Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: nyanadhana on 04 June 2008, 11:53:45 AM

Title: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 04 June 2008, 11:53:45 AM
BUDDHAYANA

Buddha menunjukkan jalan dengan 3 wahana (triyana), yaitu : Sravakayana, Pratyekabuddhayana dan Bodhisattvayana. Seluruh dharma itu hanyalah satu kendaraan (Ekayana), yaitu Buddhayana (Saddharmapundarika-Sutra II). Jalan yang berkembang di barat: "One Dharma" =  Non-Sektarian  = Ekayana = Buddhayana. Buddhayana bukan sekte baru, melainkan wadah pemersatu berbagai tradisi buddhis yang sudah ada.

Perkembangan ajaran Buddha di Indonesia, yaitu dimulai dengan kedatangan dari Ajisaka

•         aji  --- bahasa kawi = ilmu kitab suci

•         saka --- berasal dari sakya

jadi, ajisaka  artinya ahli dalam kitab suci, sakya / ahli buddha dharma. Ajisaka merupakan gelar  u/ raja Tritustha. Dalam legenda masyarakat jateng tentang perang dasyat antara ajisaka  dengan raja  dewoto cengkar ( dewoto = dewa,  cengkar = jahat ) = dewa jahat  ( avidya ). Sehingga dapat dikatakan perang tersebut, merupakan perang antara Buddha Dharma melawan kejahatan / kebodohan (avidya)



Siapa Ajisaka ?" Beliau bukan hanya ahli dalam Buddha Dharma, tetapi juga seorang ahli astronomi dan ahli sastra disamping sebagai dharmaduta, beliau juga memperkenalkan aksara dan penanggalan tahun Saka (Candrasengkala), yaitu :


"ha – na – ca – ra – ka,

da – ta – sa – wa(ga) – la,

pa – da – ja – ya – nya,

ma – ga(nga) – ba(tha) – tha(ba) – nga(wa)"


"Ada abdi, sama-sama memegang surat (titah), sama-sama jayanya, dan sama-sama gugur".



dhura & sembada " nir wuk tanpa jalu ". nir = kosong, wuk = tidak jadi, tanpa=0 jalu =1.  jadi 0001, menurut tahun saka = 14 maret  tahun 78 masehi



Perkembangan Agama Buddha di Indonesia, yaitu :

a.       Abad I, ditandai kedatangan Ajisaka

b.      abad II, III, IV, menurut catatan Fa-Hien  pada saat itu di Jawa agama Buddha sudah ada dan kedatangannya. Pada saat itu banyak membawa rupang dan kitab agama buddha

c.       abad V, VI,  bukti perkembangan agama Buddha dari prasasti Purnawarman di Jawa Barat dan Mulawarman di Kalimantan

d.      Abad VII, VIII, jaman keemasan agama Buddha, ditandai dengan pendirian candi Borobudur

e.       Abad VIII, IX, berdiri kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Menurut catatan It Shing pernah datang dan belajar.

f.        Abad XI,  Atisa Dipankara, seorang bhikkhu yang punya latar belakang pengajaran Tantrayana, berguru  pada Serlingpa Dharma Kirti di Sriwijaya.

g.       tahun 1100 – 1478, berdiri kerajaan-kerajaan Kediri, Singosari, Majapahit dan akhirnya Majapahit runtuh - kerajaan Islam berdiri agama Buddha hilang dari peredaran, dan tidak pernah di bicarakan, hanya peninggalan berupa candi candi yang masih dikagumi kebangkitan agama Buddha

h.       abad XX tahun 1929, orang Belanda yang beragama Buddha membentuk Java Buddhist Association (orientasi Theravada). Presiden pandita Josias (upasaka I yang datang di pulau Jawa) banyak berinteraksi di klenteng dengan bhiksu-bhiksu yang di klenteng dan niko-niko.

i.         tahun 1934, bhikkhu narada thera datang ke Indonesia. Pada tanggal 4 Maret (seorang Dharmaduta Buddhis terkenal dari Srilangka) pulau Jawa pertama kalinya dikunjungi bhikkhu Theravada. Penanaman pohon Bodhi di candi  Borobudur. 10 Mei terbentuk Batavia Buddhist Association (condong ke Mahayana). Pada tanggal 23 januari 1923, di Bogor, lahir bayi laki-laki. Ayahnya Tee Hong Gie, ibu Tan Sep Moy. Anak tersebut diberi nama Tee Boan An mempunyai 2 (dua) kakak laki-laki.  Ibu meninggal, saat Boan an usia 20 tahun. Pada tahun 1946  Tee Boan An nekat ke Belanda. Boan An  kuliah, sering ikut ceramah Theosofi sempat ke Perancis mengikuti ceramah Krisnamurti (praktisi spiritual). Beliau melanjutkan perjalanan ke Belanda dan semakin mantap menempuh jalan spiritual. Pada tahun 1951 pulang ke Indonesia. Beliau mengunjungi teman-teman dan diangkat jadi ketua gabungan Sam Kauw Indonesia. Jabatan ini membuatnya lebih mudah menyebarkan ajaran Buddha. Beliau pernah menjadi guru di Sariputra Jakarta. Memutuskan jadi pelayan Buddha (anagarika) berkenalan dengan Ananda Suyono dan Parwati tahun 1953 melempar ide mengadakan waisak secara nasional di borobudur, dengan membagikan undangan ke pejabat dan wakil Negara. Perayaan waisak mendapat dukungan dari theosofi dan orang-orang Sam Kauw Waisak 2497, 22 mei 1953 adalah sebagai shock therapy, membuat orang tercengang menyadarkan orang, bahwa dulu ajaran Buddha pernah berjaya  dan umatnya masih ada. Hari-hari Tee Boan An memberikan ceramah ke Jawa Tengah–Jakarta di Jakarta sering ke klenteng Kong Hoa Sie (vihara silsilah C'han) ada suhu Pen Chin yang berdiam di sana.  (Pen Chin dalam silsilah  vihara tersebut termasuk pimpinan dan dipercaya telah mencapai kesucian). Boan An disarankan untuk mencukur rambutnya. Boan An menjadi samanera menurut  tradisi C'han diberi nama Ti Chen, (hadir saat itu maha biksu Ju Sung, biksu Ju Khung, biksu Cen Yao, biksu Wu Ching). Sramanera Ti Chen, Maha biksu Pen Ching mencarikan dana u/muridnya agar dapat ke luar negeri guna menjadi biku karena di Indonesia keberadaan biku sangat kurang. Desember 1953 sramanera berangkat ke Birma (ongkos pesawat ditutupi oleh dana yang dikumpulkan biksu Pen Ching dan sahabatnya Ong Tiang Biauw, sramanera Ti Chen, maha biksu Pen Ching mencarikan dana u/muridnya agar dapat ke luar negeri guna menjadi biku karena di Indonesia keberadaan biku sangat kurang. Desember 1953 sramanera berangkat ke Birma (ongkos pesawat ditutupi oleh dana yang dikumpulkan biksu Pen Ching dan sahabatnya Ong Tiang Biauw. Sramanera Ti Chen – Burma mengikuti latihan meditasi vipasana dipusat meditasi Mahasi Sasana Yeikhta, Rangoon. perkembangan yang pesat menarik perhatian dari Mahasi Sayadaw,  sehingga menunjuk bhikkhu  Nyanuttara Sayadaw untuk membimbing secara khusus. Pada   23 Januari 1954 sramanera Ti Chen Di tahbiskan sekali lagi secara Theravada      menjadi seorang samanera. Guru spiritualnya YA. Agga Maha Pandita untuk Ashin Sobhana mahathera (Mahasi Sayadaw) diberi nama Jinarakkhita, dan mendapat gelar Ashin. Ashin = gelar u/menunjukkan orang yang                    memakainya sbg bhikkhu yg patut dihormatii. Sedangkan Jinarakkhita = orang yg pantas dilindungi dan diberkahi Buddha. Bhikkhu Ashin Jinarakhitta membentuk PUUI (Persaudaraan Upasaka – Upasika Indonesia) di Semarang Juli 1955 (Asadha). Selanjutnya melakukan pentabisan biku dengan mengundang biku dari luar negeri sebagai penabis dan beliau sebagai acariya, kemudian membentuk Sangha Sutji Indonesia. Awal perpecahan. Bhikkhu Ashin selalu mengingatkan upaya untuk melestarikan agama Buddha di Indonesia tidak boleh lepas dari dari kebudayaan yang sudah ada, karenanya pembauran dan pluralisme tidak dapat dihindarkan. Pada tanggal 12 Januari 1972 bhikkhu Girirakhito, bhikkhhu Sumanggalo, b. jinapiya (titatetuko), b. jinaratana (pandhit kaharudin), b. subhato (moctar rashid) memisahkan diri – membentuk yang kemudian dikenal dengan sebutan Sangha Theravada Indonesia. Pada tahun 1978 terbentuk Sangha Mahayana Indonesia, dipimpin oleh biksu Dharmasagaro akibat beliau berselisih dengan cucu murid bhikkhu ashin namun bhiksu Dharmasagaro tetap menganggap b. Ashin adalah gurunya. Kemudian Maha Sangha Indonesia dikenal dengan sebutan Sangha Agung Indonesia.

j.        tahun 1980, b. Ashin melihat umat Buddha mulai terkotak-kotak, tetapi biku Ashin tetap mempertahankan konsep wahana Buddha (Buddhayana) yang kemudian dikenal sebagai Ekayana (di barat), hal ini sekaligus merupakan pengejawantahan "Bhinneka Tunggal Ika" yang merupakan sila pertama dari pancasila yang merupakan dasar negara kita indonesia. Dengan pendekatan konsep ini umat buddha diharapkan dapat belajar masing-masing yana tanpa mencemooh satu dg yang lain , lalu mereka boleh memilih mana yg akan didalami guna menunjang praktek mereka yang penting tujuan utamanya mencapai tujuan akhir Nibbana



E.     TOKOH-TOKOH YANG MEMILIKI SEMANGAT BUDDHAYANA DAN PANDANGAN-PANDANGANNYA

   1. Thich Nhat Hanh, bermacam-macam obat diperlukan u/ menyembuhkan berbagai penyakit, ajaran buddha juga membuka pintu pintu dharma yang sesuai bagi setiap orang dengan keadaan yang berlainan. Meski pintu-pintu itu berbeda, antara orang satu dengan yang lain, mereka semua adalah pintu dharma
   2. dr. K. Sri Dhammananda, "pengikut Buddha sejati dapat menjalankan ajaran agama tanpa melekat pada aliran atau sekte apapun. kemelekatan membuta adalah suatu hal yang menunjukkan ketidak pahaman kita akan konsep dasar ajaran buddha itu sendiri"
   3. Maha Biksu Hsing Yun dari Buddha Light International Association (BLIA) "masa depan dapat merupakan dunia paling harmonis, adalah dunia Buddhayana"
   4. Dhammacari Lokamitra, Friend of Western Buddhist Order (FBWO), kami adalah non sekterian dalam arti bahwa kami mempergunakan ajaran – ajaran dari berbagai sekte agama buddha sejauh ajaran – ajaran tersebut relevan dan praktis dengan situasi dimana kami mempraktekkan dharma.
   5. Bhikkhu Dharmawiranatha, "Buddhayana bertujuan mencapai suatu perpaduan, antara inti sari ajaran dengan pola hidup dan kebudayaan seseorang."

"konsep buddhayana bertujuan untuk memperlihatkan pentingnya menghindari pengelompokan dan sekterianisme."



F.      PROSPEK BUDDHAYANA

•         keinginan punya lambang persatuan yg diterima ketiga mazhab, sehingga muncul bendera Buddhis Internasional (1885) ;

•         Tahun 1943 di London terbit majalah Buddhis Internasional "the Middle Way" yang tidak memandang mazhab.

•         Tahun 1950 berdiri WFB (Wolrd Fellowship of Buddhist), dalam WFB lebih dari 25% organisasi atau institusi memiliki semangat Buddhayana. mereka memakai istilah non sekterian, intersekterian, menerima segala tradisi, terbuka untuk semua sekte, tidak berafiliasi dengan sekte

•         WBSC (World Buddhis Sangha Council) pada tahun 1966 yg menghimpun semua mahzab dalam kongres dunia i dari WBSC di Colombo 1967, telah disepakati dengan bulat rumusan prinsip dasar agama Buddha, baik Theravada, Mahayana (termasuk Tantrayana) mempunyai prinsip yang sama. perbedaan-perbedaan mengenai tata kehidupan biku, adat dan kepercayaan buddha lokal, upacara, tradisi, dan  kebiasaan hanyalah wujud luar, tidak boleh dianggap sebagai ajaran Buddha

•         the third annual internasional Buddhist seminar di New York (1974) mencetuskan harapan perserta seminar untuk tidak mengklasifikasikan ajaran Buddha ke dalam bermacam-macam yana. harapan ini disambut oleh dr.buddhadasa kirtisinghe, ketua seminar yang mengusulkan sebutan "Ekayana atau Buddhayana"

•         dr. Ananda W.P Guruge yg bekerja di unesco dalam ceramahnya "Universal Buddhisme" menyatakan " saya meramalkan timbulnya kecenderungan – kecenderungan baru  dalam agama buddha di barat. interaksi yg rapat dari berbagai aliran dan sekte yang berbeda akan berakibat saling mempengaruhi. pakar-pakar barat telah menyuarakan bahwa mereka lebih menginginkan suatu bentuk agama buddha yang menggabungkan ketiga tradisi dari theravada, mahayana, tantrayana.

Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Sumedho on 04 June 2008, 12:07:38 PM
Nambahin, di Indonesia itu, Buddhayana adalah sebuah majelis bukan aliran.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Yong_Cheng on 04 June 2008, 12:26:20 PM
nambahin dikit (comot dari forum sebelah)
Sedikit sejarah terbentuknya Buddhayana di Indonesia

The Boan An (lahir di Bogor pada 23 Januari 1923; juga dikenal dengan panggilan Su Kong) adalah bhikkhu Indonesia pertama dalam 500 tahun saat ia ditahbiskan pada tahun 1953.Beliau menyelesaikan sekolah dasarnya di Kota Kembang - Bogor, lalu melanjutkan sekolah menengahnya di PHS Jakarta, kemudian HBS B di Jakarta. Beliau melanjutkan pendidikan tingginya di THS Bandung (sekarang ITB) pada jurusan Ilmu Pasti Alam. Beliau tidak sempat menamatkan pendidikannya di THS karena perkuliahan dihentikan ketika Jepang
masuk ke Indonesia, juga Ia belajar kimia di Groningen, Belanda. Namun pada Juni 1953 ia ditahbiskan dalam tradisi Mahayana di Jakarta.
Semasa kecil beliau hidup prihatin. Untuk membantu meringankan beban kedua orang tuanya beliau bekerja sebagai loper. Walaupun demikian jiwa sosialnya sudah terlihat, ia sering membagikan makanan kecil yang dibeli dari hasil jerih payahnya kepada teman-teman sepermainannya.
Ketika masih berusia belasan tahun, beliau sudah menjadi seorang vegetarian. Beliau juga tertarik pada dunia spiritual, beliau sering belajar kepada para suhu di kelenteng-kelenteng , haji, pastur, dan tokoh-tokoh teosofi. Beliau mengenal agama Buddha dari tokoh-tokoh Teosofi dan dari perkumpulan Tiga Ajaran. Filsafat modern maupun kuno sudah menjadi makanan sehari-harinya.
Jika anak-anak lainnya senang bermain-main, Bo An, demikian nama kecil beliau, lebih suka mengembangkan kehidupan batinnya, misalnya dengan bertapa di Gunung Gede. Ketika menjelang dewasa beliau aktif dalam usaha pemberantasan buta huruf dan ikut dalam kegiatan dapur umum untuk menolong rakyat sekitar yang kelaparan. Pembimbingnya menganjurkan agar ia belajar lebih lanjut di Myanmar, karena itu pada tahun yang sama ia masuk Sasana Yeiktha di Yangon untuk belajar meditasi satipatthana di bawah bimbingan Mahasi Sayadaw. Pada tahun berikutnya ia ditahbiskan menjadi bhikkhu dan mengambil nama Ashin Jinarakkhita. Ia menjadi bhikkhu Indonesia
pertama dalam 500 tahun. Pada tahun 1955 ia kembali ke Jawa dan dengan kerja keras membangun kembali vihara-vihara dan biara-biara Buddhis. Pada tanggal 17 Januari 1955 beliau pulang ke Indonesia. Kembalinya beliau ke Indonesia membawa kegairahan tersendiri bagi simpatisan Buddhis di Indonesia. Beliaulah putra pertama Indonesia yang menjadi bhikkhu sejak keruntuhan Kerajaan Majapahit. Di Jakarta beliau tidak berdiam diri. Beliau segera merencanakan untuk mengadakan tour Dharma ke berbagai daerah di Indonesia.

Akhir tahun 1955 dimulai tour Dharma ke pelosok-pelosok tanah air. Beliau memulainya dari daerah Jawa Barat. Dalam perjalanannya itu beliau mengunjungi setiap daerah yang ada penganut agama Buddha-nya, tidak peduli di kota-kota besar maupun di desa-desa terpencil. Kunjungan beliau memberi arti tersendiri bagai umat Buddha Indonesia di berbagai daerah yang baru pertama kali melihat sosok seorang bhikkhu. Tour Dharma ini tidak terbatas di Pula Jawa saja. Bali, Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan pulau-pulau lainnya juga beliau kunjungi. Pendek kata, hutan diterobosnya, gunung didaki, laut diseberangi, untuk membabarkan Dharma yang maha mulia ini kepada siapa saja yang membutuhkannya.

Setelah semakin banyak umat Buddha, dan semakin banyak murid beliau yang ditahbiskan menjadi upasaka, Bhante Ashin mendirikan Persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia (PUUI), pada bulan Juli 1955 di Semarang. Pada tahun 1979 PUUI berganti nama menjadi Majelis Buddhayana Indonesia.

Dalam setiap kesempatan berkunjung ke berbagai daerah tersebut Bhante Ashin selalu mengingatkan umatnya untuk tidak bertindak masa bodoh terhadap kebudayaan dan ajaran agama Buddha yang sudah sejak dulu ada di Indonesia. Galilah yang lama, sesuaikan dengan jaman dan lingkungan. Beliau menegaskan bahwa usaha mengembangkan agama Buddha tidak dapat lepas dari upaya untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia secara keseluruhan. Beliau mendorong umatnya untuk terus menggali warisan ajaran Buddha yang tertanam di Indonesia. Karena bagaimanapun, secara kultural ajaran yang pernah membawa bangsa kita pada jaman keemasan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit itulah yang akan lebih bisa diterima oleh bangsa kita sendiri.

Salah satu hasil penggalian yang sangat penting adalah konsep Ketuhanan dalam agama Buddha yang dianut oleh nenek moyang Bangsa Indonesia. Dari berbagai penelitian terhadap naskah-naskah kuno dalam Kitab Sanghyang Kamahayanikan, oleh para cendikiawan Buddhis Indonesia kala itu, yang merupakan murid-murid Bhante Ashin, akhirnya istilah Sanghyang Adi Buddha dinyatakan sebagai sebutan Tuhan dalam agama Buddha khas Indonesia. Doktrin inilah yang sejak saat itu giat disebarkan oleh murid-murid Bhante Ashin, diantaranya Alm Y.A. Bhikkhu Girirakkhito Mahathera, Herman S. Endro Dharmaviriya, Dicky Soemani, Karbono, dan sebagainya. Namun sayangnya ada beberapa diantara mereka yang akhirnya malah menentang dokrin Sanghyang Adi Buddha ini.

Sikap yang terus konsisten pada diri Bhante Ashin ialah beliau tidak pernah berpihak kepada salah satu mazhab/sekte manapun dalam agama Buddha. Disamping menyebarkan ajaran Theravada, beliau juga tidak meninggalkan ajaran Mahayana dan Tantrayana. Semua diserahkan kepada pribadi masing-masing umatnya. "I am just a servant of the Buddha", ujarnya suatu saat kepada Y.A. Dalai Lama.

Salah satu murid beliau yang bernama Ong Tiang Biauw ditahbiskan menjadi samanera dan akhirnya menjadi Bhikkhu Jinaputta. Setelah jumlah bhikkhu di Indonesia mencapai lima orang, Bhante Ashin kemudian mendirikan Sangha Suci Indonesia. Pada tahun 1963, organisasi ini kemudian diubah namanya menjadi Maha Sangha Indonesia. Namun tanggal 12 Januari 1972, lima orang Bhikkhu yang sebenarnya adalah murid beliau sendiri, yang menganggap bahwa hanya ajaran Theravada saja yang benar, memisahkan diri dari Maha Sangha Indonesia dan mendirikan Sangha Indonesia. Walaupun kemudian sempat bersatu kembali, dan Maha Sangha Indonesia diubah namanya menjadi Sangha Agung Indonesia (Sagin), para Bhikkhu itu kembali memisahkan diri dari Sangha Agung Indonesia dan mendirikan Sangha Theravada Indonesia.

Tahun 1978, murid beliau yang lebih berorientasi ke aliran Mahayana, memisahkan diri dari Sagin, dan mendirikan Sangha Mahayana Indoneisa. Sekarang ini di dalam Sagin, yang masih tetap dipimpin beliau terdapat persatuan yang manis antara para Bhikkhu (Sangha Theravada), para Bhiksu (Sangha Mahayana), maupun para Wiku (Sangha Tantrayana), dan para Bhiksuni (Sangha Wanita). Semua bersatu dalam kendaraan Buddha (Buddhayana) . Memang pengetahuan beliau yang luas mengenai berbagai aliran dalam agama Buddha memungkinkan beliau untuk dapat mengasuh umat dengan latar belakang yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing.

Sebagai seorang bhikkhu, beliau tidak hanya dikenal oleh umat Buddha di Indonesia. Pada saat awal menjadi bhikkhu, beliau mendapat julukan The Flying Monk oleh umat Buddha di Malaysia dan Singapura karena kegesitan beliau untuk `terbang' dari satu tempat ke tempat lain untuk membabarkan Dharma. Beliau juga beberapa kali mengikuti beberapa kegiatan keagamaan yang berskala internasional. Diantaranya Persamuan Keenam (Chatta Sangayana) yang diadakan di Rangoon, tahun 1954-1956, juga konferensi-konferensi yang diadakan oleh The World Buddhist Sangha Council maupun The World Fellowship of Buddhists.
Beliau juga pernah menjadi wakil presiden untuk The World Buddhist Sangha Council dan The World Buddhist Social Services.

Di usia tua beliau lebih banyak berdiam di Vihara Sakyawanaram, Pacet.Bhante Ashin masih tetap hidup sederhana dibiliknya yang kecil di vihara tersebut. Di usianya yang sudah senja ini, beliau memang sudah tidak banyak membabarkan Dharma lagi. Namun beliau tetap `mengajarkan' kepada kita semua, umat Buddha Indonesia, melalui sikap dan tingkah laku beliau sehari-hari sampai kemudian meninggal di tahun 2002.

Banyak tokoh-tokoh Buddhis sekarang ini yang merupakan murid beliau. Bapak Oka Diputhera, mantan pejabat sementara ketua umum Walubi, mengenal ajaran Sang Buddha dari beliau. Demikian pula dengan Alm. Bhante Giri adalah salah satu murid beliau yang dulu sering bersama-sama beliau dalam menyebarkan Dharma. Juga Brigjen Soemantri, salah satu tokoh pendiri Walubi, merupakan salah satu murid beliau yang setia. Dr. Parwati Soepangat, salah satu tokoh wanita Buddhis Indonesia dahulu kerap ikut bersama beliau berkunjung ke berbagai daerah, pada awal-awal masa kebangkitan agama Buddha di Indonesia.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: williamhalim on 04 June 2008, 12:29:12 PM
Buddhayana ataupun Ekayana, no prob.
Persatuan tanpa terkotak-kotak, aye setuju banget.
Tidak melekat ke tradisi apapun, sangat bagus sekali.
Theravada, Mahayana, Vajrayana.... mempunyai jalan masing2, itu pasti.

Cuma satu yg menganggu: "Semoga SangHyang Adi Buddha/Tuhan yang Maha Esa melindungi kita semua" <--- anyone can explain this?

Masih bebal ya aku ini?  ;D

_/\_

::
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: gajeboh angek on 04 June 2008, 12:40:00 PM
QuoteSalah satu murid beliau yang bernama Ong Tiang Biauw ditahbiskan menjadi samanera dan akhirnya menjadi Bhikkhu Jinaputta. Setelah jumlah bhikkhu di Indonesia mencapai lima orang, Bhante Ashin kemudian mendirikan Sangha Suci Indonesia. Pada tahun 1963, organisasi ini kemudian diubah namanya menjadi Maha Sangha Indonesia. Namun tanggal 12 Januari 1972, lima orang Bhikkhu yang sebenarnya adalah murid beliau sendiri, yang menganggap bahwa hanya ajaran Theravada saja yang benar, memisahkan diri dari Maha Sangha Indonesia dan mendirikan Sangha Indonesia. Walaupun kemudian sempat bersatu kembali, dan Maha Sangha Indonesia diubah namanya menjadi Sangha Agung Indonesia (Sagin), para Bhikkhu itu kembali memisahkan diri dari Sangha Agung Indonesia dan mendirikan Sangha Theravada Indonesia.

Uh, maksudnya apan ini? Setahu saya bukan begitu ceritanya.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: morpheus on 04 June 2008, 12:42:48 PM
semangat persatuan dan tidak membeda2kan sekte sih bagus...

cuman menurut saya, kalo kita gak suka terkotak2, sebaiknya tidak membikin kotak baru... pemikiran terbalik menurut saya.
yg saya liat buddhayana di indonesia menjadi sebuah kotak baru, kotak keempat di antara tiga kotak yg sudah ada...
saya sering mendengar bantahannya, namun kenyataannya lain...

*bukan cari perang*
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: williamhalim on 04 June 2008, 12:58:54 PM
Quote from: morpheus on 04 June 2008, 12:42:48 PM
semangat persatuan dan tidak membeda2kan sekte sih bagus...

cuman menurut saya, kalo kita gak suka terkotak2, sebaiknya tidak membikin kotak baru... pemikiran terbalik menurut saya.
yg saya liat buddhayana di indonesia menjadi sebuah kotak baru, kotak keempat di antara tiga kotak yg sudah ada...
saya sering mendengar bantahannya, namun kenyataannya lain...

*bukan cari perang*

Ini aku setuju sekali.

Jika alasan kita tidak mau terkotak2, tidak perlu membikin kotak baru.
Kotak baru ini bukannya netral, malah konsen ke kotaknya sendiri, tidak mau memakai orang2 diluaran kotak tsb. Jadilah tiga kotak.

::




Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: El Sol on 04 June 2008, 01:06:11 PM
Buddhayana itu..

..---_---"

kalo mao bener2 Ekayana..jangan ganti2 donk pake Adi Buddha segale!..emankne kita ini setuju ama konsep Vajra yg ber-atta?

--_--"

we're not Hindhu..

eniwei...

palink worst...itu aliran Sesat Maitreya..

mending kita basmi dulu aliran sesat ini~


baru urus internal affair..antara Buddhist...~~

haha...

;D
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 04 June 2008, 01:16:08 PM
cuman satu aja minusnya, baca paritta yang sungguh-sungguh bernada aneh,suka dinadakan trus nadanya agak sumbang gitu,kalo nadanya bagus sih ga dipermasalahkan tapi kalo nadanya udah mulai tetong,aihhh tak ikutan kebaktiannya.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Lex Chan on 04 June 2008, 01:20:27 PM
Quote from: karuna_murti on 04 June 2008, 12:40:00 PM
QuoteSalah satu murid beliau yang bernama Ong Tiang Biauw ditahbiskan menjadi samanera dan akhirnya menjadi Bhikkhu Jinaputta. Setelah jumlah bhikkhu di Indonesia mencapai lima orang, Bhante Ashin kemudian mendirikan Sangha Suci Indonesia. Pada tahun 1963, organisasi ini kemudian diubah namanya menjadi Maha Sangha Indonesia. Namun tanggal 12 Januari 1972, lima orang Bhikkhu yang sebenarnya adalah murid beliau sendiri, yang menganggap bahwa hanya ajaran Theravada saja yang benar, memisahkan diri dari Maha Sangha Indonesia dan mendirikan Sangha Indonesia. Walaupun kemudian sempat bersatu kembali, dan Maha Sangha Indonesia diubah namanya menjadi Sangha Agung Indonesia (Sagin), para Bhikkhu itu kembali memisahkan diri dari Sangha Agung Indonesia dan mendirikan Sangha Theravada Indonesia.

Uh, maksudnya apan ini? Setahu saya bukan begitu ceritanya.

Ok, cerita versi lainnya cemana?
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Umat Awam on 04 June 2008, 01:26:30 PM
masih bagus kalo buat jadi therayana kali yach....?? :))
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: El Sol on 04 June 2008, 01:28:59 PM
Quote from: nyanadhana on 04 June 2008, 01:16:08 PM
cuman satu aja minusnya, baca paritta yang sungguh-sungguh bernada aneh,suka dinadakan trus nadanya agak sumbang gitu,kalo nadanya bagus sih ga dipermasalahkan tapi kalo nadanya udah mulai tetong,aihhh tak ikutan kebaktiannya.

trus...

baca parittanya..

lambatnye lebih lambat dari kura2 beol..

-_-"

cape deh..

sekali doank gw ke Ekayana kebaktian..and no more!

abisin uang*...



*uang=waktu..
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 04 June 2008, 01:33:51 PM
Quote from: Umat Awam on 04 June 2008, 01:26:30 PM
masih bagus kalo buat jadi therayana kali yach....?? :))

wah wah ga boleh ntar ama Bang rhoma Irama dibilang ngebajak lagunya...Therayana......terayana..ini lagunya lagu India......hehehehehhe...
Title: Re: Sekilas Buddhayana -- PERLU DILURUSKAN
Post by: hudoyo on 04 June 2008, 03:39:28 PM
Maaf, ada beberapa bagian dari tulisan ini yang perlu diluruskan.

Quote from: Yong_Cheng on 04 June 2008, 12:26:20 PM
Salah satu hasil penggalian yang sangat penting adalah konsep Ketuhanan dalam agama Buddha yang dianut oleh nenek moyang Bangsa Indonesia. Dari berbagai penelitian terhadap naskah-naskah kuno dalam Kitab Sanghyang Kamahayanikan, oleh para cendikiawan Buddhis Indonesia kala itu, yang merupakan murid-murid Bhante Ashin, akhirnya istilah Sanghyang Adi Buddha dinyatakan sebagai sebutan Tuhan dalam agama Buddha khas Indonesia. Doktrin inilah yang sejak saat itu giat disebarkan oleh murid-murid Bhante Ashin, diantaranya Alm Y.A. Bhikkhu Girirakkhito Mahathera, Herman S. Endro, Dharmaviriya, Dicky Soemani, Karbono, dan sebagainya. [...]

Saya nyatakan di sini bahwa kalimat yang di-bold di atas, sejauh menyangkut alm YM Girirakkhito Mahathera, Romo Maha Pandita Khemanyana Karbono dan Romo Pandita Herman S. Endro,SH, sama sekali tidak benar. Murid-murid Bhante Ashin yang saya sebut ini, ditambah beberapa teman lagi di Jakarta, seperti Romo Maha Pandita Vidyadharma, Romo Pandita Dr. Ratna Surya Widya dll tidak pernah menyetujui konsep Ketuhanan/Sanghyang Adi Buddha sejak awal Bhante Ashin memperkenalkan konsep itu. Oleh karena itu, kalimat yang berikut ini juga sama sekali tidak benar:
QuoteNamun sayangnya ada beberapa diantara mereka yang akhirnya malah menentang dokrin Sanghyang Adi Buddha ini.

Para Pandita dan para Bhikkhu Theravada sejak awal tidak menyetujui dipromosikannya konsep Ketuhanan YME/Sanghyang Adi Buddha oleh Bhante Ashin. Saya kenal baik dengan alm YM Girirakkhito Mahathera, dengan alm Romo Maha Pandita Khemanyana Karbono, dan dengan Romo Pandita Herman S. Endro, SH (orangnya masih hidup), dan saya berani menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak pernah "giat menyebarkan doktrin Ketuhanan YME/Sanghyang Adi Buddha" ajaran Bhante Ashin Jinarakkhita kapan pun, sebagaimana diklaim oleh penulis artikel ini.

Saya sendiri, yang pada waktu itu masih mahasiswa di Bandung dan aktif di Vihara Vimala Dharma, pernah menemui Bhante Ashin di Vihara Vimala Dharma untuk membahas keberatan beberapa teman Theravada terhadap konsep Ketuhanan YME/Sanghyang Adi Buddha pada awal konsep itu diperkenalkan oleh beliau. Ternyata beliau bersikukuh untuk tetap menggunakan konsep itu. Malah beliau memperingatkan saya, bahwa "barang siapa yang tidak menerima Ketuhanan YME/Sanghyang Adi Buddha bisa dicap PKI oleh pemerintah." (Harap diingat bahwa waktu itu adalah awal tahun 1970-an, dan orang masih sangat takut dicap PKI.)

Akhirnya setelah disadari bahwa Bhante Ashin tidak akan mundur dengan konsep beliau itu, maka para Pandita dan Bhikkhu Theravada berapat untuk menyusun deklarasi berdirinya Sangha Theravada Indonesia, dengan tujuan untuk memelihara kemurnian ajaran Sang Buddha yang tersimpan dalam Tipitaka Pali yang menjadi pegangan umat Theravada di seluruh dunia. Saya terlibat penuh dalam penyusunan deklarasi itu. Demikianlah latar belakang sejarah berdirinya Sangha Theravada Indonesia.


QuoteSalah satu murid beliau yang bernama Ong Tiang Biauw ditahbiskan menjadi samanera dan akhirnya menjadi Bhikkhu Jinaputta. Setelah jumlah bhikkhu di Indonesia mencapai lima orang, Bhante Ashin kemudian mendirikan Sangha Suci Indonesia. Pada tahun 1963, organisasi ini kemudian diubah namanya menjadi Maha Sangha Indonesia. Namun tanggal 12 Januari 1972, lima orang Bhikkhu yang sebenarnya adalah murid beliau sendiri, yang menganggap bahwa hanya ajaran Theravada saja yang benar, memisahkan diri dari Maha Sangha Indonesia dan mendirikan Sangha Indonesia. Walaupun kemudian sempat bersatu kembali, dan Maha Sangha Indonesia diubah namanya menjadi Sangha Agung Indonesia (Sagin), para Bhikkhu itu kembali memisahkan diri dari Sangha Agung Indonesia dan mendirikan Sangha Theravada Indonesia.

Saya tidak ingat betul tanggal-tanggalnya, tetapi seperti dipersoalkan oleh Rekan Karuna Murti, tampaknya ada sesuatu yang tidak beres dalam paragraf ini. Mungkin Rekan Karuna Murti bersedia berbagi informasi di seputar berdirinya Sangha Theravada Indonesia demi pencerahan pembaca forum ini.

Yang jelas, saya menolak keras bagian yang saya bold di atas, yang menyatakan bahwa para Bhikkhu Theravada yang menyatakan keluar dari Sangha pimpinan Bhante Ashin itu didorong oleh anggapan bahwa "HANYA ajaran Theravada saja yang benar". Setiap aliran/sekte/kelompok Agama Buddha yang hidup di mana saja tentu berhak berkeyakinan bahwa ajaran yang dianutnya benar, entah itu kelompok Buddhayana, entah kelompok Theravada, entah kelompok Mahayana, namun di dalam ajaran resmi Theravada sama sekali TIDAK ADA pernyataan bahwa HANYA ajaran Theravada yang benar. Malah dalam Tipitaka Pali disebutkan kata-kata Sang Buddha, bahwa "di dalam semua ajaran yang mengandung Jalan Suci Berfaktor Delapan pasti terdapat orang-orang suci."

Hal ini hanya menunjukkan ketidakmengertian penulis artikel ini akan alasan sebenarnya dari keluarnya bhikkhu-bhikkhu Theravada dari Sangha pimpinan Bhante Ashin, yaitu pemaksaan konsep Ketuhanan YME/Sanghyang Adi Buddha oleh Bhante Ashin sendiri kepada semua bhikkhu & umat Buddha Indonesia, sebagaimana saya paparkan di atas. Pernyataan penulis itu juga menunjukkan kenaifan pandangannya bahwa keanekaragam sekte, aliran, kelompok agama Buddha harus diwadahi dalam satu "wadah tunggal", dan bahwa mereka yang memisahkan diri dari "wadah tunggal" itu berarti menganggap HANYA ajarannya sendiri yang benar. Hal ini sama sekali tidak sesuai dengan semangat pluralisme keagamaan yang kita kumandangkan akhir-akhir ini di Indonesia.

Salam,
Pdt. Dr. Hudoyo Hupudio
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: gajeboh angek on 04 June 2008, 03:46:40 PM
_/\_ Sama seperti yang Pak Hudoyo katakan. Saya mendengar dari mulut ayah saya sendiri, yang pada waktu itu adalah salah satu dari lima Bhikkhu pendiri STI. Beliau berkata, "Kami tidak keberatan dengan Buddhayana, Yang jadi masalah adalah pada waktu itu Theravada dituduh atheis."
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 04 June 2008, 03:54:09 PM
 _/\_ ini adalah link yang saya copas

http://www.siddhi-sby.com/index.php?option=com_content&task=view&id=55&Itemid=32

btw, informasi ini juga sama seperti yang diajarkan di V. Ekayana ,dulu ada bukunya kalo ga salah di buku profil B.Ashin, saya masih ada bukunya,nanti saya akan cocokkan,setau saya mereka juga copas dari isi buku itu sendiri.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 04 June 2008, 03:57:05 PM
Ayah Rekan Karuna Murti pada waktu berdirinya STI adalah Bhante Khemiyo.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hartono238 on 04 June 2008, 03:59:34 PM
Quote from: hudoyo on 04 June 2008, 03:57:05 PM
Ayah Rekan Karuna Murti pada waktu berdirinya STI adalah Bhante Khemiyo.

LUAR BIASAAAAAAAAAAAAA INFONYA
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 04 June 2008, 04:07:01 PM
Quote from: nyanadhana on 04 June 2008, 03:54:09 PM
_/\_ ini adalah link yang saya copas
http://www.siddhi-sby.com/index.php?option=com_content&task=view&id=55&Itemid=32

Saya kutip dari link di atas sejauh menyangkut berdirinya STI:

"Pada tanggal 12 Januari 1972 bhikkhu Girirakhito, bhikkhhu Sumanggalo, b. jinapiya (titatetuko), b. jinaratana (pandhit kaharudin), b. subhato (moctar rashid) memisahkan diri – membentuk yang kemudian dikenal dengan sebutan Sangha Theravada Indonesia. Pada tahun 1978 terbentuk Sangha Mahayana Indonesia, dipimpin oleh biksu Dharmasagaro akibat beliau berselisih dengan cucu murid bhikkhu ashin namun bhiksu Dharmasagaro tetap menganggap b. Ashin adalah gurunya. Kemudian Maha Sangha Indonesia dikenal dengan sebutan Sangha Agung Indonesia."

Ini persis sama dengan posting Rekan Nyanadhana pada awal thread ini. Saya tidak ada masalah dengan paragraf ini.

Yang saya permasalahkan adalah pernyataan Rekan Yong Cheng bahwa para Bhikkhu Theravada memisahkan diri dari Sangha pimpinan Bhante Ashin KARENA menganggap "HANYA Ajaran Theravada saja yang benar". Alasan sebenarnya para bhikkhu Theravada itu keluar ialah karena pemaksaan doktrin Ketuhanan YME/Sanghyang Adi Buddha oleh Bhante Ashin kepada semua bhikkhu dan umat Buddha di Indonesia.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: williamhalim on 04 June 2008, 04:14:06 PM
Akhirnya.....

Terjawab sudah rasa penasaran saya mengapa vihara Buddhayana masih bersikukuh sd sekarang dgn kalimat: "Semoga SangHyang Adi Buddha/Tuhan yang Maha Esa melindungi kita semua". Ternyata memang di doktrin begitu, dan jika ada pengikut Buddhayana yang tidak setuju berarti dia bukan 'Buddhayana', karena kata2 tsblah yg membedakan aliran Buddhayana dari aliran lainnya.

Yang saya tidak mengerti, mengapa Bhante Ashin bersikukuh mempertahankan kalimat tsb? Pertanyaan ini tidak mungkin terjawab karena YM Bhante Ashin sudah tidak ada. Dan biarlah, yang lalu biarlah berlalu.

Cuman, untuk kedepannya, dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada Beliau, saya masih menganggap kalimat tersebut tidak perlu lagi diajarkan kepada umat Buddha di Indonesia.

Apa tidak lebih bagus kalimat tsb diganti dengan: "Jadilah pulau untuk dirimu sendiri, jadikanlah dirimu sebagai tempat perlindungan dan jangan cari perlindungan pada tempat lain"


::
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 04 June 2008, 04:19:55 PM
 _/\_ Pak Hudoyo, yang bro Yong Cheng tulis juga adalah copas dari sebuah forum Buddhist,yang menulis adalah rekan senior di V.Ekayana. itulah yang mereka tahu dan mereka terima selama ini di Buddhayana. :) _/\_
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: williamhalim on 04 June 2008, 04:21:20 PM
Quote from: hudoyo on 04 June 2008, 04:07:01 PM

Saya kutip dari link di atas sejauh menyangkut berdirinya STI:

"Pada tanggal 12 Januari 1972 bhikkhu Girirakhito, bhikkhhu Sumanggalo, b. jinapiya (titatetuko), b. jinaratana (pandhit kaharudin), b. subhato (moctar rashid) memisahkan diri – membentuk yang kemudian dikenal dengan sebutan Sangha Theravada Indonesia. Pada tahun 1978 terbentuk Sangha Mahayana Indonesia, dipimpin oleh biksu Dharmasagaro akibat beliau berselisih dengan cucu murid bhikkhu ashin namun bhiksu Dharmasagaro tetap menganggap b. Ashin adalah gurunya. Kemudian Maha Sangha Indonesia dikenal dengan sebutan Sangha Agung Indonesia."


Maaf, Pak Hud, ini diluar topik:

~ Apakah Bhante Subhato (Mochtar Rashid) ini adalah orang Minang?

Karena di tempat saya beredar cerita ada seorang Minang (orang Bukittinggi) yang menjadi Bhante, akhirnya Beliau dikucilkan oleh keluarganya. Mengapa dikucilkan? Keluarganya bukannya tidak setuju, namun keluarganya malu, karena di Minangkabau berlaku hukum: Adat Basandi Sayrik, Syarik Basandi Kitabullah (Adat berdasarkat syariat. syariat berdasarkan Kitab Alquran).

Cerita ini hanya saya dengar samar2, karena hanya para ninik mamak Minang lama yg mengetahuinya dan mereka tidak mau terlalu terbuka soal ini.

::
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 04 June 2008, 04:26:49 PM
Quote from: nyanadhana on 04 June 2008, 04:19:55 PM
_/\_ Pak Hudoyo, yang bro Yong Cheng tulis juga adalah copas dari sebuah forum Buddhist,yang menulis adalah rekan senior di V.Ekayana. itulah yang mereka tahu dan mereka terima selama ini di Buddhayana. :) _/\_

Terima kasih, Rekan Nyanadhana, atas informasinya. ... :)

Jadi saya telah mengoreksi tulisan yang bersumber dari V. Ekayana itu.

Saya kenal baik dengan Bhante Dharmavimala. Malah saya pernah diundang ceramah di sana. :)

Semoga beliau membaca tulisan saya, dan kesalahpahaman antar-kelompok Agama Buddha dapat diselesaikan dengan baik.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 04 June 2008, 05:03:46 PM
Quote from: karuna_murti on 04 June 2008, 03:46:40 PM
_/\_ Sama seperti yang Pak Hudoyo katakan. Saya mendengar dari mulut ayah saya sendiri, yang pada waktu itu adalah salah satu dari lima Bhikkhu pendiri STI. Beliau berkata, "Kami tidak keberatan dengan Buddhayana, Yang jadi masalah adalah pada waktu itu Theravada dituduh atheis."

... karena tidak mau menerima doktrin Ketuhanan YME/Sanghyang Adi Buddha. :)
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 04 June 2008, 05:37:14 PM
Quote from: willibordus on 04 June 2008, 04:21:20 PM
Maaf, Pak Hud, ini diluar topik:

~ Apakah Bhante Subhato (Mochtar Rashid) ini adalah orang Minang?

Karena di tempat saya beredar cerita ada seorang Minang (orang Bukittinggi) yang menjadi Bhante, akhirnya Beliau dikucilkan oleh keluarganya. Mengapa dikucilkan? Keluarganya bukannya tidak setuju, namun keluarganya malu, karena di Minangkabau berlaku hukum: Adat Basandi Sayrik, Syarik Basandi Kitabullah (Adat berdasarkat syariat. syariat berdasarkan Kitab Alquran).

Cerita ini hanya saya dengar samar2, karena hanya para ninik mamak Minang lama yg mengetahuinya dan mereka tidak mau terlalu terbuka soal ini.

::

Memang betul, alm Drs. Mochtar Rashid (a.k.a. Bhante Subhato) keturunan Minang. Memang betul, beliau dikucilkan oleh keluarganya yang Muslim. Tetapi beliau telah bertekad menerima segala konsekuensinya. Beliau hidup kesepian. Saya sangat salut kepada beliau. Pada waktu beliau meninggal, hanya satu orang sanak saudaranya yang menengok jasad beliau.

Seluruh hidup Romo Mochtar Rashid praktis diabdikan demi perkembangan Buddha Dhamma di Indonesia. Beliau tinggal di Bandung, belajar Farmasi di ITB. Romo Mochtar, Romo Herman Endro, dan saya merupakan tiga murid dari Romo Maha Pandita Khemanyana Karbono. Di Jakarta ada Romo Maha Pandita Vidyadharma, dengan tiga murid utamanya, Romo dr Ratna Surya Widya, Romo dr Dharma Kumara Widya, dan Romo Ir. Ariya Chandra. Pada tahun 1970an itu pusat pemikiran Agama Buddha Theravada di Indonesia berada di Jakarta - Bandung, dengan porosnya kedua Romo Maha Pandita tersebut.

Adanya kedua Romo Maha Pandita beserta murid-muridnya yang aktif itulah yang memberi dorongan moril kepada para bhikkhu Theravada untuk mendeklarasikan berdirinya Sangha Theravada Indonesia, ketika menghadapi masa-masa sulit dihadapkan pada pilihan "menerima Sanghyang Adi Buddha" atau "dicap PKI" dan dikirim ke Pulau Buru.

Belakangan memang betul, pernah Sangha Theravada Indonesia dan Mapanbudhi (Majelis Pandita Buddha Dhamma Indonesia - sekarang menjadi Magabudhi) dipanggil pemerintah (Bakin) untuk didengar keterangannya mengenai ajaran Theravada yang kami anut. ... Alhamdulillah, semua rintangan bisa dilalui dengan selamat, dan akhirnya STI diakui sebagai salah satu sangha di Indonesia berdampingan sejajar dengan sangha-sangha lain yang ada di Indonesia.

Belakangan, STI dan sangha-sangha lain di Indonesia membentuk KASI (Konferensi Agung Sangha-Sangha di Indonesia), sebagai wujud persatuan di antara berbagai aliran/sekte/kelompok Agama Buddha di Indonesia.

Dalam semua ini, jasa alm Romo Mochtar Rashid tidak kecil artinya.

Salam,
hudoyo

Title: Apa motivasi di balik Doktrin Sanghyang Adi Buddha?
Post by: hudoyo on 04 June 2008, 06:10:55 PM
Quote from: willibordus on 04 June 2008, 04:14:06 PM
Yang saya tidak mengerti, mengapa Bhante Ashin bersikukuh mempertahankan kalimat tsb? Pertanyaan ini tidak mungkin terjawab karena YM Bhante Ashin sudah tidak ada. Dan biarlah, yang lalu biarlah berlalu.

Betul, pertanyaan ini juga menggelitik saya sampai sekarang. ... Dan memang kita tidak bisa lagi mengetahui secara pasti apa motivasi sebenarnya di balik doktrin Ketuhanan YME/Sanghyang Adi Buddha itu, karena setelah kami berpisah saya tidak bisa lagi menanyakan hal itu dari hati ke hati dengan Bhante Ashin. ... :)

Namun, saya punya spekulasi pribadi tentang motivasi apa sesungguhnya di balik 'move' itu. ... Sekali lagi, ini cuma SPEKULASI pribadi belaka. ... Mau diterima atau ditolak, ya tidak apa-apa ... Saya melihat motivasi beliau tidak lebih daripada motivasi politis semata-mata:

Seperti saya katakan, pada waktu saya masih mahasiswa FK Unpad di Bandung, saya aktif di Vihara Vimala Dharma sebelum sangha dan umat Buddha pecah pada tahun 1972. ... Jadi saya mengetahui dari dekat semua perkembangan yang terjadi di sana.

Bhante Ashin berdomilisi di Vihara Nagasena, Pacet, tapi beliau sering datang dan bermalam di Vihara Vimala Dharma, Bandung.

Pada waktu itu jumlah bhikkhu Indonesia (yang berjubah Theravada) sangat sedikit, bisa dihitung dengan jari tangan. Bhante Ashin, Bhante Girirakkhito, Bhante Subalaratana (yang waktunya banyak tersita untuk sekolah beliau), ... itu saja yang ada di Indonesia ... Bhante Subhato, Bhante Sumanggalo, Bhante Jinapiya (belakangan ditahbiskan ulang di Thailand menjadi Bhante Thitaketuko) semua banyak berada di luar negeri.

Nah, kelangkaan bhikkhu Indonesia yang mengerti Dhamma ini mendorong Bhante Ashin untuk menghubungi Sangha Thailand untuk mengirimkan 4 orang Dhammaduta ke Indonesia, untuk membantu pembinaan Agama Buddha di Indonesia. Ini kebijakan Bhante Ashin yang patut dipuji.

Pada tahun 1968, datanglah 4 orang Dhammaduta Thai ke Indonesia, langsung ke Vihara Vimala Dharma, Bandung. Saya mengorganisir teman-teman muda-mudi Buddhis untuk mengadakan upacara penyambutan para Dhammaduta itu. ...

Tiga dari keempat Dhammaduta itu hanya tinggal beberapa bulan di Indonesia. Tapi Dhammaduta yang ke-4, Bhante Win, menetap di Indonesia selama beberapa tahun. Setelah itu masih bolak-balik ke Indonesia, sampai meninggal beberapa tahun lalu.

Bhante Win sangat berjasa bagi perkembangan bhikkhu-bhikkhu Theravada di Indoesia ... Bhikkhu-bhikkhu muda seperti Bhante Subhato (Romo Mochtar Rashid), Bhante Khemiyo (ayah Rekan Karuna Murti), Bhante Aggabalo (Bpk Cornelis Wowor) dll, semua ditahbiskan di Thailand atas bantuan Bhante Win ... Perlahan-lahan tapi pasti, dari segi SDM Agama Buddha Theravada di Indonesia bertambah kuat.

Nah, inilah spekulasi saya:

Saya rasa, perkembangan yang tidak terduga ini mencemaskan Bhante Ashin ... Soalnya sering kali bhikkhu-bhikkhu muda itu langsung pergi ke Thailand begitu saja dengan bantuan Bhante Win, tanpa minta pertimbangan Bhante Ashin; seolah-olah Bhante Ashin di-bypass begitu saja. (Ketika pada 1969 saya ditahbiskan menjadi Samanera oleh Bhante Ashin, lalu pada 1970 dibantu oleh Bhante Win pergi ke Thailand untuk menerima upasampada, Bhante Ashin hanya dipamiti saja, tidak dimintai pendapat.) ...

Dugaan saya, inilah akar penyebab maka Bhante Ashin melontarkan doktrin Ketuhanan YME/Sanghyang Adi Buddha. ... Motifnya adalah politis sepenuhnya ... yaitu untuk mengimbangi pengaruh Bhante Win yang semakin besar di Indonesia ... Untuk itu dipilih satu isu yang memang sangat menakutkan bagi bangsa Indonesia pada tahun 1970-an, terutama bagi warga keturunan Tionghoa ... yakni isu ateisme. ...

Apa lagi, semua bhikkhu-bhikkhu muda itu ditahbiskan di Wat Bovoranives, garis keturunannya adalah Dhammayuttika. ... dengan demikian semua bhikkhu yang berasal dari satu garis keturunan boleh mengikuti upacara patimokkha ... bhikkhu yang bukan dari garis keturunan yang sama tidak boleh mengikuti patimokkha garis keturunan itu. ... Misalnya, alm Bhante Girirakkhito juga ditahbiskan di Thailand, tapi garis keturunannya adalah Maha Nikaya ... jadi beliau tidak bisa ikut patimokkha bhikkhu-bhikkhu Dhammayuttika. ... Bhante Jinapiya yang ditahbiskan di Sri Lanka, tidak bisa ikut patimokkha bhikkhu-bhikkhu Dhammayuttika ... sampai beliau bersedia ditahbiskan-ulang dalam garis keturunan Dhammayuttika sebagai Bhante Thitaketuko (saya tidak tahu, vassa beliau dihitung dari mana, dari penahbisan pertama atau dari penahbisan belakangan) ... Tapi bisa dibayangkan kelak, kalau bhikkhu-bhikkhu muda Dhammayuttika mengadakan patimokkha, maka Bhante Ashin tidak bisa ikut, karena berbeda garis keturunan ... :)

Ketika saya berangkat ke Thailand pada 1970, doktrin Sanghyang Adi Buddha belum saya dengar; ketika saya kembali pada 1971, Bhante Ashin sudah mulai mempromosikan doktrin itu.

Sekali lagi, apa yang saya paparkan di atas adalah sepenuhnya spekulasi saya. ... Bisa benar, bisa salah ... Adakah rekan-rekan yang mempunyai pendapat lain?

Salam,
hudoyo

Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: williamhalim on 05 June 2008, 09:44:02 AM
Menarik sekali, Pak Hud....

Kisah2 seperti ini tidak akan kita peroleh dari buku2 sejarah.
Kisah2 seperti ini yang didengar langsung dari orang yg terlibat, menumbuhkan suatu rasa haru dan rasa... tali kekeluargaan diantara kita semua.

Meskipun perkembangannya sangat dinamis, bahkan berkesan organisasi terpecah, namun semua itu adalah proses yg normal, masing2 individu dapat mengkaji sendiri dan mengambil hikmahnya.

Anumodana Pak Hud, atas bukaan lembaran masa lalu ini.

PS: saya cukup bangga karena pernah ada seorang putra daerah Minang yg menjadi Bhikkhu.
Sejak Pak Mochtar Rasyid, tidak ada seorang pun putra Minang asli yg menjadi Dhammaduta, apalagi menjadi Bhikkhu.

_/\_

::
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 05 June 2008, 10:00:36 AM
 _/\_ Apakah bisa dibukukan sejarah perkembangan agama Buddha yang sesungguhnya di Indonesia? karena selama ini didominasi oleh satu pihak dan sedikit demi sedikit melakukan brainwash mengenai sejarah yang dibuatnya sehingga masyarakat mungkin melihat STI atau Theravada menjadi antipati dan lebih memilih cerita buatan daripada fakta.? Saya pikir ketika membaca history Buddhisme Indonesia sering kurang jelas, dan ceritanya sering dibuat untuk mencermelangkan pihak tertentu dan pihak lain dijelekkan.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 10:10:36 AM
Quote from: nyanadhana on 05 June 2008, 10:00:36 AM
_/\_ Apakah bisa dibukukan sejarah perkembangan agama Buddha yang sesungguhnya di Indonesia? karena selama ini didominasi oleh satu pihak dan sedikit demi sedikit melakukan brainwash mengenai sejarah yang dibuatnya sehingga masyarakat mungkin melihat STI atau Theravada menjadi antipati dan lebih memilih cerita buatan daripada fakta.? Saya pikir ketika membaca history Buddhisme Indonesia sering kurang jelas, dan ceritanya sering dibuat untuk mencermelangkan pihak tertentu dan pihak lain dijelekkan.

hehe ... memang betul ... ketika para pujangga keraton Majapahit menulis buku sejarah Majapahit, "Negarakertagama" dan "Pararaton" ... dan ketika para pujangga keraton Mataram menulis buku sejarah Jawa, "Babad Tanah Jawi" ... ceritanya jelas dipoles hitam-putih untuk membenarkan segala kebijakan yang diambil oleh rajanya dan menjelekkan lawan-lawan politik dari sang raja. ... :)

Jelas penulisan seperti itu tidak bisa diterima dari segi historiografi. ...

Saya setuju para tokoh semua sekte/aliran/kelompok Agama Buddha duduk bersama untuk mengkaji seobyektif mungkin bahan-bahan sejarah Agama Buddha di Indonesia ... Mumpung banyak tokoh-tokoh tua yang masih hidup ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hartono238 on 05 June 2008, 10:35:07 AM
Quote from: hudoyo on 04 June 2008, 04:26:49 PM
Quote from: nyanadhana on 04 June 2008, 04:19:55 PM
_/\_ Pak Hudoyo, yang bro Yong Cheng tulis juga adalah copas dari sebuah forum Buddhist,yang menulis adalah rekan senior di V.Ekayana. itulah yang mereka tahu dan mereka terima selama ini di Buddhayana. :) _/\_

Terima kasih, Rekan Nyanadhana, atas informasinya. ... :)

Jadi saya telah mengoreksi tulisan yang bersumber dari V. Ekayana itu.

Saya kenal baik dengan Bhante Dharmavimala. Malah saya pernah diundang ceramah di sana. :)

Semoga beliau membaca tulisan saya, dan kesalahpahaman antar-kelompok Agama Buddha dapat diselesaikan dengan baik.

Salam,
hudoyo

bagus sekali, pak hudoyo, jika anda kenal dengan bhante vim, tolong disampaikan informasi ini, saya rasa dengan nama pak hudoyo, pasti bhante menanggapi
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 05 June 2008, 10:39:47 AM
jika para bhikkhu disana bertindak lurus mungkin akan memperbaiki, tapi ada kepentingan yang harus dilindungi, sama seperti cara Pak Harto membikin cerita PKi dan Supersemar. ada heritage yang harus dilindungi dan jika diubah tentu orang akan berkata "isi didalam bungkusan itu memang ikan asin"

saya bukan melecehkan namun saya meragukan. _/\_
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 11:08:33 AM
Quote from: hartono238 on 05 June 2008, 10:35:07 AM
bagus sekali, pak hudoyo, jika anda kenal dengan bhante vim, tolong disampaikan informasi ini, saya rasa dengan nama pak hudoyo, pasti bhante menanggapi

Saya tidak punya alasan untuk begitu saja datang kepada beliau membicarakan soal ini ... seolah-olah sayalah yang memulai mempermasalahkannya. ... :)

Sebaiknya, ada rekan dari V. Ekayana yang membawa seluruh posting-posting dari thread ini kepada beliau. ... Atau mempersilakan beliau membaca sendiri situs DC ini. ... Setahu saya, beliau paham menggunakan komputer, karena pernah beberapa kali bertukar email dengan saya. ... Saya yakin beliau akan bersikap obyektif dalam hal ini. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hartono238 on 05 June 2008, 11:14:07 AM
Quote from: hudoyo on 05 June 2008, 11:08:33 AM
Quote from: hartono238 on 05 June 2008, 10:35:07 AM
bagus sekali, pak hudoyo, jika anda kenal dengan bhante vim, tolong disampaikan informasi ini, saya rasa dengan nama pak hudoyo, pasti bhante menanggapi

Saya tidak punya alasan untuk begitu saja datang kepada beliau membicarakan soal ini ... seolah-olah sayalah yang memulai mempermasalahkannya. ... :)

Sebaiknya, ada rekan dari V. Ekayana yang membawa seluruh posting-posting dari thread ini kepada beliau. ... Atau mempersilakan beliau membaca sendiri situs DC ini. ... Setahu saya, beliau paham menggunakan komputer, karena pernah beberapa kali bertukar email dengan saya. ... Saya yakin beliau akan bersikap obyektif dalam hal ini. ... :)

Salam,
hudoyo

saya rasa, jika pak hudoyo kenal baik, akan lebih mudah berkomunikasi dengan bhante vim, dari pada yg tidak kenal baik, jika kenal baik, sy rasa tidak perlu ketemu langsung, cukup angkat telepon saja, jika yakin bhante vim bersifat obyektif, tentunya tidak perlu takut bhante vim berprasangka "seolah olah romo hudoyo yg mulai", apalagi dengan keahlian pak hudoyo dalam bermeditasi, tentunya orang tidak gampang berprasangka lah, sayang sekali, ngak tahu kapan saya bisa ketemu bhante vim di ekayana untuk membahas ini
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 11:16:55 AM
Quote from: nyanadhana on 05 June 2008, 10:39:47 AM
jika para bhikkhu disana bertindak lurus mungkin akan memperbaiki, tapi ada kepentingan yang harus dilindungi, sama seperti cara Pak Harto membikin cerita PKi dan Supersemar. ada heritage yang harus dilindungi dan jika diubah tentu orang akan berkata "isi didalam bungkusan itu memang ikan asin"

Setidak-tidaknya dua keberatan saya yang mewakili umat Theravada di Indonesia ini diperhatikan dengan menghapus bagian-bagian yang saya permasalahkan dalam artikel yang ditayangkan oleh Rekan Yeng Chong. ... Itu saja ...

Selebihnya saya tidak berkeberatan sedikit pun kalau ada orang mau mengagungkan gurunya sendiri ... Seperti saya tidak berkeberatan sedikit pun dengan artikel yang ditayangkan oleh Rekan Nyanadhana, sekalipun itu jelas bersifat berat sebelah ... tapi tidak menyebut tentang bhikkhu & pandita Theravada secara tidak benar.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 11:20:02 AM
Quote from: hartono238 on 05 June 2008, 11:14:07 AM
saya rasa, jika pak hudoyo kenal baik, akan lebih mudah berkomunikasi dengan bhante vim, dari pada yg tidak kenal baik, jika kenal baik, sy rasa tidak perlu ketemu langsung, cukup angkat telepon saja, jika yakin bhante vim bersifat obyektif, tentunya tidak perlu takut bhante vim berprasangka "seolah olah romo hudoyo yg mulai", apalagi dengan keahlian pak hudoyo dalam bermeditasi, tentunya orang tidak gampang berprasangka lah, sayang sekali, ngak tahu kapan saya bisa ketemu bhante vim di ekayana untuk membahas ini

OK, ... dengan niat baik untuk menjernihkan ganjalan-ganjalan yang masih ada di antara umat Buddhayana dan umat Theravada di Indonesia, saya akan mengirim email kepada Bhante Vim, dengan melampirkan seluruh posting yang ada di thread ini sampai dengan posting saya ini, tanpa meminta apa pun dari beliau.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 05 June 2008, 11:22:25 AM
Sekalian dibahas Pak Hudoyo, kasus pembajakan dan kasus homoseksual di Viharanya, agar publik tidak merasa berang.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hartono238 on 05 June 2008, 11:25:53 AM
sip sip sip,bagus sekali pak hudoyo, thank you, biar jelas
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: sv.chandra71 on 05 June 2008, 12:22:46 PM
Bung / Romo Hudoyo..
Saya rasa permasalahannya tidak sesimple yang romo utarakan.. hanya karena mempertahankan / bersikukuh menolak doktrin Sanghyang Adi Buddha.. Tapi persisnya apa saya juga gak jelas.. Itu bagian dari sejarah yang saya anak muda tidak tahu persis.. karena versinya banyak sekali..

Tapi kalau memang benar seperti yang romo katakan.. STI bersikukuh tidak mau mengakui adanya Tuhan / doktrin Adi Buddha.. kenapa sampai saat ini istilah Tuhan Yang Maha Esa masih sering keluar.. Malah terkadang lebih lucu lagi.. disambung dengan 'Sang Tiratana'..

Saya mau tanya ke romo.. selaku pelaku sejarah.. Doktrin Adi Buddha yang (katakanlah) dicetuskan oleh Biku Ashin Jinarakkhita itu memberikan banyak manfaat gak pada waktu itu..???
Adakah pengaruh singnifikan dari munculnya doktrin itu dengan perkembangan agama Buddha saat itu dan sampai saat ini..

Karena saya melihat lebih sebagi upaya yang terampil dari seorang Biku yang cerdas, untuk mecegah punahnya agama Buddha pada waktu itu.. oleh orang2 yang sangat membenci Atheis yang nyerempet ke Buddhism..

Tolong informasinya..

salam..
sutra



Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: gajeboh angek on 05 June 2008, 12:32:37 PM
Memang saya menduga hal itu dilakukan Bhante Ashin sebagai upaya kausalya.

Tetapi apakah upaya kausalya tersebut benar atau salah?
Theravada yang tidak menggunakan Sanghyang Adhi Buddha tetap bertahan dari jaman orde baru sampai sekarang.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: williamhalim on 05 June 2008, 12:48:44 PM
Salam Bung Sutra, ketemu lagi....

Quote from: sv.chandra71 on 05 June 2008, 12:22:46 PM

Tapi kalau memang benar seperti yang romo katakan.. STI bersikukuh tidak mau mengakui adanya Tuhan / doktrin Adi Buddha.. kenapa sampai saat ini istilah Tuhan Yang Maha Esa masih sering keluar.. Malah terkadang lebih lucu lagi.. disambung dengan 'Sang Tiratana'..

Sejauh yg saya tau, STI tidak menggunakan kalimat: Tuhan Yang Maha Esa
Mohon informasinya, vihara STI mana yg mengunakan kalimat tsb?

Quote
Saya mau tanya ke romo.. selaku pelaku sejarah.. Doktrin Adi Buddha yang (katakanlah) dicetuskan oleh Biku Ashin Jinarakkhita itu memberikan banyak manfaat gak pada waktu itu..???
Adakah pengaruh singnifikan dari munculnya doktrin itu dengan perkembangan agama Buddha saat itu dan sampai saat ini..

Karena saya melihat lebih sebagi upaya yang terampil dari seorang Biku yang cerdas, untuk mecegah punahnya agama Buddha pada waktu itu.. oleh orang2 yang sangat membenci Atheis yang nyerempet ke Buddhism..


Harap membaca thread ini dari muka.

Tidak ada yg berkeberatan Bhante Ashin menggunakan istilah itu pada awal berdirinya Agama Buddha di Indonesia, lagipula masa lalu adalah masa lalu, mana bisa diubah.

Yang dipermasalahkan, kenapa sd saat ini Buddhayana masih memakai kalimat tsb: "Semoga Shanghyang Adi Buddha / Tuhan YME melindungi kita semua" atau "Semoga kita semua mendapat berkah dari Shanghyang AdiBuddha / Tuhan YME"

Menurut Sdr. Sutra sendiri, apakah kalimat diatas sesuai dengan ajaran Buddhism?
Apakah yang melindungi kita Tuhan YME ataukah Perbuatan kita sendiri?
Kita tidak mempermasalahkan masa lalu, namun memikirkan kedepannya.

Jika tau sesuatu itu salah dan dengan sengaja mengajarkannya kepada yang lain, apa akibatnya?

::
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 05 June 2008, 01:03:45 PM
Seiring perkembangan zaman,konsep agama tetangga pun menghinggap,di agama tetangga mungkin ada kata "Semoga Tuhan memberkati" "God Bless Us", dan karena anak muda itu sangat trendy maka kalimat itu dibawa serta ke vihara "Semoga Sanghyang Adi Buddha memberkati" "Buddha Bless Us". kalo dipikir-pikir konsep Buddhisme nyata-nyata meminta kita bersandar pada diri kita sendiri. Oleh ucapan,perbuatan,pikiran orang itu dianggap baik. _/\_
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 05 June 2008, 01:07:48 PM
Namo Sanghyang Adi Buddha menjadi Tuhan itu sendiri sebenarnya cuman cetusan agar pemerintah saat itu menerima Buddhisme sebagai bagian dari 5 agama di Indonesia. karena Pancasila eprtama adalah Ke Tuhanan Yang Maha Esa

lagian kalo NSAB diterjemahkan secara harafiah yah Adi(Tunggal,Satu) Buddha, satu-satunya Buddha yang mengajarkan Dhamma ini ke dunia yaitu Gotama Buddha... ^-^

kalo di Tantric, Adi Buddha mengacu pada Panca Dhyani Buddha tertingginya Vairocana Buddha
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Kelana on 05 June 2008, 01:10:11 PM
Quote from: morpheus on 04 June 2008, 12:42:48 PM
semangat persatuan dan tidak membeda2kan sekte sih bagus...

cuman menurut saya, kalo kita gak suka terkotak2, sebaiknya tidak membikin kotak baru... pemikiran terbalik menurut saya.
yg saya liat buddhayana di indonesia menjadi sebuah kotak baru, kotak keempat di antara tiga kotak yg sudah ada...
saya sering mendengar bantahannya, namun kenyataannya lain...

*bukan cari perang*

Saya sependapat dengan Sdr.Morph.
Bahkan kotak keempat ini sempat membuat beberapa umat awam menjadi bingung. kebaktian ini mengajarkan A kemudian di kebaktian lain mengatakan B
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 05 June 2008, 01:12:36 PM
namanya kan bukan aliran sebenarnya tapi majelis yang mewadahi 3 yana itu dalam satu tempat....ya it's okay aja.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 01:21:56 PM
Quote from: sv.chandra71 on 05 June 2008, 12:22:46 PM
Tapi kalau memang benar seperti yang romo katakan.. STI bersikukuh tidak mau mengakui adanya Tuhan / doktrin Adi Buddha.. kenapa sampai saat ini istilah Tuhan Yang Maha Esa masih sering keluar.. Malah terkadang lebih lucu lagi.. disambung dengan 'Sang Tiratana'..

Tidak ada istilah semacam itu dalam publikasi resmi STI. ... Lihat www.samaggi-phala.or.id, halaman Sangha Theravada Indonesia:

- dalam Piagam Sangha Theravada Indonesia sama sekali tidak ada kata-kata pembukaan apa apun;
- dalam Keputusan-Keputusan STI malah hanya ada pembukaan: "NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA" - sama sekali tidak disebut-sebut "Tuhan YME".

- Kalau ada bhikkhu atau pandita Theravada mengatakan seperti itu, itu adalah pemahamannya pribadi, yang kurang pas, sehingga menjadi tanggung-jawabnya pribadi ...

Seluruh umat Theravada di Indonesia menolak doktrin Adi-Buddha, oleh karena doktrin itu adalah doktrin Kalachakra Tantra, bukan doktrin Theravada.


QuoteSaya mau tanya ke romo.. selaku pelaku sejarah.. Doktrin Adi Buddha yang (katakanlah) dicetuskan oleh Biku Ashin Jinarakkhita itu memberikan banyak manfaat gak pada waktu itu..???

SAMA SEKALI TIDAK. ... Begitu dicetuskan oleh Bhante Ashin, begitu ditolak oleh STI dan Mapanbudhi ... sama sekali tidak ada dampaknya pada umat Buddha Theravada di Indonesia. ...


QuoteAdakah pengaruh singnifikan dari munculnya doktrin itu dengan perkembangan agama Buddha saat itu dan sampai saat ini..

Sejauh menyangkut umat Buddhis Theravada di Indonesia, sama sekali tidak ada pengaruh apa pun. ... Justru dengan terjadinya kristalisasi umat Buddha di Indonesia--yang pada mulanya hendak dipaksakan masuk wadah tunggal dengan menerima doktrin Adi-Buddha--umat dan vihara-vihara Theravada semakin bebas mengembangkan Buddha Dhamma berdasarkan kitab suci Tipitaka Pali, bebas dari campuran doktrin-doktrin yang tidak ada dalam ajaran Theravada.

Yang terjadi malah kemelut yang berkepanjangan, yang sisa-sisanya masih terasa sampai sekarang, di antara kelompok-kelompok yang pro- dan yang kontra- doktrin Adi-Buddha. ... Sehingga pada bulan Mei tahun 1976 harus diadakan kongres umat Buddha I di Yogyakarta yang dihadiri oleh semua sekte/aliran/kelompok Agama Buddha di Indonesia untuk mengatasi kemelut itu. ... Kongres itu akhirnya menghasilkan kesepakatan untuk saling menghormati eksistensi masing-masing sekte/aliran/kelompok Agama Buddha di Indonesia. Bhante Ashin pun mau tidak mau ikut menandatangani kesepakatan itu. ... Sayalah yang menyusun draft kesepakatan itu, dan saya pula yang menyodorkan naskah aslinya kepada Bhante Ashin pada peringatan Wesak di Borobudur untuk beliau tandatangani mewakili Sangha Agung Indonesia, beserta para bhikkhu-bhikkhu lain yang mewakili sangha masing-masing dan para romo pandita yang mewakili majelis agama Buddha masing-masing.


QuoteKarena saya melihat lebih sebagi upaya yang terampil dari seorang Biku yang cerdas, untuk mecegah punahnya agama Buddha pada waktu itu.. oleh orang2 yang sangat membenci Atheis yang nyerempet ke Buddhism..

Kalau opini Anda memang begitu, silakan saja, saya tidak akan mengutik-ngutik opini Anda. :)

Tetapi FAKTA-nya adalah Sangha Theravada Indonesia dan Majelis Pandita Buddha Dhamma [Theravada] Indonesia lahir begitu doktrin Sanghyang Adi-Buddha diluncurkan oleh Bhante Ashin, dan umat Theravada sama sekali tidak punah seperti Anda khawatirkan. ... Itulah yang sering digembar-gemborkan oleh oleh orang-orang yang mendukung doktrin Adi-Buddha pada waktu itu, dan ternyata Agama Buddha Theravada aman-aman saja TANPA doktrin Adi-Buddha. ... dan tampaknya Anda pun termakan oleh propaganda itu. :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 05 June 2008, 01:30:03 PM
Tetapi FAKTA-nya adalah Sangha Theravada Indonesia dan Majelis Pandita Buddha Dhamma [Theravada] Indonesia lahir begitu doktrin Sanghyang Adi-Buddha diluncurkan oleh Bhante Ashin, dan umat Theravada sama sekali tidak punah seperti Anda khawatirkan. ... Itulah yang sering digembar-gemborkan oleh oleh orang-orang yang mendukung doktrin Adi-Buddha pada waktu itu, dan ternyata Agama Buddha Theravada aman-aman saja

karena Theravada berdiri setelah adanya pengakuan agama Buddha menjadi agama resmi di Indonesia akrena Sanghyang Adi Buddha, tentu jalan ke depan pasti udah mulus,karena pemerintah juga tidak akan menganggap Buddhisme sebagai alien lagi. :)
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 01:31:37 PM
Quote from: nyanadhana on 05 June 2008, 01:07:48 PM
Namo Sanghyang Adi Buddha menjadi Tuhan itu sendiri sebenarnya cuman cetusan agar pemerintah saat itu menerima Buddhisme sebagai bagian dari 5 agama di Indonesia. karena Pancasila eprtama adalah Ke Tuhanan Yang Maha Esa

Berkali-kali pemerintah (pada zaman Orde Baru, ketika kemelut Adi-Buddha mencuat) menekankan melalui Menteri Agama atau Dirjen Bimas Umat Hindu & Buddha (pada waktu itu), bahwa pemerintah tidak berhak dan tidak akan campur tangan dalam doktrin masing-masing agama atau sekte/aliran agama yang ada.

Tidak pernah ada bukti bahwa "pemerintah mengakui eksistensi Agama Buddha di Indonesia KARENA doktrin Adi-Buddha". ... Sejak awal Agama Buddha berkembang kembali di Indonesia pada tahun 1950-an, sama sekali tidak pernah ada keraguan di pihak pemerintah terhadap Agama Buddha.

Jadi kecemasan bahwa tanpa Adi-Buddha Agama Buddha akan dilarang adalah kecemasan yang berlebihan ... atau kecemasan yang dibuat-buat ... yang sebetulnya dimotivasi oleh kepentingan lain ... yakni kepentingan politis Bhante Ashin untuk mengimbangi naik daunnya Bhante Win pada waktu itu.

Salam,
Hudoyo

Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 01:33:29 PM
Quote from: nyanadhana on 05 June 2008, 01:30:03 PM
karena Theravada berdiri setelah adanya pengakuan agama Buddha menjadi agama resmi di Indonesia akrena Sanghyang Adi Buddha, tentu jalan ke depan pasti udah mulus,karena pemerintah juga tidak akan menganggap Buddhisme sebagai alien lagi. :)

Ini tidak betul. ... Pengakuan pemerintah terhadap lima agama resmi di Indonesia sudah ada jauh sebelum tahun 1971 ketika Bhante Ashin mempromosikan doktrin Adi-Buddha.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: williamhalim on 05 June 2008, 01:36:36 PM
Quote from: hudoyo on 05 June 2008, 01:21:56 PM

SAMA SEKALI TIDAK. ... Begitu dicetuskan oleh Bhante Ashin, begitu ditolak oleh STI dan Mapanbudhi ... sama sekali tidak ada dampaknya pada umat Buddha Theravada di Indonesia. ...

...cut...

Tetapi FAKTA-nya adalah Sangha Theravada Indonesia dan Majelis Pandita Buddha Dhamma [Theravada] Indonesia lahir begitu doktrin Sanghyang Adi-Buddha diluncurkan oleh Bhante Ashin, dan umat Theravada sama sekali tidak punah seperti Anda khawatirkan. ... Itulah yang sering digembar-gemborkan oleh oleh orang-orang yang mendukung doktrin Adi-Buddha pada waktu itu, dan ternyata Agama Buddha Theravada aman-aman saja TANPA doktrin Adi-Buddha. ... dan tampaknya Anda pun termakan oleh propaganda itu. :)


Terungkap lagi dengan jelas, bahwa Doktrin AdiBuddha/Tuhan YME ternyata tidak diperlukan demi diakuinya Agama Buddha di Indonesia pada waktu itu. Buktinya, STI lahir tanpa doktrin tsb pada saat itu.

Rupanya kita semua selama ini termakan propaganda.

---

(logikanya, kalau memang hanya untuk diakui/diloloskan, kenapa masih make kalimat tsb sd saat ini?)


::

Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 05 June 2008, 01:38:00 PM
OoOoooooo begitu toh,jadi selama ini pembelajaran yang saya dapat mengenai sejarah agama Buddha di Indonesia adalah salah sama sekali yaph..... :o :'( :'( :'(....aku diboongin
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: gajeboh angek on 05 June 2008, 01:39:06 PM
Agama Buddha sudah dikenal sejak sebelum Indonesia merdeka, yang terekam dalam pada pidato pengenalan pancasila Indonesia, 1 Juni 1945.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: sv.chandra71 on 05 June 2008, 01:45:54 PM
Quote from: willibordus on 05 June 2008, 12:48:44 PM
Salam Bung Sutra, ketemu lagi....

Quote from: sv.chandra71 on 05 June 2008, 12:22:46 PM

hehe.. salam juga.. bung Wilibordus..
Ada rupanya termasuk yang rajin juga.. Aktif dimana-mana.. hehehe..
Maaf kalau saya salah ngambil qoute nya.. belum terbiasa..


Sejauh yg saya tau, STI tidak menggunakan kalimat: Tuhan Yang Maha Esa
Mohon informasinya, vihara STI mana yg mengunakan kalimat tsb?

Kalau kebaktian memang gak keluar.. Tapi kalo di doa2 bersama.. muncul.. Saya gak persis hafal.. tapi kira2 bunyinya.. Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa, Sang Tiratana, bla...3x..



Harap membaca thread ini dari muka.

Tidak ada yg berkeberatan Bhante Ashin menggunakan istilah itu pada awal berdirinya Agama Buddha di Indonesia, lagipula masa lalu adalah masa lalu, mana bisa diubah.

Yang dipermasalahkan, kenapa sd saat ini Buddhayana masih memakai kalimat tsb: "Semoga Shanghyang Adi Buddha / Tuhan YME melindungi kita semua" atau "Semoga kita semua mendapat berkah dari Shanghyang AdiBuddha / Tuhan YME"

Menurut Sdr. Sutra sendiri, apakah kalimat diatas sesuai dengan ajaran Buddhism?
Apakah yang melindungi kita Tuhan YME ataukah Perbuatan kita sendiri?
Kita tidak mempermasalahkan masa lalu, namun memikirkan kedepannya.

Jika tau sesuatu itu salah dan dengan sengaja mengajarkannya kepada yang lain, apa akibatnya?

::

Saya cuma mau tanya saksi sejarah saja.. apa betul kondisi waktu itu seperti itu..???
Atau ada hal2 lain yang belum kita ketahui.. tapi romo Hudoyo alami sendiri..

Soal kata2 berkah.. kita sependapat.. yang b lebih pas.. walau tidak pas sepenuhnya..
Tapi saya gak menangkap esensinya.. apakah pada tahun 1970an itu yang diributkan soal kata2.. TYME melindungi kita itu.. Karena saya berasumsi pada saat itu.. pemahaman terhadap bahasa Indonesia yang baik masih belum terlalu kuat.. sehingga belum benar2 mengacu pada arti harafiah, melainkan sekedar mana yang enak dan biasa disebut saja.. dalam hal ini mungkin mengacu pada tetangga.. (ka****k yg sering jadi pembanding).. cmiiw

Kalau pandangan saya soal perlindungan. Yang melundungi diri kita tidak hanya diri kita saja..
tapi juga Sangha (komunitas).. Karena kita tidak akan bisa hidup sendirian saja..
Kalo mengacu pada S.Covey.. Ada tingkatan Dependent - Independent - Interdependent..
Merasa diri sendiri mampu melindungi dirinya baru pada tahap Independet.. (menurut saya.. bukan menurut covey.. hehehe..)
Tapi kalau sudah lebih maju lagi.. maka setiap kita mestinya sadar.. komunitas itulah yang melindungi kita..
Interpendent (atau menurut biksu TNH - Interbeing)

salam..
sutra
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Lex Chan on 05 June 2008, 01:46:21 PM
Apakah isu PKI pada tahun 1966 tidak berpengaruh?
Seringkali kita dengar bahwa organisasi PKI dilarang karena dicap atheis...
Itu adalah label yang dipakai untuk menakut-nakuti rakyat pada zaman itu..
Padahal, konsep komunis (bidang ekonomi) dan atheis (bidang spiritual) itu berbeda.. ;D
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hartono238 on 05 June 2008, 02:00:05 PM
sebenarnya saya masih binggung soal diskusi ini, tapi saya ingat, waktu sy ikut kebaktian waisak di sunter, saya ada baca pesan waisak, di akhir kalimat ada kata kata "Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Triratna selalu melindungi", saya bukan mau menyangkal senior senior disini, tapi sy mesti cari lagi itu selebaran, tapi saya ingat betul, pesan waisak itu di tanda tangani oleh bhikkhu jotidhammo mahathera. thanks
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Kelana on 05 June 2008, 02:03:07 PM
Quote from: nyanadhana on 05 June 2008, 10:00:36 AM
_/\_ Apakah bisa dibukukan sejarah perkembangan agama Buddha yang sesungguhnya di Indonesia? karena selama ini didominasi oleh satu pihak dan sedikit demi sedikit melakukan brainwash mengenai sejarah yang dibuatnya sehingga masyarakat mungkin melihat STI atau Theravada menjadi antipati dan lebih memilih cerita buatan daripada fakta.? Saya pikir ketika membaca history Buddhisme Indonesia sering kurang jelas, dan ceritanya sering dibuat untuk mencermelangkan pihak tertentu dan pihak lain dijelekkan.

Beberapa bulan yang lalu saya pernah membuat ringkasan mengenai sejarah agama Buddha di Indonesia dengan literatur yang terbatas, dan berusaha untuk tidak berpihak pada pihak manapun. Saya ingin rekan-rekan Buddhist bahkan para saksi sejarah untuk mengoreksinya dan mungkin juga ada yang berkenan menerjemahkannya dalam bahasa Inggris karena beberapa waktu lalu saya sempat mendapat email dari ausi dan menanyakan mengenai agama Buddha di Indonesia. Dan rencananya akan ada versi panjangnya sehingga bisa dijadikan ebook..(lirik suhu Medho.. :D)
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Kelana on 05 June 2008, 02:05:38 PM
Quote from: hartono238 on 05 June 2008, 02:00:05 PM
sebenarnya saya masih binggung soal diskusi ini, tapi saya ingat, waktu sy ikut kebaktian waisak di sunter, saya ada baca pesan waisak, di akhir kalimat ada kata kata "Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Triratna selalu melindungi", saya bukan mau menyangkal senior senior disini, tapi sy mesti cari lagi itu selebaran, tapi saya ingat betul, pesan waisak itu di tanda tangani oleh bhikkhu jotidhammo mahathera. thanks


Nah ini juga yang menjadi pertanyaan saya.
http://sti.or.id/?pilih=lihat&id=8
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 02:09:34 PM
Quote from: karuna_murti on 05 June 2008, 01:39:06 PM
Agama Buddha sudah dikenal sejak sebelum Indonesia merdeka, yang terekam dalam pada pidato pengenalan pancasila Indonesia, 1 Juni 1945.

Secara hukum Agama Buddha diakui resmi di Indonesia dengan Penetapan Presiden Republik Indonesia No.1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penodaan dan/atau Penyalahgunaan Agama, ditandatangani oleh Presiden Sukarno pada tgl 27 Januari 1965.

Dalam Penjelasan atas Penetapan Presiden tersebut, Bab II (Pasal demi Pasal), ayat 1, tercantum: "... Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, keristen, katholik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confucius)."

(lihat: http://www.djpp.depkumham.go.id/inc/buka.php?d=1900+65&f=pnps1-1965.htm)

Sekalipun Presiden Sukarno dijatuhkan oleh rezim Orde Baru, dan ada masa ketika Khong Hu Cu tidak diakui sebagai agama resmi, tetapi kelima agama yang lain tidak pernah dicabut kedudukannya sebagai agama resmi.

Jelas sekali ini propaganda dari pihak-pihak yang mencari-cari raison d'etre (alasan) historis bagi doktrin Adi Buddha yang sudah terlanjur diluncurkan dan ternyata tidak diperlukan oleh sebagian besar sekte/aliran/kelompok Agama Buddha yang ada di Indonesia.

Ini seharusnya menjadi pelajaran bagi kita semua, agar tidak termakan begitu saja oleh propaganda, tanpa memperoleh bukti-bukti konkrit dari apa yang dipropagandakan.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: williamhalim on 05 June 2008, 02:15:26 PM
Quote from: Kelana on 05 June 2008, 02:05:38 PM

Nah ini juga yang menjadi pertanyaan saya.
http://sti.or.id/?pilih=lihat&id=8

aku klik link itu, pada akhir surat tertulis:
Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, selalu melindungi.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia
Kota Mungkid, 20 Mei 2008
SANGHA THERAVADA INDONESIA

???  ???  ???

Ternyata Bro Sutra dan Hartono benar....

Apakah ini karna acara Waisak lintas aliran, sehingga format suratnya standar seluruh Indonesia?


::


Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: aditya on 05 June 2008, 02:20:04 PM
Quote from: willibordus on 05 June 2008, 02:15:26 PM
Quote from: Kelana on 05 June 2008, 02:05:38 PM

Nah ini juga yang menjadi pertanyaan saya.
http://sti.or.id/?pilih=lihat&id=8

aku klik link itu, pada akhir surat tertulis:
Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, selalu melindungi.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia
Kota Mungkid, 20 Mei 2008
SANGHA THERAVADA INDONESIA

???  ???  ???

Ternyata Bro Sutra dan Hartono benar....

Apakah ini karna acara Waisak lintas aliran, sehingga format suratnya standar seluruh Indonesia?


::



Mungkin juga sudah terkena propaganda kali ya... :)
Cape ah....
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 05 June 2008, 02:25:10 PM
ini kan surat formal untuk negara ini, dan juga akan disampaikan ke Dept Agama kan, ya patuhi aturan yang berlaku di negara.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 02:25:53 PM
Quote from: Kelana on 05 June 2008, 02:05:38 PM
Nah ini juga yang menjadi pertanyaan saya.
http://sti.or.id/?pilih=lihat&id=8

Ya, saya sudah melihatnya, ternyata memang benar, Bhante Jotidhammo menulis demikian, atas nama STI.

Ini memang bisa menimbulkan kesimpangsiuran. ... Saya kenal baik beliau, dan saya akan mohon klarifikasi langsung pada beliau pada waktu saya ke Mendut membimbing retret MMD tgl 13-15 Juni nanti.

Perlu diperhatikan, bahwa dalam pernyataan Bhante Jotidhammo itu kalimat "Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, selalu melindungi" tiga hal penting yang membedakannya dengan doktrin lain:

(1) "Tuhan YME" dipisahkan dari "Tiratana" dengan koma, bukan garis miring. Jadi di sini "Tuhan YME" tidak diidentikkan dengan "Tiratana";

(2) Istilah "Tuhan YME" bisa ditafsirkan secara amat luas -- salah satu tafsir yang mungkin adalah Udana 8.3 -- dengan demikian istilah "Tuhan YME" tidak bertentangan dengan doktrin Theravada;

(3) Dalam kalimat itu jelas tidak disebut-sebut "Sanghyang Adi-Buddha", yang adalah doktrin Kalachakra Tantra.

Jadi saya melihat bahwa kalimat Bhante Jotidhammo yang dipermasalahkan itu sudah dipersiapkan dengan sangat matang dan berhati-hati, dan tidak menyalahi doktrin Theravada.

Salam,
hudoyo



Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: bond on 05 June 2008, 02:29:01 PM
Agama Buddha juga sudah pasti diakui pemerintah, bukti sejarah candi Borobudur dan adanya kerajaan Sriwijaya sudah jelas bahwa eksistensi agama Buddha sudah ada sejak dahulu yg mana pemerintah tidak mungkin memungkirinya, tanpa harus menggunakan doktrin Sanghyang Adi Buddha/Tuhan YME. Benar kata pak Hud bahwa takutnya tidak diakui agama resmi hanya merupakan kekhawatiran berlebihan. Diakui atau tidak diakui apakah merupakan masalah bahwa agama Buddha tidak berkembang, mau cari nama atau membina diri, itu saja pointnya. Itulah sulitnya jika agama sudah mengandung ego dan kepentingan politis.

Informasi dari pelaku sejarah langsung dalam hal ini Pak Hudoyo benar2 membuka mata kita semua tentang fakta sejarah agama Buddha di Indonesia. _/\_
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: aditya on 05 June 2008, 02:30:21 PM
Quote from: nyanadhana on 05 June 2008, 02:25:10 PM
ini kan surat formal untuk negara ini, dan juga akan disampaikan ke Dept Agama kan, ya patuhi aturan yang berlaku di negara.
Jadi 'propaganda' diperbolehkan dengan alasan aturan yang berlaku ya? mmmhhh :)
Jadi 'ketidak-benaran' boleh dinyatakan kalo emang kepepet ya?
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 05 June 2008, 02:36:27 PM
 _/\_sepertinya Pak Hudoyo sudah menjelaskan dengan baik mengenai isi surat itu.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hartono238 on 05 June 2008, 02:40:11 PM
au ah, gelap, mau belajar agama buddha dengan baik, malah pusing dengan jawaban romo yg katanya saksi sejarah, bentar bentar bilang di theravada tidak ada kalimat tuhan yg maha esa, bentar bentar sudah tercantum, jawaban putar putar, capek lah......................................................................................

dan satu lagi, kalimat itu bukan hanya di pesan waisak tahun ini saja, tapi pesan waisak tahun sebelumnya sama juga, thanks untuk bro kelana yg kasih linknya
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 02:41:28 PM
Quote from: aditya on 05 June 2008, 02:30:21 PM
Quote from: nyanadhana on 05 June 2008, 02:25:10 PM
ini kan surat formal untuk negara ini, dan juga akan disampaikan ke Dept Agama kan, ya patuhi aturan yang berlaku di negara.
Jadi 'propaganda' diperbolehkan dengan alasan aturan yang berlaku ya? mmmhhh :)
Jadi 'ketidak-benaran' boleh dinyatakan kalo emang kepepet ya?

Apa yang Anda maksud dengan "propaganda"? Apa yang Anda maksud dengan "ketidakbenaran"? Tolong ditunjukkan kalau yang Anda maksud menyangkut STI. :)

Sebaliknya, tolong direnungkan SIAPA SESUNGGUHNYA yang melakukan "propaganda"? SIAPA SESUNGGUHNYA yang memutarbalik kebenaran?

Salam,
Hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: williamhalim on 05 June 2008, 02:46:58 PM
Quote from: hartono238 on 05 June 2008, 02:40:11 PM
au ah, gelap, mau belajar agama buddha dengan baik, malah pusing dengan jawaban romo yg katanya saksi sejarah, bentar bentar bilang di theravada tidak ada kalimat tuhan yg maha esa, bentar bentar sudah tercantum, jawaban putar putar, capek lah......................................................................................

dan satu lagi, kalimat itu bukan hanya di pesan waisak tahun ini saja, tapi pesan waisak tahun sebelumnya sama juga, thanks untuk bro kelana yg kasih linknya

Bro Hartono,
Ajaran Buddha memang tidak mengajarkan tentang perlindungan kepada Tuhan YME. Mengenai surat STI tersebut, Pak Hudoyo juga bingung karena bukan beliau yg menulisnya dan beliau sudah bilang akan mengkonfirmasi kepada Bhante Jotidhammo.

Kita tunggu saja penjelasannya....

Sementara menunggu, Pak Hudoyo mencoba menganalisa kalimat tsb dan juga rekan Nyanadhana telah menjelaskan bahwa ini adalah 'Surat Resmi' yg di CC kan ke pemerintah, jadi harus ada kalimat yg berformat resmi itu, dan Bhante Joti juga tidak sembarangan menulisnya, sesuai dengan analisa Pak Hudoyo, Bhante Joti telah hati2 menuliskan kalimat tsb agar tidak terlalu bertentangan dengan ajaran Buddha.

::


Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 02:50:39 PM
Quote from: hartono238 on 05 June 2008, 02:40:11 PM
au ah, gelap, mau belajar agama buddha dengan baik, malah pusing dengan jawaban romo yg katanya saksi sejarah, bentar bentar bilang di theravada tidak ada kalimat tuhan yg maha esa, bentar bentar sudah tercantum, jawaban putar putar, capek lah......................................................................................

dan satu lagi, kalimat itu bukan hanya di pesan waisak tahun ini saja, tapi pesan waisak tahun sebelumnya sama juga, thanks untuk bro kelana yg kasih linknya

Rekan Hartono,

Anda rupanya tidak membaca tulisan saya dengan teliti karena pikiran Anda sudah terkondisi oleh suatu doktrin tertentu. Di mana saya pernah berkata, "di theravada tidak ada kalimat tuhan yg maha esa"?

Saya berkata dalam publikasi resmi STI--yang saya maksud Piagam STI dan Keputusan Rapat STI--tidak ada kata "Tuhan YME".

Bahwa dalam Pesan Waisak 2008 Bhante Jotidhammo ada kata "Tuhan YME" sudah saya coba jelaskan MENURUT AJARAN THERAVADA: kata "Tuhan YME" tidak bertentangan dengan ajaran Theravada.

Yang bertentangan dengan ajaran Theravada adalah kata "SANGHYANG ADI BUDDHA".

Lalu Anda mengatakan saya "bicara berputar-putar" ... Saya pun bisa mengatakan ANDA TIDAK MENGERTI--sengaja atau tidak sengaja--karena Anda sudah termakan oleh doktrin Adi Buddha.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hartono238 on 05 June 2008, 02:52:02 PM
kasihan lah, jangan salahkan bhante joti, bhante joti itu salah satu bhante favorit saya, sy sering dengar ceramah dia, walau lewat kaset sekalipun, kalimat itu bukan dari bhante joti, tapi sudah format nya

coba buka ini http://www.buddhistonline.com/dokumen/pswaisak2545sti.shtml
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: chingik on 05 June 2008, 02:53:03 PM
Quote from: hudoyo on 05 June 2008, 02:25:53 PM
Quote from: Kelana on 05 June 2008, 02:05:38 PM
Nah ini juga yang menjadi pertanyaan saya.
http://sti.or.id/?pilih=lihat&id=8

Ya, saya sudah melihatnya, ternyata memang benar, Bhante Jotidhammo menulis demikian, atas nama STI.

Ini memang bisa menimbulkan kesimpangsiuran. ... Saya kenal baik beliau, dan saya akan mohon klarifikasi langsung pada beliau pada waktu saya ke Mendut membimbing retret MMD tgl 13-15 Juni nanti.

Perlu diperhatikan, bahwa dalam pernyataan Bhante Jotidhammo itu kalimat "Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, selalu melindungi" tiga hal penting yang membedakannya dengan doktrin lain:

(1) "Tuhan YME" dipisahkan dari "Tiratana" dengan koma, bukan garis miring. Jadi di sini "Tuhan YME" tidak diidentikkan dengan "Tiratana";

(2) Istilah "Tuhan YME" bisa ditafsirkan secara amat luas -- salah satu tafsir yang mungkin adalah Udana 8.3 -- dengan demikian istilah "Tuhan YME" tidak bertentangan dengan doktrin Theravada;

(3) Dalam kalimat itu jelas tidak disebut-sebut "Sanghyang Adi-Buddha", yang adalah doktrin Kalachakra Tantra.

Jadi saya melihat bahwa kalimat Bhante Jotidhammo yang dipermasalahkan itu sudah dipersiapkan dengan sangat matang dan berhati-hati, dan tidak menyalahi doktrin Theravada.

Salam,
hudoyo





Jadi dalam Theravada, pemakaian kata Tuhan dapat dibenarkan?
sedangkan dalam Buddhayana, tidak dibenarkan?
Bisa aja Buddhayana juga mengatakan Sanghyang Adibuddha juga ditafsirkan scr amat luas..

Jadi binun...   ???



Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: aditya on 05 June 2008, 02:54:28 PM
Quote from: hudoyo on 05 June 2008, 02:41:28 PM
Quote from: aditya on 05 June 2008, 02:30:21 PM
Quote from: nyanadhana on 05 June 2008, 02:25:10 PM
ini kan surat formal untuk negara ini, dan juga akan disampaikan ke Dept Agama kan, ya patuhi aturan yang berlaku di negara.
Jadi 'propaganda' diperbolehkan dengan alasan aturan yang berlaku ya? mmmhhh :)
Jadi 'ketidak-benaran' boleh dinyatakan kalo emang kepepet ya?

Apa yang Anda maksud dengan "propaganda"? Apa yang Anda maksud dengan "ketidakbenaran"? Tolong ditunjukkan kalau yang Anda maksud menyangkut STI. :)

Sebaliknya, tolong direnungkan SIAPA SESUNGGUHNYA yang melakukan "propaganda"? SIAPA SESUNGGUHNYA yang memutarbalik kebenaran?

Salam,
Hudoyo
Waduh....marah ya? Maafkan sy kalo sudah membuat anda marah.... That's not a good point :)
Sy hy membaca dan mencoba merangkai kata :)

Katanya doktrin ttg tuhan di buddhisme tuh hanya propaganda...
dan terlalu mengada-ada kalo katanya hanya untuk mempertahankan eksistensi buddhisme di negara ini
seperti yang dinyatakan thd bung sutra....

Trus ternyata surat dari STI juga ada 'tuhan' nya
Tapi katanya tuh emang sudah dipersiapkan dengan sangat matang dan hati-hati...
Hanya agar mematuhi aturan yang berlaku di negara ini....

So kan sy jadi nanya....Jadi 'propaganda' diperbolehkan dengan alasan aturan yang berlaku ya?

Trus jadi marah....

Dah ah ..., mau cari tahu kok malah jadi nambah kekotoran bathin
Sy minta maaf dengan tulus kalo memang saya dianggap salah.
Semoga ini mengakhiri kebencian dihati kita semua, yang selama ini terbawa terus-menerus dari generasi ke generasi....
Namaste.  _/\_
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 02:59:07 PM
Quote from: hartono238 on 05 June 2008, 02:52:02 PM
kasihan lah, jangan salahkan bhante joti, bhante joti itu salah satu bhante favorit saya, sy sering dengar ceramah dia, walau lewat kaset sekalipun, kalimat itu bukan dari bhante joti, tapi sudah format nya

coba buka ini http://www.buddhistonline.com/dokumen/pswaisak2545sti.shtml

Formatnya "Tuhan YME", bukan "Sanghyang Adi Buddha"
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hartono238 on 05 June 2008, 03:02:06 PM
Quote from: hudoyo on 05 June 2008, 02:50:39 PM
Quote from: hartono238 on 05 June 2008, 02:40:11 PM
Lalu Anda mengatakan saya "bicara berputar-putar" ... Saya pun bisa mengatakan ANDA TIDAK MENGERTI--sengaja atau tidak sengaja--karena Anda sudah termakan oleh doktrin Adi Buddha.

Salam,
Hudoyo

Romo, saya cuma mau beritahu, bahwa anda terbiasa terlalu cepat ambil kesimpulan dalam satu kasus tertentu,  saya mengenal kata itu pertama kali , waktu sy mau pindah dari agama tetangga ke agama Buddha, dan saya masih ingat, Bapak Setia Dharma lah yg membuat saya bergama Buddha, dan memang betul , tapi baik Bapak SEtia Dharma maupun selanjutnya waktu saya agama Buddha, tidak ada yg melakukan doktrin tentang adi Buddha, karena sy itu "pinjam kata Zainuddin MZ" , ada dimana mana, tapi kalau "Zainuddin MZ' tidak kemana mana,, tapi saya juga kemana mana, maklum masih binggung soal agama Buddha, walau sudah puluhan tahun belajar tentang agama Buddha, maafin sy yg orang bodoh ini tentang dharma, dan sy stop sampai sini, dari pada nanti menambah karma buruk saya, biarkan senior senior lah yang diskusi, tapi kayaknya sudah keluar dari topik, alo,moderator, back to topik :))  Semoga semua makhluk hidup berbahagia
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 03:04:19 PM
Quote from: chingik on 05 June 2008, 02:53:03 PM
Jadi dalam Theravada, pemakaian kata Tuhan dapat dibenarkan?
sedangkan dalam Buddhayana, tidak dibenarkan?
Bisa aja Buddhayana juga mengatakan Sanghyang Adibuddha juga ditafsirkan scr amat luas..
Jadi binun...   ???

Dalam Theravada boleh-boleh saya digunakan kata "Tuhan", dengan pengertian Theravada sendiri.

Siapa yang bilang dalam Buddhayana tidak dibenarkan kata "Tuhan"? ... Silakan saja Buddhayana pakai "Tuhan", malah silakan saja pakai "Sanghyang Adi Buddha".

Yang saya tentang adalah pemaksaan Bhante Ashin SEBELUM umat Buddha pecah pada tahun 1972 agar semua umat Buddha menggunakan "Sanghyang Adi Buddha".

Salam,
Hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: williamhalim on 05 June 2008, 03:06:58 PM
Quote from: aditya on 05 June 2008, 02:54:28 PM

So kan sy jadi nanya....Jadi 'propaganda' diperbolehkan dengan alasan aturan yang berlaku ya?

Trus jadi marah....


Bro Aditya,

Saya mungkin dapat menyampaikan secara netral, karena saya tidak berpihak ke vihara manapun. Di kota saya cuma ada vihara Buddhayana, dan kalo ke kota lain terkadang saya ada ke vihara Theravada.

Satu hal yg membingungkan saya:
Di Vihara Buddhayana Kalimat "Semoga Shanghyang AdiBuddha/Tuhan YME melindungi kita semua":
~ Diucapkan di setiap kebaktian
~ Dituliskan di semua surat2 undangan, permintaan dana, surat terima kasih, surat pemberitahuan, juga surat2 panggilan rapat.

Bedanya dengan aliran lainnya, di aliran lain kalimat tsb tidak dimunculkan setiap saat, sehingga berkesan menjadi doktrin utama. Hanya mungkin terkadang muncul seperti peristiwa diatas, peristiwa Nasional, yg pasti jadi sorotan umum. Kita musti maklum.

Yang saya persoalkan, dogma ini, diucapkan terus menerus, diulang2: berkah perlindungan Tuhan YME. Sedangkan Sang BUddha jelas2 mengajarkan: Tiada Perlindungan lain selain dirimu sendiri, jangan berlindung kepada yang lain.

Kenapa tidak mengulang2 ajaran Buddha saja, tetapi malah mengulang2 sesuatu yang membingungkan (kalo nggak mau dibilang miccha ditthi).

::
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 03:09:07 PM
Quote from: hartono238 on 05 June 2008, 03:02:06 PM
Romo, saya cuma mau beritahu, bahwa anda terbiasa terlalu cepat ambil kesimpulan dalam satu kasus tertentu,

Maaf, saya cuma menimpali ucapan Anda bahwa "saya bicara berputar-putar", yang juga saya nilai "terlalu cepat ambil kesimpulan".  


Quote[...]tapi kayaknya sudah keluar dari topik, alo,moderator, back to topik :)) 

Saya melihat masalah ini masih tetap pada alur topik.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: williamhalim on 05 June 2008, 03:13:32 PM
Quote from: aditya on 05 June 2008, 02:54:28 PM

So kan sy jadi nanya....Jadi 'propaganda' diperbolehkan dengan alasan aturan yang berlaku ya?

Trus jadi marah....


Bro Aditya,

Saya mungkin dapat menyampaikan secara netral, karena saya tidak berpihak ke vihara manapun. Di kota saya cuma ada vihara Buddhayana, dan kalo ke kota lain terkadang saya ada ke vihara Theravada.

Satu hal yg membingungkan saya:
Di Vihara Buddhayana Kalimat "Semoga Shanghyang AdiBuddha/Tuhan YME melindungi kita semua":
~ Diucapkan di setiap kebaktian
~ Dituliskan di semua surat2 undangan, permintaan dana, surat terima kasih, surat pemberitahuan, juga surat2 panggilan rapat.

Bedanya dengan aliran lainnya, di aliran lain kalimat tsb tidak dimunculkan setiap saat, sehingga berkesan menjadi doktrin utama. Hanya mungkin terkadang muncul seperti peristiwa diatas, peristiwa Nasional, yg pasti jadi sorotan umum. Kita musti maklum.

Yang saya persoalkan, dogma ini, diucapkan terus menerus, diulang2: berkah perlindungan Tuhan YME. Sedangkan Sang BUddha jelas2 mengajarkan: Tiada Perlindungan lain selain dirimu sendiri, jangan berlindung kepada yang lain.

Kenapa tidak mengulang2 ajaran Buddha saja, tetapi malah mengulang2 sesuatu yang membingungkan (kalo nggak mau dibilang miccha ditthi).

::
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: bond on 05 June 2008, 03:15:10 PM
QuoteSatu hal yg membingungkan saya:
Di Vihara Buddhayana Kalimat "Semoga Shanghyang AdiBuddha/Tuhan YME melindungi kita semua":
~ Diucapkan di setiap kebaktian
~ Dituliskan di semua surat2 undangan, permintaan dana, surat terima kasih, surat pemberitahuan, juga surat2 panggilan rapat.

Sesuai referensi bro wili jelas sekali Sanghyang AdiBuddha yg dimaksud adalah Tuhan YME ada "/" yg berarti "atau" berbeda dengan pesan waisak nasional oleh bhante Jotidhammo "Tuhan YME, Triratna.."


_/\_
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: chingik on 05 June 2008, 03:17:11 PM
Quote
Yang saya persoalkan, dogma ini, diucapkan terus menerus, diulang2: berkah perlindungan Tuhan YME. Sedangkan Sang BUddha jelas2 mengajarkan: Tiada Perlindungan lain selain dirimu sendiri, jangan berlindung kepada yang lain.

Kalo gitu kenapa masih mengucapkan 'Aku Berlindung pada Buddha , Dhamma dan Sangha"
Kok masih berlindung pada yang lain?
Hehe...tenang bro Will, semua ini harus dikembalikan pada konteksnya masing-masing..
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 03:18:20 PM
Quote from: aditya on 05 June 2008, 02:54:28 PM
Waduh....marah ya? Maafkan sy kalo sudah membuat anda marah.... That's not a good point :)
Sy hy membaca dan mencoba merangkai kata :)

Katanya doktrin ttg tuhan di buddhisme tuh hanya propaganda...
dan terlalu mengada-ada kalo katanya hanya untuk mempertahankan eksistensi buddhisme di negara ini
seperti yang dinyatakan thd bung sutra....

Trus ternyata surat dari STI juga ada 'tuhan' nya
Tapi katanya tuh emang sudah dipersiapkan dengan sangat matang dan hati-hati...
Hanya agar mematuhi aturan yang berlaku di negara ini....

So kan sy jadi nanya....Jadi 'propaganda' diperbolehkan dengan alasan aturan yang berlaku ya?

Trus jadi marah....

Dah ah ..., mau cari tahu kok malah jadi nambah kekotoran bathin
Sy minta maaf dengan tulus kalo memang saya dianggap salah.
Semoga ini mengakhiri kebencian dihati kita semua, yang selama ini terbawa terus-menerus dari generasi ke generasi....
Namaste.  _/\_

Yang ditentang oleh pihak Theravada sejak sebelum pecah dengan Bhante Ashin pada tahun 1972 sampai sekarang adalah penggunaan kata "Sanghyang Adi Buddha" yang mau dipaksakan kepada semua umat Buddha Indonesia sebagai sinonim dari "Tuhan YME".

Pihak Theravada tidak keberatan dengan istilah "Tuhan YME" itu sendiri, karena punya tafsirannya sendiri, sekalipun itu tidak sentral dalam ajaran Theravada.

Saya juga minta maaf bila reaksi saya dirasakan terlalu keras dalam diskusi ini. Saya setuju dengan harapan Anda, semoga semua ganjalan dari masa lalu bisa diakhiri.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: aditya on 05 June 2008, 03:20:55 PM
Bro Will,
Thanks untuk kembalinya diskusi ini ke mencari solusi... :)

Sy copy dari footnote message anda...
Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan,
oleh diri sendiri seseorang menjadi suci.
Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri.
Tak seseorang pun yang dapat mensucikan orang lain. (Dhammapada 165)


Di kota sy dulu juga hanya ada vihara buddhayana...
sy dibesarkan dgn tradisi buddhisme yang ada di vihara tsb...

Saat ini sy sudah tak punya 'vihara' lagi...
Sy hy mencoba share sedikit dhamma yg sy tau,
di berbagai vihara dan organisasi buddhist,
yang kebanyakan adalah vihara2 theravada...
di surabaya, malang, sampai ke lembang bandung

Dan hanya diri sendirilah ...
yang bisa menentukan apakah kita bingung ato 'terkotorkan' bathin kita...
Bukan kondisinya...
Bukan tradisinya...
Bukan segala macam doktrin dan perbedaan kepentingan,
Bahkan bukan AGAMA BUDDHA itu sendiri....
Tapi DIRI SENDIRI.

Anyway,
Saya setuju dengan pandangan anda tentang tuhan tuh bukan perlindungan bagi diri kita.
_/\_

Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: bond on 05 June 2008, 03:26:25 PM
Emank nih kata "tuhan" jadi biang kerok, agama2 perang juga karena nama satu ini, gua rasa yg jadi Tuhan juga gerah and kapok kali ye...tapi manusianye kagak kapok2 ;D
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: sv.chandra71 on 05 June 2008, 03:30:55 PM
Itulah yang saya maksudkan bahwa permasalahannya bukan semata2 urusan kata TYME saja..
Soal istilah namanya SAB.. yg menurut bung/romo Hudoyo tantra.. saya malah mengganggapnya sebagai penggalian akar budaya.. karena memang istilah itu sudah dikenal dari jaman dulu.. cmiiw..

Maaf.. bukan meragukan keterangan romo.. Cuma saya menduga.. bagi romo sendiri mungkin ini bukan forum yang tepat juga untuk menguak fakta sesungguhnya dibalik perpecahan sangha itu.. Atau bagaimanapun juga.. yang namanya sejarah, apalagi yang melibatkan pribadi.. selalu nuasanya subyektif.. akan selalu ada keberpihakan.. dan pastinya akan selalu ada perdebatan..
Jadi romo sengaja tidak mau mengungkapkan lebih detail.. (maaf kalau saya salah duga..)

Soal pengakuan pemerintah..
Saya termasuk yang tidak merasa sedikitpun bangga atas pengakuan pemerintah itu..
Bagi saya.. Itu adalah kesalahan pemerintah yang paling besar.. mencampuri urusan pribadi orang beragama..
Dan akibat2 pengakuan2 itu.. sudah banyak tragedi yang timbul.. Kasus terakhir.. Ahmadiyah.. dan Monas..
Kebanggan kita atas pengakuan itu, secara tidak langsung merupakan p*n*staan atas agama dan kepercayaan lain yang tidak / belum diakui..

Tapi kalaupun itu yang mau kita coba kedepankan..
Soal sejak kapan Buddha diakui sebagai agama di negara ini.. mestinya jawabnya sejak nenek moyang bangsa indonesia itu sendiri.. Dan kalau kita mau jujur mengakuinya.. Agama Buddha yang dulu berkembang di bumi Nusantara ini.. maaf.. sama sekali bukan 'buddha-thailand' yang di copas (istilah yg baru saya dpt di milis ini).. menjadi Theravada Indonesia..

salam..
sutra

Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 03:32:23 PM
Quote from: bond on 05 June 2008, 03:26:25 PM
Emank nih kata "tuhan" jadi biang kerok, agama2 perang juga karena nama satu ini, gua rasa yg jadi Tuhan juga gerah and kapok kali ye...tapi manusianye kagak kapok2 ;D

;D ;D ;D
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: gajeboh angek on 05 June 2008, 03:48:56 PM
QuoteMaaf.. bukan meragukan keterangan romo.. Cuma saya menduga.. bagi romo sendiri mungkin ini bukan forum yang tepat juga untuk menguak fakta sesungguhnya dibalik perpecahan sangha itu..

Maaf, hal ini bukan Sangha Bheda. Semata-mata Bhikkhu yang ada di suatu negara mendirikan vihara sendiri, ditandai dengan penandaan sima. Hal ini lumrah, bahkan di negara-negara Buddhis.

Jika anda bilang ini adalah Sangha Bheda, apakah anda bersedia bertanggung jawab bilang Bhante Ashin, atau 5 Bhikkhu Theravada pada waktu itu melakukan akusala garuka kamma?
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: bond on 05 June 2008, 03:49:33 PM
QuoteAgama Buddha yang dulu berkembang di bumi Nusantara ini.. maaf.. sama sekali bukan 'buddha-thailand' yang di copas (istilah yg baru saya dpt di milis ini).. menjadi Theravada Indonesia..

Yg dibold maksudnye apa nih?--> sama sekali bukan buddha-thailand yg di copas menjadi Theravada Indonesia? emangknye ade buddha-thailand? :o

Theravada emanknye identik dengan Thailand? ::)

_/\_

Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: williamhalim on 05 June 2008, 03:56:40 PM
Quote from: chingik on 05 June 2008, 03:17:11 PM
Kalo gitu kenapa masih mengucapkan 'Aku Berlindung pada Buddha , Dhamma dan Sangha"
Kok masih berlindung pada yang lain?
Hehe...tenang bro Will, semua ini harus dikembalikan pada konteksnya masing-masing..


Sy lebih prefer kata BERNAUNG ketimbang BERLINDUNG.

BTW, bernaung/berlindung kepada Buddha, Dhamma, Sangha adalah menjadikan Sang Guru, Ajaran dan Murid2 Beliau yg suci sebagai pembimbing kita.

Sedangkan Berlindung kepada Tuhan YME, pengertiannya apa? Kenapa Kepada Tuhan, tidak kepada Buddha dan ajarannya? Dan sepengetahuan saya Buddhayana tidak menerangkan soal Adi Buddha ini kepada umatnya. Saya pernah ikut KDAB (Kursus Dasar Agama Buddha), ketika sampai pada topik Adi Buddha, keterangannya: Adi Buddha adalah sesuatu yg mutlak, bla... (= Nibbana). Ketika sy tanyakan "Jadi, apakah Adi Buddha = Nibbana?" dijawab "Ya begitulah...."
Kemudian ada peserta lain yg tanya: Jadi Tuhan ada atau tidak? Dijawab "Tuhan dalam agama Buddha adalah Adi Buddha" 

Itu pemikiran sy, jika memang ada "pengertian lain yg lebih dalam", ya okelah...
tapi kenyataan dilapangan sy melihat umat berlindung kepada Tuhan YME dengan mengangkat hio ke langit, hampir tidak ada yg mengerti 'makna tersurat' itu (jika ada)
::


Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: sv.chandra71 on 05 June 2008, 04:04:39 PM
Quote from: karuna_murti on 05 June 2008, 03:48:56 PM
QuoteMaaf.. bukan meragukan keterangan romo.. Cuma saya menduga.. bagi romo sendiri mungkin ini bukan forum yang tepat juga untuk menguak fakta sesungguhnya dibalik perpecahan sangha itu..

Maaf, hal ini bukan Sangha Bheda. Semata-mata Bhikkhu yang ada di suatu negara mendirikan vihara sendiri, ditandai dengan penandaan sima. Hal ini lumrah, bahkan di negara-negara Buddhis.

Jika anda bilang ini adalah Sangha Bheda, apakah anda bersedia bertanggung jawab bilang Bhante Ashin, atau 5 Bhikkhu Theravada pada waktu itu melakukan akusala garuka kamma?

Terimakasih bung karuna telah mengingatkan..
Entah istilahnya benar atau tidak.. 'Perpecahan'.. Tentu tidak dimaksudkan sebagai Sanghabeda..

salam..
sutra
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 04:41:18 PM
Quote from: sv.chandra71 on 05 June 2008, 03:30:55 PM
Itulah yang saya maksudkan bahwa permasalahannya bukan semata2 urusan kata TYME saja..
Soal istilah namanya SAB.. yg menurut bung/romo Hudoyo tantra.. saya malah mengganggapnya sebagai penggalian akar budaya.. karena memang istilah itu sudah dikenal dari jaman dulu.. cmiiw..

Salah satu propaganda pihak Buddhayana adalah bahwa "Sanghyang Adi Buddha" sudah dikenal sejak zaman Majapahit bahkan sejak zaman Borobudur. ... Memang benar, Buddhisme yang berkembang di Indonesia pada waktu itu adalah Vajrayana/Tantrayana ... salah satu ciri Borobudur sebagai mandala, adalah Buddha Vairocana yang di tengah, itu ciri dari Vajrayana/Tantrayana ... Salah satu kitab suci yang "asli" Indonesia dari zaman itu adalah "Sanghyang Kamahayanikan" yang tertulis dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) ... Dalam kitab itu satu kali saya temukan istilah 'Adi Buddha' sebagai sinonim dari 'Vajradhara' (Buddha tertinggi) ...

Sekarang mari kita lihat bagaimana FAKTA dari apa yang dinamakan "penggalian akar budaya" itu ... Apakah di vihara-vihara Buddhayana diajarkan kepada umat isi dari Kitab "Sanghyang Kamahayanikan"? ... Apakah dalam kebaktian-kebaktian Buddhayana dibacakan paritta-paritta dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi)? ...

Ternyata tidak ... Ternyata isi kitab "Sanghyang Kamahayanikan" hampir tidak dikenal oleh umat Buddhayana ... cmiiw ... ternyata yang diajarkan adalah sutta-sutta dari Tipitaka Pali ditambah sutra-sutra atau dharani Mahayana (Sansekerta) ...

Ternyata 99% kebaktian Buddhayana menggunakan paritta-paritta Pali dari Theravada ... ditempeli "Namo Sanghyang Adi Buddhaya" dan "Namo Sabbe Bodhisattvaya Mahasattvaya" ... Ternyata 99% paritta-paritta Buddhayana berasal dari apa yang Anda namakan "Buddha-Thailand", yang sudah disanggah oleh Rekan Bond. ...

Jadi, kesimpulan saya: ternyata apa yang dipropagandakan sebagai "penggalian akar budaya" itu tidak lebih dari pencomotan kata "Adi Buddha" dan ditempelkan pada ritual yang hampir 100% berasal dari Theravada. ... Dan oleh Bhante Ashin itu mau dipaksakan kepada semua umat Buddha Indonesia sehingga menyebabkan para bhikkhu Theravada memisahkan diri dan membentuk STI.


QuoteMaaf.. bukan meragukan keterangan romo.. Cuma saya menduga.. bagi romo sendiri mungkin ini bukan forum yang tepat juga untuk menguak fakta sesungguhnya dibalik perpecahan sangha itu.. Atau bagaimanapun juga.. yang namanya sejarah, apalagi yang melibatkan pribadi.. selalu nuasanya subyektif.. akan selalu ada keberpihakan.. dan pastinya akan selalu ada perdebatan..
Jadi romo sengaja tidak mau mengungkapkan lebih detail.. (maaf kalau saya salah duga..)

Yang saya paparkan adalah semua yang saya ketahui sejauh ini ... Kalau Anda melihat ada yang "belum" atau "tidak" saya paparkan, silakan tampilkan di forum ini ... :)


QuoteSoal pengakuan pemerintah..
Saya termasuk yang tidak merasa sedikitpun bangga atas pengakuan pemerintah itu..
Bagi saya.. Itu adalah kesalahan pemerintah yang paling besar.. mencampuri urusan pribadi orang beragama..
Dan akibat2 pengakuan2 itu.. sudah banyak tragedi yang timbul.. Kasus terakhir.. Ahmadiyah.. dan Monas..
Kebanggan kita atas pengakuan itu, secara tidak langsung merupakan p*n*staan atas agama dan kepercayaan lain yang tidak / belum diakui..

Setuju. ... Ketika para bhikkhu Theravada pada tahun 1972 memisahkan diri dari Bhante Ashin dan membentuk STI, mereka juga tidak merisaukan pengakuan pemerintah itu. ... :)


QuoteTapi kalaupun itu yang mau kita coba kedepankan..
Soal sejak kapan Buddha diakui sebagai agama di negara ini.. mestinya jawabnya sejak nenek moyang bangsa indonesia itu sendiri.. Dan kalau kita mau jujur mengakuinya.. Agama Buddha yang dulu berkembang di bumi Nusantara ini.. maaf.. sama sekali bukan 'buddha-thailand' yang di copas (istilah yg baru saya dpt di milis ini).. menjadi Theravada Indonesia..
salam..
sutra

Dulu, lebih dari 1500 tahun lalu, sejak zaman Borobudur, di Indonesia berkembang Buddhisme Vajrayana/Tantrayana ... kemudian lenyap sama sekali dari bumi Indonesia ... Kemudian datanglah pendatang dari Cina ... mereka membawa budaya & agamanya, yang merupakan sinkretisme dari Buddhisme, Konfusianisme dan Taoisme ... budaya itu jelas terlihat dari tumbuhnya kelenteng-kelenteng di lingkungan pemukiman Cina di berbagai kota di Indonesia ... dengan maraknya upacara-upacara seperti bakar-bakar kertas, sembahyang Dewa Langit, Dewa Bumi, pesta Capgomeh, Ceng Beng, dsb. ... Kemudian pada abad ke-20, terutama setelah kemerdekaan ... masuklah berbagai sekte/aliran Buddhisme dari luar: Theravada dari Sri Lanka & Thailand, Zen, Vajrayana dari Nepal/Tibet (yang ajarannya dan ritualnya berbeda dengan Vajrayana di zaman Majapahit) ...

Manakah yang bisa dibilang "asli" Indonesia? ... Dikemanakan "Sanghyang Kamahayanikan"? ... tampaknya cuma dijadikan cantelan buat dicomot istilah "Adi Buddha"-nya, tanpa dipelajari sungguh-sungguh ... Apakah Buddhayana "asli" Indonesia? ... hehe ... saya ragukan itu, kalau melihat prakteknya di vihara-vihara Buddhayana sehari-hari.

Pertanyaan yang lebih mendasar adalah: apakah masih relevan bicara tentang Buddhisme yang "asli" dan "tidak asli"? ... Mana Buddhisme yang "asli"? ...

BTW ... untuk pertama kali dalam diskusi ini Rekan Sutra menampilkan istilah "Buddha-Thailand" ... :)  Jelas ini hasil propaganda Buddhayana ... padahal 99% dari ritual "Buddha-Thailand" itu, paritta-paritta Pali, dipakai sendiri oleh Buddhayana ...

Tapi, ngomong-ngomong, saya melihat justru propaganda "Buddha-Thailand" itu memperkuat spekulasi saya, bahwa motivasi utama Bhante Ashin mempromosikan doktrin "Adi Buddha" adalah persaingan pengaruh antara beliau dengan Bhante Win yang berasal dari Thailand ... Propaganda Buddhayana membuka kedok motivasi sebenarnya dari promosi "Sanghyang Adi Buddha" pada abad ke-20 ini di Indonesia. :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: sv.chandra71 on 05 June 2008, 05:44:41 PM
Maaf kalau salah2 penempatan balasan diskusinya.. Masih mencoba2..
Dan maaf kalau ada yang dibuang.. agar menghemat..

Quote from: hudoyo on 05 June 2008, 04:41:18 PM

Salah satu propaganda pihak Buddhayana adalah bahwa "Sanghyang Adi Buddha" sudah dikenal sejak zaman Majapahit bahkan sejak zaman Borobudur. ... Memang benar, Buddhisme yang berkembang di Indonesia pada waktu itu adalah Vajrayana/Tantrayana ... salah satu ciri Borobudur sebagai mandala, adalah Buddha Vairocana yang di tengah, itu ciri dari Vajrayana/Tantrayana ... Salah satu kitab suci yang "asli" Indonesia dari zaman itu adalah "Sanghyang Kamahayanikan" yang tertulis dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) ... Dalam kitab itu satu kali saya temukan istilah 'Adi Buddha' sebagai sinonim dari 'Vajradhara' (Buddha tertinggi) ...

Apapun istilahnya.. propaganda atau bukan..
Fakta mengatakan bahwa Agama Buddha yang telah mengakar dari jaman dulu oleh nenek moyang bangsa ini adalah tantrayana..

Quote
Sekarang mari kita lihat bagaimana FAKTA dari apa yang dinamakan "penggalian akar budaya" itu ... Apakah di vihara-vihara Buddhayana diajarkan kepada umat isi dari Kitab "Sanghyang Kamahayanikan"? ... Apakah dalam kebaktian-kebaktian Buddhayana dibacakan paritta-paritta dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi)? ...

Ternyata tidak ... Ternyata isi kitab "Sanghyang Kamahayanikan" hampir tidak dikenal oleh umat Buddhayana ... cmiiw ... ternyata yang diajarkan adalah sutta-sutta dari Tipitaka Pali ditambah sutra-sutra atau dharani Mahayana (Sansekerta) ...

Ternyata 99% kebaktian Buddhayana menggunakan paritta-paritta Pali dari Theravada ... ditempeli "Namo Sanghyang Adi Buddhaya" dan "Namo Sabbe Bodhisattvaya Mahasattvaya" ... Ternyata 99% paritta-paritta Buddhayana berasal dari apa yang Anda namakan "Buddha-Thailand", yang sudah disanggah oleh Rekan Bond. ...

Jadi, kesimpulan saya: ternyata apa yang dipropagandakan sebagai "penggalian akar budaya" itu tidak lebih dari pencomotan kata "Adi Buddha" dan ditempelkan pada ritual yang hampir 100% berasal dari Theravada. ... Dan oleh Bhante Ashin itu mau dipaksakan kepada semua umat Buddha Indonesia sehingga menyebabkan para bhikkhu Theravada memisahkan diri dan membentuk STI.

Setuju romo..
Memang ada yang salah dalam perkembangan belakangan ini..
Cita-cita untuk menggali agama Buddha Indonesia.. menjadi terkesampingkan..
Itu juga yang sangat disesalkan.. Umat Buddha di Jawa dan Lampung (trans dr jawa..) sudah banyak yang gak ngerti kebaktian bahasa jawa.. Tapi di beberapa wihara setahu saya masih ada yang pakai.. Jadi bukan punah sama sekali..

Tapi menggali budaya asli.. bukan berarti juga mesti menggunakan bahasa asli jaman dulu kala.. mesti disesuaikan dengan kondisi saat ini.. Idealnya malah berbahasa Indonesia saja..

Quote
Dulu, lebih dari 1500 tahun lalu, sejak zaman Borobudur, di Indonesia berkembang Buddhisme Vajrayana/Tantrayana ... kemudian lenyap sama sekali dari bumi Indonesia ... Kemudian datanglah pendatang dari Cina ... mereka membawa budaya & agamanya, yang merupakan sinkretisme dari Buddhisme, Konfusianisme dan Taoisme ... budaya itu jelas terlihat dari tumbuhnya kelenteng-kelenteng di lingkungan pemukiman Cina di berbagai kota di Indonesia ... dengan maraknya upacara-upacara seperti bakar-bakar kertas, sembahyang Dewa Langit, Dewa Bumi, pesta Capgomeh, Ceng Beng, dsb. ... Kemudian pada abad ke-20, terutama setelah kemerdekaan ... masuklah berbagai sekte/aliran Buddhisme dari luar: Theravada dari Sri Lanka & Thailand, Zen, Vajrayana dari Nepal/Tibet (yang ajarannya dan ritualnya berbeda dengan Vajrayana di zaman Majapahit) ...

Mungkin kita hanya beda istilah saja..
Bagi saya agama Buddha tidak benar2 lenyap.. Masih banyak pengikutnya..
Hanya karena desakan kondisi mereka tidak berani tampil..
Terbukti Biku Ashin yang notabene China kok bisa menarik mereka kembali.. selain tentu saja besar kemungkinan karena biku Ashin sendiri belajar banyak soal kejawen dan theosofi..

Justru itu romo.. Masuknya begitu banyak agama Buddha-import.. yang masing2 menjadi sektarian sendiri.. dan menganggap yang paling benar itulah yang merugikan perkembangan agama Buddha itu sendiri..

Quote
Manakah yang bisa dibilang "asli" Indonesia? ... Dikemanakan "Sanghyang Kamahayanikan"? ... tampaknya cuma dijadikan cantelan buat dicomot istilah "Adi Buddha"-nya, tanpa dipelajari sungguh-sungguh ... Apakah Buddhayana "asli" Indonesia? ... hehe ... saya ragukan itu, kalau melihat prakteknya di vihara-vihara Buddhayana sehari-hari.

Pertanyaan yang lebih mendasar adalah: apakah masih relevan bicara tentang Buddhisme yang "asli" dan "tidak asli"? ... Mana Buddhisme yang "asli"? ...

Saya sama sekali tidak bicara masalah mana yang asli dan palsu..
Bukan itu esensinya.. Kita boleh mengambil ajaran yang baik dari negara Buddhis yang jauh lebih maju ketimbang kita.. tetapi bukan untuk di 'copas' / disadur budayanya..

Buddhayana apakah asli Indonesia.. Untuk istilah mungkin iya.. karena setahu saya.. istilah Buddhayana yang berkembang di luarnegeri munculnya belakangan.. cmiiw.. tapi tentu bukan itu yang sedang kita bahas.. 

Quote
BTW ... untuk pertama kali dalam diskusi ini Rekan Sutra menampilkan istilah "Buddha-Thailand" ... :)  Jelas ini hasil propaganda Buddhayana ... padahal 99% dari ritual "Buddha-Thailand" itu, paritta-paritta Pali, dipakai sendiri oleh Buddhayana ...

Tapi, ngomong-ngomong, saya melihat justru propaganda "Buddha-Thailand" itu memperkuat spekulasi saya, bahwa motivasi utama Bhante Ashin mempromosikan doktrin "Adi Buddha" adalah persaingan pengaruh antara beliau dengan Bhante Win yang berasal dari Thailand ... Propaganda Anda membuka kedok motivasi sebenarnya dari promosi "Sanghyang Adi Buddha" pada abad ke-20 ini di Indonesia. :)

Salam,
hudoyo

Sama sekali bukan romo.. Istilah Buddha-Thailand itu sendiri bukan istilah baru.. yang sengaja saya ciptakan.. Itu sudah menjadi istilah umum.. sama halnya dengan Buddha-Jepang.. Buddha-Tibet.. Buddha-Taiwan.. Buddha-Korea.. Buddha-Srilanka.. Buddha-Burma.. dll.. (dengan ciri khas / keunikannya masing-masing)..
Hanya sayangnya hingga saat ini kita masih belum bisa menyebut Buddha-Indonesia.. karena memang tidak ada yang bisa menjadi acuannya.. bahkan bukan juga yang sedang di kembangkan oleh Buddhayana.. (masih jauh dari Buddha-indonesia)..

Sebagai catatan.. Saya yakin romo juga paham.. bahwa paritta Pali yang berkembang di Indonesia tidak sepenuhnya dari Thailand.. Ada pengaruh Srilanka dan juga Burma.. yang dialek dan intonasi pembacaannya pun berbeda2..
Jadi kurang pas.. kalau romo menyatakan bahwa pali = thailand..
Paritta pali memang dipakai juga oleh kelompok Buddhayana.. tapi bukan berarti sama persis dengan Thailand.. saya juga gak pasti itu gado2 juga atau bukan.. hehehe..

salam..
sutra


catatan perubahan (sumedho): ada diupdate quotingnya, seharusnya berpasangan
[quote] [/quote]
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Kelana on 05 June 2008, 06:15:08 PM
Quote from: sv.chandra71 on 05 June 2008, 03:30:55 PM

Tapi kalaupun itu yang mau kita coba kedepankan..
Soal sejak kapan Buddha diakui sebagai agama di negara ini.. mestinya jawabnya sejak nenek moyang bangsa indonesia itu sendiri.. Dan kalau kita mau jujur mengakuinya.. Agama Buddha yang dulu berkembang di bumi Nusantara ini.. maaf.. sama sekali bukan 'buddha-thailand' yang di copas (istilah yg baru saya dpt di milis ini).. menjadi Theravada Indonesia..

salam..
sutra



Lalu agama Buddha yang mana?
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 06:56:36 PM
Quote from: sv.chandra71 on 05 June 2008, 05:44:41 PM
Apapun istilahnya.. propaganda atau bukan..
Fakta mengatakan bahwa Agama Buddha yang telah mengakar dari jaman dulu oleh nenek moyang bangsa ini adalah tantrayana..

Setuju ... begitu perjalanan sejarahnya ... dan Agama Buddha yang itu sekarang tidak ada yang mempraktikkannya lagi di Indonesia. ...


QuoteSetuju romo..
Memang ada yang salah dalam perkembangan belakangan ini..
Cita-cita untuk menggali agama Buddha Indonesia.. menjadi terkesampingkan..
Itu juga yang sangat disesalkan.. Umat Buddha di Jawa dan Lampung (trans dr jawa..) sudah banyak yang gak ngerti kebaktian bahasa jawa.. Tapi di beberapa wihara setahu saya masih ada yang pakai.. Jadi bukan punah sama sekali..

Tapi menggali budaya asli.. bukan berarti juga mesti menggunakan bahasa asli jaman dulu kala.. mesti disesuaikan dengan kondisi saat ini.. Idealnya malah berbahasa Indonesia saja..

Saya tidak melihat kemungkinan untuk "menggali Buddhisme asli Indonesia" ... Dari mana lagi sumbernya? ... Yang tersisa hanya candi-candi & satu kitab Kawi "Sanghyang Kamahayanikan". ...

Yang Anda katakan "kebaktian bahasa Jawa" di Lampung itu pun saya lihat tidak lebih daripada kreasi abad ke-20 ... bukan benar-benar berasal dari zaman Majapahit atau sebelumnya ... Bahasa Jawanya adalah bahasa Jawa modern ... sebelum tahun 1965 (G30S), tidak ada itu ...

Oleh karena itu, saya tidak melihat satu pun peninggalan yang hidup dari agama Buddha di Indonesia pada zaman Majapahit ... sehingga upaya "penggalian Agama Buddha asli Indonesia" itu merupakan usaha sia-sia belaka, bagaikan menggantang asap. ...

Bagi saya yang penting bukanlah "asli Indonesia" atau "import", karena yang "asli Indonesia" itu pun dulunya import juga ... Bagi saya, yang penting adalah mempraktikkan ajaran Buddha Gotama sesuai dengan kitab suci yang kita yakini masing-masing ... Dalam hal ini, malah tidak perlu 'nasionalisme keagamaan' apa pun. ...


QuoteMungkin kita hanya beda istilah saja..
Bagi saya agama Buddha tidak benar2 lenyap.. Masih banyak pengikutnya..
Hanya karena desakan kondisi mereka tidak berani tampil..
Terbukti Biku Ashin yang notabene China kok bisa menarik mereka kembali.. selain tentu saja besar kemungkinan karena biku Ashin sendiri belajar banyak soal kejawen dan theosofi..

Ketika mereka "tampil" kembali, maka bentuknya mengambil ritual mana yang lebih dulu masuk dari luar ...  Di Lampung mengambil bentuk ritual Buddhayana, karena tokoh-tokoh Buddhayana-lah yang pertama kali masuk ke sana ... di Kaloran & daerah-daerah lain di Jawa Tengah & Jawa Timur mengambil bentuk ritual Theravada, dengan alasan yang sama ... jadi tidak ada yang benar-benar "asli Indonesia'.


QuoteJustru itu romo.. Masuknya begitu banyak agama Buddha-import.. yang masing2 menjadi sektarian sendiri.. dan menganggap yang paling benar itulah yang merugikan perkembangan agama Buddha itu sendiri..

Buddhayana itu pun ISINYA import, jangan salah ...

Setiap sekte/aliran/kelompok, tidak terkecuali Buddhayana, tentu menganggap ajaran masing-masing benar ... Yang runyam adalah kalau kemudian ada yang menyalahkan ajaran sekte/aliran/kelompok lain ... atau ingin memaksakan idenya sendiri kepada pihak lain ... Itu tidak sesuai dengan Bhinneka Tunggal Ika ... dan menjadi penyebab kekisruhan keagamaan di mana saja. ...

Saya tidak melihat masuknya berbagai sekte/aliran/kelompok Buddhisme ke Indonesia merugikan perkembangan Agama Buddha di Indonesia, kecuali orang menginginkan satu bentuk Buddhisme saja di Indonesia dengan alasan apa pun. ...

Berkembangnya berbagai sekte/aliran/kelompok Buddhisme ke Barat, misalnya, justru memperkaya perkembangan Buddhisme di Barat, bukan merugikan kecuali ada pihak yang menginginkan hanya ada satu wujud Buddhisme saja di Barat. ...


QuoteSaya sama sekali tidak bicara masalah mana yang asli dan palsu..
Bukan itu esensinya.. Kita boleh mengambil ajaran yang baik dari negara Buddhis yang jauh lebih maju ketimbang kita.. tetapi bukan untuk di 'copas' / disadur budayanya..

Setuju ... mari kita masing-masing menengok ke dalam diri sendiri, apakah selama ini kita tidak menyadur budaya asing ke dalam sekte/aliran/kelompok kita sendiri ...


QuoteBuddhayana apakah asli Indonesia.. Untuk istilah mungkin iya.. karena setahu saya.. istilah Buddhayana yang berkembang di luarnegeri munculnya belakangan.. cmiiw.. tapi tentu bukan itu yang sedang kita bahas..

hehe... di sini kita tidak sedang membahas istilah "B-U-D-D-H-A-Y-A-N-A", melainkan membahas ISI ... dan menurut hemat saya ISI Buddhayana sama-sama "tidak asli"-nya dengan Theravada kalau yang menjadi ukuran adalah "Sanghyang Kamahayanikan" dan Borobudur. ...


QuoteSama sekali bukan romo.. Istilah Buddha-Thailand itu sendiri bukan istilah baru.. yang sengaja saya ciptakan.. Itu sudah menjadi istilah umum.. sama halnya dengan Buddha-Jepang.. Buddha-Tibet.. Buddha-Taiwan.. Buddha-Korea.. Buddha-Srilanka.. Buddha-Burma.. dll.. (dengan ciri khas / keunikannya masing-masing)..

Hal itu dimungkinkan karena di negara-negara itu Buddhisme hidup terus tanpa terputus selama ratusan bahkan ribuan tahun. ... Tidak demikian halnya di Indonesia ...

Ngomong-ngomong, mengapa Anda hanya mengritik "Buddha-Thailand" sebagai "barang import"? Kenapa tidak "Buddha-Sri Lanka" sekalian? ... Bukankah paritta-paritta Pali sudah dipakai di Indonesia jauh sebelum Dhammaduta Thai datang ke Indonesia ... yakni sejak Bhante Narada Mahathera dari Sri Lanka datang ke Indonesia pada tahun 1950an? ... (Contoh: paritta "Ettavata" yang dipakai di Indonesia berasal dari Sri Lanka; di Thailand orang tidak pakai "Ettavata", melainkan "Pattidana".) ... Jadi jelas kritikan terhadap "Buddha-Thailand" dari pihak Buddhayana itu bersumber dari tahun 1972, ketika para bhikkhu Theravada Indonesia yang semuanya ditahbiskan di Thailand memisahkan diri dari Sangha pimpinan Bhante Ashin dan membantuk STI.


QuoteHanya sayangnya hingga saat ini kita masih belum bisa menyebut Buddha-Indonesia.. karena memang tidak ada yang bisa menjadi acuannya.. bahkan bukan juga yang sedang di kembangkan oleh Buddhayana.. (masih jauh dari Buddha-indonesia)..

Setuju ... tapi menurut saya itu tidak perlu disayangkan ... Untuk apa kita menggebu-gebu ingin mengembangkan "Buddha-Indonesia" ... mengikuti jejak Thailand dll yang memang sejarah Buddhisme-nya berbeda? ...

BUat saya, justru terputusnya budaya "Buddha-Indonesia" di zaman Majapahit merupakan KELEBIHAN kita di Indonesia dibandingkan negara-negara Buddhis itu sendiri, karena kita tidak dibebani budaya Buddhis yang biasanya memfosil, menjadi kolot, penuh takhyul dan menghambat pembebasan batin sebagaimana diajarkan oleh Sang Buddha sendiri ... Coba lihat bagaimana sulitnya memberantas takhyul-takhyul di dalam masyarakat Buddhis karena sudah berkarat menjadi budaya ...


QuoteSebagai catatan.. Saya yakin romo juga paham.. bahwa paritta Pali yang berkembang di Indonesia tidak sepenuhnya dari Thailand.. Ada pengaruh Srilanka dan juga Burma.. yang dialek dan intonasi pembacaannya pun berbeda2..
Jadi kurang pas.. kalau romo menyatakan bahwa pali = thailand..
Paritta pali memang dipakai juga oleh kelompok Buddhayana.. tapi bukan berarti sama persis dengan Thailand.. saya juga gak pasti itu gado2 juga atau bukan.. hehehe..
salam..
sutra

Paritta-paritta Pali yang dipakai oleh Buddhis Theravada maupun oleh Buddhayana di Indonesia berasal dari kitab suci Tipitaka Pali yang dianut oleh umat Theravada di seluruh dunia. ...

Saya cuma mengatakan bahwa 99% kebaktian Buddhayana berisi paritta-paritta Theravada, yang juga dipakai di Thailand.

Salam,
hudoyo

Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Edward on 05 June 2008, 07:17:55 PM
QuoteSetuju ... mari kita masing-masing menengok ke dalam diri sendiri, apakah selama ini kita tidak menyadur budaya asing ke dalam sekte/aliran/kelompok kita sendiri ...
Menurut saya, keanekaragaman merupakan trade mark budaya Indonesia.Batik yang diklaim budaya asli Indonesia berkembang dari kebudayaan sutra di China.Mau lihat lebih jelas?Coba saja lihat bentuk mata, warna kulit dan dialek diri sendiri dan orang2 terdekat, sudah beragam juga kan?
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 05 June 2008, 07:21:48 PM
Yang runyam kalau ada satu pihak mau memaksakan ide sendiri kepada semua pihak lain yang beraneka ragam. ...
Inilah sumber perpecahan sangha dan umat Buddha di Indonesia mulai tahun 1972.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: williamhalim on 06 June 2008, 09:09:49 AM
Quote from: aditya on 05 June 2008, 03:20:55 PM

Anyway,
Saya setuju dengan pandangan anda tentang tuhan tuh bukan perlindungan bagi diri kita.


sip, setuju :jempol:

IMO, masing2 majelis bertanggung jawab atas 'pengikisan moha' ini terhadap umatnya masing2.

::
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: aditya on 06 June 2008, 03:02:56 PM
Quote from: willibordus on 06 June 2008, 09:09:49 AM
Quote from: aditya on 05 June 2008, 03:20:55 PM

Anyway,
Saya setuju dengan pandangan anda tentang tuhan tuh bukan perlindungan bagi diri kita.


sip, setuju :jempol:

IMO, masing2 majelis bertanggung jawab atas 'pengikisan moha' ini terhadap umatnya masing2.

::
Menurut sy akan lebih tepat kalo diubah menjadi....masing2 individu yang paling bertanggung-jawab atas 'pengikisan moha' ini terhadap dirinya masing2. :)
Ntar biar ga majelis-nya selalu jadi kambing hitam kalo diri sendiri masih banyak moha-nya hehehe
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Mr. Wei on 06 June 2008, 04:30:52 PM
Neh topik menarik banget, saya hanya bisa numpang baca y, tidak bisa memberikan pendapat maupun informasi.

_/\_
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: williamhalim on 06 June 2008, 04:46:36 PM
Quote from: Wei on 06 June 2008, 04:30:52 PM
Neh topik menarik banget, saya hanya bisa numpang baca y, tidak bisa memberikan pendapat maupun informasi.

_/\_

Setahu saya pengungkapan fakta ini cuma ada di Forum Dhammacitta ini aja. 
Obok2 deh situs lain, nggak bakalan ketemu stori beginian.

Untung Pak Hud mewariskan cerita ini sehingga benang merah sejarah tidak hilang dimakan zaman.


::

Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 06 June 2008, 07:43:55 PM
Iya ... tapi gara-gara terjadi sedikit debat panas ... saya dapet reputasi -1   :))
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Kelana on 06 June 2008, 07:52:35 PM
Quote from: hudoyo on 06 June 2008, 07:43:55 PM
Iya ... tapi gara-gara terjadi sedikit debat panas ... saya dapet reputasi -1   :))

ya beginilah dunia Pak Hud  ;D
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 06 June 2008, 08:03:40 PM
 :)) :)) :))
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Mr. Wei on 06 June 2008, 08:40:45 PM
Pak Hudoyo, sebagai orang yang pernah bertemu langsung dengan Bhante Ashin, saya ingin bertanya... apa benar Bhante Ashin memiliki hubungan dengan Lu Sheng Yen? Saya dulu pernah baca postingan seseorang, yang pernah melihat foto Bhante Ashin sedang menyambut Lu Sheng Yen.

_/\_
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: ryu on 06 June 2008, 09:28:19 PM
Quote from: Wei on 06 June 2008, 08:40:45 PM
Pak Hudoyo, sebagai orang yang pernah bertemu langsung dengan Bhante Ashin, saya ingin bertanya... apa benar Bhante Ashin memiliki hubungan dengan Lu Sheng Yen? Saya dulu pernah baca postingan seseorang, yang pernah melihat foto Bhante Ashin sedang menyambut Lu Sheng Yen.

_/\_

keknya bener tuh, aye punya buku lu sheng yen, yang buat pengantar Bhante Ashin, trus ada fotona, judul bukunya kalo gak salah menyingkap rahasia dewata ato ilmu meramal yah , lupa lagi.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Mr. Wei on 06 June 2008, 09:35:58 PM
Quote from: ryu on 06 June 2008, 09:28:19 PM
Quote from: Wei on 06 June 2008, 08:40:45 PM
Pak Hudoyo, sebagai orang yang pernah bertemu langsung dengan Bhante Ashin, saya ingin bertanya... apa benar Bhante Ashin memiliki hubungan dengan Lu Sheng Yen? Saya dulu pernah baca postingan seseorang, yang pernah melihat foto Bhante Ashin sedang menyambut Lu Sheng Yen.

_/\_

keknya bener tuh, aye punya buku lu sheng yen, yang buat pengantar Bhante Ashin, trus ada fotona, judul bukunya kalo gak salah menyingkap rahasia dewata ato ilmu meramal yah , lupa lagi.

Gimana neh Pak Hud??? Ap Bhante Ashin punya hubungan dengan Lu Sheng Yen???
*Pak Hud lagi off lagheee...*
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Adhitthana on 07 June 2008, 02:09:52 AM
menurut ... Pak Hudoyo, apakah perkembangan agama Buddha di Indonesia, diawal-awal perkembangan sampe dgn sekarang telah terjadi saling tarik-menarik / menanam pengaruh dalam vihara2/sekolah2 Buddhist?

Waktu skull (Buddhist) dulu, saya merasa ada 2 kubu .......  :))

topik/cerita ini menarik.......  _/\_
ada suatu kejadian dihari Kathina (dulu wktu smp) ketika itu saya sama sekali gak mengerti, tapi setelah membaca topik ini, saya bisa menyimpulkan.......

didalam topik ini kok .... gak ada cerita Bhante Pannavaro yah??..... apa beliau generasi berikutnya?

topik ini seperti membuka memori .....  ;D

_/\_
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 07 June 2008, 07:39:37 AM
Quote from: Wei on 06 June 2008, 08:40:45 PM
Pak Hudoyo, sebagai orang yang pernah bertemu langsung dengan Bhante Ashin, saya ingin bertanya... apa benar Bhante Ashin memiliki hubungan dengan Lu Sheng Yen? Saya dulu pernah baca postingan seseorang, yang pernah melihat foto Bhante Ashin sedang menyambut Lu Sheng Yen.

_/\_

Mohon maaf, saya tidak tahu soal itu. ...

Yang saya tahu, beliau pernah berkunjung ke Puttaparthi, ashram Sathya Sai Baba ...

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 07 June 2008, 08:07:45 AM
Quote from: Virya on 07 June 2008, 02:09:52 AM
menurut ... Pak Hudoyo, apakah perkembangan agama Buddha di Indonesia, diawal-awal perkembangan sampe dgn sekarang telah terjadi saling tarik-menarik / menanam pengaruh dalam vihara2/sekolah2 Buddhist?

Waktu skull (Buddhist) dulu, saya merasa ada 2 kubu .......  :))

topik/cerita ini menarik.......  _/\_
ada suatu kejadian dihari Kathina (dulu wktu smp) ketika itu saya sama sekali gak mengerti, tapi setelah membaca topik ini, saya bisa menyimpulkan.......

didalam topik ini kok .... gak ada cerita Bhante Pannavaro yah??..... apa beliau generasi berikutnya?

topik ini seperti membuka memori .....  ;D

_/\_

Saya tidak begitu tahu suasana di lapangan ... misalnya, saya tidak tahu apakah ada suasana tarik-menarik (antara Buddhayana & Theravada?) di sekolah-sekolah Buddhis ... Barangkali seperti tarik-menarik antara sesama Keristen: Katholik yang memuja Maria vs. Protestan yang menolak Maria, ya? ... :) Atau seperti tarik-menarik antara penganut berbagai gereja modern (bethany dsb) yang getol cari umat ... :)  Bagaimana pun juga kalau ada, tarik-menariknya tentu dalam bentuk kampanye bisik-bisik ... :D

Sesudah tahun 1976, setelah saya mendalami meditasi vipassana, saya makin jarang ke vihara ... vihara mana pun ... saya makin jarang menghadiri peringatan Wesak di Borobudur ... yang sekarang sudah menjadi seperti pasar malam saja ... :)

Tentang Bhante Pannyavaro, memang beliau adalah generasi kedua setelah alm Bhante Ashin, alm Bhante Girirakkhito dll ... ketika saya menjadi bhikkhu 1970 - 71, beliau masih umat biasa ... kalau tidak salah bernama Tejavanto ... mahasiswa Fak Psikologi UGM ... beliau ber-namaskara kepada saya ... ;D  Setelah saya lepas jubah, ganti beliau menjadi Samanera, lalu menjadi Bhikkhu di Thailand ... jadi ganti sayalah yang ber-namaskara kepada beliau, sampai sekarang ... ;D 

Beliaulah yang mengizinkan saya mengajar MMD di Vihara Mendut selama beberapa tahun terakhir ini sampai sekarang ... Beliau memahami benar seluk-beluk MMD ... Kadang-kadang, kalau beliau ada di tempat pada waktu retret MMD di Vihara Mendut, beliau berkenan membuka atau menutup retret MMD dengan memberikan wejangannya ...

Setiap kali saya datang ke Mendut untuk membimbing retret MMD, selalu ada saja "hadiah" buat saya dari Bhante Pannya: fotokopi buku-buku Buddhis terbaru yang beliau rasa baik untuk saya baca ... Beliau adalah seorang pengagum Buddhadasa Mahathera, guru vipassana yang terkenal dari Thailand selatan ... kami pernah berdiskusi tentang tafsiran Buddhadasa terhadap paticca-samuppada ... Coba perhatikan ceramah-ceramah Bhante Pannya, selalu disisipkan pengertian anatta ... sebagaimana Buddhadasa selalu menekankan vipassana adalah untuk mengenali & mengakhiri si aku/atta ...

Tapi, yah, dasar sifat dunia ... seperti kata Sang Buddha: "Orang bicara dicela ... orang diam dicela ... tidak ada orang yang tidak dicela" ... Betapa baik pun Bhante Pannya ... beliau malah dihantam oleh Hartati Murdaya dari Walubi. ...  :(

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: williamhalim on 07 June 2008, 01:47:33 PM
Quote from: hudoyo on 07 June 2008, 08:07:45 AM
Tapi, yah, dasar sifat dunia ... seperti kata Sang Buddha: "Orang bicara dicela ... orang diam dicela ... tidak ada orang yang tidak dicela" ... Betapa baik pun Bhante Pannya ... beliau malah dihantam oleh Hartati Murdaya dari Walubi. ...  :(


Wah... akhirnya samapai juga kita ke SHM... bicara soal perkembangan Buddhism di Indonesia, tidak akan luput dari Ibu yg satu ini.... sy dengar storinya lebih parah lagi dibanding yg sudah kita bahas diatas?

Kalau ini berat Pak, sudah menyentuh wilayah politis, ada kemungkinan kita akan diawasi Bakin...

::
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: bond on 07 June 2008, 03:10:32 PM
 [at] atas

Tenang disini ada James bond 007  ;D ;D
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 07 June 2008, 05:19:21 PM
Quote from: willibordus on 07 June 2008, 01:47:33 PM
Wah... akhirnya samapai juga kita ke SHM... bicara soal perkembangan Buddhism di Indonesia, tidak akan luput dari Ibu yg satu ini.... sy dengar storinya lebih parah lagi dibanding yg sudah kita bahas diatas?

Kalau soal itu, saya tidak tahu apa-apa lagi ... karena seperti sudah saya katakan sejak 1976 saya sudah "keluar dari peredaran" ... maksudnya tidak aktif lagi di organisasi Buddhis ... setelah mendalami vipassana ...


QuoteKalau ini berat Pak, sudah menyentuh wilayah politis, ada kemungkinan kita akan diawasi Bakin...

Masak, sih, kayak kurang kerjaan aja Bakin ... :)  Dulu di zaman Orde Baru sih mungkin iya, karena SHM dekat dengan Cendana. ... Tapi setelah itu tidak lagi ...

Coba lihat ... sekarang mau tidak mau Walubi harus gantian dengan KASI menyelenggarakan upacara Wesak di Borobudur ... Jadi ini bukti bahwa pemerintah mengakui pluralitas di lingkungan Agama Buddha ... tidak mungkin lagi orang mengklaim diri sebagai "wadah tunggal" umat Buddha Indonesia.

Tapi, ngomong-ngomong, apakah ini tidak OOT? ... Kalau mau membahas ini, mungkin harus buka thread baru. :)

Salam,
Hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Sukma Kemenyan on 08 June 2008, 02:07:20 AM
http://en.wikipedia.org/wiki/Buddhism_in_Indonesia
Kelihatannya Page tersebut sudah boleh ditulis ulang
Sebelum hilang...

Adakah yang bisa merangkumkan semuanya ?
Pak Hudoyo mungkin... ?
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 08 June 2008, 06:00:45 AM
Maksudnya ditulis ulang gimana? ... Saya lihat tulisan yang pendek itu sudah betul, kecuali pernyataan yang ini:

Quote from: WikipediaAmong the five official religions of Indonesia, according to the state ideology of Pancasila According to Suharto, Buddhism and Hinduism were Indonesia's classical religions.

Penetapan lima agama "resmi" itu terjadi di zaman Suharto ... Kalau tidak salah sekarang Konghucu sudah diakui lagi sebagai agama oleh pemerintah ... (adakah rekan yang mempunyai referensi resmi tentang ini?) ...

Pencantuman "according to Suharto" bisa dihapus, karena sekarang sudah bukan zaman Suharto lagi ... Lagi pula dengan Penetapan Presiden no.1 th 1965 (oleh Presiden Sukarno) sudah diakui ada enam agama "resmi" di Indonesia.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: HokBen on 08 June 2008, 03:51:09 PM
Quote from: hudoyo on 08 June 2008, 06:00:45 AM
Maksudnya ditulis ulang gimana? ... Saya lihat tulisan yang pendek itu sudah betul, kecuali pernyataan yang ini:

Quote from: WikipediaAmong the five official religions of Indonesia, according to the state ideology of Pancasila According to Suharto, Buddhism and Hinduism were Indonesia's classical religions.

Penetapan lima agama "resmi" itu terjadi di zaman Suharto ... Kalau tidak salah sekarang Konghucu sudah diakui lagi sebagai agama oleh pemerintah ... (adakah rekan yang mempunyai referensi resmi tentang ini?) ...

Pencantuman "according to Suharto" bisa dihapus, karena sekarang sudah bukan zaman Suharto lagi ... Lagi pula dengan Penetapan Presiden no.1 th 1965 (oleh Presiden Sukarno) sudah diakui ada enam agama "resmi" di Indonesia.

Salam,
hudoyo

Sebenarnya kan emang KongHuCu itu udah pernah diakui lewat Penetapan Presiden No. 1/Pn.Ps/1965 dan Undang-Undang No. 5 tahun 1969 yang berisi ketetapan agama yang ada di Indonesia adalah: Islam, ka****k, kr****n, Hindu, Buddha dan Khonghucu.

Yg kemudian dianulir ( kayak wasit bola aja nh.. ) lewat Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95 tanggal 18 Nopember 1978 yang cuma mencantumkan bahwa agama yang diakui oleh pemerintah itu lima: Islam, ka****k, kr****n, Hindu dan Buddha.

Ttg KongHucu sh setahu saya tidak ada referenci resmi, yg jelas jama GusDur keputusan pemerintah ttg isi kolom agama di KTP yg cuma boleh milih lima agama itu udah dicabut. jadi mengacu ke UUD 45 pasal 29 ayat 2 dan diperbolehkannya matakin mengadakan munas mreka di era reformasi maka konghucu dianggap resmi. ( CMMIW )
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 08 June 2008, 05:33:40 PM
Quote from: HokBen on 08 June 2008, 03:51:09 PM
Sebenarnya kan emang KongHuCu itu udah pernah diakui lewat Penetapan Presiden No. 1/Pn.Ps/1965 dan Undang-Undang No. 5 tahun 1969 yang berisi ketetapan agama yang ada di Indonesia adalah: Islam, ka****k, kr****n, Hindu, Buddha dan Khonghucu.

Yg kemudian dianulir ( kayak wasit bola aja nh.. ) lewat Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95 tanggal 18 Nopember 1978 yang cuma mencantumkan bahwa agama yang diakui oleh pemerintah itu lima: Islam, ka****k, kr****n, Hindu dan Buddha.

Ttg KongHucu sh setahu saya tidak ada referenci resmi, yg jelas jama GusDur keputusan pemerintah ttg isi kolom agama di KTP yg cuma boleh milih lima agama itu udah dicabut. jadi mengacu ke UUD 45 pasal 29 ayat 2 dan diperbolehkannya matakin mengadakan munas mreka di era reformasi maka konghucu dianggap resmi. ( CMMIW )

Nah, itu dia ... bagaimana mungkin sebuah Surat Edaran (bukan Surat Keputusan) Menteri Dalam Negeri bisa membatalkan sebuah Undang-Undang yang telah ada sebelumnya? ... Tampaknya apa saja bisa terjadi di negeri ini ... Pada tahun 1978 itu tidak ada teman-teman dari Konghucu yang berani mempertanyakan Surat Edaran Mendagri itu. ...

Lalu di atas disebut "... sama GusDur keputusan pemerintah ttg isi kolom agama di KTP yg cuma boleh milih lima agama itu udah dicabut." ... Keputusan Pemerintah yang mana yang dimaksud? ... Terima kasih.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Mr. Wei on 08 June 2008, 09:25:35 PM
Saya tertarik dengan kisah Ibu Hartati Murdaya... saya dengar politis sekali ya Ibu yang satu ini?
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: HokBen on 08 June 2008, 09:34:02 PM
Quote from: hudoyo on 08 June 2008, 05:33:40 PM
Quote from: HokBen on 08 June 2008, 03:51:09 PM

Ttg KongHucu sh setahu saya tidak ada referenci resmi, yg jelas jama GusDur keputusan pemerintah ttg isi kolom agama di KTP yg cuma boleh milih lima agama itu udah dicabut. jadi mengacu ke UUD 45 pasal 29 ayat 2 dan diperbolehkannya matakin mengadakan munas mreka di era reformasi maka konghucu dianggap resmi. ( CMMIW )

Nah, itu dia ... bagaimana mungkin sebuah Surat Edaran (bukan Surat Keputusan) Menteri Dalam Negeri bisa membatalkan sebuah Undang-Undang yang telah ada sebelumnya? ... Tampaknya apa saja bisa terjadi di negeri ini ... Pada tahun 1978 itu tidak ada teman-teman dari Konghucu yang berani mempertanyakan Surat Edaran Mendagri itu. ...

Lalu di atas disebut "... sama GusDur keputusan pemerintah ttg isi kolom agama di KTP yg cuma boleh milih lima agama itu udah dicabut." ... Keputusan Pemerintah yang mana yang dimaksud? ... Terima kasih.

Salam,
hudoyo

Ya surat edaran menteri itu..
walaupun sebenarnya secara urutan tata laksana yg berlaku lebih tinggi itu kep-pres tetep aja yg ditaati itu surat edaran si menteri yg mencantumkan tata cara pengisisn kolom agama, yaitu cuma milih diantara lima yang ada.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: nyanadhana on 09 June 2008, 08:53:14 AM
 _/\_ Soal Lu Sheng Yen bertemu dengan Bhante Ashin itu adalah benar. namun ketika Bhante Ashin mengetahui seluk beluk Lu Sheng Yen dan motivasi dibelakangnya maka dalam surat edaran Bhante Ashin mengatakan untuk tidak mengakui aliran Buddhist yang didirikan oleh Lu Sheng Yen karena melentjeng dari praktik Buddhisme menjadi praktik okultisme. dan praktik aliran Lu Sheng Yen tidak sejalan dengan pemikiran Bhante Ashin.

Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: sv.chandra71 on 09 June 2008, 12:04:06 PM
Maaf.. aku baru ikutan lagi..
Kayaknya udah bahas jauh jadi aku gak usah balik ke belakang.. okay..???
Boleh ya romo.. biar bahasannya selaras..

Soal perkembangan agama Buddha memang penuh lika-likunya..
DAn karena sumber2 yang membahas perkembangan agama Buddha ini juga beragam.. Banyak versi.. dari versinya Tridharma, Therawada, Buddhayana, hingga pak Oka Diputera (Walubi)..
Justru pelaku sejarah seperti romo Hudoyo dan banyak yang lainnya.. yang harus ikut berbagi.. Minimal menurut sepengetahuannya saja.. (walau belum tentu benar seperti itu..)

Menyambung posting belakangan yang menyinggung soal SHMP (Siti Hartati Murdaya Pho)..
Ini memang kasus yang sangat spesial.. Dari cerita ribut kasus Walubi.. Penyetruman.. pembubaran walubi lama.. pembentukan walubi baru.. pembentukan KASI.. hingga kasus calon anggota MPR.. hehehe.. Memang harus buat judul sendiri..

Tapi ada hal yang ingin saya tanyakan pada romo Hudoyo..
Seingat saya SHM sangat dekat dgn Biku Giri dan biku Win..
Biku Win sendiri setahu saya guru dari biku Pannyavaro..
Yang membingungkan saya.. kok di akhir2 kehidupan biku Win.. kok dia malah berada di seberang STI dgn STT (Sangha Theravada Thailand) nya.. (yang masih ada hingga kini)..
Betulkah biku Win dulu dipulangkan ke Thailand (bukan dengan keinginan Beliau).. Dan SHM yang mengajak datang lagi ke Indonesia..

Mungkin romo tahu.. Dharmaduta Thai sekarang masih ada atau tidak..???
Apakah semuanya bergabung di STT..???

Soalnya yang seperti ini.. tidak banyak yang tahu dan mau berbagi dengan kita yang lebih telat lahir ini.. hehehe..

salam..
sutra
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: Mr. Wei on 09 June 2008, 10:24:34 PM
Thanx buat Romo Hudoyo yang banyak memberikan pengetahuan mengenai sejarah Buddhisme tahun 70an di Indonesia...
Gak bisa didapatin dari sumber lain neh _/\_.
Title: Re: Sekilas Buddhayana
Post by: hudoyo on 10 June 2008, 01:35:32 AM
Quote from: sv.chandra71 on 09 June 2008, 12:04:06 PM
Tapi ada hal yang ingin saya tanyakan pada romo Hudoyo..
Seingat saya SHM sangat dekat dgn Biku Giri dan biku Win..
Biku Win sendiri setahu saya guru dari biku Pannyavaro..
Yang membingungkan saya.. kok di akhir2 kehidupan biku Win.. kok dia malah berada di seberang STI dgn STT (Sangha Theravada Thailand) nya.. (yang masih ada hingga kini)..
Betulkah biku Win dulu dipulangkan ke Thailand (bukan dengan keinginan Beliau).. Dan SHM yang mengajak datang lagi ke Indonesia..

Kedekatan Bhante Girirakkhito dengan SHM disebabkan sama-sama aktif di Walubi. Lagi pula kalau Bhante Giri ke Jakarta selalu tinggal di tempat SHM (soalnya mau tinggal di Vihara Sunter mungkin sungkan karena berbeda garis keturunan) ... entah apa alasan sesungguhnya ... saya hanya bisa melihat dari luar. ... Sekali lagi sejak 1976, saya sudah tidak aktif lagi di organisasi.

Bhante Win memang bolak-balik Thailand - Indonesia. ... Yang jelas disebabkan karena izin tinggalnya habis masa berlakunya. ... Entah ada alasan apa lagi di balik itu ...

Memang setelah renggang dengan Bhante Ashin, Bhante Win menetap di Vihara Buddha Metta, Jln Lembang ... jadi dekat dengan SHM. ... Salah satu sifat Bhante Win adalah tidak mudah melupakan kebaikan orang kepada beliau ... Oleh karena itu, ketika Bhante Pannyavaro/STI pecah dengan SHM, Bhante Win bingung ... Beliau selalu berusaha menyatukan kembali kedua pihak ... Ini saya ketahui karena saya dekat dengan Bhante Win ... beliau adalah guru (Acariya) saya pada waktu upacara upasampada saya. ... Bahkan setelah saya lepas jubah, beliau tetap memanggil saya dengan nama bhikkhu saya ... sampai seminggu sebelum beliau meninggal di Singapura ... ketika itu saya menengok beliau di RS Carolus. ...

Bhante Win juga sangat kuat memegang Vinaya/patimokkha ... tapi juga kuat memegang tradisi Buddhist Thai ... ini yang menyebabkan renggangnya dengan STI ... entah apa faktor-faktor spesifiknya yang membuat renggang ... Tapi saya melihat, ini menunjukkan independensi STI dari Sangha Thailand ... Saya tidak tahu apakah Bhante Win guru (acariya) dari Bhante Pannyavaro ...

Patut diketahui bahwa baru-baru ini Bhante Pannyavaro pergi ke Thailand beberapa bulan untuk belajar menjadi upajjhaya (penahbis bhikkhu) ... Sekarang beliau sudah mempunyai wewenang menahbiskan bhikkhu. ... Sebelumnya di Indonesia yang punya wewenang itu hanyalah Bhante Sukhemo. ...


QuoteMungkin romo tahu.. Dharmaduta Thai sekarang masih ada atau tidak..???

Tidak ada lagi ...

QuoteApakah semuanya bergabung di STT..???

Maksudnya?

Salam,
hudoyo