_/\_,
Sy baru saja merampungkan perjalanan sy ke beberapa daerah di Jawa Timur...,
untuk memberikan beberapa pelatihan managerial dan outbond.
Di sela waktu, sy menyempatkan untuk mengunjungi beberapa vihara di kota2 yg sy kunjungi.
Di sana sy dapat realita perkembangan buddha dhamma di daerah
Yg akan sy share berikut ini....
Di Mojokerto,
Disana ada 2 vihara ...,
Saling bersaing rebutan umat....
Guru agama di sekolah jadi 'kartu truf'
Kalo yg jadi guru agama dari vihara yg satu...,
maka umat dan anak umat dari vihara yang lain...,
nilai agama diberi jelek..., bahkan nilai prakteknya dikasih merah karena dianggap ga pernah ke vihara.... :)
Di Jombang dan Madiun,
Salah satu vihara yang cukup berkembang...,
didepak dari kelenteng (TITD) tempatnya berbagi tempat....,
Muda-mudi yang ada pada serabutan pindah ke ajaran tetangga
(please jangan salahkan mereka kalo mereka kurang saddha, tp memang mereka blom py kesempatan karma baik untuk mendapatkan ajaran dhamma dengan semestinya...)
Di Jember,
Ada satu vihara (yg jg ndompleng di TITD),
yg waisakan juga baru 2 hari yang lalu
Di kota ini, langka sekali menemukan pemuda yang (bener2) buddhist...
Pendidikan agama di sekolah juga kaga beres...
Rata-rata mereka mengaku sebagai Kong Hu Cu (isme)
dan banyak lagi... ::)
Yok diskusi secara bener2 membumi.....,
Lepas dari berbagai belenggu dan kacamata...,
bahkan belenggu dari pengetahuan dhamma sendiri tanpa semangat praktek :)
apa yang harus kita mulai...,
biar ntar minimal anak-anak sy dan anak2 kita masih tetap bisa belajar buddha dhamma....
dan sy juga jadi sadar bener2 ttg apa yg dikatakan bhante yg pernah berkunjung ke kota sy,
jadi bhante sekarang bener2 ga punya waktu lagi untuk hal2 seperti ini, yg sebenarnya urgent sekali.
Mereka banyak harus (melayani) umat untuk upacara kematian, pimpin kebaktian, dll, sehingga kesempatan untuk melatih diri sendiri dan yg lain akan buddha dhamma jadi makin sedikit.....
apa ya yg bisa kita semua bantu?
Hal-hal yang disebutin Bro Adit udh sangat umum, bahkan terjadi tdak hanya di daerah2 yang kurang mendapat informasi, tetapi di kota besar seperti Jakarta juga terjadi seperti hal2 tersebut...
So, apa yang bisa kita lakukan? Kalo saya sih percaya hal2 kecil yang kita lakukan memilikia arti terhadap perubahan yang besar. Sebagai contoh, jika memank mengaku Buddhis, berperilakulah sebagai Buddhis yang baik, biarlah orang2 sekitar kita mengenal apa itu Buddhis dari perilaku kita, justru perbuatan ini menjadi "alat promosi" yang paling efektif dalam memberikan pandangan benar kepada orang lain..
Quote from: Edward on 18 June 2008, 08:04:31 PM
Hal-hal yang disebutin Bro Adit udh sangat umum, bahkan terjadi tdak hanya di daerah2 yang kurang mendapat informasi, tetapi di kota besar seperti Jakarta juga terjadi seperti hal2 tersebut...
So, apa yang bisa kita lakukan? Kalo saya sih percaya hal2 kecil yang kita lakukan memilikia arti terhadap perubahan yang besar. Sebagai contoh, jika memank mengaku Buddhis, berperilakulah sebagai Buddhis yang baik, biarlah orang2 sekitar kita mengenal apa itu Buddhis dari perilaku kita, justru perbuatan ini menjadi "alat promosi" yang paling efektif dalam memberikan pandangan benar kepada orang lain..
iya.. saya setuju dengan pandangan ini. coba saja lihat rekan-rekan disini begitu getol mengejek aliran Maitreya.. mengejek aliran-aliran sesat.... andaikata ada orang non-Buddhist masuk ke dalam forum ini lalu melihatnya mungkin mereka sudah menertawakan "inikah ajaran Buddha yang penuh perdamaian?"...
mungkin mereka yang belum beragama Buddha, dan hanya sekedar melihat-lihat saja, jadi batal beragama Buddha melihat perilaku orang-orang beragama Buddha seperti ini...
Sekedar sharing saja. di sini, saya banyak sekali bergaul dengan komunitas gereja kr****n, bahkan kepada mereka saya terang-terangan mengaku bahwa saya beragama buddha, mantan agama ka****k... toh mereka baik-baik saja. mereka tidak pernah memaksakan kehendak mereka ataupun mengejek kepercayaan saya... mereka tetap berteman baik dengan saya. coba bandingkan dengan rekan-rekan disini... .
bagi saya, kalau memang agama seseorang lebih baik. maka orang itu harus MEMBUKTIKAN dengan tindakan bahwa dirinya memang lebih baik. Seumur hidup, Saya paling tidak setuju dengan orang yang merasa Suci dengan mengejek orang lain.
Quote from: SandalJepit on 18 June 2008, 09:45:04 PM
Quote from: Edward on 18 June 2008, 08:04:31 PM
Hal-hal yang disebutin Bro Adit udh sangat umum, bahkan terjadi tdak hanya di daerah2 yang kurang mendapat informasi, tetapi di kota besar seperti Jakarta juga terjadi seperti hal2 tersebut...
So, apa yang bisa kita lakukan? Kalo saya sih percaya hal2 kecil yang kita lakukan memilikia arti terhadap perubahan yang besar. Sebagai contoh, jika memank mengaku Buddhis, berperilakulah sebagai Buddhis yang baik, biarlah orang2 sekitar kita mengenal apa itu Buddhis dari perilaku kita, justru perbuatan ini menjadi "alat promosi" yang paling efektif dalam memberikan pandangan benar kepada orang lain..
iya.. saya setuju dengan pandangan ini. coba saja lihat rekan-rekan disini begitu getol mengejek aliran Maitreya.. mengejek aliran-aliran sesat.... andaikata ada orang non-Buddhist masuk ke dalam forum ini lalu melihatnya mungkin mereka sudah menertawakan "inikah ajaran Buddha yang penuh perdamaian?"...
mungkin mereka yang belum beragama Buddha, dan hanya sekedar melihat-lihat saja, jadi batal beragama Buddha melihat perilaku orang-orang beragama Buddha seperti ini...
Sekedar sharing saja. di sini, saya banyak sekali bergaul dengan komunitas gereja kr****n, bahkan kepada mereka saya terang-terangan mengaku bahwa saya beragama buddha, mantan agama ka****k... toh mereka baik-baik saja. mereka tidak pernah memaksakan kehendak mereka ataupun mengejek kepercayaan saya... mereka tetap berteman baik dengan saya. coba bandingkan dengan rekan-rekan disini... .
bagi saya, kalau memang agama seseorang lebih baik. maka orang itu harus MEMBUKTIKAN dengan tindakan bahwa dirinya memang lebih baik. Seumur hidup, Saya paling tidak setuju dengan orang yang merasa Suci dengan mengejek orang lain.
yah mungkin anda belum bertemu/berjodoh dengan orang yang fanatik, coba kalo ketemu dan anda dipaksa2 mungkin anda akan berpandangan lain mengenai agama tersebut.
atau misalkan anggota keluarga anda yang beragama protestan mungkin akan beda jalan ceritanya :)
Ketemu orang fanatik? Udh sering...
keluarga pindah agama K, ada juga koq...Banyak malah...Bahkan yg pindah malah jadi fanatik abis sampe menghujat tradisi keluarga...
Quote from: Edward on 18 June 2008, 10:35:10 PM
Ketemu orang fanatik? Udh sering...
keluarga pindah agama K, ada juga koq...Banyak malah...Bahkan yg pindah malah jadi fanatik abis sampe menghujat tradisi keluarga...
^^ nih salah satu contoh, mo kasi conto yang laen? Tar aye undang sini smua yang pernah ada kepahitan dalam hidupnya :))
Bahkan sebenarnya bagi aye mah mending lepas semua label agama, tdk memeluk agama apapun, lepas deh dari kemelekatan :))
Quote from: ryu on 18 June 2008, 10:43:22 PM
Bahkan sebenarnya bagi aye mah mending lepas semua label agama, tdk memeluk agama apapun, lepas deh dari kemelekatan :))
tersesattttttttt :)) perlu ditolong ama domba :)) panggil domba banyak2 ahh...
Justru aye sekarang lago ditarik2 nich ama pendeta :(
Quote from: ryu on 19 June 2008, 06:51:55 AM
Justru aye sekarang lago ditarik2 nich ama pendeta :(
beuuu ternyata u tersesat abisss >:D >:D ampe boss domba turun tangan :)) :)) :))
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi184.photobucket.com%2Falbums%2Fx154%2F4bleh%2FthumbIntelEvilInside.jpg&hash=447682ffa6fc25fa3ee246a70f902daa7bedf363)
Quote from: ryu on 18 June 2008, 10:43:22 PM
Bahkan sebenarnya bagi aye mah mending lepas semua label agama, tdk memeluk agama apapun, lepas deh dari kemelekatan :))
masih mending melekat pada yang baik loh, bro.........
dibanding melekat pada yang buruk??? he3......
melekat atau tidak, tergantung dari kualitas batin org tersebut......... ada juga yang selalu bilang "melepas", "sunyata" tapi ternyata bikin merek sendiri....
ada yang bilang ekayana atau satu jalan, ternyata jalanin semua sekte dibawah merek tertentu juga......
modal utama sebenarnya mudah : JUJUR....... kalau orang sudah bertekad untuk jujur, dia tidak akan berkelit atau membuat pembenaran2....
Yap bro, jalan tengah, ga akan ekstrim, gak akan lemah, jalani yang bs aye jalani.
Quote from: Edward on 18 June 2008, 08:04:31 PM
Hal-hal yang disebutin Bro Adit udh sangat umum, bahkan terjadi tdak hanya di daerah2 yang kurang mendapat informasi, tetapi di kota besar seperti Jakarta juga terjadi seperti hal2 tersebut...
So, apa yang bisa kita lakukan? Kalo saya sih percaya hal2 kecil yang kita lakukan memilikia arti terhadap perubahan yang besar. Sebagai contoh, jika memank mengaku Buddhis, berperilakulah sebagai Buddhis yang baik, biarlah orang2 sekitar kita mengenal apa itu Buddhis dari perilaku kita, justru perbuatan ini menjadi "alat promosi" yang paling efektif dalam memberikan pandangan benar kepada orang lain..
dear Edward,
mungkin saran ini adalah sarana untuk mempromosikan Buddhism ke non Buddhism, namun yang ditanyakan TS sepertinya adalah bagaimana mempromosikan buddhism ke kalangan Buddhism itu sendiri???
mungkin bagaimana menanamkan kesadaran bangganya sebagai Buddhism??? cmiiw......
Quote from: SandalJepit on 18 June 2008, 09:45:04 PM
iya.. saya setuju dengan pandangan ini. coba saja lihat rekan-rekan disini begitu getol mengejek aliran Maitreya.. mengejek aliran-aliran sesat.... andaikata ada orang non-Buddhist masuk ke dalam forum ini lalu melihatnya mungkin mereka sudah menertawakan "inikah ajaran Buddha yang penuh perdamaian?"...
mungkin mereka yang belum beragama Buddha, dan hanya sekedar melihat-lihat saja, jadi batal beragama Buddha melihat perilaku orang-orang beragama Buddha seperti ini...
Sekedar sharing saja. di sini, saya banyak sekali bergaul dengan komunitas gereja kr****n, bahkan kepada mereka saya terang-terangan mengaku bahwa saya beragama buddha, mantan agama ka****k... toh mereka baik-baik saja. mereka tidak pernah memaksakan kehendak mereka ataupun mengejek kepercayaan saya... mereka tetap berteman baik dengan saya. coba bandingkan dengan rekan-rekan disini... .
bagi saya, kalau memang agama seseorang lebih baik. maka orang itu harus MEMBUKTIKAN dengan tindakan bahwa dirinya memang lebih baik. Seumur hidup, Saya paling tidak setuju dengan orang yang merasa Suci dengan mengejek orang lain.
dear bro Sandal,
Jangan karena lingkungan saling membenci, lalu kita juga ikut membenci..... justru pada saat itu, kita "diberi kesempatan" untuk berbuat "tidak membenci"
rekan saya yang kr****n, entah beberapa kali ngajak saya "gabung"
teman kos saya dulu juga sama
orang ka****k juga ngajak2......
jadi sebenarnya bukan masalah buddhis, atau tempat dhammacitta-nya yang bermasalah...... tapi masalah orangnya aja......
agama hanya lah label, mari kita lihat bagaimana pnerapannya dalam hidup sehari-hari yah......
Astapillulah...
Hallo apakabar... halo apakabar...
kabar!!!!
^^ hush mbah masih pagi mbah
[at] Markos
Kalo menurut aye sih, justru jawaban saya ditujukan kepada pihak intern.Sebagai contoh ; misalkan ada keluarga kita ada yang masih terlalu terikat dengan tradisi seperti bakar2 ato memohon pada dewa2 tertentu agar diberi rejeki, umur panjang, cukup katakan "wah, saya hanya menghormati tradisi, tapi kalao soal rejeki kita bisa usaha sendiri.." Ato misalkan ada yang suka minum minuman alkohol, yah tunjukin aja kalo kita menolak minuman karena efek samping terhadap tubuh...
cerita di atas cma menurut aye doank...So, correct me if i'm wrong...
[at] Edward : oh, ok.... well noted........
sekedar sharing juga yang saya lakukan misalnya :
1. membagikan video ke rekan2 buddhis yang "tidak aktif"
2. mengirimkan email juga
3. menyampaikan buddhism yang mudah dimengerti, dalam perbincangan sehari2
4. tukar pikiran dengan beberapa "tokoh" dan "guru" buddhis..... karena kebanyakan merekalah yang "berfriksi" namun menyeret umat atau muridnya.......
maaf jika ada pihak yang tersinggung.......
btw... Ceritera dari TS diatas itu seharusnya gak mungkin terjadi,
mengingat Bhikku Patimokkha ada ngatur
oh iya...
Posisi gw saat ini ndak di Indonesia,
Disini... samimawon seperti ceritera diatas kalao gw bilang...
Yang mengaku Buddhist, juga tidak paham apa yang ada dalam kepercayaannya
Pada Ngawur...
Pada ga jelas...
A> Hey Kemenyan, Do you eat Pork ?
B> Yup, Sure... why not... ?
A> What about Beef ?
B> Sure, why not ?
A> Eh... ? You Buddhist rite... ?
B> Yep, You also rite ?
A> Yep Im buddhist, We shouldnt be eating beef...
B> Why shouldnt ?
A> ........ ...... .... Because we are buddhist!
B> O'Really ? Who disallowed You ? Where its written disallowed ? and for what reason ?
A> .... .... ....
B> Because of you worship Guan Yin at Home ?
A> Yes...
B> Okay, Why you couldnt ?
A> Because Father of Guan Yin its buffalo...
B> You Sure... you are paying respect to buffalo?
A> ..... nope :hammer:
B> Welcome to the world of Dogma
Quote from: Edward on 18 June 2008, 08:04:31 PM
Hal-hal yang disebutin Bro Adit udh sangat umum, bahkan terjadi tdak hanya di daerah2 yang kurang mendapat informasi, tetapi di kota besar seperti Jakarta juga terjadi seperti hal2 tersebut...
So, apa yang bisa kita lakukan? Kalo saya sih percaya hal2 kecil yang kita lakukan memilikia arti terhadap perubahan yang besar. Sebagai contoh, jika memank mengaku Buddhis, berperilakulah sebagai Buddhis yang baik, biarlah orang2 sekitar kita mengenal apa itu Buddhis dari perilaku kita, justru perbuatan ini menjadi "alat promosi" yang paling efektif dalam memberikan pandangan benar kepada orang lain..
Setuju bro Edward :)
Hal itu 'umum' sekali terjadi di kalangan buddhisme...,
Itulah yang membuat jadi 'sedih' :'(
Sy sendiri juga penganut kepercayaan bahwa 'seperti di dalam, begitu juga di luar' maka perubahan harus dimulai dari dalam, dari diri sendiri. Sdh lebih dari 10 tahun yang lalu, sy udah keluar dari berbagai simbol dan kurungan yang ada di buddhisme sendiri. Dan mencoba untuk mendapatkan manfaat belajar dan praktek dhamma yg lebih optimal untuk
diri sendiri. But....,
Coba bayangin kalo kita kedatangan seorang anak smp yang beragama buddha,
yg percaya ama kita dan bertanya...
tentang masalah-nya ....
tentang keluhan-nya...
tentang krisis mental-nya...
karena nilai agamanya jelek,
akibat orang2 yang ngaku buddhist, piawai teori buddhismenya,
tp ga berperilaku sebagai seorang buddhist...
Apa yang harus kita lakukan?
Susah gitu lho untuk menjelaskan kepada seorang (yg pandangannya blom seluas bro/sis mungkin), agar ia mau mengawali perubahan dari dirinya sendiri. Mungkin lebih mudah untuk memberikan contoh. :))
Tapi kasih contoh apa ya? Hehehehe..
Quote from: SandalJepit on 18 June 2008, 09:45:04 PM
iya.. saya setuju dengan pandangan ini. coba saja lihat rekan-rekan disini begitu getol mengejek aliran Maitreya.. mengejek aliran-aliran sesat.... andaikata ada orang non-Buddhist masuk ke dalam forum ini lalu melihatnya mungkin mereka sudah menertawakan "inikah ajaran Buddha yang penuh perdamaian?"...
mungkin mereka yang belum beragama Buddha, dan hanya sekedar melihat-lihat saja, jadi batal beragama Buddha melihat perilaku orang-orang beragama Buddha seperti ini...
Nah nih salah satu poin yang terlihat di 'underground' kita....
Banyak yg perilakunya blom mencerminkan paradigma dhamma ... :)
Bicara piawai sekali tentang anicca dan anatta...
Tapi suka mengatakan diri sendiri dan simbolnya dalam buddhisme sebagai yg terbaik,
yg lebih baik dari yg lain,
sampai terjadi hal-hal kayak cerita sy diatas....
Ga sadar kalo udah melekat ke simbolnya :)
Quote from: markosprawira on 19 June 2008, 02:25:57 PM
[at] Edward : oh, ok.... well noted........
sekedar sharing juga yang saya lakukan misalnya :
1. membagikan video ke rekan2 buddhis yang "tidak aktif"
2. mengirimkan email juga
3. menyampaikan buddhism yang mudah dimengerti, dalam perbincangan sehari2
4. tukar pikiran dengan beberapa "tokoh" dan "guru" buddhis..... karena kebanyakan merekalah yang "berfriksi" namun menyeret umat atau muridnya.......
maaf jika ada pihak yang tersinggung.......
Well..., mulai mendekat ke solusi...
Masalahnya hal-hal diatas kita sendiri yang harus memulai, n mulai dari mana?
Ato menunggu yang lain yg mulai ?
Karena poin kedua yang terlihat di 'underground' kita adalah....
kita mungkin paling mengerti bahwa semua tergantung dari diri sendiri,
ga boleh tergantung dengan yang lainnya...
tapi kadang kita jadi ga sadar jadi terlalu bangga ama 'pengetahuan' ttg diri sendiri dan melekat kepadanya
ga sadar kalo 'pariyati' harus dilanjutkan dengan 'patipati' agar mendapatkan 'pativeda' :)
Quote from: Kemenyan on 20 June 2008, 12:46:50 AM
A> Because Father of Guan Yin its buffalo...
B> You Sure... you are paying respect to buffalo?
Pasti si 'B' penggemar berat serial Sun Go Kong si kera sakti... :)