Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Buddhisme untuk Pemula => Topic started by: Sukma Kemenyan on 09 August 2007, 11:36:55 PM

Title: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sukma Kemenyan on 09 August 2007, 11:36:55 PM
Adakah Neraka pada Buddhism ?
kalau ada...
  Siapa yg mengatur seorang Mahluk masuk neraka?
  Apa fungsi Dewa/Raja Yama ?
  Siapa Raja/Dewa Yama ?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 10 August 2007, 02:06:31 AM
Alam neraka...ada donk..

sapa yang ngatur?
Kamma

Apa fungsi dewa/raja Yama?
Dewa bukan di neraka..dan di Neraka yg ada cuma Makhluk2 Neraka

Siapa Raja/Dewa Yama?
nanya orang yg ngerti Taoism and kong hu cu..
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sukma Kemenyan on 10 August 2007, 02:20:35 AM
Quote from: El Sol on 10 August 2007, 02:06:31 AMApa fungsi dewa/raja Yama?
Dewa bukan di neraka..dan di Neraka yg ada cuma Makhluk2 Neraka

Siapa Raja/Dewa Yama?
nanya orang yg ngerti Taoism and kong hu cu..
Jadi mnurut elo dalam Buddhism kaga ada yg namanya "Yama" ?

Yakin... ?
Gw lupa baca buku apaan... (Abhidhamma kalo ga salah)
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 10 August 2007, 02:33:14 AM
kayakne gk ada deh...kalo gk salah...kalo ada juga..bukan dewa lar...itu 100% pasti..dewa gk mungkin tinggal di Neraka..
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 10 August 2007, 02:34:30 AM
 Yama ( The Realm of the Yama Gods ) King Yama rules this realm of great happiness.That which destroys pain is Yama.

dikutip dari hxxp://web.ukonline.co.uk/buddhism/bhumis.htm
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 10 August 2007, 02:36:17 AM
sorry...Yama ada..baru ketemu tade...nama dewa gw cuma tao Sakka..haha
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 10 August 2007, 05:18:19 AM
kl nga salah yama itu deva yang mixed antara kesenangan dan penderitaan deh. pagi senang, mlam menderita.  :whistle:
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 10 August 2007, 08:27:45 AM
ada 8 alam neraka (niraya) dalam buddhism...

1. Sanjiva Naraka
2. Kalasutta Naraka
3. Saringhta Naraka
4. Roruva naraka
5. Maharoruva Naraka
6. Tapana Naraka
7. Mahatapana Naraka
8. Avici Naraka

Niraya merupakan tempat siksaan yang tidak terbayangkan... Sama sekali tidak ada kebahagiaan (sukkha) disini, yang ada hanya penderitaan (dukkha). Jika melakukan perbuatan yang sangat merugikan seperti membunuh, maka pikiran akan terkondisi negatif, jika meninggal dalam kondisi pikiran seperti ini, maka seseorang itu sudah pasti akan terlahir di alam dengan siksaan hebat ini, dalam waktu yang sangat lama. Harus diketahui bahwa tidak ada 'sosok' yang mengadili/memberikan hukuman neraka disini, ini juga murni merupakan hasil dari hukum sebab akibat... (sumber : the 31 planes of existence)

mengenai 8 alam itu ada yang bisa kasi penjelasannya?
terus detil perbuatan yang mengakibatkan terlahir di neraka? gw liat ada 10 unwholesome actions. apa yah 10 unwholesome ini dalam Buddhism?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: dipasena on 10 August 2007, 09:07:25 AM
neraka  :-? kata yg begitu dekat ma gw...  >:D mahluk neraka gw neh, untuk masuk neraka dan surga rasa kita ga perlu guide/Mr. T yg menentukan ke mana kita, wong kita ngapaian aja terserah kita koq, it's my life...

gw ada dipulau bor-neo, gw mau ke jakarta ato ke surabaya, terserah gw dunk, tergantung gw mau mengarahkan kaki dan badan ini kemana, intinya keputusan itu ada di gw sendiri dan sadari kemana kita mau pergi

sama la, gw mau ke neraka ato surga, gw sendiri yg mutusin cm bedanya kita sadari ato tidak aja, kalo kita ngarahkan perbuatan kita kearah yg kurang baik ya ada kemungkinan kita menuju kesono... aneh ya didunia ini, hal baik dan hal buruk itu sebenarnya gampang dilakukan, tapi kalo melakukan hal buruk itu kesannya keren dan enak/nyaman banget [berlaku bagi beberapa orang]... tapi kalo melakukan hal baik, itu kesannya sok suci dan ga nyaman [tidak berlaku untuk beberapa orang]

siapa dan apa fungsi Deva Yama ? ya nti deh kalo gw masuk neraka gw kirim email ke orang" yg mau tau siapa dan apa fungsi Deva Yama, kalo ada waktu sengang boleh jg gw posting deh ke forum...[kalo inget ^-^]

tak terbayangkan, tidak perlu dibayangkan, cukup pikirkan saat ini, hal yg terbaik yg perlu kita perbuat [dhanuttono 7:66]


NB: bagi pengemar suta-tono nih ada ayat baru  ^-^
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 10 August 2007, 09:10:27 AM
Quote from: 7th on 10 August 2007, 08:27:45 AM
apa yah 10 unwholesome ini dalam Buddhism?

1. Pembunuhan
2. Pencurian
3. Kegiatan seksual yang tidak pantas
4. berdusta
5. fitnah
6. kata2x kasar
7. kata2x yg tidak perlu/gosip
8. keserakahan yg amat kuat (bisanya keinginan memiliki yg dimiliki orang lain)
9. niat buruk
10. pandangan salah
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sukma Kemenyan on 10 August 2007, 09:23:49 AM
Kelihatannya diskusi mengarah ke: gak ada fungsi sosok Yama...
benarkah demikian ?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 10 August 2007, 10:54:14 AM
Yama termasuk dalam alam dewa lho...
disebutkan dewa ini hidup dalam udara, bebas dari segala kesusahan...  ???

levelnya di atas Tavatimsa di bawah Tusita...

ato mungkin ada budaya daerah luar India yang menyebut dewa neraka dengan nama Yama?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 10 August 2007, 11:05:33 AM
Yama in Theravāda Buddhism

Yama was understood by Buddhists as a god of the dead, supervising the various Buddhist "hells". His exact role is vague in canonical texts, but is clearer in extra-canonical texts and popular beliefs, which are not always consistent with Buddhist philosophy.

In the Pali canon, the Buddha states that a person who has ill-treated their parents, ascetics, holy persons and elders is taken upon his death to Yama.[1] Yama then asks the ignoble person if he ever considered his own ill conduct in light of birth, aging, sickness, worldly retribution and death. In response to Yama's questions, such an ignoble person repeatedly answers that he failed to consider the kammic consequences of his reprehensible actions and as a result is sent to a brutal hell "so long as that evil action has not exhausted its result."[2]

In extra-canonical Pali texts, the great Theravāda scholar, Buddhaghosa, described Yama as a vimānapeta, a being in a mixed state, sometimes enjoying celestial comforts and at other times receiving the more unpleasant fruits of his kamma; however, as a king, his rule is considered just.[3]

In popular belief in Theravādin Buddhist countries, Yama sends old age, disease, punishments and other calamities among humans as warnings to behave well. When they die, they are summoned before Yama, who examines their character and dispatches them to their appropriate rebirth, whether as a human, to a heaven, or to one of the hells that Yama presides over. Sometimes there are thought to be several Yamas, each presiding over a distinct Hell. Theravāda sources sometimes speak of two Yamas or four Yamas.[4]


Yama in Chinese and Japanese mythology

Tibetan Dharmapala at the Field Museum in Chicago, Illinois

In Chinese mythology, Yan Wang (Traditional Chinese: 閻王; Simplified Chinese: 阎王; Pinyin: Yán Wáng), also called Yanluo (Traditional Chinese: 閻羅; Simplified Chinese: 阎罗; Hanyu Pinyin: Yánluó; Wade-Giles: Yen-lo), is the god of death and the ruler of Di Yu (Jp. Jigoku, "hell" or the underworld). The name Yanluo is a shortened Chinese transliteration of the Sanskrit term Yama Rājā (閻魔羅社) "King Yama". In Japan Yanluo is referred to as Emma (older Yemma), or Emma-ō (閻魔大王 Enma Dai-Ō, "Great King Yama").

Yanluo is not only the ruler but also the judge of the underworld and passes judgment on all the dead. He always appears in a male form, and his minions include a judge who holds in his hands a brush and a book listing every soul and the allotted death date for every life. Ox-Head and Horse-Face, the fearsome guardians of hell, bring the newly dead, one by one, before Yanluo for judgement. Men or women with merit will be rewarded good future lives, or even revival in their previous life. Men or women who committed misdeeds will be sentenced to torture and/or miserable future lives.

The spirits of the dead, on being judged by Yanluo, are supposed to either pass through a term of enjoyment in a region midway between the earth and the heaven of the gods, or to undergo their measure of punishment in Naraka, the nether world, situated somewhere in the southern region. After this time they may return to Earth in new bodies.

Yanluo is considered to be an office or bureaucratic post, rather than an individual god. There were said to be cases in which an honest mortal was rewarded the post of Yanluo, and served as the judge and ruler of the underworld.

In his capacity as judge, Yanluo is normally depicted wearing a Chinese judge's cap in Chinese and Japanese art. Yanluo sometimes appears on Chinese Hell Bank Notes.


Yama in Tibetan Buddhism

Yamantaka Vajrabhairav, British Museum

In Tibet, Yama (Tibetan gshin.rje) was both regarded with horror as the prime mover of saṃsāra, and revered as a guardian of spiritual practice. In the popular mandala of the Bhavacakra, all of the realms of life are depicted between the jaws, or in the arms of a monstrous Yama. Yama is sometimes shown with a consort, Yami.

Another elaboration of the concept of Yama in Tibetan Vajrayāna Buddhism was as Yamāntaka – i.e. Yama-Antaka, meaning Yama-Death or "Death's Death".

The following story describes the relationship between Yama and Yamāntaka:
A holy man was told that if he meditated for the next 50 years, he would achieve enlightenment. The holy man meditated in a cave for 49 years, 11 months and 29 days, until he was interrupted by two thieves who broke in with a stolen bull. After beheading the bull in front of the hermit, they ignored his requests to be spared for but a few minutes, and beheaded him as well. In his near-enlightened fury, this holy man became Yama, the god of Death, took the bull's head for his own, and killed the two thieves, drinking their blood from cups made of their skulls. Still enraged, Yama decided to kill everyone in Tibet. The people of Tibet, fearing for their lives, prayed to the bodhisattva Mañjuśrī, who took up their cause. He transformed himself into Yamāntaka, similar to Yama but ten times more powerful and horrific. In their battle, everywhere Yama turned, he found infinite versions of himself. Mañjuśrī as Yamāntaka defeated Yama, and turned him into a protector of Buddhism. He is generally considered a wrathful deity.

Quote[1] See, for example, MN 130 (Nanamoli & Bodhi, 2001, pp. 1029-36) and AN 3.35 (Nyanaponika & Bodhi, 1999, pp. 51-3), both of which are entitled, "Devaduta Sutta" (The Divine Messengers).
[2] Nanamoli & Bodhi (2001), p. 1032.
[3] Buddhaghosa states this in his commentary to the Majjhima Nikaya (Nanamoli & Bodhi, 2001, p. 1341, n. 1206).
[4] According to Nanamoli & Bodhi (2001), p. 1341 n. 1206, the Majjhima Nikaya Atthakatha states that "there are in fact four Yamas, one at each of four gates (of hell?)." [The paranthetical expression is by Bodhi.]
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 10 August 2007, 11:30:54 AM
Oh ada Yama dewa neraka dalam Buddhism ya...
So, Yama yang deva gimana? Sama ato beda ma Yama yang ini? kalo ini disebutkan dia di alam peta kan? berarti beda... dengan nama sama?  ???

QuoteIn popular belief in Theravādin Buddhist countries, Yama sends old age, disease, punishments and other calamities among humans as warnings to behave well.

sounds like................ god?  :-?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sukma Kemenyan on 10 August 2007, 11:32:49 AM
 ^:)^ ^:)^ ^:)^
english gw brantakan....

^:)^ ^:)^ ^:)^
masa gw mesti mendapatkan pemahaman yg berantakan juga...

:-[ :-[ :-[
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 10 August 2007, 11:36:42 AM
catet, cuma "Popular belief in theravadin buddhist countries"
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: morpheus on 10 August 2007, 11:39:21 AM
belief oh belief... :whistle:
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 10 August 2007, 11:49:46 AM
if it sounds like.... god? it must be a................. belief?  ^-^

mengenai neraka lagi...
apakah dalam Sutta dibahas juga cara penyiksaannya? kalo ada apakah sama dengan yang sudah 'disaksikan' sebagian kecil orang"?
dulu di vihara Maitreya gw ada buku tentang neraka, sayang tulisannya kanji Cina... but ada ilustrasinya, pretty creeppy ar... menurut kepercayaan Cina ada 10 tingkatan tuh...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: markosprawira on 10 August 2007, 04:15:22 PM
 [at] 7th : soal neraka, bukannya elu udah jawab sendiri sebelumnya???

QuoteNiraya merupakan tempat siksaan yang tidak terbayangkan... Sama sekali tidak ada kebahagiaan (sukkha) disini, yang ada hanya penderitaan (dukkha). Jika melakukan perbuatan yang sangat merugikan seperti membunuh, maka pikiran akan terkondisi negatif, jika meninggal dalam kondisi pikiran seperti ini, maka seseorang itu sudah pasti akan terlahir di alam dengan siksaan hebat ini, dalam waktu yang sangat lama. Harus diketahui bahwa tidak ada 'sosok' yang mengadili/memberikan hukuman neraka disini, ini juga murni merupakan hasil dari hukum sebab akibat... (sumber : the 31 planes of existence)

kalo beneran ada tukang siksanya, kasian bener mereka itu......  ;D
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 10 August 2007, 05:19:36 PM
alam dengan siksaan penderitaan...
bukan disiksa sesuatu...
lagian ga dijabarin cara nyiksanya dan oleh siapa/apa... thats better... daripada ada, detil lagi, kaya boongan aja. mank udah pernah ke neraka...?   :whistle:

ga tau deh kalo ada...
gw pan juga baru belajar... n kebetulan baru baca yang alam kehidupan ini...

mangkenye, nah kalo ada tukang siksa, berarti bisa terlahir jadi tukang siksa juga donk?  ;D
muak tuh tiap ari nyiksa liat orang menderita...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: markosprawira on 10 August 2007, 06:40:02 PM
Quote from: 7th on 10 August 2007, 05:19:36 PM
alam dengan siksaan penderitaan...
bukan disiksa sesuatu...
lagian ga dijabarin cara nyiksanya dan oleh siapa/apa... thats better... daripada ada, detil lagi, kaya boongan aja. mank udah pernah ke neraka...?   :whistle:

ga tau deh kalo ada...
gw pan juga baru belajar... n kebetulan baru baca yang alam kehidupan ini...

mangkenye, nah kalo ada tukang siksa, berarti bisa terlahir jadi tukang siksa juga donk?  ;D
muak tuh tiap ari nyiksa liat orang menderita...

buddhism itu logis khan????  ;D
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 10 August 2007, 07:11:00 PM
logis? ga juga...  :)

Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Hendra Susanto on 10 August 2007, 08:45:27 PM
perkara logis gak jg..
jgn terlalu mengagung2kan sesuatu karena sesuatu yg berlebih tidak baik.. jd netral aja...
_/\_
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 12 August 2007, 12:47:19 AM
 [at] markos,
budhism logis ??? siapa raja yama?, siapa yang menyiksa rakyat dineraka?  siapa supplier energy di neraka? siapa yang menyediakan tenaga kerja di neraka? siapa supplier makanan untuk tenaga kerja di neraka? siapa...  ???
tidak ada yang logis dari jawaban pertanyaan-pertanyaan ini..

BUDHISME BUKAN AGAMA YANG LOGIS.
BUDHISME ADALAH AGAMA YANG PENUH DENGAN IMAN
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 12 August 2007, 12:54:10 AM
Bung Dharma, masalah Raja Yama juga masih dipertanyakan... apakah ada yang menyiksa di neraka? energi macam apa yang ada di neraka? apakah ada tenaga kerja di neraka? apakah tenaga kerja di neraka butuh makan?
sama semuany belum dijawab... so darimana Anda menjudge ini tidak logis?

Buddhisme tidak logis dan tidak perlu juga diimani...
(lagi") kalo mau diimani silahkan, tapi ingat Sang Buddha sendiri ga pernah nyuruh untuk mengimani ajarannya... gitu loh... jadi kalo diimani... ga da yang nyuruh kok, n ga da yang larang... silahkan...  :)
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: FZ on 12 August 2007, 06:43:51 AM
Ya..
Saya rasa Sdr. Dharmakara harus berhenti men-force-kan pendapatnya terus menerus..
Apa yang Anda maksudkan sudah dipahami oleh member di sini.
Jadi bila bagi Anda, Buddhisme adalah agama tidak logis, penuh iman yang terserah Anda. Hanya saja masa rata2 post Anda yang saya baca di thread yang berbeda isinya terus penekanan Buddhisme gak logis, penuh iman.
Yang lain donk.. Jangan itu2 aja.. Kesannya monoton..  8)
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: ryu on 12 August 2007, 08:08:08 AM
Mungkin agamanya krisbud. He he he....
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 14 August 2007, 02:14:45 AM
Quote from: Dharmakara on 12 August 2007, 12:47:19 AM
[at] markos,
budhism logis ??? siapa raja yama?, siapa yang menyiksa rakyat dineraka?  siapa supplier energy di neraka? siapa yang menyediakan tenaga kerja di neraka? siapa supplier makanan untuk tenaga kerja di neraka? siapa...  ???
tidak ada yang logis dari jawaban pertanyaan-pertanyaan ini..

BUDHISME BUKAN AGAMA YANG LOGIS.
BUDHISME ADALAH AGAMA YANG PENUH DENGAN IMAN
BUDDHISME ADALAH AGAMA YANG LOGIS!
BUDDHISM BUKAN AGAMA YANG PENUH DENGAN IMAN!

IDIH IMAN...EMANKNE KITA AGAMA BAJAI...

RAJA YAMA ADA DI ALAM SURGA BUKAN DINERAKA!!

DINERAKA GAK ADA RAKYAT..MAKANE KALO BLAJAR BUDDHISME JANGAN DIKIT2...DAN KURANGIN NONTON "KERA SAKTI" DAN "DEWI BULAN" JANGAN KIRA DAH NONTON ITU FILM DAH NGERTI BUDDHISM...BUDDHISM ITU PERLU BLAJAR, PERLU BACA, PERLU DISKUSI, PERLU ALAMIN SENDIRI...

DINERAKA PENYIKSA ADALAH YANG DISIKSA

DI NERAKA GAK ADA YG NAMANE ENERGY, EMANKNE NARUTO ADA ENERGY2 SEGALE...

KESIMPULANNYA NERAKA ITU BUKAN NEGARA, GK ADA YG NAMANE RAKYAT, GK ADA YG NAMANE RAJA, GK ADA YG NAMANE BULE, GK ADA YG NAMANE ENERGY, GK ADA YG NAMANE SUKHA, YG ADA CUMA DUKKHA, DAN APAKAH LOE EXPECT ORANG YG LAGE DILANDA DUKKHA YG SUPREME BESAR BISA BUAT NEGARA? BISA NYIKSA ORANG? BISA BEOL? BISA KENCING? BISA MAKAN? SEKARANG NGERTI BOSS?

gw caps lock karena pertanyaan dan pernyataan anda tidak logis..^^ menunjukkan kurangnya kepahaman anda terhadap ajaran Sammasambuddha Gotama yg telah sempurna dibabarkan, Dhamma agung yg logika, yg tidak bisa dimakan oleh waktu dan Sangha kumpulan2 Ariya2 dan orang2 yg menjalankan kehidupan suci...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 14 August 2007, 02:16:41 AM
capeee deee ngomong ama kr**t*n... :P ;D
*cencored by admin*
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 14 August 2007, 08:47:34 AM
De Radical Brudder El Sol....  ^-^
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sukma Kemenyan on 14 August 2007, 09:17:01 AM
berarti Yama cuma tokoh figuran ?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 14 August 2007, 11:39:48 AM
mungkin, semacam personifikasi lagi?
seperti Mara?
kebetulan bernama sama dengan Yama yang dewa...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 14 August 2007, 04:27:11 PM
Quote from: 7th on 14 August 2007, 08:47:34 AM
De Radical Brudder El Sol....  ^-^

Brudder apaan yak? bule?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: FZ on 14 August 2007, 08:00:24 PM
Brother ?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 14 August 2007, 08:21:59 PM
brother lor... u in malay ar, forget ar... i thought u're in sg... ;D
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 14 August 2007, 08:31:15 PM
oow Brother...gw di malay lar..bukan di SG...7th di Singa ke?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 14 August 2007, 08:56:26 PM
no lah...
my prens a lot there...  ;D
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 14 August 2007, 10:19:19 PM
gue bukan pemuja Tuhan Yesus  ^-^ ^-^ ^-^
Quote from: El Sol on 14 August 2007, 02:16:41 AM
capeee deee ngomong ama kr**t*n... :P ;D
*cencored by admin*
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 14 August 2007, 10:31:14 PM
Quote
DINERAKA PENYIKSA ADALAH YANG DISIKSA
bisa dijelaskan koq bisa penyiksa adalah yang disiksa? gak paham nih? masa bisa tiba-tiba tubuhnya dicambuk sendiri? yang cambuk siapa?
Quote
DI NERAKA GAK ADA YG NAMANE ENERGY, EMANKNE NARUTO ADA ENERGY2 SEGALE...
lha terus di neraka konon ada api panas membara, itu darimana supplynya? pakai kompor raksasa bukan? minyak tanahnya beli dimana bro?
Quote
KESIMPULANNYA NERAKA ITU BUKAN NEGARA, GK ADA YG NAMANE RAKYAT, GK ADA YG NAMANE RAJA, GK ADA YG NAMANE BULE, GK ADA YG NAMANE ENERGY, GK ADA YG NAMANE SUKHA, YG ADA CUMA DUKKHA, DAN APAKAH LOE EXPECT ORANG YG LAGE DILANDA DUKKHA YG SUPREME BESAR BISA BUAT NEGARA? BISA NYIKSA ORANG? BISA BEOL? BISA KENCING? BISA MAKAN? SEKARANG NGERTI BOSS?
llha kalo gak ada raja dan rakyat lalu siapa penghuni neraka?  bukan raja yama dan karyawannya  menyiksa rakyat neraka gitu?
berarti neraka itu bohong-bohongan? jadi boleh-boleh aja dong membunuh, merampok dan memperkosa, toh gak bakalan masuk neraka ??? (karena neraka tidak ada, karena itu tidak bakalan ada yang masuk neraka)   mohon pencerahannya bro ^:)^
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: dipasena on 14 August 2007, 10:51:25 PM
Quote
Quote
DI NERAKA GAK ADA YG NAMANE ENERGY, EMANKNE NARUTO ADA ENERGY2 SEGALE...
lha terus di neraka konon ada api panas membara, itu darimana supplynya? pakai kompor raksasa bukan? minyak tanahnya beli dimana bro?

di alam manusia katanya ada udara, kadang bisa sejuk, kadang bisa panas... itu dari mana supply nya ? pake kipas angin raksasa ?

intinya, itu semua diluar kemampuan kita untuk mengetahui, cukup kita ketahui bahwa alam Niraya hanya lah tempat dimana manusia cukup menderita... selebihnya... cut aja la.



Quote
Quote
KESIMPULANNYA NERAKA ITU BUKAN NEGARA, GK ADA YG NAMANE RAKYAT, GK ADA YG NAMANE RAJA, GK ADA YG NAMANE BULE, GK ADA YG NAMANE ENERGY, GK ADA YG NAMANE SUKHA, YG ADA CUMA DUKKHA, DAN APAKAH LOE EXPECT ORANG YG LAGE DILANDA DUKKHA YG SUPREME BESAR BISA BUAT NEGARA? BISA NYIKSA ORANG? BISA BEOL? BISA KENCING? BISA MAKAN? SEKARANG NGERTI BOSS?
llha kalo gak ada rakyat lalu siapa penghuni neraka? berarti neraka itu tidak ada dong? jadi boleh-boleh aja dong membunuh, merampok dan memperkosa, toh gak bakalan masuk neraka ??? (karena neraka tidak ada, karena itu tidak bakalan ada yang masuk neraka) 

wait... Niraya itu ada, tapi bukan berarti Niraya/Neraka itu adalah Negara, alam Binatang itu ada, tapi bukan berarti ada Negara Harimau, Negara Gajah dan lainnya. Penghuni alam [kayaknya kurang pas aja kalo di sebut rakyat] itu cukup kita ketahui sebagai mahluk yg menderita... cut disitu aja la.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: dipasena on 14 August 2007, 11:41:48 PM
el sol, sabar sol... sabar... nti lu malah membuat runyam permasalahan karena tulisan mu yg ehm...  :-?

itu bisa jg memperburuk citra Theravada sendiri, karena kesan yg timbul seakan Theravada suka menghina aliran Buddhism lain, jelaskan dengan enak dan tepat, jika belum bisa [mungkin hati dongkol] ya biarkan aja SKIP aja, nti jg pasti ada yg bantu jawab koq...

itu bukan jawaban bagi saya [maaf ya] tapi peluapan emosi ditambah sedikit pengetahuan atas Buddhism. Trus untuk menghindari terjadi nya hal yg tidak diinginkan jangan terlalu vulgar menyindir agama lain, ya tau la gimana caranya... biar kita [Buddhism] tidak dicap buruk

_/\_



NB: maaf sol kalo kesannya ngajarin, cm ngasih saran dan masukkan aja koq... oh ya untuk masalah agama K, susah jg sih, kalo kita menghina agama K [ato menyingung konsep agama K] dikatakan kita menjelek"kan agama orang lain, tidak memiliki metta, tidak menjalankan ajaran Buddhism, tapi kalo kita diem-in prilaku umat agama K [yg selalu menghina Buddhism karena berbeda pandangan agama] malah kita yg di-injek"/malah +semena", ah pusing jg  :|

Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 14 August 2007, 11:46:41 PM
oh...ok...kalo gitu gw delete deh...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 14 August 2007, 11:47:50 PM
Dhanuttono...mohon jelasin ke dia dengan sempurna semuaneeeeeeee...kalo aye yg jelasin tambah ribet pulak... :))
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: dipasena on 14 August 2007, 11:51:30 PM
Quote from: El Sol on 14 August 2007, 11:47:50 PM
Dhanuttono...mohon jelasin ke dia dengan sempurna semuaneeeeeeee...kalo aye yg jelasin tambah ribet pulak... :))

kalo sempurna susah kali ye, gw jg belajar masalahnya... ;D gw sih biasanya akan sharing apa yg gw tau, kan jg ada rekan" yg lain [itu fungsi nya po-lum] yg mungkin bisa memberikan penjelasan yg lebih tepat dan masukkan yg lebih berguna...

Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 14 August 2007, 11:57:54 PM
Quote from: dhanuttono on 14 August 2007, 11:51:30 PM
Quote from: El Sol on 14 August 2007, 11:47:50 PM
Dhanuttono...mohon jelasin ke dia dengan sempurna semuaneeeeeeee...kalo aye yg jelasin tambah ribet pulak... :))

kalo sempurna susah kali ye, gw jg belajar masalahnya... ;D gw sih biasanya akan sharing apa yg gw tau, kan jg ada rekan" yg lain [itu fungsi nya po-lum] yg mungkin bisa memberikan penjelasan yg lebih tepat dan masukkan yg lebih berguna...


capeee deee..
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 15 August 2007, 12:01:53 AM
Quote
bisa dijelaskan koq bisa penyiksa adalah yang disiksa? gak paham nih? masa bisa tiba-tiba tubuhnya dicambuk sendiri? yang cambuk siapa?
Di neraka penyiksa adalah pikiran kita sendiri..dan bukannya makhluk laen...bukan seperti di Film2 ato di agama loe...

Quote
lha terus di neraka konon ada api panas membara, itu darimana supplynya? pakai kompor raksasa bukan? minyak tanahnya beli dimana bro?
kata sape di Neraka ada api? denger dari Leysus? ato denger dari mamad? kalo belum ngerti Buddhism..pleaseee..baca buku Dhamma banyakan...

Quote
llha kalo gak ada raja dan rakyat lalu siapa penghuni neraka?  bukan raja yama dan karyawannya  menyiksa rakyat neraka gitu?
berarti neraka itu bohong-bohongan? jadi boleh-boleh aja dong membunuh, merampok dan memperkosa, toh gak bakalan masuk neraka ??? (karena neraka tidak ada, karena itu tidak bakalan ada yang masuk neraka)   mohon pencerahannya bro ^:)^

seperti yg Dhanuttono bilank...penghukum kita dineraka adalah kamma kita sendiri...

capeee deeee...Leysus Bless u...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 15 August 2007, 12:23:35 AM
tentang neraka dan raja yama menurut sutta :(Petikan Anguttara Nikaya 1)

Ada tiga utusan agung,17 para bhikkhu. Apakah yang tiga itu?
Ada orang yang memiliki perilaku buruk lewat tubuh, ucapan, dan pikiran. Karena memiliki perilaku buruk seperti itu, pada saat tubuhnya hancur, setelah kematian, dia terlahir lagi di alam penderitaan, di tempat yang buruk, di alam yang rendah, di neraka. Di sana penjaga neraka menarik kedua tangannya dan menyeretnya ke hadapan Yama, Raja Kematian, sambil berkata: "Tuanku, orang ini tidak memiliki rasa hormat terhadap ayah dan ibunya, tidak juga terhadap para petapa dan brahmana, tidak juga dia menghargai mereka yang lebih tua di keluarga. Semoga Tuanku menjatuhkan hukuman yang sesuai kepadanya!"
Kemudian, para bhikkhu, Raja Yama bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya mengenai utusan agung pertama: "Apakah engkau tidak pernah melihat, sahabat, utusan agung pertama yang muncul di antara umat manusia?"
Dan dia menjawab: "Tidak, Tuan, saya tidak melihatnya."
Kemudian Raja Yama berkata: "Tetapi, sahabat, tidakkah engkau pernah melihat wanita atau pria, yang berusia delapan puluh, sembilan puluh, atau seratus tahun, yang rapuh, bungkuk bagaikan siku atap, melengkung, bersandar pada tongkat, berjalan tertatih-tatih, sakit-sakitan, karena masa muda dan kekuatannya telah lenyap, giginya ompong, rambutnya kelabu dan jarang atau gundul, kulitnya berkeriput, dan kaki tangannya bengkak?"
Dan dia menjawab: "Ya, Tuan, saya telah melihat itu."
Kemudian Raja Yama berkata kepadanya: "Sahabat, tidakkah pernah muncul di pikiranmu, sebagai orang dewasa yang pandai, 'Aku juga akan terkena usia tua dan tidak dapat lolos darinya. Biarlah sekarang kulakukan tindakan-tindakan yang luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran'?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melakukannya. Saya lalai."
Kemudian Raja Yama berkata: "Karena lalai, sahabat, engkau telah gagal melakukan tindakan-tindakan luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran. Maka engkau akan diperlakukan sesuai dengan kelalaianmu. Tindakan jahatmu itu tidak dilakukan oleh ibu atau ayah, saudara lelaki, saudara perempuan, teman atau pendamping, tidak juga oleh sanak saudara, para dewa, para petapa atau brahmana. Tetapi engkau sendirilah yang telah melakukan tindakan jahat itu, dan engkau harus mengalami buahnya."
Para bhikkhu, setelah Raja Yama bertanya, memeriksa dan berkata kepadanya demikian mengenai utusan agung pertama, sekali lagi beliau bertanya, memeriksa dan berkata kepada laki­-laki itu tentang utusan kedua, dengan mengatakan: "Tidakkah pernah terpikirkan olehmu, sahabat, utusan agung kedua yang muncul di antara umat manusia?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melihatnya."
"Tetapi sahabat, tidakkah engkau pernah melihat seorang wanita atau pria yang sakit, dan dalam kesakitan, dia terbaring di atas kotorannya sendiri dan harus diangkat oleh seseorang dan dibaringkan oleh orang lain?"
"Ya, Tuan, saya telah melihat itu."
"Sahabat, tidakkah pernah terpikir olehmu, sebagai orang dewasa yang pandai, 'Aku juga akan terkena penyakit dan tidak dapat lolos darinya. Biarlah sekarang kulakukan tindakan­-tindakan yang luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran'?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melakukannya. Saya lalai."
"Karena lalai, sahabat, engkau telah gagal melakukan tindakan­-tindakan luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran. Maka engkau akan diperlakukan sesuai dengan kelalaianmu. Tindakan jahatmu itu tidak dilakukan oleh ibu atau ayah, saudara lelaki, saudara perempuan, teman atau pendamping, tidak juga oleh sanak saudara, para dewa, para petapa atau brahmana. Tetapi engkau sendirilah yang telah melakukan tindakan jahat itu, dan engkau akan harus mengalami buahnya."
Para bhikkhu, setelah Raja Yama bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya demikian sehubungan dengan utusan agung kedua, sekali lagi beliau bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya tentang utusan agung ketiga, dengan mengatakan: "Tidakkah engkau pernah melihat, sahabat, utusan agung ketiga yang muncul di antara umat manusia?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melihatnya."
"Tetapi, sahabat, tidakkah engkau pernah melihat seorang wanita atau pria, sesudah dua atau tiga hari meninggal, yang mayatnya bengkak, pucat dan membusuk?"
"Ya, Tuan, saya telah melihatnya."
"Kalau demikian, sahabat, tidakkah pernah muncul di pikiranmu, sebagai orang dewasa yang pandai, 'Aku juga akan terkena kematian dan tak dapat lolos darinya. Biarlah sekarang kulakukan tindakan-tindakan yang luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran'?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melakukannya. Saya lalai."
"Karena lalai, sahabat, engkau telah gagal melakukan tindakan­-tindakan luhur lewat tubuh, ucapan dan pikiran. Maka engkau akan diperlakukan sesuai dengan kelalaianmu. Tindakan jahatmu itu tidak dilakukan oleh ibu atau ayah, saudara lelaki, saudara perempuan, teman atau pendamping, tidak juga oleh sanak saudara, para dewa, para petapa atau brahmana. Tetapi engkau sendirilah yang telah melakukan tindakan jahat itu, dan engkau akan harus mengalami buahnya."
Kemudian setelah bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya mengenai utusan agung ketiga, Raja Yama pun diam.
Setelah itu, para penjaga neraka menjatuhkan berbagai jenis siksaan kepadanya, yang menyebabkan dia menderita rasa sakit yang menusuk, parah, tajam, dan menyedihkan. Walaupun demikian, dia tidak mati sampai tindakan jahatnya itu telah habis. 18                (111,35)
26.Tiga Utusan Agung
Petikan Anguttara Nikaya 1
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 15 August 2007, 12:24:40 AM
nah hayoo.. kata siapa di neraka gak ada raja dan rakyat..? lalu raja yama dan karyawannya itu siapa lho..?? ini sesuai sutta theravada nih...  :D
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 15 August 2007, 12:27:43 AM
terus kenapa kalo di neraka ada raja, ada gubernur, ada kades, dll....
terus kenapa juga kalo tertulis di sutta?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 15 August 2007, 12:38:49 AM
Quote from: Dharmakara on 15 August 2007, 12:23:35 AM
tentang neraka dan raja yama menurut sutta :(Petikan Anguttara Nikaya 1)

Ada tiga utusan agung,17 para bhikkhu. Apakah yang tiga itu?
Ada orang yang memiliki perilaku buruk lewat tubuh, ucapan, dan pikiran. Karena memiliki perilaku buruk seperti itu, pada saat tubuhnya hancur, setelah kematian, dia terlahir lagi di alam penderitaan, di tempat yang buruk, di alam yang rendah, di neraka. Di sana penjaga neraka menarik kedua tangannya dan menyeretnya ke hadapan Yama, Raja Kematian, sambil berkata: "Tuanku, orang ini tidak memiliki rasa hormat terhadap ayah dan ibunya, tidak juga terhadap para petapa dan brahmana, tidak juga dia menghargai mereka yang lebih tua di keluarga. Semoga Tuanku menjatuhkan hukuman yang sesuai kepadanya!"
Kemudian, para bhikkhu, Raja Yama bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya mengenai utusan agung pertama: "Apakah engkau tidak pernah melihat, sahabat, utusan agung pertama yang muncul di antara umat manusia?"
Dan dia menjawab: "Tidak, Tuan, saya tidak melihatnya."
Kemudian Raja Yama berkata: "Tetapi, sahabat, tidakkah engkau pernah melihat wanita atau pria, yang berusia delapan puluh, sembilan puluh, atau seratus tahun, yang rapuh, bungkuk bagaikan siku atap, melengkung, bersandar pada tongkat, berjalan tertatih-tatih, sakit-sakitan, karena masa muda dan kekuatannya telah lenyap, giginya ompong, rambutnya kelabu dan jarang atau gundul, kulitnya berkeriput, dan kaki tangannya bengkak?"
Dan dia menjawab: "Ya, Tuan, saya telah melihat itu."
Kemudian Raja Yama berkata kepadanya: "Sahabat, tidakkah pernah muncul di pikiranmu, sebagai orang dewasa yang pandai, 'Aku juga akan terkena usia tua dan tidak dapat lolos darinya. Biarlah sekarang kulakukan tindakan-tindakan yang luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran'?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melakukannya. Saya lalai."
Kemudian Raja Yama berkata: "Karena lalai, sahabat, engkau telah gagal melakukan tindakan-tindakan luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran. Maka engkau akan diperlakukan sesuai dengan kelalaianmu. Tindakan jahatmu itu tidak dilakukan oleh ibu atau ayah, saudara lelaki, saudara perempuan, teman atau pendamping, tidak juga oleh sanak saudara, para dewa, para petapa atau brahmana. Tetapi engkau sendirilah yang telah melakukan tindakan jahat itu, dan engkau harus mengalami buahnya."
Para bhikkhu, setelah Raja Yama bertanya, memeriksa dan berkata kepadanya demikian mengenai utusan agung pertama, sekali lagi beliau bertanya, memeriksa dan berkata kepada laki­-laki itu tentang utusan kedua, dengan mengatakan: "Tidakkah pernah terpikirkan olehmu, sahabat, utusan agung kedua yang muncul di antara umat manusia?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melihatnya."
"Tetapi sahabat, tidakkah engkau pernah melihat seorang wanita atau pria yang sakit, dan dalam kesakitan, dia terbaring di atas kotorannya sendiri dan harus diangkat oleh seseorang dan dibaringkan oleh orang lain?"
"Ya, Tuan, saya telah melihat itu."
"Sahabat, tidakkah pernah terpikir olehmu, sebagai orang dewasa yang pandai, 'Aku juga akan terkena penyakit dan tidak dapat lolos darinya. Biarlah sekarang kulakukan tindakan­-tindakan yang luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran'?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melakukannya. Saya lalai."
"Karena lalai, sahabat, engkau telah gagal melakukan tindakan­-tindakan luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran. Maka engkau akan diperlakukan sesuai dengan kelalaianmu. Tindakan jahatmu itu tidak dilakukan oleh ibu atau ayah, saudara lelaki, saudara perempuan, teman atau pendamping, tidak juga oleh sanak saudara, para dewa, para petapa atau brahmana. Tetapi engkau sendirilah yang telah melakukan tindakan jahat itu, dan engkau akan harus mengalami buahnya."
Para bhikkhu, setelah Raja Yama bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya demikian sehubungan dengan utusan agung kedua, sekali lagi beliau bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya tentang utusan agung ketiga, dengan mengatakan: "Tidakkah engkau pernah melihat, sahabat, utusan agung ketiga yang muncul di antara umat manusia?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melihatnya."
"Tetapi, sahabat, tidakkah engkau pernah melihat seorang wanita atau pria, sesudah dua atau tiga hari meninggal, yang mayatnya bengkak, pucat dan membusuk?"
"Ya, Tuan, saya telah melihatnya."
"Kalau demikian, sahabat, tidakkah pernah muncul di pikiranmu, sebagai orang dewasa yang pandai, 'Aku juga akan terkena kematian dan tak dapat lolos darinya. Biarlah sekarang kulakukan tindakan-tindakan yang luhur lewat tubuh, ucapan, dan pikiran'?"
"Tidak, Tuan, saya tidak melakukannya. Saya lalai."
"Karena lalai, sahabat, engkau telah gagal melakukan tindakan­-tindakan luhur lewat tubuh, ucapan dan pikiran. Maka engkau akan diperlakukan sesuai dengan kelalaianmu. Tindakan jahatmu itu tidak dilakukan oleh ibu atau ayah, saudara lelaki, saudara perempuan, teman atau pendamping, tidak juga oleh sanak saudara, para dewa, para petapa atau brahmana. Tetapi engkau sendirilah yang telah melakukan tindakan jahat itu, dan engkau akan harus mengalami buahnya."
Kemudian setelah bertanya, memeriksa dan berbicara kepadanya mengenai utusan agung ketiga, Raja Yama pun diam.
Setelah itu, para penjaga neraka menjatuhkan berbagai jenis siksaan kepadanya, yang menyebabkan dia menderita rasa sakit yang menusuk, parah, tajam, dan menyedihkan. Walaupun demikian, dia tidak mati sampai tindakan jahatnya itu telah habis. 18                (111,35)
26.Tiga Utusan Agung
Petikan Anguttara Nikaya 1
bagian keberapa? biar gw Ehipassiko sendiri...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 15 August 2007, 01:05:53 AM
 [at] 7th..
tidak ada apa-apa sih.. apakah kamu beriman akan adanya neraka?
[at] el sol
silahkan, baca anguttara nikaya..  ;) logis tidak? berimankah kamu tentang neraka? 
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 15 August 2007, 01:07:16 AM
gw mao cek di website yg trustworthy...itu Anguttara Nikaya ayat keberapa?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 15 August 2007, 01:28:47 AM
Quote[at] 7th..
tidak ada apa-apa sih.. apakah kamu beriman akan adanya neraka?

tidak...

gw ga kan pernah beriman pada sesuatupun, percaya it's ok...
jika saya harus percaya maka saya harus membuktikan sendiri...  :)

but apakah manusia baru bisa berbuat baik kalo diancam dengan neraka? grow up dude, bukan anak kecil yang harus dididik pake ancaman lagi...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 15 August 2007, 05:47:23 AM
Quote from: El Sol on 15 August 2007, 01:07:16 AM
gw mao cek di website yg trustworthy...itu Anguttara Nikaya ayat keberapa?

Anguttara Nikaya, Book of three no. 26
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=738

english translationnya belum dapat. di accesstoinsight.org juga nga ketemu.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 15 August 2007, 02:13:33 PM
Quote from: Sumedho on 15 August 2007, 05:47:23 AM
Quote from: El Sol on 15 August 2007, 01:07:16 AM
gw mao cek di website yg trustworthy...itu Anguttara Nikaya ayat keberapa?

Anguttara Nikaya, Book of three no. 26
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=738

english translationnya belum dapat. di accesstoinsight.org juga nga ketemu.
thx ko Sumedho...kalo gitu apakah raja Yama itu ada di neraka? waktu itu saya denger ceramah Bhante Uttamo yg bilank kalo Neraka itu yg nyiksa adalah pikiran kita sendiri...mana yg bener neh...bingung gw...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 15 August 2007, 02:20:40 PM
Nga tahu juga tuh sol. Nanti yah tunggu saya sudah bisa mampir ke alam itu dulu.

Ada hal lain yg lebih urgent nih..... seeing Dukkha.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 15 August 2007, 02:24:23 PM
 [at] medho
bro medho kalo udah mampir ke sana, jangan lupa foto-foto yang banyak ya.. ;) terus share cerita-cerita disono donk..   ;D ;D ;D
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 15 August 2007, 02:30:10 PM
 [at] Sumedho
hehe..iyah..bener..

[at] Dharmakara
ok boss..emank bener kayakne di Neraka ada Yama dan watever..tapi kalo gw personal seh gk percaya..karena didalem sutta itu..terkesan kalo Dewa(yama) pnya kuasa atas manusia gitu..suka2 dia ajah hukum manusia...emanknya dia ada hak?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sukma Kemenyan on 15 August 2007, 02:40:27 PM
El Sol:
Emang ada yg berhak ?

Bijimana kalao dia cuma menjalankan Tugas ?
Bijimana kalao dia itu seperti layaknya Presiden ?
En... dia bukan berkuasa Terhadap Manusia...

Tapi terhadap bawahan dia yg nyempil di alam kekuasaan dia...
Dimana langit dijunjung... disitu bumi di pijak...  8)

Nah logh... pusink khan... ?
Kalao ga mao di kuasai Yama...
Ya jangan maen-maen ke alam dia...

Semudah en segampang itu solusinya...  :whistle: :whistle: :whistle:
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 15 August 2007, 03:38:08 PM
makanya elsol, beriman donk.. IMAN itu penting koq..

Puji Buddha, Dalam nama Buddha, habebuyah..   :)) :)) :))



Quote from: El Sol on 15 August 2007, 02:30:10 PM
[at] Dharmakara
ok boss..emank bener kayakne di Neraka ada Yama dan watever..tapi kalo gw personal seh gk percaya..karena didalem sutta itu..terkesan kalo Dewa(yama) pnya kuasa atas manusia gitu..suka2 dia ajah hukum manusia...emanknya dia ada hak?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 15 August 2007, 06:34:36 PM
Quotemakanya elsol, beriman donk.. IMAN itu penting koq..

Puji Buddha, Dalam nama Buddha, habebuyah.

gimana tawarannya Sol?

ada Yama ato ga, ada neraka ato ga, ya sebisa mungkin hindari perbuatan jahatlah... jangan kudu diancem pecut baru jalan, kaya hewan aja...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Upaseno on 15 August 2007, 09:05:02 PM
Quote from: Kemenyan on 09 August 2007, 11:36:55 PM
Adakah Neraka pada Buddhism ?
kalau ada...
  Siapa yg mengatur seorang Mahluk masuk neraka?
  Apa fungsi Dewa/Raja Yama ?
  Siapa Raja/Dewa Yama ?

Pengen masuk neraka yah?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 16 August 2007, 01:14:20 AM
Quote from: Kemenyan on 15 August 2007, 02:40:27 PM
El Sol:
Emang ada yg berhak ?

Bijimana kalao dia cuma menjalankan Tugas ?
Bijimana kalao dia itu seperti layaknya Presiden ?
En... dia bukan berkuasa Terhadap Manusia...

Tapi terhadap bawahan dia yg nyempil di alam kekuasaan dia...
Dimana langit dijunjung... disitu bumi di pijak...  8)

Nah logh... pusink khan... ?
Kalao ga mao di kuasai Yama...
Ya jangan maen-maen ke alam dia...

Semudah en segampang itu solusinya...  :whistle: :whistle: :whistle:
yg pnya HAK PALING TINGGI ATAS HUKUMAN TERHADAP SUATU MAKHLUK ADALAH KAMMA MAKHLUK ITU SENDIRI...

apakah menurut loe para Algojo tidak menerima kamma buruk karena membunuh? Dalam Dhamma pembunuhan dalam jenis apapun akan menghasilkan kamma buruk, yg bedain cuma besar kecil kamma buruknya...

kalo loe percaya Yama penguasa alam Neraka..
bukankah Yama sendiri akan medapatkan Kamma buruk karena menyiksa makhluk lain? bukankah sang Buddha mengajarkan kita agar mencintai seluruh makhluk? yg idup..yg mati..yg suci..yg tidak suci...lalu apa Hak Yama suka2 dia hukum orang?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 16 August 2007, 01:15:15 AM
Quote from: Dharmakara on 15 August 2007, 03:38:08 PM
makanya elsol, beriman donk.. IMAN itu penting koq..

Puji Buddha, Dalam nama Buddha, habebuyah..   :)) :)) :))



Quote from: El Sol on 15 August 2007, 02:30:10 PM
[at] Dharmakara
ok boss..emank bener kayakne di Neraka ada Yama dan watever..tapi kalo gw personal seh gk percaya..karena didalem sutta itu..terkesan kalo Dewa(yama) pnya kuasa atas manusia gitu..suka2 dia ajah hukum manusia...emanknya dia ada hak?
Iman itu cuma buat orang2 yg lemah karena tidak bisa berpikir logika..

Kepercayaan gw itu cuma Logika dan pembuktian...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 16 August 2007, 01:17:13 AM
Quote from: 7th on 15 August 2007, 06:34:36 PM
Quotemakanya elsol, beriman donk.. IMAN itu penting koq..

Puji Buddha, Dalam nama Buddha, habebuyah.

gimana tawarannya Sol?

ada Yama ato ga, ada neraka ato ga, ya sebisa mungkin hindari perbuatan jahatlah... jangan kudu diancem pecut baru jalan, kaya hewan aja...
idih iman...gw lebih milih Ipod..

lah..emankne gw bakal masuk Neraka...impossible..selama gw idup sampe skarang..belum pernah gw meyakiti Buddha, belum pernah bunuh orang, belum pernah bunuh ortu...keidupan gw mah tenang..biarpun Kamma burukne gede juga palenk jadi Ashura..mwahahhaha
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 16 August 2007, 01:37:19 AM
wah ini namanya men-TUHAN-kan diri sendiri.. merasa diri sendiri paling berkuasa di dunia ...
Quote from: El Sol on 16 August 2007, 01:14:20 AM
yg pnya HAK PALING TINGGI ATAS HUKUMAN TERHADAP SUATU MAKHLUK ADALAH KAMMA MAKHLUK ITU SENDIRI...
lah raja yama kan adil dan baik hati, dia menghukum orang yang salah dan membebaskan yang benar.. ? apa ini juga tidak sesuai dengan hukum kamma?

misalnya el sol  hari ini merampok bank bca, lalu tiba-tiba ditangkap polisi, apakah polisinya bikin kamma buruk?
bukankah peristiwa elsol ditangkap polisi ini juga merupakan kamma kan?

misalnya elsol suka berbuat jahat di kehidupan ini lalu di neraka ditangkap oleh raja yama dan diadili, apakah raja yama bikin kamma buruk? peristiwa elsol ditangkap raja yama ini juga merupakan kamma kan?

Quote from: El Sol on 16 August 2007, 01:14:20 AM
apakah menurut loe para Algojo tidak menerima kamma buruk karena membunuh? Dalam Dhamma pembunuhan dalam jenis apapun akan menghasilkan kamma buruk, yg bedain cuma besar kecil kamma buruknya...

kalo loe percaya Yama penguasa alam Neraka..
bukankah Yama sendiri akan medapatkan Kamma buruk karena menyiksa makhluk lain? bukankah sang Buddha mengajarkan kita agar mencintai seluruh makhluk? yg idup..yg mati..yg suci..yg tidak suci...lalu apa Hak Yama suka2 dia hukum orang?

Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 16 August 2007, 01:41:09 AM
Quotelah..emankne gw bakal masuk Neraka...impossible..selama gw idup sampe skarang..belum pernah gw meyakiti Buddha, belum pernah bunuh orang, belum pernah bunuh ortu...keidupan gw mah tenang..biarpun Kamma burukne gede juga palenk jadi Ashura..mwahahhaha

itu syarat lahir di neraka avici doank Sol... konon di atasnya maseh banyak tingkatan, n ga perlu sampe pelanggaran berat uda bisa masuk... detilnya anyone can share?  ^:)^
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 16 August 2007, 01:44:04 AM
Quotewah ini namanya men-TUHAN-kan diri sendiri.. merasa diri sendiri paling berkuasa di dunia ...

Quoteyg pnya HAK PALING TINGGI ATAS HUKUMAN TERHADAP SUATU MAKHLUK ADALAH KAMMA MAKHLUK ITU SENDIRI...

nope... bukan mentuhankan diri, tepatnya : sadar segala perbuatan adalah tanggung jawab sendiri dan setiap perbuatan didasari keinginan sendiri... ga da 'kambing hitam' yang dipersalahkan atas tindak tanduk kita...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 16 August 2007, 01:58:51 AM
 [at] 7th
kesimpulan : jadi kalau gitu raja yama tidak bisa menghukum makhluk hidup? kisah tentang raja yama dan neraka itu bohong?  :o :o :o
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 16 August 2007, 02:25:01 AM
Quote from: Dharmakara on 16 August 2007, 01:37:19 AM
wah ini namanya men-TUHAN-kan diri sendiri.. merasa diri sendiri paling berkuasa di dunia ...
Quote from: El Sol on 16 August 2007, 01:14:20 AM
yg pnya HAK PALING TINGGI ATAS HUKUMAN TERHADAP SUATU MAKHLUK ADALAH KAMMA MAKHLUK ITU SENDIRI...
lah raja yama kan adil dan baik hati, dia menghukum orang yang salah dan membebaskan yang benar.. ? apa ini juga tidak sesuai dengan hukum kamma?

misalnya el sol  hari ini merampok bank bca, lalu tiba-tiba ditangkap polisi, apakah polisinya bikin kamma buruk?
bukankah peristiwa elsol ditangkap polisi ini juga merupakan kamma kan?

misalnya elsol suka berbuat jahat di kehidupan ini lalu di neraka ditangkap oleh raja yama dan diadili, apakah raja yama bikin kamma buruk? peristiwa elsol ditangkap raja yama ini juga merupakan kamma kan?

Quote from: El Sol on 16 August 2007, 01:14:20 AM
apakah menurut loe para Algojo tidak menerima kamma buruk karena membunuh? Dalam Dhamma pembunuhan dalam jenis apapun akan menghasilkan kamma buruk, yg bedain cuma besar kecil kamma buruknya...

kalo loe percaya Yama penguasa alam Neraka..
bukankah Yama sendiri akan medapatkan Kamma buruk karena menyiksa makhluk lain? bukankah sang Buddha mengajarkan kita agar mencintai seluruh makhluk? yg idup..yg mati..yg suci..yg tidak suci...lalu apa Hak Yama suka2 dia hukum orang?

loe ngerti cara jalan Kamma gk seh...loe kira kamma baek dan buruk itu terpisah? emankne kayak teori Karesten membeda2kan yg baek dan buruk?

Kamma itu kayak gini loh..

gw rampok bank...hasilnya adalah gw membuat 'sebab' merampok yg 'akibat'nya adalah ditangkep polisi..nah Polisi yg menangkep membuat 'sebab' menangkep sehingga 'akibat' dia bakal ditangkep juga kalo dia ngerampok...ato mungkin ada orang yg balas dendam ke polisi yg nangkep..itu hukum sebab akibat..sebenarnya gk ada yg namane Kamma buruk dan Kamma baek, penggunaan perkataan kamma buruk dan baek itu biar gampang ngerti..biar bisa di classified...

sedangkan Yama yg loe banggain itu...kalo emank dia bener2 ada dineraka siksa orang..maka seharusnya(menurut Dhamma) dia akan diadili dan disiksa juga..suatu hari nanti...nah pertanyaan gw...

1.Dewa ato apapun juga...selama dia masih belum menjadi seorang Buddha..akan terlahir kembali..Yama watever yg loe junjung tinggi..suatu hari bakal mate juga..nah, pada masa itu apakah Yama mengkontrol Neraka? bukankah orang2 bakal bilank sang Buddha berbohong kalo Yama ada di neraka? apakah menurut loe sang Buddha sebodoh itu?

menurut gw..kemungkinan besar di Tipitaka(bagian raja Yama ada dineraka) itu karangan orang...bukan benar2 disabdakan sang Buddha...<--perkiraan gw ajah..
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 16 August 2007, 02:28:09 AM
Quote from: Dharmakara on 16 August 2007, 01:58:51 AM
[at] 7th
kesimpulan : jadi kalau gitu raja yama tidak bisa menghukum makhluk hidup? kisah tentang raja yama dan neraka itu bohong?  :o :o :o
Buddhist2 disini (kecuali gw) ngikutin ajaran sang Buddha yg utama..yakni mencari jalan mengakhiri Dukkha..selama dia orang belum ke Neraka dia orang gk bakal pasti 100% kalo neraka itu ada...emankne kayak loe..pake iman..idih agama Bajai...hahaha...Buddhist2 disini(termasuk gw) kebanyakan bakal Ehipassiko dulu... ;D CMIIW
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 16 August 2007, 02:30:54 AM
Quote from: 7th on 16 August 2007, 01:41:09 AM
Quotelah..emankne gw bakal masuk Neraka...impossible..selama gw idup sampe skarang..belum pernah gw meyakiti Buddha, belum pernah bunuh orang, belum pernah bunuh ortu...keidupan gw mah tenang..biarpun Kamma burukne gede juga palenk jadi Ashura..mwahahhaha

itu syarat lahir di neraka avici doank Sol... konon di atasnya maseh banyak tingkatan, n ga perlu sampe pelanggaran berat uda bisa masuk... detilnya anyone can share?  ^:)^
pokokne it's impossible bagi gw terlahir dineraka...lah nyumpahin gw loe...   ;D

alam paling rendah gw nantinya cuma alam Manusia...mwahahah gw dah planning...suap raja Yamanya Dharmakara pake uang mati...emankne dewa bisa disuap? wong belum Nibbana..masi ada Nafsu..kenapa gk?  ;D ;D



Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 19 August 2007, 02:18:10 PM
Quote[at] 7th
kesimpulan : jadi kalau gitu raja yama tidak bisa menghukum makhluk hidup? kisah tentang raja yama dan neraka itu bohong?

ga bisa lah... Yama cuma dongeng... iya neraka juga boong"an, buat nakut"in orang doank...
nah kalo udah tau boong, so? masih mau berbuat baek?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 20 August 2007, 12:48:35 PM
Quote from: 7th on 19 August 2007, 02:18:10 PM
Quote[at] 7th
kesimpulan : jadi kalau gitu raja yama tidak bisa menghukum makhluk hidup? kisah tentang raja yama dan neraka itu bohong?

ga bisa lah... Yama cuma dongeng... iya neraka juga boong"an, buat nakut"in orang doank...
nah kalo udah tau boong, so? masih mau berbuat baek?
sangat membingungkan ..  lha kalau begitu dari mana konsep neraka ?  mohon pencerahannya  ^:)^
sebagai catatan: konsep neraka dan raja yama diakui di 3 aliran budhisme: theravada, mahayana, dan vajrayana, nah kalau sekarang ada yang bilang neraka ini adalah bohongan .. bisa dijelaskan tidak , letak kebohongannya dimana?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 20 August 2007, 02:27:12 PM
hehehe.. el sol,  gimana nih caranya suap raja yama? sharing caranya dong.. hehehe..  ;D ;D ;D .. kalo pergi ke alam ashura itu konon kabarnya juga raja yama yang ngatur lho, jadi gimana nih mestinya? mohon pencerahannya  ^:)^

Quote from: El Sol on 16 August 2007, 02:30:54 AM
Quote from: 7th on 16 August 2007, 01:41:09 AM
Quotelah..emankne gw bakal masuk Neraka...impossible..selama gw idup sampe skarang..belum pernah gw meyakiti Buddha, belum pernah bunuh orang, belum pernah bunuh ortu...keidupan gw mah tenang..biarpun Kamma burukne gede juga palenk jadi Ashura..mwahahhaha



itu syarat lahir di neraka avici doank Sol... konon di atasnya maseh banyak tingkatan, n ga perlu sampe pelanggaran berat uda bisa masuk... detilnya anyone can share?  ^:)^
pokokne it's impossible bagi gw terlahir dineraka...lah nyumpahin gw loe...   ;D

alam paling rendah gw nantinya cuma alam Manusia...mwahahah gw dah planning...suap raja Yamanya Dharmakara pake uang mati...emankne dewa bisa disuap? wong belum Nibbana..masi ada Nafsu..kenapa gk?  ;D ;D




Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 20 August 2007, 02:36:21 PM
Quotesangat membingungkan ..  lha kalau begitu dari mana konsep neraka ?  mohon pencerahannya   
sebagai catatan: konsep neraka dan raja yama diakui di 3 aliran budhisme: theravada, mahayana, dan vajrayana, nah kalau sekarang ada yang bilang neraka ini adalah bohongan .. bisa dijelaskan tidak , letak kebohongannya dimana?

bingung? imannya kemana Kara?
kalo jelas" tertulis di Sutta Yama itu ada, but begitu gw yang buddhis newbie manusia biasa bilang boong kok malah jadi bingung?  ;)

Quotehehehe.. el sol,  gimana nih caranya suap raja yama? sharing caranya dong.. hehehe..     .. kalo pergi ke alam ashura itu konon kabarnya juga raja yama yang ngatur lho, jadi gimana nih mestinya? mohon pencerahannya 

KONON raja Yama yang ngatur, KONON juga seorang raja biasanya doyan upeti... Gampang... But sekarang belum di neraka, ngapaen dipikirin, mending cari cara supaya ga perlu nyuap si Yama... supaya ga perlu bayar utang ya jangan berhutang...  :)
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 20 August 2007, 02:46:20 PM
 [at] 7th
tampaknya anda sudah berubah jadi penganut budhist beriman ya..   ^-^
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 20 August 2007, 02:59:19 PM
oh ya? dimana ya Bang?
lagi" salah nangkep omongan orang, pola pikir kita beda ya Bang... #-o susah konek neh...

kalo beriman gw ga kan bilang neraka itu boong, n gw pasti backup semua opini loe disini...  ;D
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 20 August 2007, 07:08:02 PM
Quote from: Muten Roshi on 20 August 2007, 02:27:12 PM
hehehe.. el sol,  gimana nih caranya suap raja yama? sharing caranya dong.. hehehe..  ;D ;D ;D .. kalo pergi ke alam ashura itu konon kabarnya juga raja yama yang ngatur lho, jadi gimana nih mestinya? mohon pencerahannya  ^:)^

Quote from: El Sol on 16 August 2007, 02:30:54 AM
Quote from: 7th on 16 August 2007, 01:41:09 AM
Quotelah..emankne gw bakal masuk Neraka...impossible..selama gw idup sampe skarang..belum pernah gw meyakiti Buddha, belum pernah bunuh orang, belum pernah bunuh ortu...keidupan gw mah tenang..biarpun Kamma burukne gede juga palenk jadi Ashura..mwahahhaha



itu syarat lahir di neraka avici doank Sol... konon di atasnya maseh banyak tingkatan, n ga perlu sampe pelanggaran berat uda bisa masuk... detilnya anyone can share?  ^:)^
pokokne it's impossible bagi gw terlahir dineraka...lah nyumpahin gw loe...   ;D

alam paling rendah gw nantinya cuma alam Manusia...mwahahah gw dah planning...suap raja Yamanya Dharmakara pake uang mati...emankne dewa bisa disuap? wong belum Nibbana..masi ada Nafsu..kenapa gk?  ;D ;D




lah loe khan tipe yg beriman..yg percaya kalo raja yama watever itu ada di Neraka..jagain Neraka..seharusnye loe nanya diri loe sendiri "kalo raja yama dineraka, bukankah dia bisa disuap? "

kalo gw seh gk percaya kalo dineraka ada raja Yama...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 21 August 2007, 11:57:12 AM
 kalau gue sih percaya raja yama itu baik hati dan adil, gak terima segala macam suap-menyuap.  ;D ;D ;D . raja yama kan Bodhisattva, dia udah tidak tertarik dengan urusan suap-menyuap beginian... 

^:)^ ^:)^ ^:)^ sembah sujud pada raja yama
Haleluyah, puji raja yama...  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Quote from: El Sol on 20 August 2007, 07:08:02 PM
lah loe khan tipe yg beriman..yg percaya kalo raja yama watever itu ada di Neraka..jagain Neraka..seharusnye loe nanya diri loe sendiri "kalo raja yama dineraka, bukankah dia bisa disuap? "

kalo gw seh gk percaya kalo dineraka ada raja Yama...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 21 August 2007, 12:04:34 PM
Quotekalau gue sih percaya raja yama itu baik hati dan adil, gak terima segala macam suap-menyuap.     . raja yama kan Bodhisattva, dia udah tidak tertarik dengan urusan suap-menyuap beginian...

suttanya donk...  :-?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 21 August 2007, 02:31:29 PM
 [at] 7th
tentang Raja Yama, bisa dibaca di Sutra Ksitigarbha, entah bab ke berapa lupa
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 21 August 2007, 02:52:12 PM
Ditulis dia adalah Bhodisattva?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 21 August 2007, 03:12:30 PM
Quote from: Muten Roshi on 21 August 2007, 11:57:12 AM
kalau gue sih percaya raja yama itu baik hati dan adil, gak terima segala macam suap-menyuap.  ;D ;D ;D . raja yama kan Bodhisattva, dia udah tidak tertarik dengan urusan suap-menyuap beginian... 

^:)^ ^:)^ ^:)^ sembah sujud pada raja yama
Haleluyah, puji raja yama...  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Quote from: El Sol on 20 August 2007, 07:08:02 PM
lah loe khan tipe yg beriman..yg percaya kalo raja yama watever itu ada di Neraka..jagain Neraka..seharusnye loe nanya diri loe sendiri "kalo raja yama dineraka, bukankah dia bisa disuap? "

kalo gw seh gk percaya kalo dineraka ada raja Yama...
HEBAT!!! TEORI ANDA SUNGGUH HEBAT...BODDHISATVA DINERAKA BUKANNYA NOLONG ORANG TAPI SIKSA ORANG...BENAR2 HEBAT...dodol...Raja Yama itu possibilitynya tetep Dewa...gk mungkin Bodhisatva...<--gw gk percaya adanya raja Yama di neraka..
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 21 August 2007, 04:04:28 PM
Quote from: 7th on 21 August 2007, 02:52:12 PM
Ditulis dia adalah Bhodisattva?
iya bener ditulis raja yama adalah bodhisattva.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 21 August 2007, 04:15:58 PM
Gw setuju pendapat El Sol, Boddhisattva kok nyiksa...
KALO MEMANG tertulis di sutta, ya sudah... Inget lagi Kalama Sutta... Sampe gw liat sendiri ada Bodhisattva bernama Yama yang nyiksa penghuni neraka  ;D
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 21 August 2007, 04:24:25 PM
Tunggu dulu, antara sutta dan sutra terkadang tidak bisa digabungkan, karena ada sudut pandang yang berbeda.

[at] 7th: jgn posting dulu tuh. udah dapet angka keramat (777)
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 21 August 2007, 04:31:10 PM
Oh iya Sutra yah... Kebacanya Sutta... Mank bedanya apa Suhu?

Akh! Telat ngasi taunya... keburu 779... bisa dikurangin ga? yang gw set 777 aja donk Suhu...  :D
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: markosprawira on 21 August 2007, 04:52:45 PM
persamaannya bisa dibaca di :
http://www.dhammacitta.org/forum/index.php/topic,178.0.html

jadi kalo yang laen beda, yah jangan heran  ;D
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kelana on 21 August 2007, 05:42:31 PM
Quote from: Kemenyan on 09 August 2007, 11:36:55 PM
Adakah Neraka pada Buddhism ?

Ada dan tergantung bagaimana kita mendefinisikannya.

Salah satu gambaran neraka adalah adanya api. Sifat api adalah panas dan membakar.
"Apabila orang bodoh melakukan kejahatan, ia tak mengerti akan akibat perbuatannya. Orang bodoh akan tersiksa oleh perbuatannya sendiri, seperti orang yang terbakar oleh api."(Dhammapada 136)

Ketika kita dendam, marah, melakukan kesalahan, yang tidak ingin diketahui, wajah kita menjadi merah, jantung berdetak kencang, terasa panas dan keluar keringat. Inilah rasa panas. Jika kita perbandingkan mana yang paling panas dan mengakibatkan dampak yang parah antara api biasa dengan api dendam, jelas api dendam , karena ia bisa membakar diri sendiri dan orang lain, materi dan non materi.
Dari sini, kita bisa mengatakan mana yang benar-benar neraka, apakah sebagai alam atau sebagai kondisi batin yang terbakar. Ketika kita mengetahui bahwa kondisi batin yang terbakar adalah neraka yang sesungguhnya, maka untuk apa memperdulikan neraka yang lainnya?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 21 August 2007, 05:55:03 PM
Oh, berarti sutta for Thera, sutra for Mahay yah? baru tau...  ::)

Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 21 August 2007, 07:56:31 PM
Quote from: 7th on 21 August 2007, 05:55:03 PM
Oh, berarti sutta for Thera, sutra for Mahay yah? baru tau...  ::)


Sutta(pali)
Sutra(sansekerta)

sebenarne gk beda...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 21 August 2007, 08:23:58 PM
yah stereotype aja. Karena Theravada pake Tipitaka (Pali) dan Mahayan pake Tripitaka (Sansekerta) yah, kalo sebut sutta ato sutra jadi mengarah kesana.

Arti kata sutta-sutra sebenarnya sama
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: ryu on 21 August 2007, 09:27:07 PM
Sutra bahasa indo nya kond**. He he he.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 21 August 2007, 10:31:32 PM
Wah Ryu isi otaknya kok karet aja seh...

Ah sama toh... Kirain beda makanya bingung pas Suhu bilang sudut pandangnya berbeda...  ::)

Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 22 August 2007, 01:47:32 AM
Back to Topic...pokokne di neraka itu gk ada yg namane Yama..dan si Muten Roshi adalah seorang Karesten, ato mungkin dari aliran Maitreya ato TBS palenk..
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 22 August 2007, 06:33:42 AM
 [at] elsol:
Maksa >:D
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: ryu on 22 August 2007, 06:48:30 AM
Mungkin ini bisa di carikan suhu sumedho, tentang deva yama : devaduta sutta, uparipann
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 22 August 2007, 09:06:32 AM
atas permintaan sensei ryu,

QuoteMAJJHIMA NIKAAYA III

II. 3. 5. Maagandiyasutta.m

III. 3. 10. Devaduutasutta.m
(130)-The Heavenly Messengers.

I heard thus.

At one time the Blessed One was living in the monastery offered by Anaathapindika in Jeta's grove in Saavatthi. The Blessed One addressed the bhikkhus from there. 'Bhikkhus, like a man standing between two houses with doors standing adjacently would see people entering, leaving, wandering and roaming in the two houses.Likewise I see with my heavenly eye purified beyond human, beings disappearing and appearing, unexalted and exalted, beautiful and ugly, in heaven and in hell. I see beings according their actions: These good beings conducting well by body, speech and mind, not blaming noble ones, developping right view, bearing the right view of actions, at the break up of the body, after death, go to increase, are born in heavenThese good beings conducting well by body, speech and mind, not blaming noble ones, developping right view, bearing the right view of actions, at the break up of the body, after death, are born with humans. These good beings mis -conducting by body, speech and mind, blaming noble ones, developping wrong view, bearing the wrong view of actions, at the break up of the body, after death,.

are born in the sphere of ghosts These good beings misconducting by body, speech and mind, blaming noble ones, developping wrong view, bearing the wrong view of actions, at the break up of the body, after death, are born with animals.These good beings misconducting by body, speech and mind, blaming noble ones, developping wrong view, bearing the wrong view of actions, at the break up of the body, after death, decrease, and are born in hell.

Bhikkhus, the warders of hell take him by his hands and feet and show him to the king of the under world 'Lord, this man is unfriendly, not uniting, not chaste, does not honour the elders in the family, mete him the suitable punishment.

The king of the under world cross questions, asks for reasons and studies together with him thus. 'Good man did you not see the first divine messenger among humans?' He says 'Sir I did not see.' Then the king of the under world would ask him. 'Good man didn't you see a todler who stands and lies with difficulty, mingled in his own urine and excreta while lying?' Then he says, 'Sir, I saw.'The king of the under world asks him. 'Goodman, being a wise aged one, didn't it occur to you, I have not gone beyond birth, now I will do some good by body, words and mind?' He would say, 'Sir, I could not do.owing to negligence' The king of the under world says. 'Good one, owing to negligence you acted in that manner. This evil action was not done by your, mother, father, brother, sister, friends, co -associates or blood relations. It was not done by recluses, brahmins or gods, it was done by you and you will experience its results

Bhikkhus, the king of the under word having finished cross questioning, asking for reasons and studying together about the first divine messenger asks him'Good man did you not see the second divine messenger among humans?' He says 'Sir I did not see.' Then the king of the under world would ask him. 'Good man didn't you see among humans a woman or man, eighty or ninety years old, decayed and bent like the frame work of a roof, going about supported on a stick, shivering, ill, the youth gone, with broken teeth, grey hair, spotted wrinkled skin?' Then he says, 'Sir, I saw.'The king of the under world asks him. 'Goodman, being a wise aged one, didn't it occur to you, I have not gone beyond decay, now I will do some good by body, words and mind?' He would say, 'Sir, I could not do.owing to negligence' The king of the under world says. 'Good one, owing to negligence you acted in that manner. This evil action was not done by your, mother, father, brother, sister, friends, co -associates or blood relations. It was not done by recluses, brahmins or gods, it was done by you and you will experience its results 

Bhikkhus, the king of the under word having finished cross questioning, asking for reasons and studying together about the second divine messenger asks him'Good man did you not see the third divine messenger among humans?' He says 'Sir I did not see.' Then the king of the under world would ask him. 'Good man didn't you see among humans a woman or man, gravely ill immersed in his own urine and excreta, raised by others and conducted by others?' Then he says, 'Sir, I saw.'The king of the under world asks him. 'Goodman, being a wise aged one, didn't it occur to you, I have not gone beyond illness, now I will do some good by body, words and mind?' He would say, 'Sir, I could not do.owing to negligence' The king of the under world says. 'Good one, owing to negligence you acted in that manner. This evil action was not done by your, mother, father, brother, sister, friends, co -associates or blood relations. It was not done by recluses, brahmins or gods, it was done by you and you will experience its results

Bhikkhus, the king of the under word having finished cross questioning, asking for reasons and studying together about the third divine messenger asks him'Good man did you not see the fourth divine messenger among humans?' He says 'Sir I did not see.' Then the king of the under world would ask him. 'Good man didn't you see among humansan offender taken hold by the king and given various kinds of torture caned and wipped, flogged with the jungle rope, flogged with the soiled stick, hands severed, legs severed, or both hands and legs severed, ears and nose severed, put in the boiling gruel pot, shell tonsured, put in Raahu's mouth, garlanded with the blazing garland, hands scorched, the bark dress given, put with snakes, put hooks in theflesh, cut pieces of flesh from the body, drive a spike from ear to ear, beat to make the body like straw, immerse in the boiling oil, give to the dogs to be eaten, raise on a spike alive until death, and cut the neck with the sword?'. Then he says, 'Sir, I saw.'The king of the under world asks him. 'Goodman, being a wise aged one, didn't it occur to you, the results for evil actions are here and now there is no other alternative. Now I will do some good by body, words and mind?' He would say, 'Sir, I could not do.owing to negligence' The king of the under world says. 'Good one, owing to negligence you acted in that manner. This evil action was not done by your, mother, father, brother, sister, friends, co -associates or blood relations. It was not done by recluses, brahmins or gods, it was done by you and you will experience its results

Bhikkhus, the king of the under word having finished cross questioning, asking for reasons and studying together about the fourth divine messenger asks him'Good man did you not see the fifth divine messenger among humans?' He says 'Sir I did not see.' Then the king of the under world would ask him. 'Good man didn't you see among humans a woman or man dead after one day, two days or three days, bloated and turned blue?' Then he says, 'Sir, I saw.'The king of the under world asks him. 'Goodman, being a wise aged one, didn't it occur to you, I too will be subject to death, I have not gone beyond it.Now I will do some good by body, words and mind?' He would say, 'Sir, I could not do.owing to negligence' The king of the under world says. 'Good one, owing to negligence you acted in that manner. This evil action was not done by your, mother, father, brother, sister, friends, co -associates or blood relations. It was not done by recluses, brahmins or gods, it was done by you and you will experience its results

Bhikkhus, the king of the under word having finished cross questioning, asking for reasons and studying together about the fifth divine messenger becomes silent. 

Then the warders of hell give him the fivefold binding. That is two hot iron spikes are sent through his two palms, and two other hot spikes are sent through his two feet and the fifth hot iron spike is sent through his chest. On account of this he experiences sharp piercing unpleasant feelings. Yet he does not die, until his demerit finishes. Next the warders of hell conduct him and hammer himOn account of this he experiences sharp piercing unpleasant feelings. Yet he does not die, until his demerit finishes. Next the warders of hell take him upside down and cut him with a knifeOn account of this too he experiences sharp piercing unpleasant feelings. Yet he does not die, until his demerit finishes. Next the warders of hell yoke him to a cart and make him go to and fro on a ground that is flaming and ablaze On account of this too he experiences sharp piercing unpleasant feelings. Yet he does not die, until his demerit finishes. Next the warders of hell make him ascend and descend a rock of burning ambers On account of this he experiences sharp piercing unpleasant feelings. Yet he does not die, until his demerit finishes. Next the warders of hell throw him upside down into a boiling, blazingpot of molten. Therehe is cooked in the molten scum, and he on his own accord dives in comes up and goes across in the molten pot.On account of this too he experiences sharp piercing unpleasant feelings. Yet he does not die, until his demerit finishes.Next the warders of hell throw him to the Great Hell. The square Great Hell has four gates and is divided in two,  Enclosed by iron walls, is closed with an iron lid.  The floor spreads for seven hundred miles, And it stands there everyday. 

A fire springs from the eastern wall of the Great Hell to scorch the western wall. A fire springs from the western wall to scorch the eastern wallA fire springs from the northern wall to scorch the southern wall. A fire springs from the southern wall to scorch the northern wall. A fire springs from the bottom to scorch the top and a fire springs from the top to scorch the bottom. There he experiences sharp piercing unpleasant feelings, yet he does not die until his demerit comes to an end.

Bhikkhus, after the lapse of a very long time, it happens that the eastern door of the Great Hell opens. Then he runs with great speed, in doing so he burns his outer skin, inner skin, flesh, nerves, andeven the bones smoke,even if he pulls himself out, it happens. When he had, had enough of it the door closesThere he experiences sharp piercing unpleasant feelings, yet he does not die until his demerit comes to an end.

Bhikkhus, after the lapse of a very long time, it happens that the western door of the Great Hell opens. Then he runs with great speed, in doing so he burns his outer skin, inner skin, flesh, nerves, andeven the bones smoke,even if he pulls himself out, it happens. When he had, had enough of it the door closesThere he experiences sharp piercing unpleasant feelings, yet he does not die until his demerit comes to an end.

Bhikkhus, after the lapse of a very long time, it happens that the eastern door of the Great Hell opens. Then he runs with great speed, in doing so he burns his outer skin, inner skin, flesh, nerves, andeven the bones smoke,even if he pulls himself out, it happens. He escapes through that door.

Parallel and together with the Great Hell is the Hell of Excreta he falls into that.In it there are needle mouthed living things, that pierce the outer skin,.then the inner skin, after that the flesh, the nerves and even the bones and they eat the bone marrowThere he experiences sharp piercing unpleasant feelings, yet he does not die until his demerit comes to an end.

Parallel and together with the Hell of Excretais the Hell where hot ashes rain, he falls into that.There he experiences sharp piercing unpleasant feelings, yet he does not die until his demerit comes to an end.

Parallel and together with the Hell where hot ashes rain, is the Simbali forest, more than seven miles tall, it has thorns sixteen inches long, aflame and blazing, he climbes on them and goes to and fro on them. There he experiences sharp piercing unpleasant feelings, yet he does not die until his demerit comes to an end.

Parallel and together with the Simbali forest, is a forest of swords. He enters that. The leaves that fall with the wind, cut his feet, hands, feet and hands, ears, nose, ears and nose. There he experiences sharp piercing unpleasant feelings, yet he does not die until his demerit comes to an end.

Parallel and together with the forest of swords is a huge salt water riverHe falls into that. In it he is carried up stream and down stream.There he experiences sharp piercing unpleasant feelings, yet he does not die until his demerit comes to an end.

Then the warders of hell pull him out with a hook and ask him. 'Good man, what do you desire?' He says, 'Sir, I'm hungry.' The warders of hell open his mouth with hot iron spikes and pour into his mouth burning, flaming iron balls. They burn his lips, mouth, throat, chest, the intestines, the lower intestines and they come out with the insides There he experiences sharp piercing unpleasant feelings, yet he does not die, until his demerit comes to an end.

Then the warders ask him. 'Good man, what do you desire?' He says, 'Sir, I'm thirsty.' The warders of hell open his mouth with hot iron spikes and pour into his mouth burning, flaming copper molten. They burn his lips, mouth, throat, chest, the intestines, the lower intestines and they come out with the insides. There he experiences sharp piercing unpleasant feelings, yet he does not die, until his demerit comes to an end. 

Then the warders of Hell put him back to the Great Hell. 

In the past to the king of the Under World it occurred thus. To those who do evil in the world, these various punishments are given. O! IfI gain humanity. O! If the Thus Gone One, perfect and rightfully enlightened is born in the world. O! I should associate that Blessed One. O! the Blessed One should teach me and I should know that Teaching.

Bhikkhus, I say this not hearing from another recluse or brahmin, this is what I have myself known and seen and so I say it.'

Then the Blessed One further said.

Those humans that are negligent, when blamed by the divine messengers
Are born in low births, there they grieve long
The appeased and worthy ones blamed by the divine messengers, 
Are not negligent in the noble Teaching any day.
They see fear in holding, birth, death and being
And release themselves without holding,destroying birth and death
They are the appeased and pleasant, the extinguished here and now
Gone beyond all fear and revenge, have gone beyond all unpleasantness.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 22 August 2007, 09:09:37 AM
disini juga ada nih
http://en.wikipedia.org/wiki/Yama_(Buddhism_and_Chinese_mythology)

QuoteYama was understood by Buddhists as a god of the dead, supervising the various Buddhist "hells". His exact role is vague in canonical texts, but is clearer in extra-canonical texts and popular beliefs, which are not always consistent with Buddhist philosophy.

In the Pali canon, the Buddha states that a person who has ill-treated their parents, ascetics, holy persons and elders is taken upon his death to Yama.[1] Yama then asks the ignoble person if he ever considered his own ill conduct in light of birth, aging, sickness, worldly retribution and death. In response to Yama's questions, such an ignoble person repeatedly answers that he failed to consider the kammic consequences of his reprehensible actions and as a result is sent to a brutal hell "so long as that evil action has not exhausted its result."[2]

In extra-canonical Pali texts, the great Theravāda scholar, Buddhaghosa, described Yama as a vimānapeta, a being in a mixed state, sometimes enjoying celestial comforts and at other times receiving the more unpleasant fruits of his kamma; however, as a king, his rule is considered just.[3]
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: markosprawira on 22 August 2007, 11:24:00 AM
waduh.. .cape bacanya deh....... :o
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 22 August 2007, 11:42:57 AM
:)), plus bahasa english lagi. soalnya kgk dapet yg bahasa indo nih....
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 22 August 2007, 01:55:39 PM
hahaha.. :)) :)) :)) gue cuma.. penganut budhist ber-IMAN..  :)) :)) :))
wkakakakakak.. hahaha...
bagaimana dengan anda elsol? udah siap ber-IMAN ??
udah baca sutta yang dikasih bro Medho?

Quote from: El Sol on 22 August 2007, 01:47:32 AM
Back to Topic...pokokne di neraka itu gk ada yg namane Yama..dan si Muten Roshi adalah seorang Karesten, ato mungkin dari aliran Maitreya ato TBS palenk..
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 22 August 2007, 02:05:47 PM
Dari buku Keyakinan Umat Buddha (What Buddhist Belief) karangan Y.M Sri Dhammananda...

Bab 1 - 5 :

Quote........... Ia tidak menginginkan pengikut dengan iman membuta; Ia menginginkan pengikut yang dapat berpikir dengan bebas dan bijaksana serta berjuang demi keselamatan sendiri....
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 22 August 2007, 02:14:45 PM
 [at] 7th,
jadi gimana nih caranya supaya melihat raja Yama? supaya gak jadi pengikut dengan iman membuta? mohon pencerahannya?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 22 August 2007, 02:24:10 PM
Kenapa loe pengen liat Yama?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 22 August 2007, 02:29:45 PM
 [at] 7th
lah, supaya tidak dianggap iman membuta, lebih enak kan ketemuan langsung ama Raja Yama, ngobrol-ngobrol sana-sini, tanya kesehatan Raja Yama, bawain Raja Yama oleh-oleh, siapa tau lar kalau udah lulus dari alam manusia bisa ditarik jadi pegawai administrasi di negerinya raja Yama ..  ;D betul tidak ? ini baru logis
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 22 August 2007, 02:36:59 PM
pengen ketemu juga udah iman membuta kan?  :)
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 22 August 2007, 02:41:03 PM
Quote from: Muten Roshi on 22 August 2007, 02:29:45 PM
[at] 7th
lah, supaya tidak dianggap iman membuta, lebih enak kan ketemuan langsung ama Raja Yama, ngobrol-ngobrol sana-sini, tanya kesehatan Raja Yama, bawain Raja Yama oleh-oleh, siapa tau lar kalau udah lulus dari alam manusia bisa ditarik jadi pegawai administrasi di negerinya raja Yama ..  ;D betul tidak ? ini baru logis
logisnya dmana? loe pernah ketemu Buddha? apakah loe percaya Buddha hanya karena iman? kalo kita seh beda..kalo kita percaya Buddha karena ajarannya yg masuk akal...skarang gw gk percaya Raja Yama ada dineraka karena gw lebih percaya kata2 sang Buddha di Sutta laen..dimana sang Buddha bilank kalo Dewa2 itu adanya di Surga dan bukannya di Neraka, dan juga setiap makhluk pewaris kammanya sendiri, maka tiada makhluk lain apapun yg berhak untuk mengadili/ menyiksa makhluk lain...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 22 August 2007, 03:02:53 PM
logis orang beda" Sol, ada yang bilang logis manusia dari monyet, ada yang bilang logis manusia dari dewa, ada yang bilang logis manusia dari tanah, dll.....  ;D
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 22 August 2007, 03:23:10 PM
yg palink logis itu yg ngikutin Science kale yak... :))
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 22 August 2007, 03:31:44 PM
 [at] elsol
siapa bilang ngikutin Science itu paling logis, coba lihat di thread sebelah,
http://www.dhammacitta.org/forum/index.php/topic,68.195.html
http://www.dhammacitta.org/forum/index.php/topic,106.0.html

banyak fakta yang membuktikan bahwa scientist itu mencla-mencle, tidak konsisten dengan penemuannya, saat menemukan sesuatu yang baru, lalu menyalahkan penemuan yang lama, sama sekali tidak logis, penemuan scientist tidak final, tidak menunjukkan kebenaran, penemuan scientist pun bersifat tebak-tebakan !!!
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 22 August 2007, 05:29:12 PM
 [at] Muten
iyah2 Science itu gk logis...mobil yg loe naikin juga itu gk logis...komputer yg loe lage pake juga sebenarnya ada iblisnya..trus...lagu2 yg bisa diputer tanpa CD itu sebenarnya Iblis lage nyanyi...

*cencored*
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 22 August 2007, 06:09:52 PM
 [at] el sol
*cencored* Buddha, *cencored*.. *cencored*, sebab Nibbana sudah dekat,
Namo Tassa Baghavate Arahate Samyak Sambuddhaya
*cencored* raja yama, *Cencored*, *Cencored*, raja yama akan datang ***** cencored *****  :)) :)) :))
*cencored*..  :)) :)) :))

admin's note:
cape juga ketik *Cencored* :))
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: ryu on 22 August 2007, 06:42:25 PM
Hush ingat kata2 suhu medho! Jgn menghina agama lain! Nanti kena sp2 lho.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 22 August 2007, 07:16:05 PM
iya nih, para mbah, sensei, guru, dsb. harap jangan menghina agama lain yah.  _/\_

Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 22 August 2007, 07:19:40 PM
 [at] medho..
:( kan gw.. memuji Sang Buddha.. koq kena sensor sih.. :(
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 22 August 2007, 07:21:55 PM
muji sih boleh, tapi stylenya pake tetangga punya, nanti dikira orang nyindir looh, maap yaah _/\_
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 22 August 2007, 07:23:45 PM
kasian Ko Sumedho harus Sensor gitu banyak...

Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: ryu on 22 August 2007, 08:49:46 PM
Wakakakak nah lho ape gw blg. Nanti kalo keterusan suhu medho jangan2 harus minta maaf pd 7 koran nasional.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 22 August 2007, 09:08:28 PM
Quote from: ryu on 22 August 2007, 08:49:46 PM
Wakakakak nah lho ape gw blg. Nanti kalo keterusan suhu medho jangan2 harus minta maaf pd 7 koran nasional.
semuane gara2 Muten Roshi...  :P ;D
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: ryu on 22 August 2007, 09:15:41 PM
Ya udah, gw jg sdg berusaha berubah hehehe (dah kena sp2 sih).
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: indavadi on 23 August 2007, 09:24:56 AM
 [at] Muten Roshi
Ntar kalo dah atur jadwal ketemuan ama Raja Yama tolong beritahu wo ok? biar bareng gitu hehehe,
Kok dibilang Muten membabi buta sich? lah kan diajarkan tuh Ehipassiko, jadi ada tidaknya itu harus dibuktikan secara langsung dong bener ga?
Ajaran Buddha bener? ah saya mah ga yakin tuh sebelum saya membuktikan, siapa yang bilang Dhamma itu ga ada salahnya? pernahkah kita menjalankan semuanya? kalau belum kenapa juga kita harus mengagungkan Dhamma serta menyatakan ajaran Buddha itu bener dll.
Hehehe sorry semuanya wo dari kumpulan "Buddha Ultras" jadi segala sesuatu harus kritis hehehehe bener ga bro Medho?

Btw gua malah lebih suka tuh bilang kalau Surga itu panas dan Neraka itu Dingin, wong gua belum pernah kesono sich hehehe.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 23 August 2007, 09:32:05 AM
Itu disuruh sama Sang Buddha kan ?
Kembali ke.... Kalama Sutta
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 23 August 2007, 11:57:09 AM
 [at] medho
:)) :)) :)) ber-IMAN pada Kalama Sutta  :)) :)) :))
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 23 August 2007, 11:59:13 AM
 [at] indavadi
Budhist Ultras itu apaan? hooligan ya..?  :o :o :o .. hahahah..  :)) :)) :))

ntar kalo gw ketemuan ama Raja Yama gw bawain foto2 nya deh..  :)) :)) :))
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 23 August 2007, 12:30:09 PM
Quote from: Muten Roshi on 23 August 2007, 11:57:09 AM
[at] medho
:)) :)) :)) ber-IMAN pada Kalama Sutta  :)) :)) :))
Keknya udah dibahas di thread lain deh soal ini....

Kalama sutta kan sudah saya baca, teliti, dan buktikan dan itu benar dan membawa manfaat. So... bukan iman.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 23 August 2007, 12:57:56 PM
 [at] medho
jadi gimana nih caranya meneliti dan membuktikan tentang neraka dan raja yama? supaya tidak disebut iman ?  :-?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 23 August 2007, 01:03:08 PM
mungkin dengan, abinna ?

tapi sih masih ada yg lebih penting dibanding buktiin soal neraka dan raja yama loh.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 23 August 2007, 03:14:45 PM
 [at] medho
kalao belon punya abhina harus tetap saja beriman pada raja yama dan neraka dong..  :)) :)) :))
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 23 August 2007, 03:19:40 PM
Quote from: Muten Roshi on 23 August 2007, 03:14:45 PM
[at] medho
kalao belon punya abhina harus tetap saja beriman pada raja yama dan neraka dong..  :)) :)) :))
SEKALE LAGEEEE....INI THE LAST TIME YAK...Kita gk beriman ama Raja YAMA yg ada di NERAKA...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: ryu on 23 August 2007, 03:25:42 PM
Perlu diketahui, kita sebagai umat buddhist sebaiknya tdk karena ada ancaman neraka, atau karma buruk untuk berbuat baik, jg bukan berdasarkan IMAN, tp kesadaran sendiri bhw berbuat baik itu berguna untuk kita juga sekitar kita.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 23 August 2007, 03:42:00 PM
Quote[at] medho
kalao belon punya abhina harus tetap saja beriman pada raja yama dan neraka dong..

silahkan kalo Muten mau beriman, gw seh ga mao ikut"an...
Cuz Sang Buddha ga nganjurin pengikutnya buat beriman,...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 23 August 2007, 04:23:24 PM
dengan kesadaran sendiri  :-? :-? :-? gw tidak paham nih..?  ??? ??? ???
kan dengan kesadaran sendiri:
1. neraka tidak bisa dilihat dan disadari
2. raja yama juga tidak bisa dilihat dan disadari..
3. tidak sadar dan tidak tahu gunanya neraka..
jadi gimana nih..? mohon pencerahannya  ^:)^

Quote from: ryu on 23 August 2007, 03:25:42 PM
Perlu diketahui, kita sebagai umat buddhist sebaiknya tdk karena ada ancaman neraka, atau karma buruk untuk berbuat baik, jg bukan berdasarkan IMAN, tp kesadaran sendiri bhw berbuat baik itu berguna untuk kita juga sekitar kita.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: dipasena on 23 August 2007, 05:23:00 PM
Quote from: Muten Roshi on 23 August 2007, 04:23:24 PM
dengan kesadaran sendiri  :-? :-? :-? gw tidak paham nih..?  ??? ??? ???
kan dengan kesadaran sendiri:
1. neraka tidak bisa dilihat dan disadari
2. raja yama juga tidak bisa dilihat dan disadari..
3. tidak sadar dan tidak tahu gunanya neraka..
jadi gimana nih..? mohon pencerahannya  ^:)^

1. neraka tidak bisa dilihat dan disadari ? ya udah SKIP aja, ngapain di urus, jg ga perlul diimani ga masalah koq, tetap aja kita dapat berbuat baik, masa ngimani neraka agar tidak terjerumus kedalam neraka ? itu namanya bodoh, cukup nih pegang kalimat ini "Malu dan Takut untuk berbuat salah" saya rasa itu jauh lebih penting dari pada lu KUDU meng-imani neraka, wong yg ngimani aja [tuh rekan K] tetap aja buat kesalahan berdalih kasih, bodo amat ma iman.

2. Yama ga bisa dilihat dan di sadari, SKIP aja lagi, ga ada keharusan koq, mang kalo ga imani si Yama kenapa ? masuk neraka ? ato kita bisa berbuat kejahatan ? ato nti ga bisa nyogok si Yama ?

trus kalo meng-imani si Yama fungsi nya apa ? apakah memberikan keuntungan ? apakah dapat mengembangkan bathin ? setidaknya kita dapat lebih berbuat baik ? apa betul demikian ? apa sih fungsi dan kegunaan dasar dari IMAN, jika tidak ada, buang sampah aja dah tuh IMAN.

3. tidak tau gunanya neraka ? ya udah SKIP, SKIP dan SKIP lg, cukup pegang kalimat "Malu dan Takut untuk berbuat salah" jika kurang lagi, cukup belajar Dhamma... sudah kah anda ? jika belum ga usah ngeyel dah...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kelana on 23 August 2007, 05:49:49 PM
Dalam kasus apa iman/faith itu? Dalam kasus percaya (menganggap benar sesuatu) yang dijadikan pedoman hidup seseorang.

Dalam kasus apa keyakinan (saddha) atau confidence itu? Dalam kasus menerima sebagai kebenaran setelah penyelidikan, pembuktikan sesuatu yang mengarah pada Pembebasan dan kemudian dijadikan pedoman hidup.

Faith in the theistic sense is not found in Buddhism because of its emphasis on understanding. Theistic faith is a sedative for the emotional mind and demands belief in things which cannot be explained. Knowledge destroys faith and faith destroys itself when a mysterious belief is examined under the spotlight of reason. Confidence cannot be obtained by faith since it places little or no emphasis on reason. (Sri Dhamananda; What Buddhist Believe, Expanded 4th Edition, BAB 10)

Ketika kita membenarkan adanya Yama tanpa penyelidikan, pembuktian, (+ reason/alasan, menurut WBB) maka kita disebut percaya.
Ketika kita membenarkan adanya Yama tanpa penyelidikan, pembuktian, (+ reason/alasan, menurut WBB) dan menjadikan pembenaran itu sebagai jalan hidup, maka kita disebut mengimani.
Ketika kita tidak memperdulikan keberadaan Yama, kita tidak bisa dikatakan percaya atau beriman, tetapi hanya sebagai pengetahuan akademik saja.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: dipasena on 23 August 2007, 06:13:42 PM
Quote from: Kelana on 23 August 2007, 05:49:49 PM
Ketika kita membenarkan adanya Yama tanpa penyelidikan, pembuktian, (+ reason/alasan, menurut WBB) maka kita disebut percaya.
Ketika kita membenarkan adanya Yama tanpa penyelidikan, pembuktian, (+ reason/alasan, menurut WBB) dan menjadikan pembenaran itu sebagai jalan hidup, maka kita disebut mengimani.
Ketika kita tidak memperdulikan keberadaan Yama, kita tidak bisa dikatakan percaya atau beriman, tetapi hanya sebagai pengetahuan akademik saja.


bagus tuh tulisan, perlu dibaca bung Dharmakara tuh dan orang" yg beriman, jika berani berkata iman, maka harus siap juga untuk dapat/bisa dibuktikan...

sedangkan di Buddhism tidak memerlukan IMAN, kebenaran yg ada didalam Buddhism cuma BELUM dapat kita selami/buktikan sendiri, tapi selama itu belum dapat kita capai, cukup jadikan hal tersebut sebagai knowledge
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 23 August 2007, 06:19:02 PM
weh.. jadi kalau tidak ada neraka dan raja yama kan orang bisa semau gue berbuat jahat dong: membunuh, merampok dan memperkosa, tuh contohnya kerusuhan mei 98, gak ada polisi yang berhasil nangkep bajingan" disono kan..?  nah gimana dong kalau tidak beriman pada raja yama.?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sukma Kemenyan on 23 August 2007, 07:01:56 PM
Ngangguk => Percaya
Ngangguk + Pedoman Hidup => Iman
Ngangguk + dibuktikan faedahnya + Pedoman Hidup => Ehipassiko
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 23 August 2007, 07:16:54 PM
Quote from: Muten Roshi on 23 August 2007, 06:19:02 PM
weh.. jadi kalau tidak ada neraka dan raja yama kan orang bisa semau gue berbuat jahat dong: membunuh, merampok dan memperkosa, tuh contohnya kerusuhan mei 98, gak ada polisi yang berhasil nangkep bajingan" disono kan..?  nah gimana dong kalau tidak beriman pada raja yama.?
Ada nga nya neraka dan raja yama, kejahatan akan selalu ada koq.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 23 August 2007, 08:01:34 PM
 [at] medho
setidaknya dengan adanya neraka dan raja yama, kejahatan bisa ditekan
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: dipasena on 23 August 2007, 08:38:07 PM
Quote from: Muten Roshi on 23 August 2007, 08:01:34 PM
[at] medho
setidaknya dengan adanya neraka dan raja yama, kejahatan bisa ditekan

hahaha... oh itu maksud loe ? apa anda bisa menjamin bahwa dengan meng-imani hal" seperti neraka-surga, orang" lebih terkontrol dalam perbuatan ? ga ada jaminan atas itu, apakah anda bisa menjamin ?  :D

itu jg bisa saya katakan MUNAFIK [boleh ga ?] karena takut berbuat jahat karena takut masuk neraka, mau berbuat baik karena senang dengan surga [adem ayem, nyaman..... biasanya yg jd imajinasi para domba....... :whistle:]

anda ga bisa nutup mata, liat kenyataan yg ada, mau ada IMAN kepada neraka dan Yama or NOT kejahatan itu pasti akan terjadi, kenapa ? karena manusia punya perasaan dan pikiran, ketika hal itu tidak seimbang, seseorang menjadi tersingung/marah/emosi disaat itu untuk seseorang yg BERIMAN pun akan melakukan hal buruk, kenapa ? kontrol yg ada TIDAK berdasarkan IMAN yg lu agung"kan itu, tapi kontrol atas suatu perbuatan buruk ada pada diri sendiri bung ! sehingga tidak ada jaminan atas penekanan tingkat terjadinya kejahatan.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: ryu on 23 August 2007, 10:18:26 PM
Sepertinya hrs ada thread khusus buat muten biar dia puas2in imannya, hampir di semua thread jd byk sampah2 iman bertebaran. Begini bung apa anda tau ada ajaran dr agama tetangga : takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, sebaiknya anda belajar kesana jangan di Buddhist, karena umat Buddhist di tekankan untuk menerima sesuatu berdasarkan kepercayaan / kata orang / kitab.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 23 August 2007, 10:20:53 PM
tenang RYU tenang...jangan loe kluarin Kamehameha..eh salah..bugen2 hahaha...

Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: ryu on 23 August 2007, 10:35:32 PM
Jd salah ketik nih yg diatas. Bukannya apa2 tiap gw liat thread kayaknya semua melayani iman nih jd pusing bacanya.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 23 August 2007, 10:41:09 PM
Quote[at] medho
setidaknya dengan adanya neraka dan raja yama, kejahatan bisa ditekan

wedew, tipe dicambuk baru mau jalan... kaya ke...............
tipe diancam baru mau baek....

ok deh Muten, gini aja, kalo loe tipenya kudu diancam, anggap aja neraka itu ada. imani. Yama ada. Imani. Yama nyiksanya bakal brutal banget plus dedengkot"nya juga bakal gilir loe di neraka tanpa ampun. Imani. Yama ga bisa disogok, sekali loe masuk neraka, bakal mampus dah disana berkalpa2. Imani. Dan setiap orang yang berbuat jahat, plus pengacau Mei 98 udah ada di neraka lagi dibantai ma Yama sekarang. Imani...
Imani semua kalo itu baik n dirasa bermanfaat buat loe... Meski Sang Buddha ga pernah nganjurin buat begitu n ga pernah ngancem apapun dalam pembabaran Dhamma, but sapa tau dengan cara ini loe bisa takut berbuat jahat n akhirnya bisa ngga berbuat jahat sama sekali, n akhirnya mencapai kesucian... Sadhu sadhu sadhu....  _/\_
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 23 August 2007, 10:42:56 PM
 [at] Ryu
gw liat kata2nya rada kasar seh..jade gw kira loe marah hehe... :))
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: ryu on 23 August 2007, 11:39:40 PM
 [at] el sol : gw kaga marah cuma gw ngikutin kata2 di forum laen he he he.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 24 August 2007, 11:25:48 AM
pencerahan sangat tinggi dari mbah menyan  ^:)^ ^:)^ ^:)^
Quote from: Kemenyan on 23 August 2007, 07:01:56 PM
Ngangguk => Percaya
Ngangguk + Pedoman Hidup => Iman
Ngangguk + dibuktikan faedahnya + Pedoman Hidup => Ehipassiko

Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 24 August 2007, 11:48:35 AM
 [at] all
jadi gimana nih pendapat teman-teman mengenai neraka dan raja yama? bohong-bohongan atau beneran nih..? bagaimana menyikapi sutta" tentang neraka dan raja yama? iman-kah? atau yang lain.?
(mengingat 29 alam kehidupan juga tidak bisa dibuktikan dan tidak logis..) , yang logis dan bisa dibuktikan cuma 2 alam saja: manusia dan binatang.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 24 August 2007, 11:50:47 AM
kalau gitu coba jelaskan kontrol yang terjadi tanpa iman akan hukum karma , nibbana, 31 alam kehidupan, dlll...  yang notabene tidak bisa dibuktikan

Quote from: dhanuttono on 23 August 2007, 08:38:07 PM
Quote from: Muten Roshi on 23 August 2007, 08:01:34 PM
[at] medho
setidaknya dengan adanya neraka dan raja yama, kejahatan bisa ditekan

hahaha... oh itu maksud loe ? apa anda bisa menjamin bahwa dengan meng-imani hal" seperti neraka-surga, orang" lebih terkontrol dalam perbuatan ? ga ada jaminan atas itu, apakah anda bisa menjamin ?  :D

itu jg bisa saya katakan MUNAFIK [boleh ga ?] karena takut berbuat jahat karena takut masuk neraka, mau berbuat baik karena senang dengan surga [adem ayem, nyaman..... biasanya yg jd imajinasi para domba....... :whistle:]

anda ga bisa nutup mata, liat kenyataan yg ada, mau ada IMAN kepada neraka dan Yama or NOT kejahatan itu pasti akan terjadi, kenapa ? karena manusia punya perasaan dan pikiran, ketika hal itu tidak seimbang, seseorang menjadi tersingung/marah/emosi disaat itu untuk seseorang yg BERIMAN pun akan melakukan hal buruk, kenapa ? kontrol yg ada TIDAK berdasarkan IMAN yg lu agung"kan itu, tapi kontrol atas suatu perbuatan buruk ada pada diri sendiri bung ! sehingga tidak ada jaminan atas penekanan tingkat terjadinya kejahatan.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 24 August 2007, 11:57:57 AM
Yah kata Bro Morphie juga anggap aja sebagai pengetahuan akademik aja... ga perlu dipusingin... mank Yama ada ato ngga berpengaruh terhadap pencapaian Nibbana?

Nibbana ga bisa dibuktikan? Pernah meditasi gak seh? Pernah ngerasa tenang, damai?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 24 August 2007, 12:06:43 PM
 [at] 7th
pernah sih merasa tenang dan damai, tapi bukan waktu meditasi, waktu mau bobo..  :)) :)) :))
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kokuzo on 24 August 2007, 12:17:02 PM
yah anggap aja tidur paling enak seumur" itu Nibbana, ga bangun" lagi... Ga usah pusing mikirin kerjaan, mikirn duit, mikirin istri, anak, sodara, tetangga, ga ngerasa sakit, dsb...
Nibbana maseh jauh lebih damai dari itu...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 25 August 2007, 03:09:23 PM
Quote from: Muten Roshi on 24 August 2007, 12:06:43 PM
[at] 7th
pernah sih merasa tenang dan damai, tapi bukan waktu meditasi, waktu mau bobo..  :)) :)) :))
loe pasti gendut yak? habitatnya gmana gitu loh....
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: dipasena on 28 August 2007, 05:25:09 PM
Quote from: Muten Roshi on 24 August 2007, 11:50:47 AM
kalau gitu coba jelaskan kontrol yang terjadi tanpa iman akan hukum karma , nibbana, 31 alam kehidupan, dlll...  yang notabene tidak bisa dibuktikan

hahaha... bung saya tidak tau, anda memang lemah dalam analisa ato tidak, saya dah menyatakan bahwa kontrol yg terjadi itu ada pada diri sendiri, ga perlu iman or takut ma karma/kamma, apalagi nibbana dan 31 alam kehidupan yg jelas" tidak menghukum anda koq.

ditambah lagi anda mengatakan bahwa itu tidak terbukti, ya udah buang aja, ga perlu koq, anggap aja itu knowledge, ga masalah toh ?

kalo knowledge itu belum terbukti apakah akan mengganggu anda ? tidak bukan ? apakah tindakan/perbuatan anda akan terhambat hanya karena anda belum dapat membuktikan nya ? tidak juga bukan ? trus kenapa harus mempermasalahkannya ?

kontrol itu ada pada diri sendiri, ketika kita ingin melakukan suatu perbuatan, bukan karena kita takut akan Kamma/Karma buruk ato bukan karena kita mengharapkan/mendambakan Kamma/Karma baik, itu bisa dikatakan perbuatan yg tidak tulus dari dalam hati.

kita tau konsep Kamma/Karma yaitu Hukum sebab-akibat, kita jg belom dapat buktikan, tapi kita tau ada konsekuensi yg diperoleh dari suatu perbuatan entah perbuatan baik ato buruk yg kita ingat sebagai knowledge. mau lakukan apa aja terserah, asal ingat [cukup sadari] konsekuensinya, jangan lari/tidak mau bertanggung jawab pada perbuatan yg telah diperbuat [biasanya kalo perbuatan buruk akibatnya tidak mau terima, makanya nyari perlindungan ke Mr. T/Mr. Y katanya sih ditebus tuh, tapi katanya sih... tapi kalo perbuatan itu baik, wah diinget" trus...]

mau kontrol yg lebih dalem lagi, yaitu tanamkan kalimat ini "takut dan malu untuk berbuat salah" karena akibat dari perbuatan salah [konsekuensinya] adalah buruk/penderitaan. perhatikan ketika kita ingin melakukan suatu perbuatan, ada yg seakan berbicara didalam diri kita, katanya sih suara hati, dibisiki setan [untuk perbuatan buruk] ato dibisiki malaikat/Mr. T [untuk perbuatan baik] setelah itu kita yg mengambil keputusan setelah kita mendengarkan suara hati/bisikan goib itu, nah disitu apakah masih butuh IMAN ataukah murni PIKIRAN anda sendiri yg menentukan suatu perbuatan itu dilakukan/tidak.

suara hati/bisikan goib itu yg merupakan pergerakan dari pikiran yg didasari oleh niat/keinginan yg terdalam [alam bawah sadar] dari seseorang, seakan ada yg berbicara dengan diri kita.

berarti semua kontrol atas perbuatan yg akan dilakukan seseorang itu tergantung atas IMAN ato diri sendiri yg memutuskan ?

kalo boleh tau, menurut dharmakara/muten roshi, perbuatan kita ini murni dari kita sendiri [free will] ato kah ada yg mengontrol ato mengaturnya ? jika itu free will, bagaimana jika seseorang mendapatkan keuntungan/kebahagian didalam hidupnya ? bagaimana seseorang mendapatkan kesialan/penderitaan didalam hidupnya ?

mohon disharingkan, karena ini ada hubungan dengan perlukah IMAN itu dalam setiap perbuatan kita, karena anda berpandangan jika kita tidak beriman pada HAL/MAHLUK Adi Kuasa kita akan lepas kontrol dan melakukan hal buruk, betul ? saya nantikan jawaban dari anda.


Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Kelana on 01 September 2007, 09:36:31 AM
Quote from: Muten Roshi on 24 August 2007, 11:50:47 AM
kalau gitu coba jelaskan kontrol yang terjadi tanpa iman akan hukum karma , nibbana, 31 alam kehidupan, dlll...  yang notabene tidak bisa dibuktikan

Sdr. Muten/Dharmakara, penyataan anda ini seakan-akan seperti pernyataan seseorang yang belum memperhatikan kehidupan secara seksama, bahkan yang terjadi pada diri sendiri.
Hukum karma terjadi pada diri kita setiap hari. Ketika anda mulai menekan tombol pada keyboard komputer anda sudah melakukan karma, sebagai hasilnya maka muncul tulisan di monitor (kecuali anda buta sehingga anda tidak melihat). Ketika anda membantu orang lain, anda mendapat penghargaan (bisa dalam wujud apa saja), ini adalah karma, kecuali anda tidak pernah membantu orang lain selama hidup anda. Ketika anda melakukan perbuatan buruk, maka anda akan mendapatkan hal yang buruk (bisa dalam wujud apa saja), ini adalah karma, kecuali anda tidak pernah melakukan perbuatan buruk selama hidup anda. Pertanyaannya adalah apakah anda tidak pernah melakukan suatu pekerjaan, perbuatan baik maupun perbuatan buruk selama hidup anda? Jika pernah maka karma itu pastilah ada, inilah bukti keberadaan karma yaitu perbuatan anda dan hasilnya, masalahnya anda tidak memperhatikan hubungan antara apa yang anda kerjakan dengan hasilnya. Dan lebih luas lagi kita bisa memperhatikan hubungan antara apa yang orang lain kerjakan dengan hasilnya.

Kontrol yang terjadi pada seorang Buddhis adalah dengan takut pada akibat buruk yang akan muncul ketika melakukan perbuatan buruk, dan malu melakukan perbuatan buruk itu. Akibat buruk bisa bermacam-macam, misalnya ditinggal teman, rasa bersalah, sampai menginap di hotel prodeo. Jadi tidak perlu mengimani adanya neraka.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: williamhalim on 01 September 2007, 12:47:07 PM
Barusan teringat.....

agak OOT nih:

Kita semua menjalankan ajaran2 agama karena mempunyai alasan masing2. Garis besarnya: umat ka****k / kr****n menjalankan ajaran agamanya karna takut masuk neraka. Umat Buddhist menjalankan ajaran Sang Buddha karena tidak mau mengalami penderitaan lagi (lahir lagi terus menerus).

Saya pernah kongkow dengan beberapa teman yg - yah boleh dibilang - non agamis. Pembicaraan berujung pada apa gunanya beragama... bla bla bla...

Kaena saya saat ini menjalani Sang Jalan, tentu saya menjelaskannya secara Buddhist, yaitu: hidup ini adalah penderitaan, kemarahan, kekecewaan, kekesalan, kesedihan, sakit, tua dan mati semuanya adalah penderitaan dan Buddha menunjukkan jalan agar terlepas dari semua itu.

Apa jawab teman saya? Jawabnya kira2 begini:
~ gua sih nggak menganggap hidup ini penderitaan, gua enjoy, malah dua pengen tuh hidup berulang2, dst....

Kalo udah gini mah rasanya percuma diterusin ya? Kondisinya mungkin belom pas untuk itu. Mau diomongin apa pun juga, jawaban dia pastilah debat kusir.


Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 01 September 2007, 02:54:14 PM
Quote from: willibordus on 01 September 2007, 12:47:07 PM
Barusan teringat.....

agak OOT nih:

Kita semua menjalankan ajaran2 agama karena mempunyai alasan masing2. Garis besarnya: umat ka****k / kr****n menjalankan ajaran agamanya karna takut masuk neraka. Umat Buddhist menjalankan ajaran Sang Buddha karena tidak mau mengalami penderitaan lagi (lahir lagi terus menerus).

Saya pernah kongkow dengan beberapa teman yg - yah boleh dibilang - non agamis. Pembicaraan berujung pada apa gunanya beragama... bla bla bla...

Kaena saya saat ini menjalani Sang Jalan, tentu saya menjelaskannya secara Buddhist, yaitu: hidup ini adalah penderitaan, kemarahan, kekecewaan, kekesalan, kesedihan, sakit, tua dan mati semuanya adalah penderitaan dan Buddha menunjukkan jalan agar terlepas dari semua itu.

Apa jawab teman saya? Jawabnya kira2 begini:
~ gua sih nggak menganggap hidup ini penderitaan, gua enjoy, malah dua pengen tuh hidup berulang2, dst....

Kalo udah gini mah rasanya percuma diterusin ya? Kondisinya mungkin belom pas untuk itu. Mau diomongin apa pun juga, jawaban dia pastilah debat kusir.



kasi tao donk...idup berulang2 itu bukan berarti bs jadi manusia terus..jadi manusia itu kayak orang menang loteri...jarang banget kesempatannya...

trus bilank lage...kalo loe suka jadi binatang..gw salut deh.....hahaha
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: morpheus on 01 September 2007, 09:59:26 PM
Quote from: willibordus on 01 September 2007, 12:47:07 PM
Kaena saya saat ini menjalani Sang Jalan, tentu saya menjelaskannya secara Buddhist, yaitu: hidup ini adalah penderitaan, kemarahan, kekecewaan, kekesalan, kesedihan, sakit, tua dan mati semuanya adalah penderitaan dan Buddha menunjukkan jalan agar terlepas dari semua itu.
untuk non buddhis, biasanya saya lebih suka menjelaskannya secara meditatif ataupun psikologis. gak perlu menggunakan kata2 "penderitaan", karena kata ini konotasinya sangat jelek.

saya suka penjelasan yg menggunakan kata "konflik".

gampangannya, hidup ini selalu menciptakan konflik antara kenyataan dengan keinginan. saat kita punya 1 juta, kita pengen 2 juta. punya 2 juta, pengen 10 juta. punya 10 juta, pengen 1 milyar. saat punya sepeda, pengen motor. punya motor, pengen mobil. saat kepanasan, pengen ac. udah ada ac, pengen minuman anget. gak cuman materi, tapi juga pencapaian lain. saat masih pegawai junior, pengen jadi senior. dah senior, pengen jadi manager. dah manager, pengen jadi gm. dah gm pengen jadi vice presiden. merasakan nasi, pengen burger. dapet burger, pengen sop. dapet sop, pengen pecel. dapet pecel, pengen ayam goreng. masih siswa, pengen sarjana. dah sarjana, pengen mba. dah mba, pengen kaya. dah kaya, pengen istri sexy. dapet istri sexy, pengen jabatan gede. dah jabatan gede, pengen surga.

karena konflik, terjadi pencarian. karena pencarian, muncul stress, kekecewaan, kekawatiran, penantian. buddhisme adalah ajaran yg memerdekakan. orang yg merdeka adalah orang yg bebas dan damai. bukan merdeka di luar doang, tapi merdeka di dalam.

biasanya diterangkan sampai di sini, mereka bisa menghubungkan penjelasan dengan pencarian yg ada di diri mereka sendiri, entah itu karir, keluarga, materi, non materi...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 01 September 2007, 10:14:26 PM
nih morpheus mesti di cloning nih  ^-^

two thumbs up
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: williamhalim on 02 September 2007, 08:39:30 AM
Quote from: morpheus on 01 September 2007, 09:59:26 PM
gampangannya, hidup ini selalu menciptakan konflik antara kenyataan dengan keinginan.

Wah... bener juga.
Jadi ingat barusan bahas dgn teman2 via chatting, tentang film BABE. Anak babi bertanya kepada Mak Kebo: "Apa sebenarnya itu KEBAHAGIAAN?"
Mak Kebo jawab: "Kebahagiaan adalah jika engkau telah dapat melihat segala sesuatu sebagaimana adanya"
Jawaban yg Buddhist banget ya? Padahal ini adalah film animal anak2 loh....

Jawabannya adalah Vipasanna itu sendiri, seperti yg dijabarkan oleh Bro Morpheus, dalam kalimat sehari-hari....

Salut!


Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: markosprawira on 04 September 2007, 12:19:46 PM
Quote from: morpheus on 01 September 2007, 09:59:26 PM
Quote from: willibordus on 01 September 2007, 12:47:07 PM
Kaena saya saat ini menjalani Sang Jalan, tentu saya menjelaskannya secara Buddhist, yaitu: hidup ini adalah penderitaan, kemarahan, kekecewaan, kekesalan, kesedihan, sakit, tua dan mati semuanya adalah penderitaan dan Buddha menunjukkan jalan agar terlepas dari semua itu.
untuk non buddhis, biasanya saya lebih suka menjelaskannya secara meditatif ataupun psikologis. gak perlu menggunakan kata2 "penderitaan", karena kata ini konotasinya sangat jelek.

saya suka penjelasan yg menggunakan kata "konflik".

gampangannya, hidup ini selalu menciptakan konflik antara kenyataan dengan keinginan. saat kita punya 1 juta, kita pengen 2 juta. punya 2 juta, pengen 10 juta. punya 10 juta, pengen 1 milyar. saat punya sepeda, pengen motor. punya motor, pengen mobil. saat kepanasan, pengen ac. udah ada ac, pengen minuman anget. gak cuman materi, tapi juga pencapaian lain. saat masih pegawai junior, pengen jadi senior. dah senior, pengen jadi manager. dah manager, pengen jadi gm. dah gm pengen jadi vice presiden. merasakan nasi, pengen burger. dapet burger, pengen sop. dapet sop, pengen pecel. dapet pecel, pengen ayam goreng. masih siswa, pengen sarjana. dah sarjana, pengen mba. dah mba, pengen kaya. dah kaya, pengen istri sexy. dapet istri sexy, pengen jabatan gede. dah jabatan gede, pengen surga.

karena konflik, terjadi pencarian. karena pencarian, muncul stress, kekecewaan, kekawatiran, penantian. buddhisme adalah ajaran yg memerdekakan. orang yg merdeka adalah orang yg bebas dan damai. bukan merdeka di luar doang, tapi merdeka di dalam.

biasanya diterangkan sampai di sini, mereka bisa menghubungkan penjelasan dengan pencarian yg ada di diri mereka sendiri, entah itu karir, keluarga, materi, non materi...


yah demen sih kalo dapet istri seksi, jabatan gede, dan surga sekalian.........  ;D
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Suchamda on 10 September 2007, 11:52:06 AM
QuoteAfter beheading the bull in front of the hermit, they ignored his requests to be spared for but a few minutes, and beheaded him as well. In his near-enlightened fury, this holy man became Yama, the god of Death, took the bull's head for his own, and killed the two thieves, drinking their blood from cups made of their skulls. Still enraged, Yama decided to kill everyone in Tibet. The people of Tibet, fearing for their lives, prayed to the bodhisattva Mañjuśrī, who took up their cause. He transformed himself into Yamāntaka, similar to Yama but ten times more powerful and horrific.

Kok jadi teringat ketika nonton film "The Rising of Hannibal", dimana menceritakan kisah Hannibal Lecter seorang anak keluarga bangsawan yang manis dan lembut berubah menjadi seorang pembunuh keji kanibal karena trauma di masa kecil karena kekejaman Perang Dunia ke II di Lithuania. Nontolah filmnya! :)

Dari situ, mungkin kita bisa memahami neraka dan segala kompleksitas dari batin yang merupakan dasar kemunculannya. Yama merupakan icon anthropomorphic atas fenomena kejiwaan ini. Dikarenakan karena kompleksitas dan kedahsyatan efek emosionalnya, maka dikatakan bahwa praktisi Yamantaka Tantra hanya utk orang2 khusus yang sudah siap batinnya.

Kisah Yama versi Tibet ini sarat dengan pelajaran kejiwaan. Menarik sekali kalo mau digali. Ayo siapa yg mau mencoba dahuluan?

Salam,
Suchamda
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Suchamda on 10 September 2007, 12:18:39 PM
Sekedar menambahkan ajakan saya :

http://www.dhammacitta.org/forum/index.php/topic,511.0.html

Quoteiya bosss....tapi bete ajah liat aliran Sesat makin buanyak di dunia ini...capeeeeee deeee....

Quotegw sendirian gk bisa...tunggu 10/20 taon lage deh...dah ada dana..gw buat grup assasin..kakakaka...dipanggil Ninja Dhamma...salah satu Dhamma protector palink kejam dalam history manusia...kerjanya mirip Taleban..tapi lebih ganas ajah...kakakaka   Giga Project neh...kakaka <--kebanyakan main game neh... 

Disini ditulis respon oleh salah satu netter yang sebal dengan aliran sesat, terutama reaksi kesal terhadap golongan tertentu yg menggunakan kekerasan atas nama agamanya.
Bukankah disini bisa kita lihat kompleksitas Yamantaka-sindrome dalam skala yang mild?
Saya tahu ini hanya guyonan ybs, tapi mekanisme batin itu sudah terjadi dalam arus kesadarannya yg paling halus.
Apa kaitannya/ bagaimana dengan melalui kisah simbolisme Yamantaka untuk keluar dari pusaran ini dan keluar dari neraka menjadi tercerahkan?

Jadi, neraka itu adanya dimana? berasal darimana?

Silakan didiskusikan.

Salam,
Suchamda
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Suchamda on 11 September 2007, 11:09:54 AM
Wah, karena ga ada yang tanggepin maka saya kasih penjelasan maksud saya deh.

Menurut saya, kondisi kehidupan manusia ini bisa dari sesuatu yang sangat bahagia hingga pada taraf yang sangat mengenaskan. Walaupun kita tidak mengalami titik2 ekstrim itu tapi kita bisa membayangkannya. Dengan kekuatan imaginasi maka tiada batas dari sesuatu yg dibayangkan itu. Dimana kebahagiaan tertinggi dinamakan sebagai surga dan kesengsaraan terdalam dinamakan neraka.
Keberadaan surga dan neraka dapat dideduksi dari penalaran ini. Sumbernya darimana? Tidak lain daripada dari batin kita sendiri.

Menurut saya, orang kuno mencoba memberikan penjelasan yang mudah tentang fenomena ini sebagai sebuah tempat. Karena konsep2 ini sudah ada dan dipercaya orang sebelum Sang Buddha mengajar, maka Sang Buddha pun mengambil konsep ini untuk pengajaran. Tapi orang modern kemudian menjadi skeptis dan tidak percaya dengan konsep ini, mereka bertanya "bila surga dan neraka adalah tempat, mengapa tidak bisa saya temukan dengan science?"

Menurut saya jawabannya adalah karena tempat yang dicari oleh science adalah sebatas ruang waktu dalam dimensi fisik ini, sedangkan keberadaan surga dan neraka itu sebenarnya adalah suatu manifestasi dalam ruang batin. Soal apakah nanti setelah kematian benar2 ada tempat yang digambarkan semacam itu, untuk sementara ini saya belum bisa menjawab, akan tetapi saya memiliki keyakinan (belief) tentang hal itu. Yah, sekedar belief, tapi belief itu saya pelihara karena bisa memotivasi kita untuk mempraktekkan Dharma dengan lebih baik.

Mendengar penjelasan saya diatas, tentu anda bisa menangkap suatu pengertian bahwa walaupun saya memelihara suatu belief, akan tetapi belief itu bukan merupakan suatu kepercayaan buta. Belief itu didasari oleh sebuah pengertian abstrak tentang suatu kompleksitas kondisi batin manusia yang dapat dideduksi dengan penalaran yg sudah ada. Disamping itu adapula evidence2 yang mendukung kemungkinan kebenaran dari doktrin itu.

Agama-agama mencoba menggambarkan kompleksitas batin yang menderita dalam 'neraka' itu dengan berbagai mitos dan simbolisme. Di agama kristiani mereka menggambarkan bagaimana Tuhan menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia dari api neraka abadi, dan untuk itu Yesus dalam kematiannya turun ke neraka untuk mematahkan kuasa kegelapan.
Demikian juga simbolisme yang terdapat pada tantric buddhism spt misalnya Yamantaka.
Di dunia modern, penggambaran itu muncul dalam film The Rising of Hannibal dalam sebuah film horror yang menggambarkan proses kejiwaan seseorang.

Bermacam2 penggambaran itu dapat kita pahami benang merahnya. Begini analisa saya:

Neraka adalah suatu kondisi jiwa yang sangat menderita yang berlangsung terus menerus. Terkadang karena suatu penderitaan kecil kita bereaksi dengan memunculkan suatu perbuatan salah. Perbuatan salah itu pada lanjutnya memancing suatu kondisi yang semakin menyengsarakan kita. Hal itu terus berlanjut hingga akhirnya kita semakin terperosok pada lingkaran setan kesengsaraan. Dimanakah batas akhir dari intensitas kesengsaraan itu?
Dalam badan fisik, maka kesengsaraan itu memiliki batas berupa kesakitan fisik yang amat sangat tapi ada batasnya. Tetapi didalam alam batin / perasaan, maka kesakitan batin itu tiada batasnya. Apalagi bila setelah kematian kita tidak memiliki referensi kesakitan itu dengan fisik, maka proses imaginasi batin itu bisa berkembang terus menerus hingga taraf siksaan yang tanpa batas. Barangkali itulah neraka.

Kita lihat bahwa Yamantaka tadinya adalah seorang pertapa yang hampir mencapai kesuksesan / kesucian dalam pertapaannya selama 2 th 11 bln 29 hari. Hanya kurang hari maka ia mencapai kesucian. Tapi karena dibunuh secara kejam oleh perampok, maka 'jiwa'nya menjadi penasaran dan penuh kemarahaan dan kebencian yang hebat dipenuhi keinginan balas dendam.
Demikian pula Hannibal Lecter, seorang bocah kecil yang manis di th.1944 hingga suatu saat keluarganya terbunuh karena pertempuran di dekat villanya, dan ia bersama adik perempuannya yang masih bayi di sekap oleh para perampok. Dikarenakan kondisi kelaparan, dan waktu itu adalah musim dingin di tempat terpencil, maka satu2nya makanan bagi perampok itu adalah memakan adik perempuannya yang masih kecil itu. Hal ini menimbulkan goncangan kejiwaan yang sangat dahsyat bagi Hannibal kecil. Kemurungan dan awan gelap yang mewarnai jiwanya menyebabkan ia bertumbuh menjadi pemuda yang murung dan antisosial. Hal ini pada akibatnya justru menimbulkan reaksi2 keras dari masyarakat yg menjadi tidak bersahabat pada dia. Kekerasan mewarnai jalan hidupnya. Mimpi2 buruknya muncul setiap malam mengulang2 kejadian ketika adik perempuan yg sangat dikasihinya sedang disembelih perampok untuk dimakan mentah2. Goncangan kejiwaan yg dahsyat ini yang menyebabkan kegilaannya. Rasa cinta yang tak berdaya, kebencian yang amat sangat, ketakutan luar biasa, kejijikan, merasa diperkosa jiwanya, keputus-asaan, perasaan kehilangan, dsb dsb semua menghantui hidupnya.
Walaupun ia adalah pemuda genius yang bersekolah di fakultas kedokteran, akan tetapi ia bukan manusia lagi. Semangat tinggi belajar kedokteran semata-mata karena didasari oleh obsesinya untuk menyayat2 atau mengobrak abrik tubuh manusia, yang merupakan representasi dari obsesinya terhadap kondisi Mischa (adiknya). Ia pun terobsesi untuk mencari anggota kawanan perampok yang dulu memakan hidup2 Mischa itu. Ditambah karena kondisi yang mendukung untuk melancarkan amarahnya itu (ia dilatih beladiri oleh seorang tantenya) ia menjadi seorang pembunuh yang mengerikan.

Yamantaka pun menghabisi sebuah desa dan membunuh orang2nya tak peduli tua muda, laki perempuan semata karena rasa sakit yg pedih menyayat dalam jiwanya. Ia ingin mencari pelepasan tapi satu2nya cara yg tersedia adalah dengan cara menghabisi nyawa manusia dan menyakitinya.
Milarepa pun mengalami suatu kondisi yang sama. Ia dengan penuh kebencian belajar black magic untuk membalaskan kebencian atas kematian ayahnya oleh karena pamannya. Bahkan ia pun menghabisi seluruh penduduk sebuah desa dengan kekuatan black magicnya.

Perhatikan, bahwa seseorang yang menjadi semakin baik, seseorang yg bermeditasi dan jiwanya menjadi semakin halus dan lembut, bukan berarti bebas dari resiko 'neraka' ini. Sudah kita ketahui semua bahwa kala kita semakin sering bermeditasi maka perasaan kita pun menjadi semakin sensitif. Selama dalam meditasi atau praktek kebajikan itu akar loba-dosa-moha belum tercabut, maka ada peluang bahwa setetes kecil sisa kekotoran batin itu bisa meledak menjadi sebuah kekejian dan balas dendam mengerikan bila kita mengalami suatu kasus yang dahsyat yg menghantam jiwa kita. Oleh karena itulah maka pemahaman dan peresapan Dhamma sangat penting. Dari sini kita bisa melihat betapa mutlaknya makna kita berlindung pada Buddha, Dharma, Sangha sebagai sebuah titik referensi untuk berpegangan manakala ombak dan badai menghantam kita.

Selanjutnya kita kembali lagi pada Yamantaka dan Milarepa. Marilah kita analisis  apa yang terjadi pada Yamantaka dan Milarepa pada proses perkembangan selanjutnya? Mereka akhirnya mengenal Dharma dan mencapai suatu persentuhan dengan makna kesunyataan. Disitulah segala penyakitnya terobati dan hilang seakar2nya. Kebencian itu tiada lain adalah awan-awan ilusi yang muncul tenggelam di langit biru kekosongan.
Kisah Yesus turun ke neraka pun menggambarkan bagaimana kondisi 'neraka' itu bisa dikalahkan apabila kita mengorbankan diri kita atau dengan kata lain mencapai kondisi tanpa-aku.

Begitulah rekan2, gambaran yang saya ingin coba sampaikan tentang pengertian saya tentang neraka.
Pada senyatanya saat ini dalam tiap detik kehidupan kita, setiap langkah kaki kita, sebenarnya kita sedang mengukir dimanakah kita akan berada, apakah kita akan berada dalam kondisi 'surga', ataukah berada dalam kondisi 'neraka'. Bila kondisi 'neraka' itu yang kita terus kembangkan dan biarkan berlarut-larut, maka saya yakin bahwa setelah kematian nantinya, batin ini akan mengalami neraka yang sesungguhnya.

Akhirnya, sampai disini dulu kontribusi saya, nanti kalau ada insight lagi akan saya tambahkan. Mohon maaf apabila kurang berkenan di hati anda.

Salam,
Suchamda
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: ryu on 11 September 2007, 11:19:51 AM
Kurasa saya mengerti apa yang anda katakan, dalam pengertian saya juga begitu, kita bisa menciptakan neraka atau surga bagi diri sendiri dengan bagaimana bersikap, seperti kalau kita marah maka akan mendekati neraka begitu juga sebaliknya. Thanks atas masukannya. Tp boleh saya tau dalam pengalaman anda meditasi, apakah yang sudah anda pahami mengenai kondisi seperti 31 alam yang ada dalam ajaran agama Buddha.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Suchamda on 11 September 2007, 09:25:12 PM
Quote from: ryu on 11 September 2007, 11:19:51 AM
Tp boleh saya tau dalam pengalaman anda meditasi, apakah yang sudah anda pahami mengenai kondisi seperti 31 alam yang ada dalam ajaran agama Buddha.

Saya belum paham apa-apa ^:)^
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: dipasena on 12 September 2007, 05:40:58 PM
Quote from: Suchamda on 11 September 2007, 09:25:12 PM
Quote from: ryu on 11 September 2007, 11:19:51 AM
Tp boleh saya tau dalam pengalaman anda meditasi, apakah yang sudah anda pahami mengenai kondisi seperti 31 alam yang ada dalam ajaran agama Buddha.

Saya belum paham apa-apa ^:)^


hehehe... ko dan, jangan merendah gtu ah... ko dan ini low profile loh  :D
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Hendra Susanto on 12 September 2007, 05:42:05 PM
ada bleh neraka dunia... :))
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: cowcool on 21 September 2007, 01:43:13 AM
Tentu neraka ada tapi neraka bukanlah suatu tempat, bukan suatu tempat dimana sedang dilakukan pengadilan/penyiksaan massal.

Neraka adalah kondisi batin/pikiran yang amat amat sangat menderita dan berkepanjangan... neraka adalah multi dimesional dan bisa dialami pada kehidupan mendatang bisa juga dialami pada kehidupan saat ini juga.

Surga/Svarga/Swarga pun bukan suatu tempat melainkan stage of mind, kondisi pikiran dan batin yang amat sangat berbahagia dan bisa dialami pada kehidupan saat ini juga.



Quote from: Kemenyan on 09 August 2007, 11:36:55 PM
Adakah Neraka pada Buddhism ?
kalau ada...
  Siapa yg mengatur seorang Mahluk masuk neraka?
  Apa fungsi Dewa/Raja Yama ?
  Siapa Raja/Dewa Yama ?

Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 21 September 2007, 05:57:55 AM
Quote from: cowcool on 21 September 2007, 01:43:13 AM
Surga/Svarga/Swarga pun bukan suatu tempat melainkan stage of mind, kondisi pikiran dan batin yang amat sangat berbahagia dan bisa dialami pada kehidupan saat ini juga.

Kalau ini pernah dibahas deh di thread lain.
Jawaban surga itu state of mind atau alam kelahiran itu tergantung cara pandang kita.

btw tentang surga sebagai state of mind itu ada referensi sutta-nya tidak yah ?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: cowcool on 21 September 2007, 09:33:49 AM
Yg mengatur masuk neraka adalah diri sendiri ... tidak ada mahluk lain yg sengaja ingin menjebloskan mahluk lain ke neraka. Oleh diri sendiri karma diciptakan dan oleh diri sendiri pula harus dipikul . Kadang2 sang Buddha menggunakan metafor ... mungkin maksudnya agar mudah dipahami org awam pada zaman itu. Tapi sungguh tidak ada suatu orang ataupun dewan hakim neraka yang menjatuhkan hukuman terhadap anda. . 

Quote from: Kemenyan on 09 August 2007, 11:36:55 PM
Adakah Neraka pada Buddhism ?
kalau ada...
  Siapa yg mengatur seorang Mahluk masuk neraka?
  Apa fungsi Dewa/Raja Yama ?
  Siapa Raja/Dewa Yama ?

[/quote]
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: cowcool on 21 September 2007, 09:35:09 AM
IMHo ruang dan waktu adalah ciptaan pikiran. Segala sesuatu di alam semesta ini kecuali nibbana adalah IMHO state of consciousness or mind.



Quote from: Sumedho on 21 September 2007, 05:57:55 AM
Quote from: cowcool on 21 September 2007, 01:43:13 AM
Surga/Svarga/Swarga pun bukan suatu tempat melainkan stage of mind, kondisi pikiran dan batin yang amat sangat berbahagia dan bisa dialami pada kehidupan saat ini juga.

Kalau ini pernah dibahas deh di thread lain.
Jawaban surga itu state of mind atau alam kelahiran itu tergantung cara pandang kita.

btw tentang surga sebagai state of mind itu ada referensi sutta-nya tidak yah ?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 21 September 2007, 09:49:19 AM
jadi, rebirth di surga/neraka tidak ada ? semua dimanusia. surga adalah stage of mind dan neraka juga yah ?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: cowcool on 21 September 2007, 10:03:29 AM
rebirth di surga/neraka tentu saja ada . Tapi untuk mengetahui rasanya surga dan neraka tidak perlu rebirth dulu dapat dialami pada kehidupan ini juga.

Bahkan dengan melalui meditasi jhana, orang tidak perlu rebirth dulu untuk mengalami alam brahma.Segala sesuatunya adalah ciptaan/persepsi pikiran termasuk ruang dan waktu ...... segala sesuatu adalah ilusi ... ilusi sifatnya bisa terjadi kapan saja di mana saja.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 21 September 2007, 10:24:25 AM
sip deh kalo gitu

soalnya waktu baca tulisan
Quote
Surga/Svarga/Swarga pun bukan suatu tempat melainkan stage of mind, kondisi pikiran dan batin yang amat sangat berbahagia dan bisa dialami pada kehidupan saat ini juga.

terkesan rebirth ke alam2x lain itu tidak ada.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 25 September 2007, 01:19:51 PM
Quote from: cowcool on 21 September 2007, 10:03:29 AM
rebirth di surga/neraka tentu saja ada . Tapi untuk mengetahui rasanya surga dan neraka tidak perlu rebirth dulu dapat dialami pada kehidupan ini juga.

Bahkan dengan melalui meditasi jhana, orang tidak perlu rebirth dulu untuk mengalami alam brahma.Segala sesuatunya adalah ciptaan/persepsi pikiran termasuk ruang dan waktu ...... segala sesuatu adalah ilusi ... ilusi sifatnya bisa terjadi kapan saja di mana saja.
kalau gitu peristiwa kerusuhan mei itu sesungguhnya siapa yang masuk neraka? amoy-amoy cantik atau pemerkosa biadab..?

kalau surga dan neraka cuma di pikiran saja coba kita analisa pikiran kedua tokoh dalam peristiwa kerusuhan mei 1998:
- amoy-amoy menderita dan menangis karena dirampok dan diperkosa  lalu dibakar

- pemerkosanya merasa senang, "kapan lagi euy... bisa ***** ama amoy  =P~".. pemerkosa mendapatkan banyak harta dari rampokan. pulang kerumah bawa oleh-oleh TV baru, kulkas baru, buat anak istrinya... tidak satupun dari mereka yang tertangkap atau diadili....

semua itu menyisakan satu pertanyaan:
Bila konsep neraka adalah alam pikiran, maka Siapakah yang sesungguhnya masuk neraka dalam peristiwa kerusuhan mei 1998 ini???


(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.iccphiladelphia.org%2Fpic%2520riot1.jpg&hash=aca1512fa0320795a79a39b76ffce00c5b00682b)

bayangkan bila amoy-amoy itu adalah istri anda, putri-putri anda, atau bahkan ibu kandung anda sendiri...

(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.dhammacitta.org%2Fforum%2Findex.php%3Faction%3Ddlattach%3Btopic%3D353.0%3Battach%3D168&hash=0d1add694a1c77cbcba2b3eacf94c9be2298b124)

ADMIN: *Please Bro Muten, jangan dipasang lagi gambarnya, pakai kata2x sudah cukup rasanya.*
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Sumedho on 25 September 2007, 01:23:50 PM
Webek bang muten, kemana aja ? banyak yg kangen loh
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 25 September 2007, 01:40:19 PM
koq kangen ama gue? banyak utang kali ye..? hehehe..  :)) :)) :))
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: cowcool on 25 September 2007, 02:30:32 PM
Soal siapa saja yang masuk neraka saya tidak bisa menjudge karena hukum karma itu sangat kompleks bukan matematika misal 1+1 =2.

Siapakah yang mengalami neraka (saya lebih suka kata mengalami daripada masuk, karena masuk berkonotasi masuk ke suatu ruang). Yang mengalami adalah arus kesadaran dimana di
waktu yang terdahulu sebelum menjadi arus kesadaran sekarang, arus kesadaran terdahulu ... berpikir, mengatakan dan melakukan hal2 yang dilandasi kebodohan batin. Mengenai Yama ....dan pengikut2nya itu cuma personifikasi saja.

Mengapa menggunakan personifikasi?. Well ... kalau tidak dengan personfikasi tidak semua orang paham atau mau menerima. Personifikasi membuat suatu konsep abstract/rumit (menurut orang zaman itu menjadi mudah dipahami).

Siapa sih Yama, memangnya kekuatannya segede apa?. Buddha saja yang kekuatannya jauh melebihi Yama juga tidak menghukum, non-judgemental.

Terus siapa yang menghukum diri sendiri?.... yah diri sendiri... (kegelapan batin lah yg menghukum diri sendiri).


Jadi konsep neraka dimana ada api abadi orang dirajam digoreng dsb itu cuma ilustrasi untuk menggambarkan bahwa memang penderitaan batin itu kalau sudah ekstrem itu memang .... sangat menderita bisa seperti yang dilustrasikan.... bahkan bisa lebih menderita dibandingkan dirajam atau dibakar. ya itu karena sakit fisik tuh ada batasnya begitu syaraf2 rusak maka rasa sakit hilang (jadi baal) tapi kalau penderitaan batin itu memang tak berujung, bisa dalam sekali.

Oleh diri sendiri karma diciptakan melalui pikiran, kata2 dan perbuatan oleh diri sendiri pula karma ditanggung .....

Jadi sudah jelas mengenai Yama Dkk saya rasa.




Quote from: Muten Roshi on 25 September 2007, 01:19:51 PM
Quote from: cowcool on 21 September 2007, 10:03:29 AM
rebirth di surga/neraka tentu saja ada . Tapi untuk mengetahui rasanya surga dan neraka tidak perlu rebirth dulu dapat dialami pada kehidupan ini juga.

Bahkan dengan melalui meditasi jhana, orang tidak perlu rebirth dulu untuk mengalami alam brahma.Segala sesuatunya adalah ciptaan/persepsi pikiran termasuk ruang dan waktu ...... segala sesuatu adalah ilusi ... ilusi sifatnya bisa terjadi kapan saja di mana saja.
kalau gitu peristiwa kerusuhan mei itu sesungguhnya siapa yang masuk neraka? amoy-amoy cantik atau pemerkosa biadab..?

kalau surga dan neraka cuma di pikiran saja coba kita analisa pikiran kedua tokoh dalam peristiwa kerusuhan mei 1998:
- amoy-amoy menderita dan menangis karena dirampok dan diperkosa  lalu dibakar

- pemerkosanya merasa senang, "kapan lagi euy... bisa ***** ama amoy  =P~".. pemerkosa mendapatkan banyak harta dari rampokan. pulang kerumah bawa oleh-oleh TV baru, kulkas baru, buat anak istrinya... tidak satupun dari mereka yang tertangkap atau diadili....

semua itu menyisakan satu pertanyaan:
Bila konsep neraka adalah alam pikiran, maka Siapakah yang sesungguhnya masuk neraka dalam peristiwa kerusuhan mei 1998 ini???


(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.iccphiladelphia.org%2Fpic%2520riot1.jpg&hash=aca1512fa0320795a79a39b76ffce00c5b00682b)

bayangkan bila amoy-amoy itu adalah istri anda, putri-putri anda, atau bahkan ibu kandung anda sendiri...

(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.dhammacitta.org%2Fforum%2Findex.php%3Faction%3Ddlattach%3Btopic%3D353.0%3Battach%3D168&hash=0d1add694a1c77cbcba2b3eacf94c9be2298b124)

ADMIN: *Please Bro Muten, jangan dipasang lagi gambarnya, pakai kata2x sudah cukup rasanya.*
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 25 September 2007, 03:57:30 PM
buset..dateng2 bawa kabar gembira...(racisme)
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 25 September 2007, 04:14:35 PM
iya siapa yang mengalami neraka sesunggunya dalam peristiwa mei 1998 di jakarta..? suatu kasus yang perlu dikaji dengan serius bila menyangkut konsep neraka hanya ada di alam pikiran...  konsep ini agak bertentangan dengan literatur-literatur budhist, baik dari theravada, mahayana, dan vajrayana... terutama menyangkut mengenai raja Yama...

Quote from: cowcool on 25 September 2007, 02:30:32 PM
Soal siapa saja yang masuk neraka saya tidak bisa menjudge karena hukum karma itu sangat kompleks bukan matematika misal 1+1 =2.
benar saya setuju sekali, konsep hukum karma, neraka, 31 alam kehidupan tidak mungkin ditangkap dengan logika umat awam... logika ada batasnya...

Quote from: cowcool on 25 September 2007, 02:30:32 PM
Siapakah yang mengalami neraka (saya lebih suka kata mengalami daripada masuk, karena masuk berkonotasi masuk ke suatu ruang). Yang mengalami adalah arus kesadaran dimana di
waktu yang terdahulu sebelum menjadi arus kesadaran sekarang, arus kesadaran terdahulu ... berpikir, mengatakan dan melakukan hal2 yang dilandasi kebodohan batin. Mengenai Yama ....dan pengikut2nya itu cuma personifikasi saja.
anda terlalu cepat mengambil kesimpulan  bahwa raja yama dan pengikutnya cuma personifikasi saja, mengingat raja yama dan pengikutnya ini terdapat pada literatur budhist di 3 aliran besar: theravada, mahayana, dan tantrayana. apakah karena kita tidak bisa membuktikan keberadaan raja yama, maka kita hapus saja raja yama dari agama Buddha??? terlalu cepat mengambil kesimpulan...


Quote from: cowcool on 25 September 2007, 02:30:32 PM
Mengapa menggunakan personifikasi?. Well ... kalau tidak dengan personfikasi tidak semua orang paham atau mau menerima. Personifikasi membuat suatu konsep abstract/rumit (menurut orang zaman itu menjadi mudah dipahami).

Siapa sih Yama, memangnya kekuatannya segede apa?. Buddha saja yang kekuatannya jauh melebihi Yama juga tidak menghukum, non-judgemental.

Terus siapa yang menghukum diri sendiri?.... yah diri sendiri... (kegelapan batin lah yg menghukum diri sendiri).
apakah orang-orang yang merampok, membunuh dan memperkosa dalam peristiwa mei 1998 ini  sedang menghukum diri sendiri? buktinya setelah melakukan 3 hal tersebut mereka BERBAHAGIA... ? bagaimana menjelaskan bahwa perampok, pembunuh, pemerkosa ini sedang menghukum diri sendiri..???
mohon petunjuknya...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 25 September 2007, 06:04:49 PM
karma itu..

air = kamma baek
garam = Kamma buruk
ember=manusia

ember yg diisi air sedikit, dan garam yg banyak..asinnya kerasa banget khan? tapi kalo airnya kita tambah...sampe embernya penuh..

apakah garamnya hilank? ato asinnya yg memudar?

garamnya gk ilank...cuma asinnya yg memudar..tapi asinnya gk begitu kerasa lage...

jadi yg mei 98 itu...sebab mereka berbahagia

either karena...dia orang ada kamma baik dari masa lalu..or dia orang dah mulai buat banyak kamma baek supaya gk terlalu asin...

tapi..garamnya gk ilank kok..tinggal tunggu kondisi dan situasi yg cocok buat buah kamma buruk itu berbuah...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: cowcool on 25 September 2007, 07:05:58 PM
Bro Muten  _/\_ di planet bumi ini ... di alam dewata ... dan di planet2 lain didi mensi lain 2 tidak terhitung jumlah arus kesadaran yang memasuki (mengalami) keadaan neraka. Yah bahkan para devapun berpotensi untuk mengalami keadaan neraka.

Jumlah yang tak terhitung .... jika ada sebuah sosok individu (entity) yang bertugas mengadili dan mengeksekusi hukuman untuk semua entitas di atas yang jumlahnya tak terukur ... maka Hakim ini pastilah harus maha adil dan juga harus maha tahu, maha tahu karena mengetahui persis semua karma buruk dan karma baik semua calon penghuni neraka hingga detil2nya.

Permasalahannya yang maha tahu dan maha adil itu cuma yang sudah tercerahkan dalam hal ini Buddha, Arahat ... seseorang yang sudah tercerahkan sudah tidak tertarik lagi untuk melakukan pengadilan dan eksekusi hukuman sudah tidak tertarik lagi untuk menjadi raja dunia, raja neraka, raja dewata
ataupun raja tertinggi Brahma sekalipun. Buddha dan Arahat sudah tidak bisa dikategorikan sebagai sebuah sosok individu karena sudah merealisasikan anatta.

Mengenai neraka sebagai stage of mind. Bro Moten harus tahu dulu konsep .. bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta adalah ilusi.

Pencerapan yang diperoleh dari mata adalah tidak reliable bukan kebenaran sesungguhnya
Pencerapan yang diperoleh dari telinga adalah tidak reliable bukan kebenaran sesungguhnya
Pencerapan yang diperoleh dari lidah adalah tidak reliable bukan kebenaran sesungguhnya
Pencerapan yang diperoleh dari kulit adalah tidak reliable bukan kebenaran sesungguhnya
Pencerapan yang diperoleh dari hidung adalah tidak reliable bukan kebenaran sesungguhnya
Akhirnya otak dengan segala logikanya pun tidaklah reliable dan bukan kebenaran sesungguhnya.

Karena segala sesuatu adalah ilusi maka .. neraka adalah stage of mind/connsciousness. :)
Mengenai pemerkosa sedang berbahagia itu karena karma buruk mereka belum berbuah, tapi bila sebab2 dan kondisinya sudah matang terjadilah.....

Mohon dikoreksi jika ada yg salah.


Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: ryu on 25 September 2007, 08:33:48 PM
Quote from: Muten Roshi on 25 September 2007, 04:14:35 PM
iya siapa yang mengalami neraka sesunggunya dalam peristiwa mei 1998 di jakarta..? suatu kasus yang perlu dikaji dengan serius bila menyangkut konsep neraka hanya ada di alam pikiran...  konsep ini agak bertentangan dengan literatur-literatur budhist, baik dari theravada, mahayana, dan vajrayana... terutama menyangkut mengenai raja Yama...

Quote from: cowcool on 25 September 2007, 02:30:32 PM
Soal siapa saja yang masuk neraka saya tidak bisa menjudge karena hukum karma itu sangat kompleks bukan matematika misal 1+1 =2.
benar saya setuju sekali, konsep hukum karma, neraka, 31 alam kehidupan tidak mungkin ditangkap dengan logika umat awam... logika ada batasnya...

Quote from: cowcool on 25 September 2007, 02:30:32 PM
Siapakah yang mengalami neraka (saya lebih suka kata mengalami daripada masuk, karena masuk berkonotasi masuk ke suatu ruang). Yang mengalami adalah arus kesadaran dimana di
waktu yang terdahulu sebelum menjadi arus kesadaran sekarang, arus kesadaran terdahulu ... berpikir, mengatakan dan melakukan hal2 yang dilandasi kebodohan batin. Mengenai Yama ....dan pengikut2nya itu cuma personifikasi saja.
anda terlalu cepat mengambil kesimpulan  bahwa raja yama dan pengikutnya cuma personifikasi saja, mengingat raja yama dan pengikutnya ini terdapat pada literatur budhist di 3 aliran besar: theravada, mahayana, dan tantrayana. apakah karena kita tidak bisa membuktikan keberadaan raja yama, maka kita hapus saja raja yama dari agama Buddha??? terlalu cepat mengambil kesimpulan...


Quote from: cowcool on 25 September 2007, 02:30:32 PM
Mengapa menggunakan personifikasi?. Well ... kalau tidak dengan personfikasi tidak semua orang paham atau mau menerima. Personifikasi membuat suatu konsep abstract/rumit (menurut orang zaman itu menjadi mudah dipahami).

Siapa sih Yama, memangnya kekuatannya segede apa?. Buddha saja yang kekuatannya jauh melebihi Yama juga tidak menghukum, non-judgemental.

Terus siapa yang menghukum diri sendiri?.... yah diri sendiri... (kegelapan batin lah yg menghukum diri sendiri).
apakah orang-orang yang merampok, membunuh dan memperkosa dalam peristiwa mei 1998 ini  sedang menghukum diri sendiri? buktinya setelah melakukan 3 hal tersebut mereka BERBAHAGIA... ? bagaimana menjelaskan bahwa perampok, pembunuh, pemerkosa ini sedang menghukum diri sendiri..???
mohon petunjuknya...


Mo tanya apakah anda bahagia sekarang?

jangan2 anda pemerkosa waktu itu yah?

Kalau anda mau tau nasib si pemerkosa itu, ya ehipassiko aja sendiri, gitu aja ko repot!
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 25 September 2007, 08:55:04 PM
 [at] Ryu
kok malah suruh dia perkosa orang... _/\_

tapi enak gk yak perkosa orang? ato lebih enak diperkosa?...

untung gw cowo, kayakne..dua2nya enak... :))
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 26 September 2007, 11:57:43 AM
Quote from: cowcool on 25 September 2007, 07:05:58 PM
Bro Muten  _/\_ di planet bumi ini ... di alam dewata ... dan di planet2 lain didi mensi lain 2 tidak terhitung jumlah arus kesadaran yang memasuki (mengalami) keadaan neraka. Yah bahkan para devapun berpotensi untuk mengalami keadaan neraka.

Jumlah yang tak terhitung .... jika ada sebuah sosok individu (entity) yang bertugas mengadili dan mengeksekusi hukuman untuk semua entitas di atas yang jumlahnya tak terukur ... maka Hakim ini pastilah harus maha adil dan juga harus maha tahu, maha tahu karena mengetahui persis semua karma buruk dan karma baik semua calon penghuni neraka hingga detil2nya.

kalau hakim maha adil ini  dengan asumsi cuma seorang saja pastilah dia kewalahan. bagaimana apabila hakim maha adil, Raja Yama ini jumlahnya memadai? beserta kawan-kawan sejawatnya mereka mengadili seseorang, seperti satuan kepolisian atau kejaksaan.. bagaimana?

Quote from: cowcool on 25 September 2007, 07:05:58 PM
Permasalahannya yang maha tahu dan maha adil itu cuma yang sudah tercerahkan dalam hal ini Buddha, Arahat ... seseorang yang sudah tercerahkan sudah tidak tertarik lagi untuk melakukan pengadilan dan eksekusi hukuman sudah tidak tertarik lagi untuk menjadi raja dunia, raja neraka, raja dewata
ataupun raja tertinggi Brahma sekalipun. Buddha dan Arahat sudah tidak bisa dikategorikan sebagai sebuah sosok individu karena sudah merealisasikan anatta.
(astaga...jadi Buddha itu sangat egois ya).....  btw tidak ada literatur yang menyebutkan bahwa Raja Yama itu sama dengan Arahat/ Buddha. Sekali lagi, pendapat bahwa alam neraka ini  kondisi pikiran  juga hasil perkiraan/tebak-tebakan seseorang, yang belum tentu benar.

Quote from: cowcool on 25 September 2007, 07:05:58 PM
Mengenai neraka sebagai stage of mind. Bro Moten harus tahu dulu konsep .. bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta adalah ilusi.

Pencerapan yang diperoleh dari mata adalah tidak reliable bukan kebenaran sesungguhnya
Pencerapan yang diperoleh dari telinga adalah tidak reliable bukan kebenaran sesungguhnya
Pencerapan yang diperoleh dari lidah adalah tidak reliable bukan kebenaran sesungguhnya
Pencerapan yang diperoleh dari kulit adalah tidak reliable bukan kebenaran sesungguhnya
Pencerapan yang diperoleh dari hidung adalah tidak reliable bukan kebenaran sesungguhnya
Akhirnya otak dengan segala logikanya pun tidaklah reliable dan bukan kebenaran sesungguhnya.

Karena segala sesuatu adalah ilusi maka .. neraka adalah stage of mind/connsciousness. :)
kalau segala sesuatu ini adalah ilusi, lalu pada saat kita memencet tombol keyboard dan memposting di forum ini juga ilusi dong... ??? mohon pencerahannya..  ^:)^

Quote from: cowcool on 25 September 2007, 07:05:58 PM
Mengenai pemerkosa sedang berbahagia itu karena karma buruk mereka belum berbuah, tapi bila sebab2 dan kondisinya sudah matang terjadilah.....

Mohon dikoreksi jika ada yg salah.

iya sebagai tambahannya, apabila si pemerkosa dan amoy ini sama-sama mati, pada saat kejadian 14 mei 1998, (si amoy mati karena habis diperkosa beramai-ramai, lalu dilempar ke dalam api membara, sedangkan si pemerkosa mati ditembak polisi), nah yang jadi persoalannya, menurut konsep bahwa neraka adalah kondisi pikiran,  dan konsep mengenai karma pelempar,

1. si Amoy sedang dalam kondisi marah, kecewa, frustasi, stress berat, mati di lempar ke dalam api membara..
2. si pemerkosa sedang dalam kondisi bahagia, menikmati saat" indah ber-indehoi dengan para Amoy, menikmati barang-barang rampokannya...

kesimpulannya, (berdasarkan konsep bahwa neraka itu kondisi pikiran tanpa adanya raja yama , serta konsep karma pelempar) : si Amoy masuk ke alam neraka dan si pemerkosa masuk ke alam dewa.....


Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: FZ on 26 September 2007, 12:36:12 PM
 [at] Bro Muten
Sekedar saran

Mohon hindari penggunaan kata amoy dan bahasa rasis lainnya.
Ini forum Buddhism bukan forum rasis.
Anda boleh mengemukakan pendapat, namun diharapkan pilihlah bahasa yang lebih baik.
Bahasa yang baik mencirikan orangnya juga baik dan bermartabat

Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: cowcool on 26 September 2007, 05:20:07 PM
Siapakah yang pencet2 keyboard?. Yang sedang memencet2 keyboard adalah ilusi tanpa "self". Ilusi ini begitu canggihnya .. saking canggihnya serasa nyata sekali. Lalu apakah yang disebut cowcool ada?. Ya ada tapi sama sekali bukan  seperti yang kita perceive.

Kita semua sedang dalam keadaan mabuk, cuma bedanya ada yang mabuk sekali ada yang tak begitu mabuk. Mabuk, khususnya mabuk narkoba  bisa menimbulkan halusinasi.

Semakin tinggi consciousnes suatu entity , maka semakin tidak mabuk dia . Misalkan Brahma ... Brahma tingkat mabuknya sudah jauh jauh jauh lebih mendingan dari pada manusia pada umumnya . Tapi tetap saja ada kadar kemabukannya. Yang sama sekali sudah tidak mabuk ya Arahat. KArena sudah tidak mabuk lagi maka seorang Arahat mengetahui realitas sesungguhnya dari semua hal karena beliau sudah tersadarkan, tercerahkan.

Lalu mabuk karena apa?. Mabuk karena kebencian, pra-konsepsi, rasa takut, kebodohan batin dst dst kilesa lainnya.

Bro Muten, sekarang begini saja deh . Anda percaya tidak Mara sang Raja Iblis ada?.Si paling jahat yang selalu ingin menjerumuskan manusia ke dosa, yang ingin menjerumuskan manusia ke neraka?. Yang selalu mengintai menunggu kesempatan untuk membuat manusia menderita?. Yah mungkin kalau di kr****n yang mirip adalah Lucifer. Menurut anda bagaimana?.

Kalau ada apakah Mara itu sesosok enity atau representasi saja?. Itu saja komentar saya.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: cowcool on 26 September 2007, 09:54:00 PM
Akhir kata terlepas dari apakah Yama itu sesosok entity atau bukan ... toh intinya ...... apapun karma yang kita buat apakah melalui pikiran, perkataan atau tindakan pasti akan mendatangkan akibat, itu saja. Ada atau tidaknya Yama sebagai entity tidaklah penting. Tetap saja manusia harus merasa takut jika membuat karma buruk.

Sekian saja. Ini adalah postingan  saya yang terakhir di thread ini.
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 27 September 2007, 12:17:42 PM


Quote from: cowcool on 26 September 2007, 05:20:07 PM
Bro Muten, sekarang begini saja deh . Anda percaya tidak Mara sang Raja Iblis ada?.Si paling jahat yang selalu ingin menjerumuskan manusia ke dosa, yang ingin menjerumuskan manusia ke neraka?. Yang selalu mengintai menunggu kesempatan untuk membuat manusia menderita?. Yah mungkin kalau di kr****n yang mirip adalah Lucifer. Menurut anda bagaimana?.

Kalau ada apakah Mara itu sesosok enity atau representasi saja?. Itu saja komentar saya.

nih.. kisah Sang Mara, gw comot dari forum laen... kira" menurut anda mara ini sosok individu atau bukan?

Vasavattimaradhiraja
Dipetik dari buku berbahasa Thai berjudul Lokadipani tulisan Phra
Dhammadhirajamahamuni, dituturkan kembali secara bebas Oleh : Hananto,
www.sammaditthi.org edisi 1, Jun '00 <panna>
diedit seperlunya oleh sawfa untuk milis atas ijin redaksi
sammaditthi.
---------------------

Vasavattimaradhiraja yang sekarang menjadi maharaja dari para dewa
Mara yang bertinggal di Sorga Paranimmitavasavatti adalah seorang
Bodhisatta yang sedang menyempurnakan paramathaparami untuk mencapai
Kebuddhaan di masa mendatang. Usaha itu telah dimulainya dalam
hitungan asankheyya.

Semasa Sammasambuddha Kassapa muncul di dunia, Maradhiraja terlahir
sebagai seorang manusia yang bernama Bodhi. Dia bekerja sebagai
Senapati utama dan terpercaya dari Maharaja King-kissa. Karenanya, dia
juga dipanggil Bodhisenapati.

Pada suatu hari, Maharaja Kingkissa - yang mempunyai saddha terhadap
Buddhasasana - mendengar bahwa Sang Buddha Kassapa sedang masuk ke
dalam Nirodhasamapatti yang penuh kebahagiaan selama tujuh hari, di
bawah naungan pohon beringin yang amat besar. Mendekati saat keluarnya
Sang Buddha dari Nirodhasamapatti, Maharaja berpikir : 'Sang Buddha
akan segera mengakhiri samadhi-Nya. Barang siapa mempersembahkan dana
pada saat itu, akan mendapat berkah yang besarnya tak terhingga,
apapun keinginannya akan tercapai. Saya tak akan menyia-nyiakan saat
yang baik ini.' Lalu mengeluarkan perintah dan pengumuman pada
rakyatnya.

'Barang siapa mendahului Maharaja mempersembahkan dana pada Sang
Buddha sesaat beliau mengakhiri samadhi-Nya, saya akan menghukum
pancung orang itu.'

Untuk itu Maharaja memerintahkan prajurit-prajuritnya untuk menjaga
sekeliling pohon beringin dimana Sang Buddha sedang melakukan samadhi.

Bila ada orang yang datang hendak mempersembahkan dana,
diperintahkannya untuk ditangkap. Bodhisenapati tahu akan pengumuman
itu. Namun, dia - yang mempunyai saddha yang amat kuat dan bijaksana -
tetap mempunyai keinginan untuk mempersembahkan dana kepada Sang
Buddha sesaat Beliau mengakhiri samadhi-Nya. Dia berpikir bahwa berkah
yang didapat amatlah besar. Dia tak akan menyesal walau harus mati
karenanya.

Pada keesokan harinya, di saat Sang Buddha akan mengakhiri samadhi,
Bodhisenapati bersama istrinya, menyiapkan makanan persembahan dan
pergi menemui Sang Buddha.

Demi melihat Bodhisenapati beserta istrinya, para prajurit penjaga
bertanya : 'Wahai Tuan Senapati, kenapa Tuan melanggar perintah
Maharaja. Bukankah Tuan tahu bahwa Maharaja melarang siapapun
mempersembahkan dana kepada Sang Buddha? Maharaja sendirilah yang akan
mempersembahkan. Atau mungkin Tuan akan pergi ke tempat lain?'

Mendengar itu Bodhisenapati berpikir : 'Kalau seandainya saya
berbohong kepada mereka, atau menasehati Maharaja untuk mengundang
Sang Buddha ke istana, tentu mereka akan percaya dan mengikuti nasehat
saya. Tapi, saya tak ingin melakukannya. Sebab, dengan berbohong,
berkah yang saya dapat tak akan sesuai dengan harapan. Jadi, sebaiknya
saya berkata dengan sesungguhnya, walau harus mati karenanya.'

Maka, iapun menjawab : 'Ya, kami akan mempersembahkan dana makanan
pada Sang Buddha.'

Para prajurit itu pun segera menangkap Bodhisenapati dan istrinya. Dan
dibawa menghadap Maharaja untuk diadili. Maharaja amat Marah karena
dikhianati panglima perangnya dan menjatuhi hukuman pancung terhadap
Bodhisenapati dan istrinya.

Kassapa Sammasambuddha tahu semua apa yang terjadi. Dengan mata
Kebuddhaan-Nya, Beliau tahu siapa Bodhisenapati. Beliau menaruh metta
padanya.

Beliau segera menciptakan bayangan sendiri untuk tetap tinggal di
tempat semula, dan beliau sendiri pergi menemui Bodhisenapati yang
sedang menanti dilaksanakannya hukuman pancung terhadapnya. Karena
kesaktian-Nya, tak seorang pun bisa melihat kedatangan Beliau selain
Bodhisenapati dan istri. Lalu berkata : 'Wahai Bodhisenapati, tetaplah
tenang. Tetap pertahankan saddhamu. Jangan menyesali kehidupan ini.
Segera persembahkan dana makanan yang telah kau persiapkan dengan
keyakinan yang penuh terhadap Tathagata.'

Demi mendengar itu, keyakinan Bodhisenapati semakin mantap. Dengan
saddha dan piti yang telah memenuhi batinnya, dipersembahkannya dana
mereka pada Sang Buddha serta mengucapkan panidhana :

'Sang Buddha sebagai guru dan pelindung bagi semua makhluk. Saya telah
rela menerima kematian demi mempersembahkan dana makanan ini pada Sang
Buddha. Semoga dana persembahan ini menjadi penyebab bagi keinginan
saya untuk mencapai pencerahan sebagai Sammasambuddha di masa yang
akan datang.'

Sambil mengelus kepala Bodhisenapati, Sang Buddha Kassapa berkata :

'Apa yang kau harapkan akan tercapai. Wahai Bodhisenapati, yakinlah,
dimasa yang akan datang kau akan mencapai pencerahan sebagai seorang
Sammasambuddha.'

***********

Setelah dalam waktu yang amat lama mengikuti daur kehidupan dan
kematian dalam vattasamsara ini, Bodhisenapati terlahir sebagai dewa
Mara, menguasai Sorga Paranimitavasavatti. Dan sempat bertemu dengan
Sang Buddha Gotama, yang sebenarnya merupakan kesempatan yang amat
baik untuk berbuat kebajikan dan belajar Dhamma pada Buddha Gotama.
Namun, kesempatan yang amat baik itu sama sekali tidak
dimanfaatkannya. Bahkan, sebaliknya, ia selalu menghambat, menghalang
dan mengganggu Sang Buddha; sejak awal usaha untuk mencapai
Kebuddhaan, hingga menjelang akhir dari kehidupan Sang Buddha. Sebagai
dewa puthujana yang amat sakti namun dikuasai oleh kilesa, dengan
sombongnya ia menguji dan menghalangi kegiatan Sang Buddha Gotama yang
penuh metta. Namun, segala perbuatan jeleknya itu tak (sampai) bisa
digolongkan sebagai garuka kamma yang menyebabkan seseorang terjerumus
ke dalam neraka Avici, seperti Bhikkhu Devadatta yang telah melukai
Sang Buddha dan memecah belah Sangha.

Kiranya, perbuatannya itu bisa diibaratkan sebagai seorang anak nakal
atau durhaka yang selalu tak menyetujui dan melawan orang tuanya. Dan
ternyata, Sang Buddha pun tak pernah meramalkan sesuatu yang jelek
pada dewa Mara seperti kepada bhikkhu Devadatta.

Rupanya, kenakalan dewa Mara muncul kembali manakala ia tahu ada
seseorang yang berusaha melestarikan dan mengembangkan Dhamma secara
murni.

Itu terbukti saat Asoka Maharaja akan mengadakan peresmian dan
perayaan atas terselesaikannya pemugaran candi-candi Buddha di India,
kurang lebih 200 tahun setelah Sang Buddha parinibbana. Ia berusaha
mengganggu dan menggagalkan perhelatan besar itu. Namun, kenakalannya
itu bisa diredam oleh Upagupta Thera, yang membuat dewa Mara jera dan
menyesal. Kembali mengucapkan adhitthana untuk menjadi Sammasambuddha.

*********

Menjelang diadakannya perhelatan peresmian dan perayaan atas
berhasilnya pemugaran candi-candi Buddha dan pelestarian Buddhasasana
yang diprakarsai oleh Asoka Maharaja, para bhikkhu Arahat dan
menguasai Abhinna, berkumpul diketuai oleh Moggalliputta Tissa Thera.
Mereka membicarakan tentang maksud dewa Mara yang akan datang
mengganggu dan menghalangi terlaksananya perhelatan tersebut. Walaupun
para bhikkhu itu telah mencapai Kearahatan dan menguasai Abhinna,
namun mereka merasa tak seorang pun mampu mengalahkan kesaktian dewa
Mara. Mereka mengetahui dengan mata dewa mereka, hanya seorang bhikkhu
yang mampu mengatasi dewa Mara. Dia adalah Kisanaga Upaguta Thera juga
disebut Upagupta Thera ) yang saat itu berdiam di dasar samudera
Hindia.

Sang Buddha pernah meramalkan bahwa di masa yang akan datang akan
muncul seorang bhikkhu bernama Upagupta yang akan meredam kejahatan
dewa Mara dengan kesaktiannya yang membuat Mara sadar akan
kesalahannya.

Upagupta Thera adalah seorang bhikkhu yang amat sederhana dan lebih
suka tinggal sendiri di tempat-tempat yang hening. Tak suka berkumpul
beramai-ramai. Dia suka mengembara di hutan-hutan, juga di samudera.
Bila tinggal di dasar laut, ia akan menciptakan kuti dari kaca, dan
tinggal sendiri dengan tenang dalam jhana samapatti berlama-lama.
Tanpa makan dan minum. Hingga badannya amat kurus. Karenanya, ia
dinamakan bhikkhu Kisanaga Upagupta.

Pasamuan Sangha memutuskan mengirim dua orang bhikkhu mengundang
bhikkhu Upagupta untuk mengatasi gangguan dewa Mara.

Maka dalam sekejap, dua bhikkhu sakti itu telah tiba dihadapan bhikkhu
Upagupta. Setelah saling tegur dengan Dhamma patisanthara, bhikkhu
utusan itu berkata:

'Avuso Upagupta, kami diutus oleh Pasamuan bhikkhu mengundang Anda
untuk ikut membantu terlaksananya perhelatan kita. Kami dengar Mara
akan datang menggagalkan maksud kami. Sangha menugaskan Anda untuk
mengatasi Mara. Kami harap Anda tak menolak tugas ini.'

Bhikkhu Upagupta pun menjawab :

'Baiklah Avuso, saya menyanggupi tugas ini. Sekarang silakan Avuso
pergi lebih dulu. Saya segera akan menyusul.'

Maka, menghilanglah kedua bhikkhu itu dari hadapan Upagupta Thera dan
muncul kembali di tengah-tengah Pesamuan para bhikkhu. Tapi, apa yang
mereka lihat? Ternyata bhikkhu Upagupta telah tiba lebih dulu. Duduk
dengan tenangnya di hadapan Moggalliputta Tissa Thera.

Keesokan harinya, bhikkhu Upagupta pergi pindapata, menerima dana
makanan dari para upasaka-upasika. Kala itu Asoka Maharaja melihat
bhikkhu Upagupta yang bertubuh amat kurus, merasa ragu-ragu : 'Dewa
Mara terkenal amat sakti. Mungkinkah orang sekurus bhikkhu Upagupta
itu mampu mengalahkan kesaktian dewa Mara?' Untuk meyakinkan dirinya,
ia ingin menguji kemampuan bhikkhu kurus itu. Maka, dengan segera ia
memanggil pengawalnya dan memerintahkan membuat mabuk seekor gajah
istana yang besar dan dilepas menghadang perjalanan bhikkhu Upagupta.

Sang gajah dengan liar dan ganasnya segera menyerang bhikkhu Upagupta.

Melihat itu, Upagupta Thera segera masuk ke dalam metta jhana dan
mengirimkan getaran metta ( cinta kasih ) pada gajah yang sedang mabuk
itu, membuat sang gajah tersadar dari keadaan mabuknya. Kembali
menjadi gajah istana yang perkasa tapi jinak dan manis. Dengan
lembutnya, ia menekuk kaki depannya dan bernamakkara di hadapan
Upagupta Thera. Upagupta Thera mengelus kepala si gajah lalu dengan
tenang meneruskan perjalanan.

Perhelatan yang konon dilaksanakan selama tujuh tahun, tujuh bulan dan
tujuh hari itu dibuka langsung oleh Maharaja Asoka dengan hati yang
tenang karena ia yakin pada kemampuan bhikkhu Upagupta.

Perayaan itu dibuat amat meriah dan mewah. Lampu-lampu hias dan
penerangan amatlah indah dan cemerlang. Terutama lilin-lilin,
bunga-bunga serta dupa pemujaan di altar Sang Buddha ditata begitu
indahnya. Sabda-sabda Sang Buddha dilantunkan kembali oleh para
bhikkhu dengan suara yang teratur dan merdu. Suasana benar-benar
sakral dan menyejukkan hati. Rakyatpun amat bersuka hati dengan
diadakan keramaian itu. Raja yang dermawan dan bijaksana itu berhasil
merebut hati rakyatnya dengan penerapan Dhamma yang benar.

----------
(Pengabdian Asoka Maharaja terhadap Buddhasasana bukan hanya pemugaran
candi-candi Buddha di India. Namun, juga mendukung diadakannya
Sangayana yang ketiga. Mendukung pengiriman para Dhammaduta ke luar
negeri. Yang terkenal diantaranya yaitu, putra-putrinya sendiri,
Mahinda Thera dan Sanghamitta Theri yang dikirim ke Sri Langka.
Mahinda Thera mengadakan Sangayana disana. Sementara Sanghamitta Theri
mendirikan Sangha Bhikkhuni. Dan, Dhammaduta yang diketuai oleh Sona
Thera dan Uttara Thera yang menyebarkan Dhamma ke Burma, Thailand dan
sekitarnya, sempat mampir ke pulau Jawa sejenak. Namun, karena
perjalanan ke tenggara itu amat berat, tak seorang bhikkhuni pun
menyertai sebagai Dhammaduta sehingga tidak terdapat Sangha Bhikkhuni
di tempat yang dikunjungi Sona Thera dan Uttara Thera).
--------------

Namun, perhelatan yang memang telah direncanakan amat meriah dan
menarik itu, ternyata masih ditambah dengan suatu pertunjukan seru dan
mengerikan yang tak diduga sebelumnya. Membuat suasana semakin meriah.
Itu disebabkan oleh ulah dewa Mara yang merasa tak senang atas
berhasilnya pemugaran candi-candi Buddha dan kini sedang dirayakan.
Hatinya merasa gatal melihat kejayaan Buddhasasana.

Dengan segera ia turun dari Sorga Paranimitavasavatti dan menciptakan
badai, angin puyuh yang dahsyat menyapu segala perlengkapan perhelatan
yang telah diatur sedemikian indah. Melihat itu, Upagupta Thera segera
masuk jhana dan ber-adhitthana menghentikan badai dahsyat itu dan
mengembalikan segala sesuatu yang telah porak poranda ke tempatnya
semula. Dewa Mara terkejut dan merasa terhina demi melihat lawannya
hanyalah seorang bhikkhu yang bertubuh amat kurus dan jangkung. Dia
merubah diri menjadi seekor kerbau hutan yang amat besar dan ganas.
Mengamuk dan merusak barang-barang di sekitarnya. Lalu berlari
menubruk hendak melumat tubuh bhikkhu Upagupta.

Sang Thera mengubah diri menjadi seekor harimau yang jauh lebih besar
dari kerbau hutan itu. Langsung menerkam dan menangkap si kerbau,
membuat si kerbau menguak dan meraung kesakitan. Harimau besar tidak
juga melepaskan kerbau yang telah tak berdaya itu, membuat Mara
semakin marah dan mengubah diri menjadi seekor naga. Meronta,
membebaskan diri dan menyemburkan api beracun menyerang harimau besar.
Dengan cepat harimau itu mengubah diri menjadi seekor garuda yang amat
besar. Menyambut serangan nagaraja dengan paruhnya yang menganga
lebar.

Maka, berlagalah kedua makhluk dahsyat itu dengan serunya. Segala
jurus dan usaha dari nagaraja untuk membelit dan menundukkan raja
garuda selalu gagal. Dengan lincah dan ligatnya garuda menghindar dan
membalas serangan sang naga. Api berbisa yang berkobar-kobar pun
seolah-olah bagaikan angin sepoi-sepoi dirasakan garuda.

Akhirnya, sang garuda berhasil menangkap leher naga dengan paruhnya.
Diterkamnya tubuh sang naga dengan cakarnya yang besar dan tajam serta
dibawa terbang ke udara. Dalam keadaan yang tak berdaya, badan sang
naga terombang-ambing di udara lalu dihempaskan kembali ke bumi. Mara
semakin gusar dengan kekalahan yang membawa siksa ini.

Ia segera mengubah diri menjadi raksasa yang amat besar dengan taring
yang mengerikan. Tangan kanannya menggenggam gada pemukul sebesar
pohon kelapa. Meraung-raung menyerang garuda. Namun, garuda pun segera
berubah menjadi raksasa pula. Badannya lebih besar dan kedua tangannya
memegang gada pemukul pula. Menyambut serangan raksasa Mara. Saling
serang, saling mengelak. Bumi pun berdentam-dentam akibat hempasan
kaki kedua raksasa. Pukulan-pukulan raksasa Mara sering tidak mengenai
sasaran bahkan kalau mengena pun seolah tak dirasa oleh raksasa
ciptaan Sang Thera. Namun, pukulan raksasa ciptaan Sang Thera terasa
amat menyakitkan di tubuh maupun hati raksasa Mara. Tubuhnya terasa
remuk redam dan hatinya pun merasa amat sakit dan pilu menerima setiap
pukulan yang mengena.

Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 27 September 2007, 12:18:24 PM
Dewa Mara teringat saat bersama pasukannya menyerang Sang Buddha.
Semua senjata yang dilontarkan menyerang tubuh Buddha Gotama berubah
menjadi rangkaian besar bunga yang indah memayungi Sang Buddha.
Pasukannya mundur tersapu badai. Sang Buddha membalas
serangan-serangan dahsyat Mara dengan metta. Beliau sama sekali tidak
membalas serangan dengan siksaan seperti yang diterimanya sekarang.
Bhikkhu Upagupta - murid Sang Buddha itu - telah membuatnya
benar-benar tak berdaya dan tersiksa. Tubuhnya kembali menjadi dewa
Mara, terpuruk lemas di hadapan Sang Thera yang berdiri dengan
tenangnya.

Sebenarnya, ia ingin mengerang dan merintih karena rasa sakit di
sekujur tubuhnya. Namun, perasaan angkuh yang masih menguasai dirinya
membuatnya bungkam seribu basa. Rupanya, penderitaan yang dialaminya
itu belum mampu menghancurkan kesombongan dan keangkuhan yang selama
ini menjadi kebanggaannya. Dengan pasrah ia menunggu apa yang akan
terjadi selanjutnya pada dirinya, karena memang tak mampu berbuat
selain dari itu.

Dengan kesaktiannya, Upagupta Thera menciptakan bangkai anjing yang
telah berbau sangat busuk dan berulat. Lalu dikalung-kan pada leher
dewa Mara serta ber-adhitthana : 'Tak seorang pun, dewa bahkan brahma
yang mampu melepas bangkai anjing ini dari lehermu.'

Dewa Mara pun amat terkejut mendengarnya. Kesombongan dan keangkuhan
kembali mengendalikan batinnya. Dengan marahnya ia terbang mencari
pertolongan pada dewa Catumaharajika. Namun, dewa-dewa Catumaharajika
hanya bisa menjawab :

'Tuanku, Tuan saja yang lebih sakti dari kami tak mampu melepasnya.
Apalagi kami.'

Begitupun ketika minta pertolongan pada dewa-dewa yang lebih tinggi
dari dewa-dewa Catumaharajika, seperti Yamadhiraja dan lain-lain.
Mereka menjawab :

'Tuanku, Tuan saja yang lebih sakti dari kami tak mampu melepasnya.
Apalagi kami.'

Mendengar jawaban itu, ia tak segera putus asa. Ia terbang menemui
dewa Brahma bahkan Maha Brahma untuk minta pertolongan melepas bangkai
anjing yang menjijikkan itu dari lehernya.

'Wahai Maha Brahma yang sakti dan baik hati, tolong lepaskan bangkai
anjing ini dari leher saya. Bangkai anjing ini semakin lama semakin
busuk saja.'

'Sayang sekali, dewa Mara. Bukannya kami tak mau menolong Anda. Tapi,
sebenarnyalah, tak seorang pun dewa atau Brahma di tiga alam ini yang
mampu melepas bangkai yang menghiasi leher Anda itu. Hanya ada satu
orang yang mampu melakukannya.'

'Katakanlah Tuan, siapa yang mampu melakukannya?' tanya dewa Mara
penuh harap. Tapi, jawaban Maha Brahma membuatnya berkecil hati
kembali.

'Dia adalah Upagupta Thera, Buddhasavaka yang telah mencapai
Kearahatan dan mempunyai Chalabhinna.'

'Murid Gotama itu telah menyiksaku. Tolong nasehatkan padaku, apakah
aku harus merengek-rengek padanya? Maha Brahma, saya merasa keberatan
berhadapan muka dengannya. Hendak ditaruh dimanakah muka saya ini?'

'Wahai dewa Mara. Kami nasehatkan, kembalilah padanya. Sang Thera
adalah seorang yang penuh metta seperti Buddha Gotama gurunya. Atau
Anda menunggu hingga Sang Thera Parinibbana? Lalu, siapa pula yang
mampu melepas bangkai itu dari leher Anda? Apakah Anda menghendaki
perhiasan itu selama hidup Anda?'

Maka, dewa Mara pun berpikir : 'Baiklah! Kalau memang hanya bhikkhu
itu yang mampu melepaskannya, aku akan pergi padanya. Bila telah
terbebas dari bangkai menjijikkan ini, aku akan pergi dan tak ingin
melihat mukanya lagi.'

Setelah berpamitan, maka ia kembali ke dunia menemui bhikkhu Upagupta.

Bhikkhu Upagupta duduk samadhi di kaki gunung Himalaya, seolah sedang
menunggu kedatangan dewa Mara. Dewa Mara duduk di hadapan Sang Thera,
menunggu dengan tertibnya.

'Dewa yang baik, kau telah kembali rupanya. Kemana saja selama ini?'
tegur Sang Thera. Mendengar pertanyaan ini, makin guguplah ia, seperti
seorang anak nakal yang ditegur ayahnya.

'Bhante, lepaskanlah bangkai ini dari leher saya.' Hanya itu yang
diucapkannya. Sang Thera pun tahu bahwa dewa sakti itu masih tetap
dikuasai kesombongan dan keangkuhan.

Bhikkhu Upagupta berdiri. Melolos ikat pinggangnya serta
melemparkannya pada dewa Mara. Ikat pinggang itu memanjang di udara,
jatuh tepat di tubuh dewa Màra, membelit, mengikat tubuh dewa Mara.
Tubuh yang telah terikat erat dan tak bisa berkutik itu dijinjing oleh
Sang Thera, dibawa terbang menuju puncak gunung Himalaya.

'Lebih baik kau beristirahat di sini selama perhelatan yang diadakan
Asoka Maharaja berlangsung. Dengan begini, kau tak bisa
mengganggunya,' kata bhikkhu Upagupta sambil mengikat tubuh dewa Mara
pada puncak Himalaya. Dan Sang Thera pun beradhitthana : 'Tak seorang
pun, dewa bahkan Brahma yang akan mampu melepaskanmu.' Dan
ditinggalnya Mara terikat sendirian di atas sana selama tujuh tahun,
tujuh bulan dan tujuh hari. Alangkah menderitanya dewa malang itu. Ia
hanya bisa mengerang, mengeluh dan meronta tanpa bisa melepaskan diri.

*******

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan pun berganti tahun.
Akhirnya, tiba pula saatnya perayaan meriah itu paripurna. Bhikkhu
Upagupta pergi ke tempat dewa Mara terikat sedang merenungi dan
meratapi nasibnya tanpa bisa dilihat oleh dewa Mara. Sang Thera
sengaja tak menampakkan diri agar bisa tahu apakah dewa Mara telah
jera atau belum.

Mara yang tahu bahwa hari itu adalah hari berakhirnya perhelatan
besar, yang berarti akan terbebaskannya dirinya dari derita setelah
tujuh tahun lebih harus berkalungkan bangkai anjing busuk dan badan
terikat erat tak bisa beranjak kemana pun.

Baru kali ini dia punya kesempatan merenungkan semua tindakan dan
tingkah laku yang salah di masa lalu. Dalam keadaan tak berdaya,
batinnya bisa berpikir dengan jernih. Bukan dia yang terhebat di dunia
ini!

Dia teringat, karena pikiran usilnya, mengganggu Buddha Gotama yang
tak pernah berbuat salah padanya, dengan segala macam cara.
Sammasambuddha Gotama yang telah mencapai kesucian tertinggi, terbebas
dari nafsu, dia umpan dengan anak-anak gadisnya yang cantik
menggairahkan.

Sammasambuddha Gotama yang menguasai segala kesaktian, dia serang
dengan kekuatan penuh, dengan pasukan dan senjata lengkap. Sang Buddha
mengalahkannya tanpa menyakitinya, tanpa menyiksanya. Keusilannya
belum cukup sampai di situ. Kemudian, ia meminta Buddha Gotama untuk
segera memasuki Parinibbana. Begitupun ketika Buddhasasana, karya Sang
Buddha berjaya, iapun merasa tak senang. Sang Buddha tak pernah
mempunyai urusan dengannya. Buddhasasana pun tak pernah
menyusahkannya. Tapi, kenapa pula ia mencari perkara terhadap orang
yang tak bersalah. Kenapa pula ia usil terhadap orang yang tak pernah
mengusilinya.

Dan kini, karena ulahnya itu, ia terkena batunya. Ia harus tersiksa
karenanya. Murid Buddha Gotama yang muncul dua ratus tahun setelah
Sang Buddha Parinibbana itu telah memberinya pelajaran yang amat
berharga, walau terasa amat pahit. Membuat mata hatinya terbuka lebar.
Membuatnya sadar, betapa jahatnya dirinya, betapa usilnya dirinya,
betapa bodohnya dirinya.

Mengingat itu semua, dia merasa amat malu pada dunia. Dia merasa amat
malu pada Buddha Gotama. Dia merasa amat malu pada bhikkhu Upagupta.
Dan lebih dari itu semua, ia merasa amat malu pada diri sendiri. Dia
menyesali diri sendiri yang telah buta terhadap kebaikan. Mengabaikan
kesempatan yang amat langka.

Akhirnya, ia merasa amat marah terhadap dirinya sendiri. Giginya
mengatup, menggeretak. Dengan geram ia meronta. Dihentakkannya kakinya
beberapa kali ke tanah. Bumi pun berguncang. Salju pun pecah
bertebaran, berserakan menggelinding ke bawah mengikuti aliran sungai
Gangga.

Setelah melampiaskan kemarahan yang mengganjal di dada, Dewa Mara
merasa lilih, tenang. Pikirannya menjadi semakin jernih.

'Alangkah beruntungnya aku bertemu dengan bhikkhu Upagupta yang mampu
menyadarkan diriku. Apa yang terjadi bila tak seorang pun mampu
mengajarku. Tentu aku akan tetap tersesat pada kejahatan. Tapi, akan
lebih baik lagi bila aku mampu mencapai pencerahan sebagai
Sammasambuddha yang penuh welas asih, sebagai pelindung dan guru dari
semua makhluk' pikirnya.

Maka, di kesunyian puncak Himalaya yang amat dingin dan penuh salju,
dengan lantangnya dewa Mara, penguasa sorga Paranimmitavasavatti itu,
ber-adhitthana : 'Wahai alam semesta dan seisinya, saksikanlah, aku,
Maradhiraja penguasa sorga Paranimmittavasavatti, sejak saat ini,
menyatakan diri berlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha, bertekad
akan berusaha menyempurnakan parami untuk mencapai penerangan sempurna
sebagai Sammasambuddha, pelindung dan guru bagi semua makhluk.'
Sesudah menguncarkan adhitthana itu, batinnya dipenuhi oleh ketenangan
dan kebahagiaan. Ketenangan dan kebahagiaan yang belum pernah
dirasakan sebelumnya.

Tiba-tiba, muncullah Upagupta Thera di hadapannya. Dengan malu-malu
dewa Mara menegur Sang Thera : 'Bhante, berarti sejak tadi Bhante
telah berada di sekitar tempat ini.'

'Benar, dewa yang baik. Saya tahu apa yang Anda perbuat dan mendengar
apa yang Anda katakan. Maka dari itu, ijinkan saya menyampaikan hormat
saya pada Anda, seorang Bodhisatta.'

'Tapi, Bhante dengan begitu kejamnya telah menyiksa saya. Saya tak
ingin menjadi seorang Arahat seperti Bhante, karena saya tak ingin ada
orang tersiksa seperti saya. Saya ingin menjadi Sammasambuddha yang
penuh welas asih.'

Dengan tersenyum geli, Upagupta Thera berkata :

'Dewa yang baik, janganlah Anda mendendam pada saya. Karena kamma kita
di masa lampau, kita berdua harus sering bertemu dan saling menyakiti.
Tapi, dalam kehidupan ini, sayalah yang menang dan berhasil
mengingatkan Anda kembali ke jalan yang benar. Itu tugas akhir saya
terhadap Anda. Bukankah kita tak akan bertemu lagi pada kehidupan yang
akan datang? Karenanya, harap Anda memaafkan saya bila Anda merasa
tersiksa karenanya. Jadi, bukan karena saya tak mempunyai welas asih.
Tapi, semata-mata karena kewajiban yang harus saya lakukan.'

'Bhante benar. Tak ada lagi hutang piutang diantara kita. Saya merasa
amat berterima kasih pada Bhante yang telah menolong saya untuk
kembali ke jalan yang benar. Dan Bhante ..., telah terlalu lama saya
menderita begini. Tolong bebaskanlah saya sekarang. Saya telah rindu
pada kebahagiaan sorgawi di istana saya' pintanya.

Bhikkhu Upagupta memejamkam mata sejenak, sambil mengatupkan kedua
telapak tangan di dada. Maka, terurailah ikat pinggang yang membelit
tubuh dewa Mara, melayang di udara, menjadi pendek seperti semula dan
jatuh tepat di tangan Sang Thera. Bangkai anjing di leher Mara pun
lenyap seketika.

Dewa Mara menarik napas dengan lega. Dia merasa amat kagum pada
kesaktian Sang Thera, murid Sang Buddha. Kalau muridnya saja begitu
sakti, bagaimana pula dengan Sang Buddha. 'Sebelum Anda kembali ke
tempat Anda, bolehkah saya meminta sesuatu pada Anda?' tanya Upagupta
Thera setelah membebaskan dewa Mara.

'Tentu, Bhante. Apakah yang harus saya perbuat untuk Bhante?'

'Wahai dewa Mara. Dalam satu hal, saya merasa kurang beruntung. Saya
dilahirkan jauh sesudah Sang Tathagata parinibbana. Karenanya, saya
tak pernah bertemu dan melihat langsung bagaimanakah rupa dari Guru
saya tersebut. Dalam hal ini Anda lebih beruntung dari pada saya. Anda
pernah bertemu dan melihat langsung Sang Buddha. Saya harap Anda mau
mengubah diri Anda menjadi Sang Buddha agar saya dapat melihat
bagaimanakah Guru saya itu. Itulah permintaan saya.'

'Baiklah, Bhante. Tapi, dengan satu syarat yang harus Bhante penuhi.
Bila saya telah mengubah diri menjadi Sang Buddha, janganlah Bhante
namakkara pada saya. Saya tak sanggup lagi menerima buah kamma buruk
karenanya,' kata Mara penuh kekhawatiran.

'Baiklah,' jawab Sang Thera.

Maka, Mara mengubah diri menjadi Buddha Gotama, lengkap dengan
Mahapurisalakkhana (tiga puluh dua ciri-ciri Kebuddhaan). Berjalan
dengan anggunnya diiringi oleh Asitimahasavaka (delapan puluh
murid-murid utama).

Setelah cukup lama memperhatikan dengan seksama, dengan penuh hormat,
Upagupta Thera melakukan namakkara di hadapan Sang Buddha.

Dengan segera lenyaplah pemandangan Sang Buddha beserta
murid-muridnya, berganti dengan dewa Mara yang sedang berdiri dengan
muka cemberut memandang Sang Thera.

'Mengapa Bhante mengingkari janji? Mengapa Bhante namakkara pada saya?
Lalu, buah kamma apa lagi yang akan saya terima karenanya? Dulu saya
telah banyak berbuat jahat pada Sang Buddha. Dan saya harus tersiksa
dengan badan terikat di puncak Himalaya ini,' kata Mara dengan penuh
kecemasan.

'Janganlah anda cemas. Saya tak mengingkari janji. Bhikkhu Upagupta
tidak melakukan namakkara pada dewa Mara. Saya melakukan namakkara
pada Sang Buddha, guru saya. Hal itu sama sekali tak berpengaruh pada
anda. Anda tidak akan menerima akibat buruk karenanya. Terima kasih
atas kebaikan anda. Kini, silakan kembali ke tempat Anda di sorga
Paranimmitavasavatti. Sayapun akan kembali ke senasana saya di laut
selatan. Selamat tinggal, dewa Mara.' Maka lenyaplah Sang Thera dari
pandangan dewa Mara.

Dewa Mara pun segera kembali ke sorga Paranimmitavasavatti, tingkatan
sorga yang tertinggi di antara sorga para dewa.

Kini, Maradhiraja yang biasa dikenal sebagai dewa Mara, masih
bertinggal di sorga Paranimmitavasavatti sebagai seorang Bodhisatta
yang sedang menghimpun Dasaparami. Kelak, di kappa yang akan datang,
dewa Mara akan berhasil mencapai penerangan sempurna sebagai seorang
Sammasambuddha. Sebagai satu-satunya Sammasambuddha di kappa tersebut.
Akan disebut Sammasambuddha Dhammasami, yang mempunyai amat banyak
murid yang berhasil mencapai kesucian.Kappa dimana kini kita hidup,
mempunyai paling banyak Sammasambuddha, yaitu lima orang
Sammasambuddha.***
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 27 September 2007, 12:20:09 PM
kalau mara adalah fenomena pikiran,  koq bisa ada dewa mara berantem dengan seorang banthe ya? ???  .. bisa berubah jadi garuda dan naga pula .. hebat bener.... :-?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Hendra Susanto on 27 September 2007, 06:24:29 PM
dewa mara... :-? ehmm.. pengetahuan sy tidak dalam.. dr pengertian yg dangkal dpt sy simpulkan mara adalah sisi negatif dr pikiran kt dan berantem dengan bhante adalah sisi positif dr pikiran kt... pikiran dpt menciptakan segala macam bentuk semau "dia"
_/\_
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 27 September 2007, 06:42:19 PM
wah.. anda tidak menyimak kutipan sutta yang saya posting nih... gw quote aja ya biar lebih jelas: baca tuh bagaimana para Banthe takut menghadapi kedatangan dewa Mara, lalu mengundang seorang Banthe Senior yang sudah mencapai tingkat kesaktian maha dashyat....  :-?  jadi mara ada dipikiran atau tidak sih..  :-?

QuoteMenjelang diadakannya perhelatan peresmian dan perayaan atas
berhasilnya pemugaran candi-candi Buddha dan pelestarian Buddhasasana
yang diprakarsai oleh Asoka Maharaja, para bhikkhu Arahat dan
menguasai Abhinna, berkumpul diketuai oleh Moggalliputta Tissa Thera.
Mereka membicarakan tentang maksud dewa Mara yang akan datang
mengganggu dan menghalangi terlaksananya perhelatan tersebut. Walaupun
para bhikkhu itu telah mencapai Kearahatan dan menguasai Abhinna,
namun mereka merasa tak seorang pun mampu mengalahkan kesaktian dewa
Mara. Mereka mengetahui dengan mata dewa mereka, hanya seorang bhikkhu
yang mampu mengatasi dewa Mara. Dia adalah Kisanaga Upaguta Thera juga
disebut Upagupta Thera ) yang saat itu berdiam di dasar samudera
Hindia.

Sang Buddha pernah meramalkan bahwa di masa yang akan datang akan
muncul seorang bhikkhu bernama Upagupta yang akan meredam kejahatan
dewa Mara dengan kesaktiannya yang membuat Mara sadar akan
kesalahannya.

Upagupta Thera adalah seorang bhikkhu yang amat sederhana dan lebih
suka tinggal sendiri di tempat-tempat yang hening. Tak suka berkumpul
beramai-ramai. Dia suka mengembara di hutan-hutan, juga di samudera.
Bila tinggal di dasar laut, ia akan menciptakan kuti dari kaca, dan
tinggal sendiri dengan tenang dalam jhana samapatti berlama-lama.
Tanpa makan dan minum. Hingga badannya amat kurus. Karenanya, ia
dinamakan bhikkhu Kisanaga Upagupta.

Pasamuan Sangha memutuskan mengirim dua orang bhikkhu mengundang
bhikkhu Upagupta untuk mengatasi gangguan dewa Mara.

Maka dalam sekejap, dua bhikkhu sakti itu telah tiba dihadapan bhikkhu
Upagupta. Setelah saling tegur dengan Dhamma patisanthara, bhikkhu
utusan itu berkata:

'Avuso Upagupta, kami diutus oleh Pasamuan bhikkhu mengundang Anda
untuk ikut membantu terlaksananya perhelatan kita. Kami dengar Mara
akan datang menggagalkan maksud kami. Sangha menugaskan Anda untuk
mengatasi Mara. Kami harap Anda tak menolak tugas ini.'

lagi pula di paragraf awal telah dikisahkan bahwa dewa Mara adalah seorang Bodhisatta yang sedang menyempurnakan paramathaparami,.... (cape deh.. copy paste terus... )

QuoteVasavattimaradhiraja yang sekarang menjadi maharaja dari para dewa
Mara yang bertinggal di Sorga Paranimmitavasavatti adalah seorang
Bodhisatta yang sedang menyempurnakan paramathaparami untuk mencapai
Kebuddhaan di masa mendatang. Usaha itu telah dimulainya dalam
hitungan asankheyya.


Quote from: Hendra Susanto on 27 September 2007, 06:24:29 PM
dewa mara... :-? ehmm.. pengetahuan sy tidak dalam.. dr pengertian yg dangkal dpt sy simpulkan mara adalah sisi negatif dr pikiran kt dan berantem dengan bhante adalah sisi positif dr pikiran kt... pikiran dpt menciptakan segala macam bentuk semau "dia"
_/\_
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Hendra Susanto on 27 September 2007, 06:51:51 PM
Quotegw quote aja ya biar lebih jelas: baca tuh bagaimana para Banthe takut menghadapi kedatangan dewa Mara, lalu mengundang seorang Banthe Senior yang sudah mencapai tingkat kesaktian maha dashyat....

bro, "takut" itu sendiri adanya dmn??
_/\_
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 27 September 2007, 11:13:55 PM
setau gw di Tipitaka gk bilank kalo yg nyerang beliau pada malam itu DEWA mara deh...

setau gw cuma MARA...
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Muten Roshi on 28 September 2007, 12:14:15 PM
 [at] elsol dan hendra..
nah tuh... ada kisahnya bahwa dewa mara adalah penghuni surga Paranimmitavasavatti, terus dia berguru pada seorang Sammasambuddha Kassapa ...
jadi gimana? dewa Mara itu makhluk hidup atau bukan..?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: ROCH AKSIADI on 18 October 2007, 10:25:26 PM
 _/\_
Neraka dalam agama Buddha ada.
Yang Mengatur bukan mahkluk tapi kita sendiri, kalau kita mau dan paham pasti masuk dengan catatan harus ada syaratnya yaitu berbuat kejahatan.Seperti Halnya air bisa mengalir jika diletakan diatas permukaan yang tinggi pasti akibatnya turun dan mengalir ketempat yang rendah, siapa yang mengatur air ?
tentunya air itu sendiri kan ?
Pertanyaan yang lainnya saya kurang paham jawabannya.
_/\_
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: El Sol on 18 October 2007, 10:49:17 PM
Quote from: Muten Roshi on 28 September 2007, 12:14:15 PM
[at] elsol dan hendra..
nah tuh... ada kisahnya bahwa dewa mara adalah penghuni surga Paranimmitavasavatti, terus dia berguru pada seorang Sammasambuddha Kassapa ...
jadi gimana? dewa Mara itu makhluk hidup atau bukan..?
menurut gw...

menurut gw only yak...

ada seorang dewa yg bernama Muten Roshi yg menghuni surga Paranimmitavasavatti, terus dia berguru pada seorang Sammasambuddha Kassapa ...

trus Buddha Gotama waktu mao merealisasikan Nibbana..beliau menaklukkan Dosa, Lobha dan Moha...dan dia panggil itu 3 dengan 1 panggilan yg dipanggil "muten Roshi"

trus ada lage di dunia Dragon Ball yg namane Muten Roshi..trus di DC juga ada Muten Roshi...

jadi yg mana sebenarnya Muten Roshi?
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: williamhalim on 19 October 2007, 08:30:55 AM
Nah,
El Sol sudah melemparkan perumpamaan yg sangat jenaka  :))

Jadi mungkin bro mutent (yg di DC) bisa mengerti...
ato kita lanjutkan dengan tokoh2 dragon ball yg lainnya he he he

metta,
willibordus
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: FZ on 19 October 2007, 04:10:08 PM
El Sol sekarang postingannya dah berbau Zen neh

perasaan di shoutbox sudah banyak muncul adegan perang tokoh2 dragon ball d  ^-^

Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: williamhalim on 19 October 2007, 04:35:39 PM
hah, El Sol udah mulai Zen?

:whistle:
Title: Re: Adakah Neraka pada Buddhism ?
Post by: Hikoza83 on 21 October 2007, 01:40:28 PM
:o  _/\_


By : Zen