, melihat dan membuktikan sendiri kebenaran dari Empat Kebenaran Mulia)
-------------

Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada saya,

Sahabat (S): "Anda tahu perkataan Marx bahwa 'agama adalah candu bagi masyarakat' berlaku untuk semua agama dan kepercayaan.

Ilalang (I): "Oh, really?"

S: "Ya seperti candu--agama menjadi pelarian dari bagi manusia dalam menghadapi masalah eksistensinya. Agama mendorong orang untuk mencari penjelasan ke dalam 'kekuasaan Tuhan' dan membuat manusia terlena dalam kemalasan".

I: "Wow, ngomong-ngomong apakah Anda pernah mendalami agama2 itu?"

S: "My friend, saya tidak perlu mencoba narkoba dulu untuk bisa menasehati orang agar tidak terperangkap narkoba".

I: "OK... Bagaimana dengan agama Buddha? Anda tahu, tidak ada Tuhan dalam agama Buddha sebagaimana anda pahami dalam agama Monoteistik"

S: "Well, baiklah apa sih inti ajaran agama Budha?"

Lalu saya jelaskan tentang 'hukum karma' dan ajaran 'tumimbal lahir'.

S: "Itu sama saja dengan penganut agama-agama monoteistik yang mencari penjelasan ke dalam 'kekuasaan Tuhan'. Penjelasan di luar institusi manusiawi seperti itu hanya membuat terlena, malas, dan menghalangi Anda untuk menghadapi kehidupan secara langsung".

Lalu saya jelaskan Empat Kebenaran Mulia

S: "Untuk poin 1 dan 2, no question, itu FAKTA.
Untuk poin 3, jika anda menyatakan tentang "Nibbana", "padam", atau apapun istilahnya sebagai keadaan yang bahagia sekali, kembali lagi Anda menjelaskan keadaan diluar manusia, yang bisa mengalihkan perhatian dari masalah eksistensial. Menghalangi Anda untuk melihat FAKTA yg anda sebut 'dukkha' itu secara aktual.

"Tentang poin 4, sebelumnya saya ingin bertanya. Apakah praktik Jalan Mulia beruas Delapan dipahami sebagai (1) pengembangan yang simultan, ke delapan item itu dipraktikan secara PARAREL atau (2) sebagai pengembangan SERIAL dari tahapan2, dimana kultivasi dari suatu tahap akan membawa praktisi maju ke awal tahap berikutnya?

"Karena jika Anda melihat jalan itu sebagai metode bertahap untuk mencapai apa yang pada poin 3 Anda sebut sebagai 'keadaan yang bahagia sekali', itu sama saja dengan janji surga yang memisahkan Anda dari kondisi aktual. Umat Buddha akan dengan mudah terlena dengan tahapan-tahapan yang dirasakan sudah diperoleh, atau sebaliknya merasa terlalu jauh bahkan untuk mulai mempraktikkan "jalan"... Meditasi bukanlah sesuatu yang terpisah dari kehidupan bukan?

Saya tidak tahu bagaimana Anda melihat poin 1 dan 2, tapi secara aktual membutuhkan keberanian luar biasa untuk menyelidiki sendiri, berhadapan dengan batin sendiri, setidaknya mengakui kepada diri sendiri bahwa dirinya penuh keserakahan, kebencian, irihati, harapan, kekecewaan, posesif, dsb ini. Pada dewasa ini, tidak banyak orang mempunyai keberanian untuk seperti itu. Mereka lebih senang mengandalkan sesuatu di luar dirinya untuk menjawab semua permasalahan eksistensinya, guru, kitab suci, Tuhan".

I: "Saya rasa Anda berbicara tentang Ehipassiko..."

_/\_
Title: Re: point of Budhism...
Post by: dh14n on 25 September 2008, 01:11:03 AM
mungkin melepas ya...
kalau pendapat pribadi saya sih semua agama maunya kebahagiaan, tapi ygn membedakan mereka mencari kebahagiaan dengan mengejar, kalau agama buddha dengan melepas.
(kalau salah maklum, umat awam sih..)

Title: Re: point of Budhism...
Post by: markosprawira on 25 September 2008, 10:30:46 AM
Quote from: dh14n on 25 September 2008, 01:11:03 AM
mungkin melepas ya...
kalau pendapat pribadi saya sih semua agama maunya kebahagiaan, tapi ygn membedakan mereka mencari kebahagiaan dengan mengejar, kalau agama buddha dengan melepas.
(kalau salah maklum, umat awam sih..)

dear dian (sori kalo salah nama)

Boleh dijelaskan melepas yang anda maksud?
apakah kita bahagia dengan melepas kebahagiaan gitu???

sori soalnya ga jelas  ???
Title: Re: point of Budhism...
Post by: dh14n on 29 September 2008, 10:53:33 PM
Yup, Gak salah koq nulisnya..
Mungkin lebih jelas kalau dikatakan melepas keinginan  ya.. 
Mungkin begini ya.. semua orang gak ada yang mau menderita, seperti kita pun mau kebahagiaan. Tapi sebenarnya kebahagiaan dan penderitaan itu sumbernya sama, dan sumber itu keinginan. Kebahagiaan di ujung yg satu dan penderitaan di ujung yang lain. 
Misal kita bergembira dengan mendapatkan sesuatu yg kita kehendaki, seperti: kekayaan, wibawa, kekuasaan, pujian atau yg lain2, sebenarnya pikiran kita tidak tenang. Karena suatu saat kita akan kehilangan objek kebahagiaan tersebut dan kita menjadi menderita karena kehilangan objek kebahagiaan itu. Ini karakteristik kehidupan, perubahan terus menerus..  jadi yg perlu dilepas sebenarnya keinginan kita. Nah, kalau di lain mereka berbahagia ketika keinginannya terpenuhi (entah materi, kekuasaan, pujian atau bisa juga surga), tetapi di Buddha kita berbahagia kalau kita bisa melepas keinginan kita. Atau kalau lebih tepat melatih pikiran kita.  Maka itu beda dengan yg lain, dalam agama Buddha surga bukan tujuan akhir, tapi Nibbana. Sedangkan nibbana itu suatu kondisi yang bukan merupakan kebahagiaan atau ketidakbahagiaan/penderitaan, nibbana itu melampaui keduanya.. Begitu sih menurut saya, masih belajar juga jadi maklum kalau belum tepat..
Tapi mungkin disini harus dibedakan kebahagiaan nya mereka dengan kebahagiaan umat Buddha (NIbbana).. 
Title: Re: point of Budhism...
Post by: markosprawira on 30 September 2008, 11:25:40 AM
dear dian,

kalo melepas, berarti ada yang dilepas dong?
kalo ada yang dilepas, bukankah itu berarti ATTA karena ada yang memilikinya

sementara buddhism justru mengajarkan ANATTA..... bahwa segala sesuatu itu hanyalah proses yang berkelanjutan

mohon penjelasan karena makin membingungkan  :-[
Title: Re: point of Budhism...
Post by: dh14n on 01 October 2008, 01:15:22 AM
Memang annata tapi karena kita belum merealisasikan ajaran mengenai annata kita masih menganggap gabungan nama dan rupa ini sebagai aku.. menganggap keinginan ini adalah keinginan saya... padahal 'saya' itu sendiri sebenarnya tidak ada...

Kalau menurut saudara markosprawira yang tepat itu bagaimana? makasih penjelasannya...
Title: Re: point of Budhism...
Post by: dh14n on 01 October 2008, 01:39:01 AM
Quote from: Kemenyan on 21 September 2008, 06:50:08 PM
III. Lenyapnya Dukkha (dukkha nirodha ariya sacca)
Kalau tanhä dapat disingkirkan, maka kita akan berada dalam keadaan yang bahagia sekali,
Sang Buddha dengan jelas dan tegas mengajar kita, bahwa kita dapat bebas dari penderitaan dan mencapai kebebasan dan kebahagiaan Nibbana.
Istilah Nibbana secara harfiah berarti 'padam',
serta mengacu ke pemadaman api keserakahan, kebencian dan kegelapan-batin.

dear markosprawira,
kalau disingkirkan berarti ada yang menyingkirkan dong? itu berarti atta juga karena ada yang menyingkirkan.
bagaimana menurut saudara markosprawira?
Title: Re: point of Budhism...
Post by: Hendra Susanto on 01 October 2008, 10:32:16 AM
dear dh14n,

Quoteitu berarti atta juga karena ada yang menyingkirkan

maksudnya apa? tolong diperjelas sedikit?
Title: Re: point of Budhism...
Post by: markosprawira on 06 October 2008, 01:28:13 PM
Quote from: dh14n on 01 October 2008, 01:15:22 AM
Memang annata tapi karena kita belum merealisasikan ajaran mengenai annata kita masih menganggap gabungan nama dan rupa ini sebagai aku.. menganggap keinginan ini adalah keinginan saya... padahal 'saya' itu sendiri sebenarnya tidak ada...

Kalau menurut saudara markosprawira yang tepat itu bagaimana? makasih penjelasannya...


dear dian,

kalau saya boleh merevisinya, bahwa "saya" itu antara ada dan tidak ada........ disebut ada karena bisa dijangkau oleh panca indera, namun disebut tidak ada karena sebenarnya hanyalah merupakan perpaduan dari nama dan rupa yang terus berproses

mungkin lebih tepatnya jika disebut Anatta = tidak ada "atta" atau "aku" yang kekal........
Title: Re: point of Budhism...
Post by: Sumedho on 06 October 2008, 01:33:19 PM
pembahasan kebenaran mutlak di campur dengan kebenaran relatif, jadinya bingung deh.

imo sih, bukan diri/aku. mau yang kekal maupun tidak kekal sih.
Title: Re: point of Budhism...
Post by: markosprawira on 06 October 2008, 02:08:58 PM
Quote from: dh14n on 01 October 2008, 01:39:01 AM
Quote from: Kemenyan on 21 September 2008, 06:50:08 PM
III. Lenyapnya Dukkha (dukkha nirodha ariya sacca)
Kalau tanhä dapat disingkirkan, maka kita akan berada dalam keadaan yang bahagia sekali,
Sang Buddha dengan jelas dan tegas mengajar kita, bahwa kita dapat bebas dari penderitaan dan mencapai kebebasan dan kebahagiaan Nibbana.
Istilah Nibbana secara harfiah berarti 'padam',
serta mengacu ke pemadaman api keserakahan, kebencian dan kegelapan-batin.

dear markosprawira,
kalau disingkirkan berarti ada yang menyingkirkan dong? itu berarti atta juga karena ada yang menyingkirkan.
bagaimana menurut saudara markosprawira?

dear dian,

jika anda melihat penjelasan diatas, mungkin anda akan mengerti poin "menyingkirkan tanha"

sama seperti jika menunjuk 1 titik di air sungai. Apakah pada titik itu, ada air sungai?? ada tentunya......
namun apakah air sungai itu sama dengan air sungai 1 detik yang lalu?? jawabnya adalah : berbeda dari campurannya, kekentalannya, dan berbagai macamnya

semoga bisa dimengerti  _/\_
Title: Re: point of Budhism...
Post by: markosprawira on 06 October 2008, 02:11:13 PM
Quote from: Sumedho on 06 October 2008, 01:33:19 PM
pembahasan kebenaran mutlak di campur dengan kebenaran relatif, jadinya bingung deh.

imo sih, bukan diri/aku. mau yang kekal maupun tidak kekal sih.

dear benz,

jika bukan diri/aku, itu sudah memasuki ke paham nihilisme, yg dianut oleh sebagian besar meditator dimana karena tidak ada pikiran, tidak ada perasaan, maka tidak ada aku

mungkin contoh mengenai air sungai diatas, dapat lebih memperjelas yang saya maksudkan
Title: Re: point of Budhism...
Post by: Sumedho on 06 October 2008, 06:20:02 PM
sepertinya tidak demikian bro.

nihilisme itu jika sesudah kehidupan lalu habis. dalam buddhisme kan tetap terlahir kembali.

lagipula sang buddha tidak pernah bilang anicca atta (aku yg tidak kekal)
Title: Re: point of Budhism...
Post by: Indra on 06 October 2008, 06:30:57 PM
Sang Buddha kan memang gak pernah ngajarin Atta, yg diajarin selalu Anatta
Title: Re: point of Budhism...
Post by: fabian c on 06 October 2008, 09:46:33 PM
Quote from: markosprawira on 06 October 2008, 02:11:13 PM
Quote from: Sumedho on 06 October 2008, 01:33:19 PM
pembahasan kebenaran mutlak di campur dengan kebenaran relatif, jadinya bingung deh.

imo sih, bukan diri/aku. mau yang kekal maupun tidak kekal sih.

dear benz,

jika bukan diri/aku, itu sudah memasuki ke paham nihilisme, yg dianut oleh sebagian besar meditator dimana karena tidak ada pikiran, tidak ada perasaan, maka tidak ada aku

mungkin contoh mengenai air sungai diatas, dapat lebih memperjelas yang saya maksudkan

teman-teman ikut sharing ya...?

menurut pendapat saya,

mengenai nihilisme: ada perbedaan dengan anatta, pada nihilisme sesuatu yang ada menjadi lenyap, yaitu kehidupan ini akan berhenti secara otomatis bila kita meninggal (lenyap total).

sedangkan pada anatta adalah: tidak ada substansi yang berpindah dari satu tubuh ke tubuh yang lain. Pada umumnya mereka yang melekat pada pandangan atta menganggap ada substansi yang berpindah-pindah dari satu jasmani ke jasmani yang lain. Oleh karena itu terjadi transmigrasi yang berpindah dari satu tubuh ke tubuh yang lain (reinkarnasi).

Bedakan dengan pandangan anatta, pada pandangan yang berbasiskan anatta tak ada transmigrasi substansi diri disana, kesadaran di tubuh A telah lenyap bersamaan dengan berhentinya tubuh yang menyokong kesadaran A, kemudian kesadaran itu muncul kembali (ingat anicca) bersamaan dengan kemunculan tubuh yang menyokong kesadaran B (spontaneous rebirth)

Kesadaran yang pertama (A) tidak sama dengan yang kedua (B), tetapi juga tidak berbeda, karena kesadaran kedua merupakan kelanjutan kesadaran yang pertama.

Perlu diingat tubuh B tidak selalu manusia, bisa kutu, atau dewa dsbnya...

Untuk melihat kaitan kesadaran yang muncul dan lenyap kembali ini diperlukan konsentrasi yang sangat kuat.

Mengapa muncul kembali? karena memang kesadaran pada dasarnya sebenarnya tidak berkesinambungan, ia muncul dan lenyap kembali (anicca) jadi bila kondisi yang mendukung kesadaran telah tak ada maka kesadaran dengan kecepatan yang luarbiasa akan lenyap dan muncul kembali di tubuh yang mendukung munculnya kelanjutan kesadaran tersebut.

semoga keterangan ini membantu teman-teman.

(((semoga kita semua tetap maju dalam Dhamma)))

Title: Re: point of Budhism...
Post by: kiman on 16 October 2008, 12:26:11 AM
sunyata?
Title: Re: point of Budhism...
Post by: fabian c on 16 October 2008, 07:24:40 PM
Quote from: kiman on 16 October 2008, 12:26:11 AM
sunyata?

Pada konsep sunyata segala sesuatu kosong belaka (sunya) dan segala sesuatu dianggap seperti buah khayalan belaka, karena pada dasarnya kosong...  (tolong dikoreksi bila salah)

Tetapi pada konsep anatta, segala sesuatu ada tidak kosong. Materi ada, batin ada, tetapi batin dan jasmani itu bersifat anicca (muncul dan lenyap kembali).

Jadi batin dan jasmani ada tetapi selalu berubah...

Inilah perbedaannya.

Semoga keterangan ini bermanfaat...

sukhi hotu..

Title: Re: point of Budhism...
Post by: gajeboh angek on 17 October 2008, 10:19:22 AM
sunyata = kosong dari atta (Theravada)

Title: Re: point of Budhism...
Post by: fabian c on 18 October 2008, 10:50:12 AM
teman-teman sekalian,

Saya ingin menambahkan sedikit supaya jangan terjadi salah paham mengenai pengertian atta yang sering membuat orang keliru.

Pandangan Sunyata menurut pemahaman saya, nampaknya merupakan adaptasi dari konsep Maya (segala sesuatu hanya merupakan bentuk ilusi atau imajinasi oleh karena itu kosong belaka) tolong dikoreksi bila salah...

Pada konsep anatta, semua bentuk pancakhandha ada dan terus-menerus berproses (kita tak dapat mengatakan bahwa jasmani kita tak ada karena pada kenyataannya jasmani kita ada, demikian juga dengan khandha-khandha yang lain....), tetapi semua panca khandha ini terus menerus berproses..., karena terus menerus berproses, maka ia bersifat aniccca...

Dan... selalu berubah....
karena berubah terus menerus, ia bersifat dukkha..

Sebabnya disebut anatta karena Buddhist menganggap yang ada hanya batin dan jasmani yang berproses... dan tak ada substansi yang disebut roh (atta/atma) yang berpindah, seperti dalam agama lain..

Semoga teman-teman mendapatkan pengertian yang jelas mengenai hal ini...

(((Semoga kita semua terbebas dari pandangan salah...)))

sukhi hotu...
Title: Re: point of Budhism...
Post by: gajeboh angek on 18 October 2008, 11:11:53 AM
SN 35.85
Suñña Sutta
Empty
Translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu

Then Ven. Ananda went to the Blessed One and on arrival, having bowed down to him, sat to one side. As he was sitting there he said to the Blessed One, "It is said that the world is empty, the world is empty, lord. In what respect is it said that the world is empty?"

"Insofar as it is empty of a self or of anything pertaining to a self: Thus it is said, Ananda, that the world is empty. And what is empty of a self or of anything pertaining to a self? The eye is empty of a self or of anything pertaining to a self. Forms... Eye-consciousness... Eye-contact is empty of a self or of anything pertaining to a self.

"The ear is empty...

"The nose is empty...

"The tongue is empty...

"The body is empty...

"The intellect is empty of a self or of anything pertaining to a self. Ideas... Intellect-consciousness... Intellect-contact is empty of a self or of anything pertaining to a self. Thus it is said that the world is empty."

_/\_
Title: Re: point of Budhism...
Post by: fabian c on 18 October 2008, 12:16:50 PM
Saudara Karunamurti yang baik...

Terima kasih saudara telah memuat sunna sutta dari Anguttara  Nikaya, mari kita teliti lebih mendalam arti dari sutta tersebut,

QuoteThen Ven. Ananda went to the Blessed One and on arrival, having bowed down to him, sat to one side. As he was sitting there he said to the Blessed One, "It is said that the world is empty, the world is empty, lord. In what respect is it said that the world is empty?"

Disini Bhante Ananda bertanya kepada Sang Buddha dunia ini kosong dalam kaitan apa (in what respect)...? jawaban terhadap hal ini diberikan dibawah, yaitu kosong terhadap diri (self/atta/atma) atau segala sesuatu yang berkaitan (pertaining) dengan diri (self/atta/atma)..

Quote"Insofar as it is empty of a self or of anything pertaining to a self: Thus it is said, Ananda, that the world is empty. And what is empty of a self or of anything pertaining to a self? The eye is empty of a self or of anything pertaining to a self. Forms... Eye-consciousness... Eye-contact is empty of a self or of anything pertaining to a self.

Perhatikan yang di bold biru..disini Sang Buddha mengatakan bahwa setiap panca indria kosong dari diri (atta/atma)... tetapi bukan berarti panca indria itu sendiri tidak ada/kosong....
kontak mata kosong dari atta tetapi kontak mata itu sendiri ada, bukannya tidak ada.... (hanya tidak berhubungan dengan atta, karena atta tidak ada...)


Quote"The ear is empty...

"The nose is empty...

"The tongue is empty...

"The body is empty...

Perhatikan konsistensinya.. gaya penerjemahan Bhante Thanissaro dan banyak penerjemah lainnya adalah menghindari pengulangan.

kata-kata "The ear is empty.." perhatikan lebih lanjut lengkapnya sesuai versi asli, yaitu: "the ear is empty of a self or of anything pertaining to a self"

Perhatikan artinya sudah berbeda... Sang Buddha tidak mengatakan "the ear is empty" saja, itu adalah pengulangan kata "the ear is empty...(of a self or of anything pertaining to a self")...

Jadi the earnya tidak ada attanya dan tidak berkaitan dengan atta.... demikian juga dengan nose, tongue dan body..., forms dll...

Quote"The intellect is empty of a self or of anything pertaining to a self. Ideas... Intellect-consciousness... Intellect-contact is empty of a self or of anything pertaining to a self. Thus it is said that the world is empty."

Alinea diatas sekali lagi memperjelas mengenai hal itu.
Singkat kata segala sesuatu itu tidak ada attanya, dan tidak berkaitan dengan atta.... (anatta), tetapi bukan berarti dunia itu tidak ada...

Saya ada cerita sebagai sekedar perbandingan, mengenai anatta vs sunnata/sunyatta,

Pada suatu ketika saya terlibat diskusi mengenai ini dengan seorang teman, ia bersikeras bahwa Sang Buddha mengatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini kosong belaka... sunya... hampa... tidak ada...

Lalu saya tanya balik kepada teman tersebut, kalau memang benar kita tidak ada.. sesuai argumen anda, maka bila saya membunuh anda maka seharusnya tak berakibat apa-apa, bukankah demikian...? karena anda tidak ada kan...? apakah karmanya membunuh sesuatu yang tidak ada...?

jadi bedakan...

Ada proses yang terjadi di dunia ini (khandha dsbnya)....
Tetapi semua proses itu tidak ada (kosong dari) atta atau yang berkaitan dengan atta...

Semoga penjelasan ini membuat saudara Karuna Murti menjadi lebih jelas perbedaan antara anatta dan sunyatta.

(((semoga kita semua lebih maju dalam Dhamma)))

sukhi hotu