oh ya, kalau Energi itu termasuk Niyama tidak ya?? atau Nibbana juga Energi tidak ya??
gw jadi bingung juga nih??
karena kata Buddha, ada yang "tidak tercipta" demikian halnya dengan Energi juga "tidak tercipta" kalau begitu gimana donk, berarti sang Buddha Parinibbana jdi Energi ya???
wah gawat nih kalau aku suatu hari jadi Energi, bisa dipaekai sesuka hati oleh manusia, jadi Energi panas, dingin, jadi listrik, dsb??
begitu juga sama tidak ya Energi = Tuhan???
sama-sama tidak tercipta, tidak musnah, dan yang Kekal/absolut?
kalau mati jadi energi donk kita ini?? gawat?? :(
Quote from: JHONSON on 24 April 2008, 09:31:30 PM
oh ya, kalau Energi itu termasuk Niyama tidak ya??
??? jhonson termasuk hukum peraturan lalu lintas?
Quote
atau Nibbana juga Energi tidak ya??
enggak lah...
nibbana = padam
atau lenyapnya keserakahan (
Lobha), kebencian (
Dosa) & kebodohan(
Moha).
LDM itu tadi yg menyebabkan kelahiran berulang2 di samsara.
Quote
gw jadi bingung juga nih??
karena kata Buddha, ada yang "tidak tercipta" demikian halnya dengan Energi juga "tidak tercipta" kalau begitu gimana donk, berarti sang Buddha Parinibbana jdi Energi ya???
wah gawat nih kalau aku suatu hari jadi Energi, bisa dipaekai sesuka hati oleh manusia, jadi Energi panas, dingin, jadi listrik, dsb??
begitu juga sama tidak ya Energi = Tuhan???
sama-sama tidak tercipta, tidak musnah, dan yang Kekal/absolut?
kalau mati jadi energi donk kita ini?? gawat?? :(
yup... ada yg tidak tercipta, tapi Buddha ga bilang parinibbana itu jadi energi lho =))
ya sih, sang Buddha tidak bilang kalau parinibana jadi energi, karena orang2 situ belum menemukan energi, baru diketahui si alebert senten itu, katanya energi itu tidak tercipta, tiada musnah kekal abadi, dan mutlak.
Quote from: JHONSON on 24 April 2008, 09:51:16 PM
ya sih, sang Buddha tidak bilang kalau parinibana jadi energi, karena orang2 situ belum menemukan energi, baru diketahui si alebert senten itu, katanya energi itu tidak tercipta, tiada musnah kekal abadi, dan mutlak.
apa itu energi?
dalam formula atom Albert Einstein,
E = mc² dimana c adalah
konstanta kecepatan cahaya, sebaliknya E dan m adalah 2 variable yg berubah2.
E adalah energi
m adalah massa
jadi massa itu sendirilah sebenarnya energi.
yg abadi dalam konteks energi/massa ini adalah dalam hal jumlah. Jumlah energi/massa dalam alam semesta ini adalah tetap.
apakah energi/massa ini mutlak?
perlu di definisikan mutlaknya dulu apa yah...
energi, seperti yg kita ketahui dapat berubah misalnya dari panas ke gerak, dari gerak ke listrik, dst...
jadi sebenarnya energi tidaklah mutlak, tetapi merupakan objek berkondisi yg mengalami perubahan.
sabbe sankhara anicca_/\_
saya mau tanya lagi nih,
kata sang Buddha ada yang tidak tercipta, tidak dilahirkan, tidak dijelma, mutlak? lalu apakah maksud sang Buddha itu bahwa kalau makhluk hidup ini adalah yang diciptakan???
Quotelalu apakah maksud sang Buddha itu bahwa kalau makhluk hidup ini adalah yang diciptakan???
kurang jelas
Quote from: JHONSON on 24 April 2008, 10:12:02 PM
saya mau tanya lagi nih,
kata sang Buddha ada yang tidak tercipta, tidak dilahirkan, tidak dijelma, mutlak? lalu apakah maksud sang Buddha itu bahwa kalau makhluk hidup ini adalah yang diciptakan???
watch out...
tercipta beda dg
dicipta ;)
yg pasti dalam ajaran Buddha kita bukanlah diciptakan.
sebaliknya kita adalah hasil (tercipta) dari diri kita sendiri dari masa lalu, atau dg kata sederhananya, kita yg sekarang adalah akibat dari kita yg sebelumnya...
btw, keknya salah room deh :hammer: ;)
sama saja lah, kata Buddha ada yang tidak diciptakan, tidak dilahirkan tidak dijelma yang mutlak? maksudnya sang Buddha itu bukanlah para makhluk melainkan "sesuatu".
kalau begitu maksud sang Buddha adalah kita - kita ini loh sebagai makhluk adalah yang diciptakan.
wahh... ngaco nech.. loe yg tulis ter-cipta skr maksa di-cipta
Quote from: JHONSON on 24 April 2008, 10:12:02 PM
saya mau tanya lagi nih,
kata sang Buddha ada yang tidak tercipta, tidak dilahirkan, tidak dijelma, mutlak? lalu apakah maksud sang Buddha itu bahwa kalau makhluk hidup ini adalah yang diciptakan???
maksudnya kita semua, sebagai makhluk hidup itu adalah
makhluk abadi, cuma berubah bentuk alias reinkarnasi saja, kadang-kadang kita pernah jadi dewa di alam brahma, kadang-kadang pula kita bisa jadi ikan dilaut, kadang-kadang bisa jadi harimau di hutan, dan sebagainya...
Quote from: JHONSON on 24 April 2008, 10:52:10 PM
sama saja lah, kata Buddha ada yang tidak diciptakan, tidak dilahirkan tidak dijelma yang mutlak? maksudnya sang Buddha itu bukanlah para makhluk melainkan "sesuatu".
kalau begitu maksud sang Buddha adalah kita - kita ini loh sebagai makhluk adalah yang diciptakan.
yup. sama saja mo pake kata tercipta atau dicipta. ;D
yah... kita ini diciptakan oleh kita sendiri di masa lalu.
yg tidak diciptakan, dsb... itu bisa kita lihat apabila kita menghentikan proses penciptaan diri kita berikutnya. diri kita yg skr menciptakan diri kita nantinya.
semoga dimengerti yah _/\_
Quote from: JHONSON on 24 April 2008, 10:12:02 PM
saya mau tanya lagi nih,
kata sang Buddha ada yang tidak tercipta, tidak dilahirkan, tidak dijelma, mutlak? lalu apakah maksud sang Buddha itu bahwa kalau makhluk hidup ini adalah yang diciptakan???
Kalau saya ditanya akan hal ini maka saya akan bertanya terlebih dulu: dari mana perkatakan Sang Buddha yang menyatakan ada yang tidak tercipta, tidak dilahirkan, tidak dijelma, mutlak? Dari mana pernyataan Sang Buddha bahwa kalau makhluk hidup ini adalah yang
diciptakan???
Dengan demikian kita akan terhindar dari pertanyaan yang salah. Sebuah pertanyaan yang salah, tidak akan ada jawaban.
manusia adalah pewaris karmanya sendiri, tercipta oleh karmanya sendiri.
Quotemaksudnya kita semua, sebagai makhluk hidup itu adalah makhluk abadi, cuma berubah bentuk alias reinkarnasi saja, kadang-kadang kita pernah jadi dewa di alam brahma, kadang-kadang pula kita bisa jadi ikan dilaut, kadang-kadang bisa jadi harimau di hutan, dan sebagainya...
apa maksudnya ini? ada baiknya bro SandalJepit belajar anatta secara teori dulu. pandangan di atas lebih cocok sebagai pandangan atta / hindu.
Quote from: karuna_murti on 25 April 2008, 08:37:03 AM
manusia adalah pewaris karmanya sendiri, tercipta oleh karmanya sendiri.
Quotemaksudnya kita semua, sebagai makhluk hidup itu adalah makhluk abadi, cuma berubah bentuk alias reinkarnasi saja, kadang-kadang kita pernah jadi dewa di alam brahma, kadang-kadang pula kita bisa jadi ikan dilaut, kadang-kadang bisa jadi harimau di hutan, dan sebagainya...
apa maksudnya ini? ada baiknya bro SandalJepit belajar anatta secara teori dulu. pandangan di atas lebih cocok sebagai pandangan atta / hindu.
_/\_ mohon petunjuk, kalau anatta itu bagaimana sih konsepnya?
bisa panjang tuh, buka thread baru aja biar lebih fokus. biar disini tetap pada topik utama
konsep anatta juga menbinggungkan?
tidak ada diri yang kekal. atau jiwa yang kekal.
setahu saya paham hinduiwme, kalau diri ada 3 unsur yaitu jasmani, 4 khanda, dan satu lagi yang paling utama yaitu roh. jadi ada 3 macam, jasmani, jiwa, dan roh.
yang dimaksud roh ini mungkin katanya saat kita tertidur lelap? saat tidak ada pikiran, tidak ada kesadaran, tidak ada bentuk perasaan, tidak ada pencerapan, jadi yang bekerja hnya jasmani. dan yang mbmbuat jasmani dan jantung bisa berdetak sepanjang malam itu adalah roh. roh dari Brhman. sebagai atma.
katenya itulah yang menjadi Buddha.
kalau tidak ada itu, entah ape yang jadi Buddha? entah ape yang mencapai nirvana yang damai, entah ape yang merasa kebahagiaan serta damai abadi?
kalau tetap bilang pikiran yang mencapai kedamaian abadi? tetaplah pikiran termasuk pancakhanda manamungkin disebut sebagai buddha.
kalau dibilang kesadaran yang mencapai kedamaian abadi? tetaplah kesadaran itu masuk dalam pancakanda mana bisa disebut kesadaran adalah buddha.
kalau dibilang persaaan yang mencapai kedamaian abadi dan nibbana? tetaplah perasaan itu termasuk dalam pancakanda mana bisa disebut perasaan itu sebagai buddha.
kalau dibilang pencerapan itu yangmncapai nibbna? tetaplah pencerapan itu termasuk dalam pancakanda mana mungkin bisa dissbut buddha. lalu setelah mencapai parinibbana apakah yang mancapai nibbana???
apakah pancakahanda yang mencapai nibbana?
menurutku lebih tepatnya konsep hinduisme lebih tepat menjawab ini?
katanya yang mencapai nibbana bukanlah pancakhanda, dan yang merasakan kedamaian abadi bukanlah unsur pancakhanda, melainkan adanya roh. roh dari Hyang widi wasa.
jadi menrutku seprti itu loh, kalau ada yang lain yang bisa menernagkan gimana???
Nibbana bukan tempat lho.
Quote from: JHONSON on 25 April 2008, 11:09:37 PM
konsep anatta juga menbinggungkan?
tidak ada diri yang kekal. atau jiwa yang kekal.
jgn khawatir fren,
kalau tidak dapat diterima,
tolak saja dulu :)
memang begitulah seharusnya ber-ehipassiko.
Quote
setahu saya paham hinduiwme, kalau diri ada 3 unsur yaitu jasmani, 4 khanda, dan satu lagi yang paling utama yaitu roh. jadi ada 3 macam, jasmani, jiwa, dan roh.
yang dimaksud roh ini mungkin katanya saat kita tertidur lelap? saat tidak ada pikiran, tidak ada kesadaran, tidak ada bentuk perasaan, tidak ada pencerapan, jadi yang bekerja hnya jasmani.
kalau tidak ada kesadaran dalam tidur, alarm bisa ga laku yah...
buktinya alarm berguna juga tuh buat bangunin orang2.
hal itu karena walau dalam tidur ada kesadaran. dan tetap ada kontak indra.
pencerapan juga ada fren, kalau yg diputar adalah music, pd umumnya orang tetap tidur. tapi kalau alarm berbunyi, bisa jadi bangun. pencerapan yg membedakan bunyi yg kuat & lemah.
Quote
dan yang mbmbuat jasmani dan jantung bisa berdetak sepanjang malam itu adalah roh. roh dari Brhman. sebagai atma.
silahkan telusuri sendiri...
coba ga makan dan minum, andalin saja roh dari Brahma tsb :)
Quote
katenya itulah yang menjadi Buddha.
kalau tidak ada itu, entah ape yang jadi Buddha? entah ape yang mencapai nirvana yang damai, entah ape yang merasa kebahagiaan serta damai abadi?
kalau tetap bilang pikiran yang mencapai kedamaian abadi? tetaplah pikiran termasuk pancakhanda manamungkin disebut sebagai buddha.
dari pada percaya 'katenya' (nya siapa?), lebih baik coba aja :)
ayo jadi Buddha :lotus:
Quote
kalau dibilang kesadaran yang mencapai kedamaian abadi? tetaplah kesadaran itu masuk dalam pancakanda mana bisa disebut kesadaran adalah buddha.
... bla bla bla
apakah pancakahanda yang mencapai nibbana?
menurutku lebih tepatnya konsep hinduisme lebih tepat menjawab ini?
katanya yang mencapai nibbana bukanlah pancakhanda, dan yang merasakan kedamaian abadi bukanlah unsur pancakhanda, melainkan adanya roh. roh dari Hyang widi wasa.
setahu saya di zaman Buddha (Brahmanisme, skr Hindu) sendiri, ada yg mempercayai adanya atman (eternalis), ada pula yg mempercayai tidak ada atman (nihilisme). ke2 kelompok ini memiliki alasan2 akan kebenaran tsb.
anatta bukan berarti nihilisme ataupun eternalis. walau anatta berarti
tidak ada atta, tetapi tidak berarti nihilisme. :)
Quote from: JHONSON on 25 April 2008, 11:09:37 PM
konsep anatta juga menbinggungkan?
tidak ada diri yang kekal. atau jiwa yang kekal.
.... entah ape yang jadi Buddha? entah ape yang mencapai nirvana yang damai, entah ape yang merasa kebahagiaan serta damai abadi?
kalau tetap bilang pikiran yang mencapai kedamaian abadi? tetaplah pikiran termasuk pancakhanda manamungkin disebut sebagai buddha.
kalau dibilang kesadaran yang mencapai kedamaian abadi? tetaplah kesadaran itu masuk dalam pancakanda mana bisa disebut kesadaran adalah buddha.
...dst...
kalau dibilang pencerapan itu yangmncapai nibbna? tetaplah pencerapan itu termasuk dalam pancakanda mana mungkin bisa dissbut buddha. lalu setelah mencapai parinibbana apakah yang mancapai nibbana???
apakah pancakahanda yang mencapai nibbana?
.... katanya yang mencapai nibbana bukanlah pancakhanda, dan yang merasakan kedamaian abadi bukanlah unsur pancakhanda, melainkan adanya roh. roh dari Hyang widi wasa.
jadi menrutku seprti itu loh, kalau ada yang lain yang bisa menernagkan gimana???
Perhatikan tulisan yg saya bold.
Bro Johnson menulis: MENCAPAI NIBBANA
Jika kita menulis MENCAPAI, maka pemahaman kita akan Nibbana menjadi suatu 'tempat'. Ada suatu tempat yg menjadi tujuan, tujuan yg harus dicapai suatu saat nanti. Pemakaian kata 'mencapai' ini, secara tidak langsung akan
membelokkan pemahaman kita.
Menurut saya, untuk kata Nibbana lebih baik kita padankan dengan: MEREALISASI NIBBANA.
Jadi, Nibbana adalah suatu 'ketidakterkondisian batin'. Dengan kata lain: Suatu keadaan dimana batin kita tidak terkondisi oleh bahan bakar LDM.
Tidak ada tempat yg harus dicapai, tidak dimana-mana, melainkan ditubuh yg panjangnya 5 depa ini (atau 7 depa yah? saya lupa ;D). Disinilah awal dukkha dan disini jualah dukkha akan diakhiri.
::
jadi gimana sih annatta itu? saya sih paham kalau konsep tiada aku yang kekal, misalnya kadang-kadang kita reinkarnasi jadi dewa, kadang-kadang juga reinkarnasi jadi manusia, kalau anatta itu kyk gimana ?
Quote from: SandalJepit on 26 April 2008, 01:45:03 PM
jadi gimana sih annatta itu? saya sih paham kalau konsep tiada aku yang kekal, misalnya kadang-kadang kita reinkarnasi jadi dewa, kadang-kadang juga reinkarnasi jadi manusia, kalau anatta itu kyk gimana ?
Untuk memahami anatta secara intelektual:
~ anatta bisa diibaratkan sungai, aliran yg berubah terus setiap detiknya, bergabungnya segala kotoran dan air hujan, membentuk air yg baru, berbeda dengan air sebelumnya, mengalir terus. Ia air yg sama dari hulu ke hilir, juga tidak sama, karena sudah berakumulasi dengan campuran baru.
~ anatta bisa diibaratkan arus listrik. Muncul dan lenyap sekejap, berlangsung terus menerus, arus listrik pada suatu titik tidak sama dengan arus listrik sebelum dan sesudahnya.
Begitu juga apa yg kita anggap 'atta' /jiwa, sebenarnya adalah citta (pikiran) yg muncul dan segera lenyap, digantikan oleh citta baru yg segera akan padam lagi. Citta baru terkondisi oleh citta sebelumnya dan dipengaruhi pula oleh input2 yg baru. Begitu pula citta yg selanjutnya adalah trend dari citta sekarang, tapi tidak sama dengan citta sekarang. Itu adalah citta yg sepenuhnya baru. Citta timbul dan padam, seperti cahaya yg timbul dan lenyap berkesinambungan tanpa jeda.
Saat suatu citta timbul, citta ini sudah membawa persepsi citta lama (disebut trend/kecenderungan), citta yg baru ini berpadu dengan persepsi baru, membentuk suatu trend citta baru yg terakumulasi.
timbul dan padam, berkesinambungan, selalu berakumulasi membentuk trend yg baru.
Citta yg timbul dan padam berkesinambungan ini membentuk suatu ilusi akan adanya 'jiwa' yg kekal, membentuk 'AKU', sehingga ego timbul. Hampir mirip dengan sebuah film yg sebenarnya adalah potongan2 gambar yg jumlahnya jutaan.
Secara intelektual bisa ditulis begini, namun untuk dapat 'memahami' diperlukan perenungan dan praktik sati secara terus menerus.
::
[at] sandal jepit : juga bedakan reinkarnasi dengan rebirth.
Quote from: willibordus on 26 April 2008, 02:11:35 PM
Quote from: SandalJepit on 26 April 2008, 01:45:03 PM
jadi gimana sih annatta itu? saya sih paham kalau konsep tiada aku yang kekal, misalnya kadang-kadang kita reinkarnasi jadi dewa, kadang-kadang juga reinkarnasi jadi manusia, kalau anatta itu kyk gimana ?
Untuk memahami anatta secara intelektual:
~ anatta bisa diibaratkan sungai, aliran yg berubah terus setiap detiknya, bergabungnya segala kotoran dan air hujan, membentuk air yg baru, berbeda dengan air sebelumnya, mengalir terus. Ia air yg sama dari hulu ke hilir, juga tidak sama, karena sudah berakumulasi dengan campuran baru.
~ anatta bisa diibaratkan arus listrik. Muncul dan lenyap sekejap, berlangsung terus menerus, arus listrik pada suatu titik tidak sama dengan arus listrik sebelum dan sesudahnya.
Begitu juga apa yg kita anggap 'atta' /jiwa, sebenarnya adalah citta (pikiran) yg muncul dan segera lenyap, digantikan oleh citta baru yg segera akan padam lagi. Citta baru terkondisi oleh citta sebelumnya dan dipengaruhi pula oleh input2 yg baru. Begitu pula citta yg selanjutnya adalah trend dari citta sekarang, tapi tidak sama dengan citta sekarang. Itu adalah citta yg sepenuhnya baru. Citta timbul dan padam, seperti cahaya yg timbul dan lenyap berkesinambungan tanpa jeda.
Saat suatu citta timbul, citta ini sudah membawa persepsi citta lama (disebut trend/kecenderungan), citta yg baru ini berpadu dengan persepsi baru, membentuk suatu trend citta baru yg terakumulasi.
timbul dan padam, berkesinambungan, selalu berakumulasi membentuk trend yg baru.
Citta yg timbul dan padam berkesinambungan ini membentuk suatu ilusi akan adanya 'jiwa' yg kekal, membentuk 'AKU', sehingga ego timbul. Hampir mirip dengan sebuah film yg sebenarnya adalah potongan2 gambar yg jumlahnya jutaan.
Secara intelektual bisa ditulis begini, namun untuk dapat 'memahami' diperlukan perenungan dan praktik sati secara terus menerus.
::
jadi sebenarnya "reinkarnasi" itu terjadi lebih cepat daripada sekedar hidup dan mati aja ya?
dalam artian, seseorang dipengaruhi oleh "kamma" tidak memahami tubuhnya ini bukanlah benda padat , tapi merupakan "bayangan semu" saja . tiap saat "bayangan semu" ini berubah-ubah, sesuai dengan kamma nya, nanti kalau saat meninggal, sebenarnya yang terjadi bukan reinkarnasi ya? melainkan "bayangan semu" yang berubah menjadi bentuk lain, sesuai kamma?
Nyontek Milinda Panha:
Rebirth itu ibarat keju yang terbuat dari susu.
Keju tidak dapat dikatakan sama dengan susu, tetapi keju juga tidak dapat dikatakan berbeda dari susu..
Begitu pula dengan kehidupan. Kehidupan masa ini (keju) adalah akibat dari kehidupan masa lalu (susu), tetapi kehidupan masa ini (keju) tidak dapat dikatakan sama atau berbeda dari kehidupan masa lalu (susu).
* joke mode on *
Setelah itu, kejunya jadi basi.. ^-^
Keju basi tidak dapat dikatakan sama dengan keju segar, tetapi keju basi juga tidak dapat dikatakan berbeda dari keju segar.. ;D
* joke mode off *
QuoteNibbana bukan tempat lho.
Benar lho, Nibbana bukan tempat, namun "Roh" tidak memerlukan tempat lho.
Quote
jgn khawatir fren,
kalau tidak dapat diterima, tolak saja dulu
memang begitulah seharusnya ber-ehipassiko
thank u tesla, memang seharusnya berehipassiko dlu,
tetapi masalh iini susah juga ya ehipssiko, gak bisa kelihatan sih.
Cuma sekedar bagaimana cara kita "memandang" hal ini.
Sementara aku lebih menerima adanya roh,tetapi tidak menolak paham anatta. Yaitu ada 3 unsur: jasmani, jiwa dan roh(dari Brhamn).
Quotekalau tidak ada kesadaran dalam tidur, alarm bisa ga laku yah...
buktinya alarm berguna juga tuh buat bangunin orang2.
hal itu karena walau dalam tidur ada kesadaran. dan tetap ada kontak indra.
pencerapan juga ada fren, kalau yg diputar adalah music, pd umumnya orang tetap tidur. tapi kalau alarm berbunyi, bisa jadi bangun. pencerapan yg membedakan bunyi yg kuat & lemah.
Setahu gw, dalam tidur mana ada kesadaran??
Coba ada tidak "aku" ingin begini ?? "aku" ingin begitu
Sudah kosong, sudah "tiada" aku ini. Ketika tidur! Kecuali ada mimpi.
Kalau ada alarm berbunyi sehingga bisa terbangun dan tersadar dari tidur mah mungkin karena ada "roh" yang masih berada didalam jiwa dan jasmnani.
Coba kalau "roh"nya sudah tidak berada didalam jiwa dan jasmani,
Walau buka music "ROCK" sekalipun gak akan bangun-bangun tuh ma.
Quotesilahkan telusuri sendiri...
coba ga makan dan minum, andalin saja roh dari Brahma tsb
ya, mungkin gak bisa sih?? Karena sang Roh msih melekat didalam tubuh, sedangkan tubuh memerlukan makanan dan minuman. Tetapi Roh sama sekali tidak memerlukan makanan dan minuman. Nah Roh inilah yang punya fungsi untuk mengalirkan darah dari ujung kepala sampai ujung kaki, begitu juga jantung kita selalu berdetak-detak tanpa henti sepanjang hari, bulan, tahun, sampai seumur hidup, begitu pula dengan rambut, bulu, kuku yang selalu tumbuh, karena ada Roh yang melekat pada tubuh.
Seandainya didalam tubuh tdak ada yang ditempati Roh, maka tubuh adalah mayat.
Tetapi ssaya ingat lho, ada seorang guru yang bertapa didalam goa selama bertahun-tahun, tanpa makan dan minum, mungkin andalin Roh dari Brhma kali ya?
Begitu juga ada seorang anak yang bersamadhi dekat India sana, selama hampir 1 tahun lho, tanpa makan dan minum, kerjanya duduk seharian semalamam sampai mau setahun, tapi tidak mati lho, kenapa ya? Andalin Roh dari Brhama kali ya??
Quotesetahu saya di zaman Buddha (Brahmanisme, skr Hindu) sendiri, ada yg mempercayai adanya atman (eternalis), ada pula yg mempercayai tidak ada atman (nihilisme). ke2 kelompok ini memiliki alasan2 akan kebenaran tsb. anatta bukan berarti nihilisme ataupun eternalis. walau anatta berarti tidak ada atta, tetapi tidak berarti nihilisme.
ya, setahu saya sih begitu, Hinduisme anggap bahwa mereka mempercayai adanya atman yang kekal, ada pula yang tidak mempercayai adanya atman yang kekal, maksudnya setelah mati, menjadi kosong(tidak ada, seperti Tidur, smpai selama2nya).
Tetapi mungkin sekarang jadi lebih berkembang (konsep hindu bali), yaitu ada unsur pancakhanda(anatta), namun juga menerima adanya sang Roh dari Brhaman. Inilah yang dapat kuterima.
QuoteJika kita menulis MENCAPAI, maka pemahaman kita akan Nibbana menjadi suatu 'tempat'. Ada suatu tempat yg menjadi tujuan, tujuan yg harus dicapai suatu saat nanti. Pemakaian kata 'mencapai' ini, secara tidak langsung akan membelokkan pemahaman kita.
Menurut saya, untuk kata Nibbana lebih baik kita padankan dengan: MEREALISASI NIBBANA.
Jadi, Nibbana adalah suatu 'ketidakterkondisian batin'. Dengan kata lain: Suatu keadaan dimana batin kita tidak terkondisi oleh bahan bakar LDM.
Menurut saya, untuk kata Nibbana lebih baik kita padankan dengan: MEREALISASI NIBBANA.
Mencapai Penerangan Sempurna??
Merealisasi Nibbana?? Kalau sudah wafat, gimana bisa merealisasi Nibbana??
Nibbana adalah Ketidakterkondisian batin?? Batin itu apa/Batin yang mana yang tidak berkondisi??
Suatu keadaan dimana batin kita tdak terkondisi? Batin yang mana yang tidak berkondisi??
Quoteanatta bisa diibaratkan sungai, aliran yg berubah terus setiap detiknya, bergabungnya segala kotoran dan air hujan, membentuk air yg baru, berbeda dengan air sebelumnya, mengalir terus. Ia air yg sama dari hulu ke hilir, juga tidak sama, karena sudah berakumulasi dengan campuran baru.
~ anatta bisa diibaratkan arus listrik. Muncul dan lenyap sekejap, berlangsung terus menerus, arus listrik pada suatu titik tidak sama dengan arus listrik sebelum dan sesudahnya.
.
Anatta bisa diibaratkan arus listrik, muncul dan lenyap??
Nibbana termasuk Anatta??
Apakah yang mencapai Kebuddhaan??
Mohon pencerahan. Thank u.
Quote from: SandalJepit on 26 April 2008, 07:21:13 PM
jadi sebenarnya "reinkarnasi" itu terjadi lebih cepat daripada sekedar hidup dan mati aja ya?
tergantung definisi
"reinkarnasi" dulu yah...
reinkarnasi dalam pemahaman umum, adalah perpindahan roh/atta/jiwa/inti suatu mahkluk pada saat kematian jasmaninya untuk menempati jasmani baru.
reinkarnasi demikian
ditolak oleh Buddha.
dalam ajaran Buddha, tidak ada yg berpindah,
semua itu hanyalah proses sebab-akibat.
kita sekarang ini adalah akibat dari akumulasi perbuatan kita di masa lalu.
istilah yg lebih tepatnya adalah
rebirth, lahir-kembali, tumimbal-lahir.
memang benar, proses
rebirth yg lebih halus daripada lahir & mati sebenarnya terjadi dg sangat cepat.
misalnya pada satu waktu, kita bisa saja adalah orang yg sangat murah hati, di saat lain kita adalah orang yg serakah. kalau teoritisnya menurut
abhidhamma, kesadaran itu muncul dan hilang dalam kecepatan lebih dari 1trilyun kali per satu kedipan mata. sedangkan materi (termasuk tubuh) hilang dan muncul juga dg kecepatan 17x lebih lambat dari proses kesadaran.
Quote
dalam artian, seseorang dipengaruhi oleh "kamma" tidak memahami tubuhnya ini bukanlah benda padat , tapi merupakan "bayangan semu" saja . tiap saat "bayangan semu" ini berubah-ubah, sesuai dengan kamma nya, nanti kalau saat meninggal, sebenarnya yang terjadi bukan reinkarnasi ya? melainkan "bayangan semu" yang berubah menjadi bentuk lain, sesuai kamma?
sesuai kamma dan kondisi2 nya juga :)
kalau ada kamma tetapi belum ada kondisi mendukung, kamma tersebut tidak berbuah sampai ada kondisi yg pas nanti.
Quote from: JHONSON on 26 April 2008, 08:23:59 PM
Cuma sekedar bagaimana cara kita "memandang" hal ini.
Sementara aku lebih menerima adanya roh,tetapi tidak menolak paham anatta. Yaitu ada 3 unsur: jasmani, jiwa dan roh(dari Brhamn).
mana bisa kedua2nya... ^-^
yg satu, roh (atta)
yg satu lagi, tanpa roh (anatta).
keduanya bertolak belakang :)
Quote
Setahu gw, dalam tidur mana ada kesadaran??
Coba ada tidak "aku" ingin begini ?? "aku" ingin begitu
Sudah kosong, sudah "tiada" aku ini. Ketika tidur! Kecuali ada mimpi.
Kalau ada alarm berbunyi sehingga bisa terbangun dan tersadar dari tidur mah mungkin karena ada "roh" yang masih berada didalam jiwa dan jasmnani.
oh... jadi kita dapat mendengar karena ada roh ya?
kalau ga ada sistem pendengaran (telinga), masih bisa mendengarkan gak yah?
Quote
ya, mungkin gak bisa sih?? Karena sang Roh msih melekat didalam tubuh, sedangkan tubuh memerlukan makanan dan minuman. Tetapi Roh sama sekali tidak memerlukan makanan dan minuman. Nah Roh inilah yang punya fungsi untuk mengalirkan darah dari ujung kepala sampai ujung kaki, begitu juga jantung kita selalu berdetak-detak tanpa henti sepanjang hari, bulan, tahun, sampai seumur hidup, begitu pula dengan rambut, bulu, kuku yang selalu tumbuh, karena ada Roh yang melekat pada tubuh.
Seandainya didalam tubuh tdak ada yang ditempati Roh, maka tubuh adalah mayat.
Tetapi ssaya ingat lho, ada seorang guru yang bertapa didalam goa selama bertahun-tahun, tanpa makan dan minum, mungkin andalin Roh dari Brhma kali ya?
Begitu juga ada seorang anak yang bersamadhi dekat India sana, selama hampir 1 tahun lho, tanpa makan dan minum, kerjanya duduk seharian semalamam sampai mau setahun, tapi tidak mati lho, kenapa ya? Andalin Roh dari Brhama kali ya??
wah... ga tau...
belum punya pengalaman begini :)
boleh tau, dapat info darimana soal anak yg tidak makan & minum selama setahun tidak mati?
Quote
Mencapai Penerangan Sempurna??
Merealisasi Nibbana?? Kalau sudah wafat, gimana bisa merealisasi Nibbana??
kalau belum merealisasikan nibbana, setelah wafat yah
rebirth.
setelah
rebirth usaha lagi buat merealisasikan nibbana :)
QuoteBatin itu apa?
yg tadi kamu sebut
pancakhandha dikurangi
rupa khandhaQuote
Batin yang mana yang tidak berkondisi??
yg tak berkondisi adalah nibbana
Quote
Suatu keadaan dimana batin kita tdak terkondisi? Batin yang mana yang tidak berkondisi??
bathin yg bebas dari
lobha, dosa & mohaQuote
Nibbana termasuk Anatta??
semua fenomena adalah tanpa inti (
anatta), baik samsara ataupun nibbana
Quote
Apakah yang mencapai Kebuddhaan??
dari yg bathin terkontaminasi oleh Lobha, Dosa & Moha (LDM) menjadi bebas dari LDM, itulah bahasa konseptualnya
mencapai kebuddhaan_/\_
Keknya jadi OOT nih bahas energi jadi ke yang laen :)
karena kata Buddha, ada yang "tidak tercipta" demikian halnya dengan Energi juga "tidak tercipta" kalau begitu gimana donk, berarti sang Buddha Parinibbana jdi Energi ya???
referensinya bro, biar tidak ambigu.... btw yg saya tangkap disini , ialah tuhan dlm konsep bvuddhisme. masalah sang buddha parinibanna jadi energi, terus terang saya tidak tahu, sebab saya belum mencicipi sedikit pun nibanna. jika pun saya menjawabnya,ini semua hanyalah perputaran pikiran kita..
wah gawat nih kalau aku suatu hari jadi Energi, bisa dipaekai sesuka hati oleh manusia, jadi Energi panas, dingin, jadi listrik, dsb??
mm. gawat juga yah.. haha.. but whatever mati juga belom bro..ingat juga belum tentu... btw, ada baiknya anda mencari deskripsi "energi" itu tidak hanya dari satu sumber..
begitu juga sama tidak ya Energi = Tuhan???
sama-sama tidak tercipta, tidak musnah, dan yang Kekal/absolut?
kalau mati jadi energi donk kita ini?? gawat?? Sad
Eiit, tuhan yg anda maksud ini apa dulu?
kalau mati jadi energi?? tahu dari mana anda? haha..
tnang bro j, pelan2 saja... nanti juga nyampai..
Semoga membantu sedikit
Quote from: ryu on 26 April 2008, 09:49:12 PM
Keknya jadi OOT nih bahas energi jadi ke yang laen :)
oh... bro ryu ga tau yah...
skr lagi trend lho :))
Quotemana bisa kedua2nya...
yg satu, roh (atta)
yg satu lagi, tanpa roh (anatta).
keduanya bertolak belakang
yang saya maksud itu adalah
anatta itu tidak adaa jiwa yang kekal, kalau Roh lain dengan jiwa, kalau jiwa termasuk unsur pancakahnda sedangkan Roh tidak termasuk
unsur PancaKhanda
Quoteoh... jadi kita dapat mendengar karena ada roh ya?
kalau ga ada sistem pendengaran (telinga), masih bisa mendengarkan gak yah?
mnurutku, Roh fungsinya fleksibel,sesuai apa yang dialami oleh tubuh.
kalau tidak ada telinga/tuli, ya tidak dapat mendengar. kecuali sudah melihat Roh itu, maka mungkin ada telinga ajaib, walau tuli.
Quotewah... ga tau...
belum punya pengalaman begini
boleh tau, dapat info darimana soal anak yg tidak makan & minum selama setahun tidak mati?
infonya ada diberita metro tv,
ia bersamadhi duduk dibawah pohon bodhi.
sehingga menjadi liputan berita.
dan dikunjungi oleh banyak orang, dan
mempersembahkan bunga2 kepadanya.
namun ia hnya diam.
Quotekalau belum merealisasikan nibbana, setelah wafat yah rebirth.
setelah rebirth usaha lagi buat merealisasikan nibbana
maksudnya kalau sudah dapat merealisasikan Nibbana, setelah wafat ada lagi tidak istilahnya
merealisasikan Nibbana, jadi menurutku Mencapai Nibbana/Penerangan sempurna, bukankan tidak salah??
Quotejadi Buddha setelah Parinibbana,
apa yang merasakan Nibbana kedamaian abadi itu??
apakah batin(Pancakanda dkurang rupaknda) yang merasa Kedamaian Abadi itu??
atau ada sesuatu yang lain?? mungkin Roh mnurut saya.
thank, u,
Namaste _/\_
OOT itu apa ya?
Cape deh..
OOT= Out of topic.. alias keluar dari topic...
Diskusi di lanjutkan saja, Mungkin judul topic yang perlu di rubah ... _/\_
Bro Jhonson, Mengenai anak yang bersamadhi selama 1 tahun itu diragukan kebenarannya ... Apa ada yang punya info keadaan anak itu sekarang ?
sekarang informasinya tidak ada lagi muncul diberita? coba ke redaksi metro tv, ada tentang berita itu.
seorang anak yang duduk bersamadhi dibawah pohon bodhi, selama hmpir setahun, dan tidak pernha makan minum, sehingga banyak orang yang mempersembahkan bunga2 kepadanya dan menganggapnya inkarnasi dari siva atau siapa itu??
beritanya sudah lama sih, sudah mau setengah tahun lebih?
kalau sekarang tidak tahu lagi keadaan anak itu? entah sudah berhenti bersmadhi atau masih melanjutkan smadhinya? belum muncul berita itu lagi?
Namaste_/\_
oh ya, diforum ini ada gak file sutra Avatamsaka , dan sutra SaddharmaPundarika, juga sutra Suramanga samadhi, Sutra Altar. (versi Indonesia) karena blum pernah membaca.
lalu kalau mau belajar Abhidhama lebih mendetail, disini ada gak?
thank u. Buddha memberkati.
Waktu itu ada beredar issue bahwa anak itu hanya mencari sensasi, Makanya sekarang tidak di liput lagi beritanya. Teman2 anak itu mencari uang dengan cara mengeksploitasi ttg kemampuan samadhi si anak ini, dan banyak turis2 dari negara luar memberikan dana dalam jumlah yang besar. Kalau ada yang punya informasi, bisa berbagi nanti di sini ...
Nah ini OOT : Mengenai Abhidhamma, Nanti akan di usahakan (* lirik2 Ce Lily ^-^ )... Di forum ada beberapa anggota yang pakar dalam abiddhamma ... Seperti Ko Gunasaro, Ko Markos, Ce Lily ... Jadi silahkan bertanya, Jika ada yang ingin di pelajari .. _/\_
:backtotopic:
oot lagi ;D
soal abhidhamma kan pernah ada threadnya cuman uda engak aktif lagi
Masih Aktif dunk :D ... Silahkan menjelajah board Abhidhamma (http://dhammacitta.org/forum/index.php/board,22.0.html)
:backtotopic:
Quote from: JHONSON on 26 April 2008, 10:32:49 PM
yang saya maksud itu adalah
anatta itu tidak adaa jiwa yang kekal, kalau Roh lain dengan jiwa, kalau jiwa termasuk unsur pancakahnda sedangkan Roh tidak termasuk
unsur PancaKhanda
samakan persepsi dulu yah. pancakhanda yg kamu maksud apa?
Quote
mnurutku, Roh fungsinya fleksibel,sesuai apa yang dialami oleh tubuh.
kalau tidak ada telinga/tuli, ya tidak dapat mendengar. kecuali sudah melihat Roh itu, maka mungkin ada telinga ajaib, walau tuli.
pertama, itu sudah bukti bahwa roh butuh telinga utk mendengar. dan hal itu membuktikan juga roh yg kamu maksud bergantung pada tubuh. kalau bergantung pada tubuh, pada saat tubuh mati, maka roh juga mati. CMIIW.
soal telinga ajaib, saya ga tau juga :))
Quote
maksudnya kalau sudah dapat merealisasikan Nibbana, setelah wafat ada lagi tidak istilahnya
merealisasikan Nibbana, jadi menurutku Mencapai Nibbana/Penerangan sempurna, bukankan tidak salah??
hanya masalah bahasa :)
Quotejadi Buddha setelah Parinibbana,
apa yang merasakan Nibbana kedamaian abadi itu??
apakah batin(Pancakanda dkurang rupaknda) yang merasa Kedamaian Abadi itu??
atau ada sesuatu yang lain?? mungkin Roh mnurut saya.
setelah parinibbana tidak ada lagi pancakhanddha.
apakah Buddha ada atau tidak setelah parinibbana. pertanyaan ini tidak dijawab Buddha.
hal ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
satu2nya cara untuk mengerti yah merealisasikan nibbana (melenyapkan LDM)
Quote from: tesla on 26 April 2008, 09:00:50 PM
Quote from: SandalJepit on 26 April 2008, 07:21:13 PM
jadi sebenarnya "reinkarnasi" itu terjadi lebih cepat daripada sekedar hidup dan mati aja ya?
tergantung definisi "reinkarnasi" dulu yah...
reinkarnasi dalam pemahaman umum, adalah perpindahan roh/atta/jiwa/inti suatu mahkluk pada saat kematian jasmaninya untuk menempati jasmani baru.
reinkarnasi demikian ditolak oleh Buddha.
dalam ajaran Buddha, tidak ada yg berpindah, semua itu hanyalah proses sebab-akibat.
kita sekarang ini adalah akibat dari akumulasi perbuatan kita di masa lalu.
istilah yg lebih tepatnya adalah rebirth, lahir-kembali, tumimbal-lahir.
memang benar, proses rebirth yg lebih halus daripada lahir & mati sebenarnya terjadi dg sangat cepat.
misalnya pada satu waktu, kita bisa saja adalah orang yg sangat murah hati, di saat lain kita adalah orang yg serakah. kalau teoritisnya menurut abhidhamma, kesadaran itu muncul dan hilang dalam kecepatan lebih dari 1trilyun kali per satu kedipan mata. sedangkan materi (termasuk tubuh) hilang dan muncul juga dg kecepatan 17x lebih lambat dari proses kesadaran.
iya saya paham kalau reinkarnasi diartikan sebagai perpindahan roh/atta/jiwa/inti suatu mahkluk pada saat kematian jasmaninya untuk menempati jasmani baru, berarti harus ada penjelasan lebih lanjut siapa yang membuat jasmani baru itu. saya kira konsep menempati jasmani baru itu kurang tepat, karena akan menghadirkan sosok Tuhan lagi...
saya kira lebih tepat apabila reinkarnasi itu adalah perubahan yang terus menerus, seperti konsep "tiada aku yang tetap". jasmani baru itu adalah bentukan dari karma kita sendiri. seperti juga proses pertumbuhan, dan penuaan seseorang.
yang saya tangkap dari topik ini adalah: perubahan itu terjadi jauh lebih cepat daripada yang kita bayangkan.
saya kira ini sangat relevan bila ditarik hubungan antara kondisi jasmani dengan kondisi pikiran, misalnya orang yang hatinya sedih, tiba-tiba saja kelihatan lebih tua beberapa tahun . dan orang yang gembira, tiba-tiba saja kelihatan lebih muda beberapa tahun.
Quote
Quote
dalam artian, seseorang dipengaruhi oleh "kamma" tidak memahami tubuhnya ini bukanlah benda padat , tapi merupakan "bayangan semu" saja . tiap saat "bayangan semu" ini berubah-ubah, sesuai dengan kamma nya, nanti kalau saat meninggal, sebenarnya yang terjadi bukan reinkarnasi ya? melainkan "bayangan semu" yang berubah menjadi bentuk lain, sesuai kamma?
sesuai kamma dan kondisi2 nya juga :)
kalau ada kamma tetapi belum ada kondisi mendukung, kamma tersebut tidak berbuah sampai ada kondisi yg pas nanti.
hm.. kamma di dalam tubuh, dan kamma di luar tubuh saling mempengaruhi satu sama lain.
Quote from: tesla on 26 April 2008, 09:35:41 PM
Quote from: JHONSON on 26 April 2008, 08:23:59 PM
Cuma sekedar bagaimana cara kita "memandang" hal ini.
Sementara aku lebih menerima adanya roh,tetapi tidak menolak paham anatta. Yaitu ada 3 unsur: jasmani, jiwa dan roh(dari Brhamn).
mana bisa kedua2nya... ^-^
yg satu, roh (atta)
yg satu lagi, tanpa roh (anatta).
keduanya bertolak belakang :)
Quote
Setahu gw, dalam tidur mana ada kesadaran??
Coba ada tidak "aku" ingin begini ?? "aku" ingin begitu
Sudah kosong, sudah "tiada" aku ini. Ketika tidur! Kecuali ada mimpi.
Kalau ada alarm berbunyi sehingga bisa terbangun dan tersadar dari tidur mah mungkin karena ada "roh" yang masih berada didalam jiwa dan jasmnani.
oh... jadi kita dapat mendengar karena ada roh ya?
kalau ga ada sistem pendengaran (telinga), masih bisa mendengarkan gak yah?
Menurut Jhonson....Apa penyebab mimpi itu?
Quote
Quote
ya, mungkin gak bisa sih?? Karena sang Roh msih melekat didalam tubuh, sedangkan tubuh memerlukan makanan dan minuman. Tetapi Roh sama sekali tidak memerlukan makanan dan minuman. Nah Roh inilah yang punya fungsi untuk mengalirkan darah dari ujung kepala sampai ujung kaki, begitu juga jantung kita selalu berdetak-detak tanpa henti sepanjang hari, bulan, tahun, sampai seumur hidup, begitu pula dengan rambut, bulu, kuku yang selalu tumbuh, karena ada Roh yang melekat pada tubuh.
Seandainya didalam tubuh tdak ada yang ditempati Roh, maka tubuh adalah mayat.
Tetapi ssaya ingat lho, ada seorang guru yang bertapa didalam goa selama bertahun-tahun, tanpa makan dan minum, mungkin andalin Roh dari Brhma kali ya?
Begitu juga ada seorang anak yang bersamadhi dekat India sana, selama hampir 1 tahun lho, tanpa makan dan minum, kerjanya duduk seharian semalamam sampai mau setahun, tapi tidak mati lho, kenapa ya? Andalin Roh dari Brhama kali ya??
wah... ga tau...
belum punya pengalaman begini :)
boleh tau, dapat info darimana soal anak yg tidak makan & minum selama setahun tidak mati?
Quote
Mencapai Penerangan Sempurna??
Merealisasi Nibbana?? Kalau sudah wafat, gimana bisa merealisasi Nibbana??
kalau belum merealisasikan nibbana, setelah wafat yah rebirth.
setelah rebirth usaha lagi buat merealisasikan nibbana :)
QuoteBatin itu apa?
yg tadi kamu sebut pancakhandha dikurangi rupa khandha
Quote
Batin yang mana yang tidak berkondisi??
yg tak berkondisi adalah nibbana
Quote
Suatu keadaan dimana batin kita tdak terkondisi? Batin yang mana yang tidak berkondisi??
bathin yg bebas dari lobha, dosa & moha
Quote
Nibbana termasuk Anatta??
semua fenomena adalah tanpa inti (anatta), baik samsara ataupun nibbana
Di lihat dari salah satu Tilakhana (3 sifat universal) yaitu ...
Sabbe Dhamma Anatta...
Sabbe = semua
Dhamma = Sankhata (segala sesuatu perpaduan/kondisi) & Asankhata (keadaan tanpa syarat/tidak berkondisi)
Anatta = tanpa kepemilikan
Jadi...Nibbana termasuk Anatta....yaitu Asankhata Dhamma karena Nibbana tidak bisa di miliki dan hanya bisa di alami.
Empat minggu setelah Sang Buddha memperoleh kesadaran Agung, ketika duduk di bawah pohon yang rindang, Beliau berpikir sbb : "Aku telah menyelami kesunyataan yang dalam sekali, sulit untuk dilihat, sulit untuk dimengerti....yang hanya dapat di selami oleh para bijaksana...
Orang yang masih dipengaruhi oleh hawa nafsu dan diselubungi kegelapan batin tidak mungkin melihat Kesunyataan ini yg bertentangan sekali dengan pendapat orang banyak. Kesunyataan itu luhur sekali, dalam, halus dan sulit untuk dimengerti".
Bro Tesla :
Persamaan Samsara dan Nibbana yaitu sama-sama termasuk Sabbe Dhamma Anatta. _/\_ :lotus:
Bro Jhonson...
Mari kita renungkan kutipan sutta di bawah ini.... ^:)^ ^:)^ ^:)^
Dalam Alagaddupama Sutta, Majjhima Nikaya 22, sewaktu berkotbah didepan para muridnya, Sang Buddha bersabda sbb : "O Bhikkhu, terimalah satu 'Teori tentang Roh kekal abadi' (Attavada), apabila dengan menerimanya tidak akan timbul kekecewaan, ratap tanggis, penderitaan, penderitaan, kesedihan dan kemalangan. tetapi, O Bhikkhu, apakah kamu melihat ada satu 'teori tentang roh yang kekal abadi' yang demikian itu, dimana dengan menerimanya tidak lagi akan timbul kekecewaan, ratap-tangis, penderitaan, kesedihan dan kemalangan?'
"Tentu saja tidak, Bhante."
"Bagus, O Bhikkhu, Aku sendiripun tidak melihat adanya satu 'teori tentang roh yang kekal abadi', yang apabila diterima, tidak akan menimbulkan kekecewaan, ratap-tangis, penderitaan, kesedihan dan kemalangan."
_/\_ :lotus:
Quote from: SandalJepit on 28 April 2008, 11:42:37 PM
saya kira lebih tepat apabila reinkarnasi itu adalah perubahan yang terus menerus, seperti konsep "tiada aku yang tetap". jasmani baru itu adalah bentukan dari karma kita sendiri. seperti juga proses pertumbuhan, dan penuaan seseorang.
kelihatannya seperti perubahan, tetapi sebenarnya bukanlah perubahan. sesuatu yg timbul & lenyap dalam kecepatan yg sangat tinggi.
seperti cara kerja monitor.
lihat gambar lotus ini = :lotus:
kelihatannya lotus ini mengalami perubahan (gerak),
padahal tidak ada lotus yg mengalami perubahan di sana.
yg ada adalah pixel2 monitor yg muncul dan lenyap dg kecepatan 50 atau 60 x perdetik :P
Quote
hm.. kamma di dalam tubuh, dan kamma di luar tubuh saling mempengaruhi satu sama lain.
maksudnya kamma di dalam tubuh & kamma di luar tubuh?
Quote from: Lily W on 29 April 2008, 10:33:53 AM
Menurut Jhonson....Apa penyebab mimpi itu?
Petikan dari Milinda Panha-Pertanyaan ttg mimpi Raja Milinda kepada Bhikkhu Nagasena:
Raja Milinda : " Apakah sesuatu yg disebut mimpi itu dan siapakah yg bermimpi?"
Bhikkhu Nagasena : "Mimpi adalah tanda yg datang melintasi jalur pikiran. Dan ada enam jenis org yg bermimpi, yaitu org yg dipengaruhi:
1. Oleh angin,
2. Oleh empedu,
3. Oleh lendir,
4. Oleh dewa,
5. Oleh kebiasaanya sendiri,
6. Oleh firasat.
Hanya yg terakhir inilah yg benar, sedang yg lain semuanya tidak benar.
Raja Milinda : " Ketika orang bermimpi, apakah dia sedang terjaga atau tidur?"
Bhikkhu Nagasena : " Tidak kedua-duanya. Dia bermimpi ketika sedang 'tidur2 ayam', yaitu keadaan antara tidur dan sadar."
_/\_
Sesuai topik diatas.
Seluruh semesta ini adalah energi, energi ini "ada" dengan mengikuti hukum sebab akibat yg bersifat anicca/muncul dan lenyap. Jadi kata "ada" bukan berarti dia eksis dalam keadaan sama tetapi berbeda, oleh karena adanya kondisi sebab akibat tadi.
Untuk mengetahui anatta yg paling jelas adalah jika kita telah melihat langsung proses batin itu sendiri. Jika belum maka dapat di gunakan perumpamaan, tetapi perumpamaan itu sendiri hanyalah sejelas dalam pikiran kita saja atau logika.
Perumpamaan yg sering dipakai adalah lilin,sumbu dan api (ada didalam milinda panha) yaitu api pada lilin karena ada kondisi yaitu lilin, sumbu dan panas pemicu.
nah api inilah yg sering disebut dengan atta/diri/jiwa/roh yg mana nyalanya api ini banyak orang berpikir adalah api yg sama ketika menyala, kenyataanya adalah tidak. Sama dengan cahaya lampu yg menyala,yg mana kita berpikir cahaya yg sama ketika menyala, padahal tidaklah demikian. Cahaya yg ada adalah kondisi arus listrik yg begitu cepat dan menimbulkan cahaya, arus lisrik dan cahaya sesungguhnya tidak selalu ada, tetapi kita tertipu oleh apa yg kita lihat dan pikirkan, demikian mengenai api lilin tersebut.
Untuk memahami anatta juga sangat erat kaitannya dengan anicca. Jika seseorang telah melihat dan memahami anicca di batin maka hal yg berikutnya adalah terlihatnya dan memahami anatta ini.
Jadi atta ini adalah ilusi yg paling besar, yg mana secara logika pun sulit ditembus. Mungkin mereka yg pernah mempelajari tentang hinduisme tentang jiwa /roh kekal lebih gampang menyadari anatta secara teoritis lebih dulu, karena sesuai dengan kondisi saat Buddha mematahkan pandangan mereka yg mayoritas hindu atau braminisme.Tetapi bukan mustahil yg tidak mempelajari hinduisme dapat mengerti lebih cepat. Pernyataan ini berdasarkan pengalaman saya pertama kali ketika menyadari anatta.
Kebingungan mengenai anatta ini sebaiknya dibuktikan melalui vipasanna, dengan demikian kita tahu ilusi yg sering membodohi kita ini. Dengan melihat kenyataan ini, maka pandangan atta akan luluh lantah. Tetapi untuk menembus kenyataan tertinggi tentang anatta, seperti kelopak teratai yg harus dibuka satu persatu, nah tepat saat setelah kelopak terakhir itulah nibbana. _/\_
QuoteBhikkhu Nagasena : " Tidak kedua-duanya. Dia bermimpi ketika sedang 'tidur2 ayam', yaitu keadaan antara tidur dan sadar."
bearti orang yg byk mimpi itu kurang tidur ya haa...
Kebanyakan ngimpi, memang cape lho. Pernahkah kita ngimpi dikejar anjing atau hantu, setelah bangun cape :))
sama gw juga dulunya pernah mmpi seperti tenggelam di
laut, rasanya sesak nafas, untung keburu bangun,
pas bangun, rupanya gw tidurnya tlungkup,
hidung gw tertutup bantal tidur,
wah benar2 sesak nafas.
Quote"O Bhikkhu, terimalah satu 'Teori tentang Roh kekal abadi' (Attavada), apabila dengan menerimanya tidak akan timbul kekecewaan, ratap tanggis, penderitaan, penderitaan, kesedihan dan kemalangan
ya, Bhante yang mulia, saya akan menerima teori
tentang adanya Roh yang kekal abadi.
itulah Roh percikan dari Brhaman.
ya, Bhante saya menerimanya.
Quotetetapi, O Bhikkhu, apakah kamu melihat ada satu 'teori tentang roh yang kekal abadi' yang demikian itu, dimana dengan menerimanya tidak lagi akan timbul kekecewaan, ratap-tangis, penderitaan, kesedihan dan kemalangan?'
tentu saja tidak Bhante yang Mulia,
bila aku hanya menerima teori tentang adanya
Roh dari Brhaman itu,
itu tidaklah cukup untuk menghilangkan
pendritaan, kekecewaan, dan kesedihan
serta kemalanganku"
bila hanya dengan menerima teori itu tidaklah
cukup, tetapi haruslah mencari jalan untuk
mengenal Roh Brhaman yang ada didalam
diriku sendiri.
yaitu dengan cara mempelajari DharmaMu
yang Agung, serta mempraktekkan DharmaMu
ya Bhante.
maaf ye , sebenarnya ini sudah dari kemarin, tetapi saya mau ngepost ragu juga sih, karena sya percaya adanya Sumber dari Semua Roh Hidup yaitu Tuhan, gak apa ya?
Kalau gak boleh bilang kata-kata Tuhan , nanti saya hapus...
Quotesamakan persepsi dulu yah. pancakhanda yg kamu maksud apa?
Pancakhanda yang saya maksud adalah Rupa dan Nama, yaitu ada kesadaran, Pikiran, Perasaan dan Pencerapan, ditambah Jasmani(unsur api, tanah, udara, dan air). Ditambah lagi satu yaitu adanya suatu "Roh" "unsur kehidupan" semua makhluk.
dan Roh bukan unsur Rupa dan Nama.
Quotepertama, itu sudah bukti bahwa roh butuh telinga utk mendengar. dan hal itu membuktikan juga roh yg kamu maksud bergantung pada tubuh. kalau bergantung pada tubuh, pada saat tubuh mati, maka roh juga mati. CMIIW.
soal telinga ajaib, saya ga tau juga
Yap, roh masih terikat oleh tubuh jasmani dan jiwa. Dan selama masih terikat pada tubuh, tubh kita bisa merasakan efeknya bila salah satu indera kita rusak, misalnya telinga kalau tuli kita tidak akan bisa mendengar. Kalau tidak tuli kita bisa mndengar. Kalau buta kita tidak bisa melihat, tetapi kalau tidak buta kita bisa melihat.
Jadi selama roh masih terikat dijasmani, jasmani lah yang merasakan buta dan tuli/ sakit / sehat/ mati. Tetapi roh tidak akan sakit dan tidak akan matii/tidak akan musnah.
Wah jadi kayak energi saja 'roh' ini.
Mungkin ya, Roh bagaikan Listrik yang selalu menyala. Lalu Jasmani bagaikan Hardware komputer. Dan 4 khanda bagaikan software komputer.
Bila slah satu hardware kkomputer yg tidak bagus/rusak Acnya(Jantung rusak/stroke), maka komputerlah yang akan padam. Dan rusak(tubuh mati). Tetapi Listrik (penyambung) tetap ada diluar(Roh unsur kehidupan tetap menyala)
Demikian pula, bila salah satu softwarenya rusak(kena virus)=(pikiran kacau/gila), tetapi hardwarenya tetap nyala, dan listrik tetap ada(jasmani masih hidup, dan Roh pun tetap ada).
Dan bila hardware rusak parah, maka software pun ikut tak bisa berfungsi.
Berarti tubuh memegang peranan yang sangat penting.
Tetapi bila listrik tidak ada, jangan harap hardware dan software bisa nyala dan berfungsi.
Dan listrik memegang peranan yang sangat penting.
Artinya bila tubuh rusak parah, maka 4 khanda pun tidak bisa brfungsi.(pikiran bisa lenyap, kesadaran bisa hilang, perasaan bisa kosong, dan pencerapan bisa hilang).
Berarti tubuh memegang peran yang penting.
Tetapi bila Roh kehidupan tidak ada, jangan harap tubuh dan 4 khanda bisa nyala dan hidup.
Dan roh juga pnya peranan penting.
Dengan adanya listrik misalnya, karena hardware lama sudah rusak. Lalu hardware lama misalnya dibuang, lalu diganti dengan komputer(hardware sekaligus sofware yang baru). Dengan listrik yang sama pada tempatnya, lalu dicolokkan ke kmpter baru itu maka komputer dan laptop baru akan berfungsi dengan baik. Istilahnya Re-Birth. / Punarbhava./kelahiran kembali.
Roh 'unsur kehidupan' yang ada pada tubuh dan jiwa manusia itu Roh nya sama dengan Roh 'unsur kehidupan' yang terdapat pada tumbuhan. Hnya tumbuhan tidak dikaruniai oleh 4 khanda. Tumbuhan memiliki unsur air, tanah, udara, dan panas, tetapi tidak memiliki 4 khanda(perasaan, pikiran, kesadaran, atau pencerapan) seperti yang dimliki oleh manusia. Tetapi tumbuhan selalu membesar dan bertambh tinggi oleh karena adanya sang Roh 'unsur kehidupan' dan didkung oleh tanah yang subur, adanya air yang cukup dan cahya matahari yang baik. Bila tidak ada unsur Roh itu maka tanaman tidak akan bertambah tinggi dan besar dan berbunga dan berbuah. Tumbuhan dikategorikan sebagai makhluk hidup tetapi tidak termasuk dalam 31 alam kehidupan. Tumbuhan adalah makhluk hidup karena memiliki roh kehidupan. Ttetapi tidak ada 4 khanda. Seperti bunga rafles, ia mengeluarkan bau busuk dan tidak sedap. Tetapi dikodratkan(mengikuti hukumnya) bila ada serangga yang bermain2 sekitar situ maka akan ditelan bunga itu. Padahal dia sama sekali tidak memiliki kesadaran atau pikiran, dan tidak termasuk mkhluk hidup 31 alam khdipan.
Demikian pula dengan daun putri malu, bila kita menyentuhnya maka daun-daunnya akan
Tertutup rapat, tampak seolah2 malu, ia mengikuti kodrat atau hukumnya sebagai daun itu, Siapakah dibalik pembuat hukum / kodrat alam itu? Tuhan.
Demikian pula roh yang ada pada binatang, secara jasmaniah binatang berbeda, demikian pula 4 khanda yang ada pada binatang, 4 khanda binatang jauh lebih lemah dari pada yang dimiliki manusia. Kesadaran binatang kemungkinan 30% dibanding manusia, pikirannya 20%, ingatannya 20%, perasaannya 20%. Tetapi bila hwannya makin kecil maka kesadarannya lebih kecil lagi, seperti nyamuk, lalat, kesadarannya kemungkinan tinggal 0,1%, pikiran 0,1%, ingatan 0,1%, perasaan 0,1%, jadi sama sekali tidak ada pikiran apa-apa, tetapi ia bekerja sesuai hukum kodratnya yang diatur oleh Tuhan. Kodratnya seekor lalat yang mana akan datang menghinggapi seekor bangkai dan tempat yang busuk. Si lalat tidak akan mendatangi tempat yang punya aroma wangi-wangian.
Lalu binatang yang lebih kecil, amuba, plankton, bakteri, hwan bersel satu, sama sekali tidak ada 4 khanda(pikiran, kesadaran, pencerapan, ingatan), yang ada hnya tubuh kecil, dan adanya suatu Roh kehidpan. Dan berfungsi sesuai kodratnya, contoh plankton bermanfaat bagi semua kehidupan dilautan, dan bakteri bermanfaat mengurai benda-benda, seperti kotoran manusia disepti tank, bila tidak ada bakteri, maka akan terjadi penumpukan, karena ada bakteri maka kotoran diuraikan, demikan pula fungsi bakteri yang lain. Dan itu semua semacam ada kodrat dari Yang Maha Esa. Demikian pula halnya seekor belerang, walau dia tidak punya akal dan pikiran, ia bekerja sesuai kodaratnya, ia mengumpulkan kayu-kayu dihutan lalu dibawa kesungai-sungai yang jernih, lalu kayu-kayu itu dikumpulkan ditengah bebatuan sungai, sehingga makin lama makin banyak kayunya sehingga terbentuk sebuah bendungan. Dimana air sungai bendungan mengalir kebawah sungai dengan tratur. Itulah kodarat hidup yang diatur oleh Tuhan.
Quotesetelah parinibbana tidak ada lagi pancakhanddha.
apakah Buddha ada atau tidak setelah parinibbana. pertanyaan ini tidak dijawab Buddha.
hal ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Ah, yang benar tesla, sang Buddha tidak menjelaskan lagi ya, ada atau tidak ada pancaKhanda. Kalau begitu begini deh pandangan gw yah?
nah kemugkinan seperti inilah yang kumaksud, setelha Parinibbana tidak ada lagi unsur PancaKhanda, (tidak ada unsur pikiran, kesadaran, perasaan, dan ingatan) dan jasmani. Jadi apakah yang merasakan Nibbana yang Damai Abadi itu, apakah pikiran yang mnjadi Buddha?
Apakah kesadaran yang mjadi Buddha diNirvana?
Apakah perasaan yang mnjadi Buddha diNirvana?
Apakah ingatan yang menjadi Buddha diNirvana?
Kalau sang Buddha tidak menjawab, ya kemungkinan setelah Parinibbana tidak ada lagi pancakhanda. Yang ada hanya kembali ke Sumber semua Cahaya dan Roh kehidupan, yaitu Tuhan YME. Kembali bersatu ke tubuh Tuhan Yng Maha Besar.(sebesar semesta alam bahkan membungkus seluruh alam semesta). Yang berada dimanapun dari sekecil zat yang paling kecil / inti atom sampai seluas semesta raya, kehadiran Tuhan ada saat ini, dan ada dimanapun.
Dan Tuhan M Esa sendiri itu adalah tidak dapat dijelaskan, tidak dapat terbayangkan oleh akal dan Pikiran. Sehingga ada ayat "Damai Sejahtera Tuhan melampaui akal dan pikiran".
Dan sang Buddha bersatu ke Tubuh Tuhan yang Damai Sejahteranya melampaui akal dan pikiran" yaitu suatu "Kebahagiaan Tertinggi" dan "Kedamaian Abadi".
Quotesatu2nya cara untuk mengerti yah merealisasikan nibbana (melenyapkan LDM).
Saya rasa merealisasikan Nibbana tidak hanya cukup dengan lenyapkan LDM,
Lobha, dosa, dan moha, karena menurut saya mah keknya ada juga orang yang tmpaknya tidak memiliki LDM, misalnya seorang idiot, dalam hatinya tidak ada dosa, dan lobha, hnya satu yang kurang yaitu moha. Ya dalam hal ini dia tidak mampu merealisasikan nibbana. Ok lah kalau begitu.
Lalu saya lihat seorang penyandang cacat lumpuh, dalam hatinya sudah pasrah total, mau ngapa kek dah terserah, sehingga tidak ada kemungkinan dosa(kebencian)yang muncul dalam hatinya pada orang lain. Karena dia sama sekali tidak berani membenci orang lain, karena dia sudah cacat. Mana lagi berani membenci. Lalu bila disinggung lobha kepadanya, dia sudah tidak punya nafsu lagi untuk serakah, karena dia sudah tahu apa lagi yang msti dikejar, karena dia mah sudah cacat, bicara mengenai moha, ini mungkin yang paling pnting, tahu mana yang baik dn buruk. Karena dia sudah cacat, mah dia sudah tahu kalau mencuri itu akan dihakimi, dan dipukuli, dan kalau dia beribadah dia sudah tahu dia berbuat baik dan dia bersedekah semampunya kepada orang yang lebih miskin. Jadi istilahnya kemugkinan dia sudah bisa membedakan baik dan buruk.
Jadi dia sudah merealisasikan Nibbana dengan melenyapkan LDM. Tetapi apakah sgitu saja merealisasikan LDM?? Menrut saya tidak cukup sampai disitu saja, melainkan berputar arah untuk lbih maju, jadi mnurut saya bila ingin merealisasikan Nibbana , mka selangkah lebih baik adalah
1. upaya untuk memancarkan Metta Karuna (lawan dari Dosa)terus menerus didalam batinnya kepada orang2 terdekat, lalu orang2 yang tidak dikenal, lalu kepada orang2 yang tampak membenci/memusuhi kita dan selanjutnya sampai kepada makhluk yang merayap dibumi, dilautan dan di udara, bahkan melebihi itu.
2. upaya yang dilakukan untuk senantiasa berkorban materi dan non materi (amal dana=ada 4 macam??) demi orang2 terdekat lalu orang2 yang tidak dikenal, lalu kepada orang2 yang memusuhi kita dan selanjutnya sampai kepada makhluk yang merayap dibumi, dilautan dan di udara, bahkan melebihi itu, sehingga bila demikian sifat kikir akan dihilangkan, yang mana bersifat lawan dari lobha.
3. upaya pengembngan batin melalui samadhi dan pengembangan Prajna (yaitu memiliki pengertian dan pikirn yang benar) yaitu lawan dari Moha.
Kalau pengertian benar dan pikrian benar, saya masih belum mengetahui apa ciri-ciri Prajna itu, mohon yang lain yang tahu menjelaskan apa ciri2 Prajna.
Mnurutku lebih tepat untuk merealisasikan Nibbana seprti itu loh, tidak hanya sebatas melenyapkan LDM. (menurutku??)
QuoteEmpat minggu setelah Sang Buddha memperoleh kesadaran Agung, ketika duduk di bawah pohon yang rindang, Beliau berpikir sbb : "Aku telah menyelami kesunyataan yang dalam sekali, sulit untuk dilihat, sulit untuk dimengerti....yang hanya dapat di selami oleh para bijaksana...
Orang yang masih dipengaruhi oleh hawa nafsu dan diselubungi kegelapan batin tidak mungkin melihat Kesunyataan ini yg bertentangan sekali dengan pendapat orang banyak. Kesunyataan itu luhur sekali, dalam, halus dan sulit untuk dimengerti".
ya, mnurutku sang Buddha telah melihat Tuhan didalam diriNya, sehingga Kebahagiaan melihat Tuhan didalam diri itu adalah tidak dapat dimengerti oleh siapapun kecuali oleh para Bijaksana.
QuoteO Bhikkhu, terimalah satu 'Teori tentang Roh kekal abadi' (Attavada)??
Terima kasih Bhante Yang Mulia, saya menerima teori ini, tentang Atma Roh dari Hyangwidi.
Quotetetapi, O Bhikkhu, apakah kamu melihat ada satu 'teori tentang roh yang kekal abadi' yang demikian itu, dimana dengan menerimanya tidak lagi akan timbul kekecewaan, ratap-tangis, penderitaan, kesedihan dan kemalangan?'
Ya, Bhante Yang Mulia, bila saya hanya dengan menerima saja adanya teori itu saja tidaklah cukup untuk dapat melenyapkan segala ratap tangis, pnderitaan, ksedihan dan kemalangan.
QuoteMenurut Jhonson....Apa penyebab mimpi itu?
mnurut saya apa yang tlah disampaikan oleh Bhikku Nagasena adalah suatu kebenaran mengenai terjadinya mimpi.
Kalau menurut saya, tambah lagi sedikit, mimpi dapat terjadi ketika saat seseorang hendak berangkat tidur, tetapi pikirannya tidak terlalu tenang, atau ada sesuatu hal yang dipikirkannya. Dan saat sudah mulai memasuki lenyapnya kesadaran, pikiran, dan perasaan , dalam waktu yang tidak ditentukan, akan muncul mimpi-mimpi. Mimpi2 tersebut bisa muncul karena saat mau tidur, dia banyak berpikir2 sehingga menyebabkan terjadinya mimpi.
Dan kadar mimpi sendiri, ada kuat, sedang dan lemah.
Apabila kadar mimpinya sangat kuat, kita akan mengingatnya walau sudah beraktifitas.
Kadar sedang, kita mengingatnya namun terpecah-pecah jalan ceritanya.
Kadar lemah, kita jadi lupa sama apa yang kita mimpikan.
Dan dalam mimpi, waktu menjadi relatif.
Misalnya kita bermimpi seolah2 jalan ceritanya sangat panjang seperti berjam2, padahal kita tertidur Cuma 10 menit.
Lalu kita tertidur selama delapan jam, tapi cerita mimpinya sangat sedikit atau rasanya Cuma 5 mnit.
Tapi mimpi 5 menit itu bisa jadi adalah 8 jam waktu normal kita.
Kemungkinan ya dalam mimpi waktu jadi relatif.
Oh ya, sebenarnya bila kita tidur tanpa mimpi apapun, kemungkinan kita berada didalam Jhana IV, yaitu di Alam Brhama Tanpa Pikiran(Asannisatta).
Jadi tidak perlu susah2 deh, dengan tidur saja kita sudah mencapai Alam Brhama Tanpa Pikiran. (Asannasatta).
Sehingga para Anagami enggan untuk terlahir dialam Asannisatta ini, karena membuang-buang waktu. Dan bila terlahir ke alam ini, kemungkinan seperti Tidur yang panjang yaitu mencapai usia 500 Maha Kalpa.
Dan apabila sudah berusia 500 Maha Kalpa, maka Ia meninggal dari Alam ini, karena telah muncul pikiran.
Tampaknya kebalikan dari dunia manusia ya, saat kita meninggal, pikiran malah lenyap. Sebaliknya bila muncul yang namanya pikiran, maka ia dinyatakan meninggal dialam Asanisaata, terbalik dengan dunia ini. (CMIIW)
Maaf ya kepanjangan, sory ya bila anda semua puyeng membacanya.
Karena mungkin bolak balik tidak tersusun, kalau anda jadi pusing.
Sory. cmiiw
jonson postingan loe bikin banyak bener
bikin banyak bener? maksudnya apa ya?
postingan loe banyak... males bacanya
oh begitu.. gak apa deh..
terlalu banyak, buat pajangan saja, he he he
Quote from: JHONSON on 06 May 2008, 06:17:06 PM
Quotepertama, itu sudah bukti bahwa roh butuh telinga utk mendengar. dan hal itu membuktikan juga roh yg kamu maksud bergantung pada tubuh. kalau bergantung pada tubuh, pada saat tubuh mati, maka roh juga mati. CMIIW.
soal telinga ajaib, saya ga tau juga
Yap, roh masih terikat oleh tubuh jasmani dan jiwa. Dan selama masih terikat pada tubuh, tubh kita bisa merasakan efeknya bila salah satu indera kita rusak, misalnya telinga kalau tuli kita tidak akan bisa mendengar. Kalau tidak tuli kita bisa mndengar. Kalau buta kita tidak bisa melihat, tetapi kalau tidak buta kita bisa melihat.
Jadi selama roh masih terikat dijasmani, jasmani lah yang merasakan buta dan tuli/ sakit / sehat/ mati. Tetapi roh tidak akan sakit dan tidak akan matii/tidak akan musnah.
oh... jadi setelah kematian, roh dapat hidup tanpa nutrisi?
perlu telinga fisik untuk mendengar, tetapi tidak butuh nutrisi utk bertahan hidup...
jgn2 kamu jg berpikir setelah kematian, roh akan mengeluarkan 'kaki ajaib' nya utk berpindah tempat...
atau punya kemampuan ajaib utk terbang... ^-^
Quote
Wah jadi kayak energi saja 'roh' ini.
energi sendiri pada dasarnya adalah
tidak ada...
ini penjelasan ilmiahnya kalau kamu tertarik...
teori atom einstein, e = mc2 ---> membuktikan bahwa energi berbanding lurus dengan massa
hukum 'massa sesudah dan sebelum reaksi adalah
sama', artinya setelah energi dihasilkan ternyata massa tidak berkurang lho...
lebih lanjut lagi setelah reaksi, energi tsb tidak dapat dirasakan lagi :) energi listrik, kinetik, atau apapun hanya dirasakan manfaatnya pada
saat ini, tidak sebelumnya, tidak sesudahnya.
simplenya ketika kita mematikan switch lampu, lampu seketika juga akan mati, karena energi listrik saat itu berhenti :)
jadi energi itu sebenarnya hanyalah pengkondisian dari massaQuote
Mungkin ya, Roh bagaikan Listrik yang selalu menyala. Lalu Jasmani bagaikan Hardware komputer. Dan 4 khanda bagaikan software komputer.
Bila slah satu hardware kkomputer yg tidak bagus/rusak Acnya(Jantung rusak/stroke), maka komputerlah yang akan padam. Dan rusak(tubuh mati). Tetapi Listrik (penyambung) tetap ada diluar(Roh unsur kehidupan tetap menyala)
Demikian pula, bila salah satu softwarenya rusak(kena virus)=(pikiran kacau/gila), tetapi hardwarenya tetap nyala, dan listrik tetap ada(jasmani masih hidup, dan Roh pun tetap ada).
Dan bila hardware rusak parah, maka software pun ikut tak bisa berfungsi.
jam dinding saya mendapatkan energi dari battery :)
kebetulan battery nya perlu 3 biji
kalau saya ambil 2 biji ke mobil tamiya, trus pasang 2 biji yg baru... sebenarnya intinya yg mana yah??
Quote
Berarti tubuh memegang peranan yang sangat penting.
Tetapi bila listrik tidak ada, jangan harap hardware dan software bisa nyala dan berfungsi.
Dan listrik memegang peranan yang sangat penting.
yah, dalam Buddhisme (versi Gotama), tubuh fisik kasar (bukan yg dibentuk melalui abhinna yah) ini membutuhkan ahara. ahara = nutrisi.
Quote
Artinya bila tubuh rusak parah, maka 4 khanda pun tidak bisa brfungsi.(pikiran bisa lenyap, kesadaran bisa hilang, perasaan bisa kosong, dan pencerapan bisa hilang).
Berarti tubuh memegang peran yang penting.
Tetapi bila Roh kehidupan tidak ada, jangan harap tubuh dan 4 khanda bisa nyala dan hidup.
Dan roh juga pnya peranan penting.
Dengan adanya listrik misalnya, karena hardware lama sudah rusak. Lalu hardware lama misalnya dibuang, lalu diganti dengan komputer(hardware sekaligus sofware yang baru). Dengan listrik yang sama pada tempatnya, lalu dicolokkan ke kmpter baru itu maka komputer dan laptop baru akan berfungsi dengan baik. Istilahnya Re-Birth. / Punarbhava./kelahiran kembali.
kasus jam dinding & mobil tamiya itu rebirthnya gimana tuh? ^-^
Quote
Roh 'unsur kehidupan' yang ada pada tubuh dan jiwa manusia itu Roh nya sama dengan Roh 'unsur kehidupan' yang terdapat pada tumbuhan. Hnya tumbuhan tidak dikaruniai oleh 4 khanda. Tumbuhan memiliki unsur air, tanah, udara, dan panas, tetapi tidak memiliki 4 khanda(perasaan, pikiran, kesadaran, atau pencerapan) seperti yang dimliki oleh manusia. Tetapi tumbuhan selalu membesar dan bertambh tinggi oleh karena adanya sang Roh 'unsur kehidupan' dan didkung oleh tanah yang subur, adanya air yang cukup dan cahya matahari yang baik. Bila tidak ada unsur Roh itu maka tanaman tidak akan bertambah tinggi dan besar dan berbunga dan berbuah. Tumbuhan dikategorikan sebagai makhluk hidup tetapi tidak termasuk dalam 31 alam kehidupan. Tumbuhan adalah makhluk hidup karena memiliki roh kehidupan. Ttetapi tidak ada 4 khanda. Seperti bunga rafles, ia mengeluarkan bau busuk dan tidak sedap. Tetapi dikodratkan(mengikuti hukumnya) bila ada serangga yang bermain2 sekitar situ maka akan ditelan bunga itu. Padahal dia sama sekali tidak memiliki kesadaran atau pikiran, dan tidak termasuk mkhluk hidup 31 alam khdipan.
awan di langit juga dari kecil jadi besar. apakah termasuk juga? ^-^
Quote
Demikian pula dengan daun putri malu, bila kita menyentuhnya maka daun-daunnya akan
Tertutup rapat, tampak seolah2 malu, ia mengikuti kodrat atau hukumnya sebagai daun itu, Siapakah dibalik pembuat hukum / kodrat alam itu? Tuhan.
pemikiran klasik bahwa dalam setiap fenomena ada pelaku dibalik itu...
apakah kamu berpikir ada pasukan Tuhan yg sedang mutar roda supaya bumi ber-rotasi? ^-^
Quote
... Itulah kodarat hidup yang diatur oleh Tuhan.
pemanasan global... itulah kodarat hidup yg diatur oleh Tuhan ^-^
Quote
nah kemugkinan seperti inilah yang kumaksud, setelha Parinibbana tidak ada lagi unsur PancaKhanda, (tidak ada unsur pikiran, kesadaran, perasaan, dan ingatan) dan jasmani. Jadi apakah yang merasakan Nibbana yang Damai Abadi itu, apakah pikiran yang mnjadi Buddha?
Apakah kesadaran yang mjadi Buddha diNirvana?
Apakah perasaan yang mnjadi Buddha diNirvana?
Apakah ingatan yang menjadi Buddha diNirvana?
Kalau sang Buddha tidak menjawab, ya kemungkinan setelah Parinibbana tidak ada lagi pancakhanda. Yang ada hanya kembali ke Sumber semua Cahaya dan Roh kehidupan, yaitu Tuhan YME. Kembali bersatu ke tubuh Tuhan Yng Maha Besar.(sebesar semesta alam bahkan membungkus seluruh alam semesta). Yang berada dimanapun dari sekecil zat yang paling kecil / inti atom sampai seluas semesta raya, kehadiran Tuhan ada saat ini, dan ada dimanapun.
Dan Tuhan M Esa sendiri itu adalah tidak dapat dijelaskan, tidak dapat terbayangkan oleh akal dan Pikiran. Sehingga ada ayat "Damai Sejahtera Tuhan melampaui akal dan pikiran".
Dan sang Buddha bersatu ke Tubuh Tuhan yang Damai Sejahteranya melampaui akal dan pikiran" yaitu suatu "Kebahagiaan Tertinggi" dan "Kedamaian Abadi".
yah... cerita soal mungkin...
mungkin ga mungkin, semua itu mungkin sajaQuote
Saya rasa merealisasikan Nibbana tidak hanya cukup dengan lenyapkan LDM,
Lobha, dosa, dan moha, karena menurut saya mah keknya ada juga orang yang tmpaknya tidak memiliki LDM,
tentu saja ada. para Buddha & arahat lah.
Quote
misalnya seorang idiot, dalam hatinya tidak ada dosa, dan lobha, hnya satu yang kurang yaitu moha. Ya dalam hal ini dia tidak mampu merealisasikan nibbana. Ok lah kalau begitu.
Lalu saya lihat seorang penyandang cacat lumpuh, dalam hatinya sudah pasrah total, mau ngapa kek dah terserah, sehingga tidak ada kemungkinan dosa(kebencian)yang muncul dalam hatinya pada orang lain. Karena dia sama sekali tidak berani membenci orang lain, karena dia sudah cacat. Mana lagi berani membenci. Lalu bila disinggung lobha kepadanya, dia sudah tidak punya nafsu lagi untuk serakah, karena dia sudah tahu apa lagi yang msti dikejar, karena dia mah sudah cacat, bicara mengenai moha, ini mungkin yang paling pnting, tahu mana yang baik dn buruk. Karena dia sudah cacat, mah dia sudah tahu kalau mencuri itu akan dihakimi, dan dipukuli, dan kalau dia beribadah dia sudah tahu dia berbuat baik dan dia bersedekah semampunya kepada orang yang lebih miskin. Jadi istilahnya kemugkinan dia sudah bisa membedakan baik dan buruk.
saya bisa melihat masih banyak LDM pada orang cacat, mungkin tidak relevan bagimu.
yah... bagi saya juga tidak penting memusingkan LDM orang lain... ;)
LDM itu ada yg kasar sekali dan ada yg halus sekali...
pancasila saja cuma meredam LDM yg kasar...
dalam pancasila, yg paling halus yah
musavada...
kalau sudah sempurna melaksanakan sila, coba yg lebih halus lagi atthasila & dasasila.
Quote
Jadi dia sudah merealisasikan Nibbana dengan melenyapkan LDM. Tetapi apakah sgitu saja merealisasikan LDM?? Menrut saya tidak cukup sampai disitu saja, melainkan berputar arah untuk lbih maju, jadi mnurut saya bila ingin merealisasikan Nibbana , mka selangkah lebih baik adalah
1. upaya untuk memancarkan Metta Karuna (lawan dari Dosa)terus menerus didalam batinnya kepada orang2 terdekat, lalu orang2 yang tidak dikenal, lalu kepada orang2 yang tampak membenci/memusuhi kita dan selanjutnya sampai kepada makhluk yang merayap dibumi, dilautan dan di udara, bahkan melebihi itu.
2. upaya yang dilakukan untuk senantiasa berkorban materi dan non materi (amal dana=ada 4 macam??) demi orang2 terdekat lalu orang2 yang tidak dikenal, lalu kepada orang2 yang memusuhi kita dan selanjutnya sampai kepada makhluk yang merayap dibumi, dilautan dan di udara, bahkan melebihi itu, sehingga bila demikian sifat kikir akan dihilangkan, yang mana bersifat lawan dari lobha.
3. upaya pengembngan batin melalui samadhi dan pengembangan Prajna (yaitu memiliki pengertian dan pikirn yang benar) yaitu lawan dari Moha.
yah bolehlah...
yg penting dilaksanakan :)
Quote
Kalau pengertian benar dan pikrian benar, saya masih belum mengetahui apa ciri-ciri Prajna itu, mohon yang lain yang tahu menjelaskan apa ciri2 Prajna.
Mnurutku lebih tepat untuk merealisasikan Nibbana seprti itu loh, tidak hanya sebatas melenyapkan LDM. (menurutku??)
salah satunya bisa mendeteksi LDM yg halus.
selalu sadar (sati) sehingga dapat mewaspadai bahaya LDM yg dapat timbul.
Quote
Terima kasih Bhante Yang Mulia, saya menerima teori ini, tentang Atma Roh dari Hyangwidi.
Ya, Bhante Yang Mulia, bila saya hanya dengan menerima saja adanya teori itu saja tidaklah cukup untuk dapat melenyapkan segala ratap tangis, pnderitaan, ksedihan dan kemalangan.
biar lebih pusing:
Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah 'setelah meninggal Tathagata tetap ada'. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini atau begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya.
Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah 'setelah meninggal Tathagata tidak ada', baiklah, bila aku pikir 'setelah meninggal Tathagata tidak ada', aku akan menjawab 'setelah meninggal Tathagata tidak ada'. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini atau begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya.
Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah 'setelah meninggal Tathagata ada dan tidak ada' -baiklah, bila aku pikir 'setelah meninggal Tathagata ada dan tidak ada', aku akan menjawab 'setelah meninggal Tathagata ada dan tidak ada'. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini atau begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya.
Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah 'setelah meninggal Tathagata bukan ada maupun bukan tidak ada' - baiklah, bila aku pikir 'setelah meninggal Tathagata bukan ada maupun bukan tidak ada', aku akan menjawab 'setelah meninggal Tathagata bukan ada maupun tidak ada'. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini dan begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya.Quote
Maaf ya kepanjangan, sory ya bila anda semua puyeng membacanya.
Karena mungkin bolak balik tidak tersusun, kalau anda jadi pusing.
Sory. cmiiw
cari panadol dulu... (joke ;D)
_/\_
Bro Johnson, apakah pandangan anda sudah anda buktikan?
Atau kalau belum apakah ada didukung oleh ajaran Sang Buddha?
Quote from: JHONSON on 06 May 2008, 06:17:06 PM
QuoteMenurut Jhonson....Apa penyebab mimpi itu?
mnurut saya apa yang tlah disampaikan oleh Bhikku Nagasena adalah suatu kebenaran mengenai terjadinya mimpi.
Kalau menurut saya, tambah lagi sedikit, mimpi dapat terjadi ketika saat seseorang hendak berangkat tidur, tetapi pikirannya tidak terlalu tenang, atau ada sesuatu hal yang dipikirkannya. Dan saat sudah mulai memasuki lenyapnya kesadaran, pikiran, dan perasaan , dalam waktu yang tidak ditentukan, akan muncul mimpi-mimpi. Mimpi2 tersebut bisa muncul karena saat mau tidur, dia banyak berpikir2 sehingga menyebabkan terjadinya mimpi.
Setau saya...kesadaran itu muncul padam...
Bro Jhonson bisa jelaskan ttg (kata2 yg di bold itu) :
1. lenyapnya kesadaran, pikiran, dan perasaan itu?
2. Berpikir-pikir itu apa? bukankah berpikir itu juga merupakan kesadaran?
Quote
Oh ya, sebenarnya bila kita tidur tanpa mimpi apapun, kemungkinan kita berada didalam Jhana IV, yaitu di Alam Brhama Tanpa Pikiran(Asannisatta).
Jadi tidak perlu susah2 deh, dengan tidur saja kita sudah mencapai Alam Brhama Tanpa Pikiran. (Asannasatta).
Sehingga para Anagami enggan untuk terlahir dialam Asannisatta ini, karena membuang-buang waktu. Dan bila terlahir ke alam ini, kemungkinan seperti Tidur yang panjang yaitu mencapai usia 500 Maha Kalpa.
Dan apabila sudah berusia 500 Maha Kalpa, maka Ia meninggal dari Alam ini, karena telah muncul pikiran.
Tampaknya kebalikan dari dunia manusia ya, saat kita meninggal, pikiran malah lenyap. Sebaliknya bila muncul yang namanya pikiran, maka ia dinyatakan meninggal dialam Asanisaata, terbalik dengan dunia ini. (CMIIW)
NGACO....
Quote
Maaf ya kepanjangan, sory ya bila anda semua puyeng membacanya.
Karena mungkin bolak balik tidak tersusun, kalau anda jadi pusing.
Sory. cmiiw
yg tulis yg pusing duluan... :)) :)) :))
_/\_ :lotus:
Bro Jhonson coba baca ttg MIMPI di link dibawah ini... ^:)^ ^:)^ ^:)^
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,528.0.html
_/\_ :lotus:
Quote from: Lily W on 07 May 2008, 10:26:08 AM
Quote
Oh ya, sebenarnya bila kita tidur tanpa mimpi apapun, kemungkinan kita berada didalam Jhana IV, yaitu di Alam Brhama Tanpa Pikiran(Asannisatta).
Jadi tidak perlu susah2 deh, dengan tidur saja kita sudah mencapai Alam Brhama Tanpa Pikiran. (Asannasatta).
Sehingga para Anagami enggan untuk terlahir dialam Asannisatta ini, karena membuang-buang waktu. Dan bila terlahir ke alam ini, kemungkinan seperti Tidur yang panjang yaitu mencapai usia 500 Maha Kalpa.
Dan apabila sudah berusia 500 Maha Kalpa, maka Ia meninggal dari Alam ini, karena telah muncul pikiran.
Tampaknya kebalikan dari dunia manusia ya, saat kita meninggal, pikiran malah lenyap. Sebaliknya bila muncul yang namanya pikiran, maka ia dinyatakan meninggal dialam Asanisaata, terbalik dengan dunia ini. (CMIIW)
NGACO....
menurut saya bukan ngaco... tapi sudah desperately ga capai jhana... ^-^
jadi maksud alam jhana IV itu bagaimana?
alam brhama tanpa pikiran??
katanya para anagami enggan terlahir ke alam ini?
karena hanya buang2 waktu??
mohon penjelasan
namaste ^:)^
dulu waktu gue masih kecil ada satu pertanyaan yang sampai hari ini saya belum pernah ketemu jawabannya: kalau ada makhluk hidup memiliki roh, dimana letaknya Roh? di kepala? di perut? di mata? di telinga..???
saya kira koq ada hubungannya dengan konsep Budhisme, dimana makhluk hidup itu tidak memiliki roh...
konsep reinkarnasi di Budhisme setau saya: makhluk hidup langsung berubah menjadi bentuk lain, sedangkan di Hinduisme: ada roh yang berpindah menuju makhluk hidup lain
sedangkan kalau konsep anatta / tanpa aku, sehubungan dengan konsep reinkarnasi seperti apa sih? tanpa aku, lantas kalau tanpa aku, siapakah yang bereinkarnasi? kalau tanpa aku apakah hukum kamma tidak berlaku lagi? misalnya dalam kehidupan ini kita banyak membunuh makhluk hidup, lantas kehidupan mendatang, karena tanpa aku, maka tidak perlu menanggung kamma pembunuhan?
Om Mani Padme Hum,
wakakakaka
tidak apa juga sih percaya roh ada atau tidak?
percaya ada roh, tidak terlalu pengaruh besar bagi perkembangan batin.
tidak percaya adanya roh, juga tidak terlalu pengaruh besar bagi perkembangan batin.
baik percaya atau tidak , yang penting samadhi. atau meditasi.
umat hindu percaya adanya roh, namun tetap melakukan meditasi sebagai keutamaan.
begini ada kisah; pernah dengar tidak ya;
tentang seorang ahli astronomi yang berpidato, ia bilang surga dan neraka, atau yang namanya malaikat dan tuhan itu sebenarnya tidak ada, kenapa bisa begitu? karena selama ini ia meneliti dengan seksama atas angkasa raya dengan peralatan yang sangat canggih, tidak satupun tempat yang menjadi rumah bagi malaikat, diseluruh pelosok angkasa ini.
lalu para pendengar sorak sorai dan tepuk tangan untuk profesor ini.
lalu datang lagi seorang dokter ahli bedah, juga mengatakan hal yang sama, dan mengatakan pada pendengar, kalau roh itu tidak ada sama sekali. selama ini dia telah membedah seluruh anatomi tubuh manusia, baik dimulai dari otak, jantung, limpa, ginjal, dsb??
dia blang sama sekali tidak ada yang namanya roh manusia, karena tidak tampak dimanapun dibagian anatomi tbuh manusia??
sekali lagi tepuk tangan pendengar.
datanglah seorang nenek kepada profesor itu.
apakah kamu tidak pernah melihat malaikat dan Tuhan itu berada dan tidak mempercayai keberadaan Mereka? tentu saja aku tidak percaya karena tidak pernah melihatnya.
nenek: apakah kamu pernah melihat bentuk udara itu bagaimana? dapatkah kamu bilang udara itu tidak ada??
si prof diam, lalu tepuk tangan dari pendengar untuk nenek ini.
nenek datang pada dokter. selama ini apakah anda tidak percaya adanya roh itu ada? tidak, karena selama membedah tidak pernah terlihat dibagian tbuh manapun.
kalau begitu, dokter apakah kamu sangat cinta dan sayang pada isteri dan anak2mu? tentu saja aku mencintai mereka.
kalau begitu, dokter, coba buktikan dimanakah letak cinta itu berada, apakah cinta itu ada dijantung, atau diginjal atau dibagian tubuh yang lain??
dokter pun terdiam.
tepuk tangan pendengar.
===============================================================
tidak apa juga sih percaya roh ada atau tidak?
percaya ada roh, tidak terlalu pengaruh besar bagi perkembangan batin.
tidak percaya adanya roh, juga tidak terlalu pengaruh besar bagi perkembangan batin.
baik percaya atau tidak , yang penting samadhi. atau meditasi.
umat hindu percaya adanya roh, namun tetap melakukan meditasi sebagai keutamaan.
contoh yg nga pas sih, itu dinilai dari sudut umum. Kalau dari sudut buddhism maka tentang cinta itu bisa dijelaskan dan tentang udara, pernah belajar fisika kan ? :P
Pandangan tentang ada tidaknya roh itu sangat penting karena ini merupakan kunci dari pandangan benar dalam Buddhisme.
Menarik....konsep Hindu huh??
Quoteinfonya ada diberita metro tv,
ia bersamadhi duduk dibawah pohon bodhi.
sehingga menjadi liputan berita.
dan dikunjungi oleh banyak orang, dan
mempersembahkan bunga2 kepadanya.
namun ia hnya diam.
Ram Bahadur maksud Sdr, Jhonson?
Anda mengatakan hampir satu tahun tidak makan dan tetap hidup. Baru satu tahun :D
Dalam konteks spiritual, ini belum merupakan suatu bukti adanya roh yang anda maksud. Kecuali ia tidak makan dan minum seumur hidup, dan tetap hidup, maka ini baru membuktikan adanya roh yang anda maksud.
Apakah Ram benar-benar tidak makan? Hal ini masih kontroversi. Politik sampai uud menyelimuti kasus ini. Discovery Channel pernah meliput untuk menyelidiki hal ini, namun gagal mengungkapkannya karena sudah diusir oleh keluarganya. Kenapa diusir?
Kemudian juga Ram pernah diketemukan tidak berada di tempatnya duduk (jalan-jalan) dan tidak ada yang tahu keberadaannya? (Hmm... mungkin dia ke McD ;D )
Dikatakan juga Ram pernah berlatih tummo sehingga bisa bertahan hidup tanpa proses memakan makanan biasa.
Quote from: JHONSON on 26 April 2008, 10:32:49 PM
yang saya maksud itu adalah
anatta itu tidak adaa jiwa yang kekal, kalau Roh lain dengan jiwa, kalau jiwa termasuk unsur pancakahnda sedangkan Roh tidak termasuk
unsur PancaKhanda
mnurutku, Roh fungsinya fleksibel,sesuai apa yang dialami oleh tubuh.
kalau tidak ada telinga/tuli, ya tidak dapat mendengar. kecuali sudah melihat Roh itu, maka mungkin ada telinga ajaib, walau tuli.
Sdr. Jhonson, jika roh fungsinya hanya sekedar fleksibel sesuai apa yang dialami oleh tubuh, hal ini adalah hal yang sia-sia (mubazir) di dunia ini dan jika ada tuhan ataupun system yang menciptakan hal yang sia-sia (mubazir) ini ada maka dapat dikatakan bukanlah tuhan / sistem yang baik. Padahal konon tuhan itu dikatakan adalah sempurna, dan seperti yang kita perhatikan (jika anda perhatikan), maka sistem dalam semesta ini saling melengkapi satu dengan yang lain, tidak ada yang tumpang tindih.
Kenapa mubazir? Karena adanya panca skanda sudah bisa melakukan apa yang ada dalam konsep roh anda tersebut, dan fungsi roh yang anda sebutkan sudah ada pada panca skanda.
Jadi, apa yang utarakan adalah baseless, kecuali anda bisa menyebutkan fungsi lain dari roh, misalnya: dengan adanya roh maka kita bisa merubah selamanya dari cara kerja panca skanda.
Dan seperti yang dikatakan suhu Medho, dalam Bdudhisme pandangan adanya roh adalah pandangan keliru yang akan berakhir pada penderitaan, langsung maupun tidak langsung, cepat atau lambat.
Quotetidak apa juga sih percaya roh ada atau tidak?
percaya ada roh, tidak terlalu pengaruh besar bagi perkembangan batin.
tidak percaya adanya roh, juga tidak terlalu pengaruh besar bagi perkembangan batin.
baik percaya atau tidak , yang penting samadhi. atau meditasi.
umat hindu percaya adanya roh, namun tetap melakukan meditasi sebagai keutamaan.
begini ada kisah; pernah dengar tidak ya;
tentang seorang ahli astronomi yang berpidato, ia bilang surga dan neraka, atau yang namanya malaikat dan tuhan itu sebenarnya tidak ada, kenapa bisa begitu? karena selama ini ia meneliti dengan seksama atas angkasa raya dengan peralatan yang sangat canggih, tidak satupun tempat yang menjadi rumah bagi malaikat, diseluruh pelosok angkasa ini.
lalu para pendengar sorak sorai dan tepuk tangan untuk profesor ini.
lalu datang lagi seorang dokter ahli bedah, juga mengatakan hal yang sama, dan mengatakan pada pendengar, kalau roh itu tidak ada sama sekali. selama ini dia telah membedah seluruh anatomi tubuh manusia, baik dimulai dari otak, jantung, limpa, ginjal, dsb??
dia blang sama sekali tidak ada yang namanya roh manusia, karena tidak tampak dimanapun dibagian anatomi tbuh manusia??
sekali lagi tepuk tangan pendengar.
datanglah seorang nenek kepada profesor itu.
apakah kamu tidak pernah melihat malaikat dan Tuhan itu berada dan tidak mempercayai keberadaan Mereka? tentu saja aku tidak percaya karena tidak pernah melihatnya.
nenek: apakah kamu pernah melihat bentuk udara itu bagaimana? dapatkah kamu bilang udara itu tidak ada??
si prof diam, lalu tepuk tangan dari pendengar untuk nenek ini.
nenek datang pada dokter. selama ini apakah anda tidak percaya adanya roh itu ada? tidak, karena selama membedah tidak pernah terlihat dibagian tbuh manapun.
kalau begitu, dokter apakah kamu sangat cinta dan sayang pada isteri dan anak2mu? tentu saja aku mencintai mereka.
kalau begitu, dokter, coba buktikan dimanakah letak cinta itu berada, apakah cinta itu ada dijantung, atau diginjal atau dibagian tubuh yang lain??
dokter pun terdiam.
tepuk tangan pendengar.
Wah, ada lagi yah model kaya' begini?
Kalo saya jadi profesornya, saya akan ajak nenek 'mabuk' itu ke kipas angin dan memberi tahu bahwa orang buta, orang tuli ataupun orang tidak percaya adanya udara, tetap bisa merasakan udara.
Sedangkan orang yang sedang melamun adanya malaikat dan Tuhan, tidak bisa menunjukkan adanya Malaikat dan Tuhan dengan cara apapun kepada orang yang tidak percaya.
Kalo untuk perumpamaan ke dua, maka saya akan berkata pada dokter itu bahwa dia seperti orang bodoh mencari api di dalam batu api.
Ada2 aja kerjaan orang mabok. Yang tidak bisa dibuktikan, disamakan dengan tidak bisa dilihat.
JHONSON,
Quoteyang saya maksud itu adalah
anatta itu tidak adaa jiwa yang kekal, kalau Roh lain dengan jiwa, kalau jiwa termasuk unsur pancakahnda sedangkan Roh tidak termasuk
unsur PancaKhanda
mnurutku, Roh fungsinya fleksibel,sesuai apa yang dialami oleh tubuh.
kalau tidak ada telinga/tuli, ya tidak dapat mendengar. kecuali sudah melihat Roh itu, maka mungkin ada telinga ajaib, walau tuli.
Jika roh tidak termask unsur pancakhanda, lalu apa?
Jika fungsinya sesuai yang dialami tubuh, berarti roh itu hanya bersifat pasif?
Jika orang tuli/buta sejak lahir, dan tidak memiliki telinga ajaib ini, lalu apa kepentingan adanya roh dalam manusia?
Bro Jhonson, kalau ada "sesuatu" selain panca skhanda, entah itu roh, jiwa, atman, atta, laomu, atau apapun, itu adalah pandangan salah. Bahwa ada sesuatu inti, itu telah dibantah berulang kali oleh Sang Buddha.
Jalan mulia beruas delapan dimulai dari pandangan benar, diantaranya adalah anatta.
Tanpa pandangan benar, apakah mungkin ada perkembangan batin?
hajar kar...
Quote from: JHONSON on 23 May 2008, 11:13:06 PM
datanglah seorang nenek kepada profesor itu.
apakah kamu tidak pernah melihat malaikat dan Tuhan itu berada dan tidak mempercayai keberadaan Mereka? tentu saja aku tidak percaya karena tidak pernah melihatnya.
nenek: apakah kamu pernah melihat bentuk udara itu bagaimana? dapatkah kamu bilang udara itu tidak ada??
si prof diam, lalu tepuk tangan dari pendengar untuk nenek ini.
nenek datang pada dokter. selama ini apakah anda tidak percaya adanya roh itu ada? tidak, karena selama membedah tidak pernah terlihat dibagian tbuh manapun.
kalau begitu, dokter apakah kamu sangat cinta dan sayang pada isteri dan anak2mu? tentu saja aku mencintai mereka.
kalau begitu, dokter, coba buktikan dimanakah letak cinta itu berada, apakah cinta itu ada dijantung, atau diginjal atau dibagian tubuh yang lain??
dokter pun terdiam.
tepuk tangan pendengar.
===============================================================
tidak apa juga sih percaya roh ada atau tidak?
percaya ada roh, tidak terlalu pengaruh besar bagi perkembangan batin.
tidak percaya adanya roh, juga tidak terlalu pengaruh besar bagi perkembangan batin.
baik percaya atau tidak , yang penting samadhi. atau meditasi.
umat hindu percaya adanya roh, namun tetap melakukan meditasi sebagai keutamaan.
iya memang, kita sendiri juga gak bisa membuktikan tentang adanya roh atau tidak adanya roh. umat hindu maupun buddha yang sama-sama masih "gelap" padangannya, tentu saja cuma bisa berteori saja. btw saya juga mengagumi orang hindu yang hidup pada jaman Buddha, mereka bisa secara terbuka menerima ajaran-ajaran Buddha walaupun agak bertentangan dengan konsep mereka.
eh. .saya bukan masalahin percaya atau tidak percaya roh/atta/ paham tentang adanya aku, hm kalau menurut saya atta / aku itu tetap ada, namun dia tidak bertempat di dalam tubuh.
aneh kan?
saya pernah baca sutra yang menyatakan bahwa atta/ aku itu tidak berada di luar dan didalam tubuh , nanti saya carikan sutranya.... ;)
_/\_,
Saya hanya ingin menambahkan bahwa -- Paradigma kita akan membentuk pandangan hidup kita. Pandangan hidup akan membentuk perilaku kita.
Konsep an-atta adalah salah satu paradigma buddhisme, yang membuat buddhisme berbeda dengan yang lain. Yang pada saatnya akan membedakan juga perilaku dari seorang buddhist dan seorang tidak.
Banyak memang dari kita yg tau ttg konsep ini, tetapi sebenarnya perilaku kita - lah yang memberitahukan secara pasti apakah paradigma kita adalah paradigma seorang buddhist. Inilah yang membedakan apakah seseorang masih berpandangan yang kurang tepat atau tidak....
BTW, tidak mengetahui konsep ini sama sekali dan saddha thd hal tsb, juga seperti 'orang buta' , ntar jg pasti ga tau mau melangkah kemana-mana....
So, menurut sy ....
Mengetahui konsep anatta dan saddha terhadap hal tsb adalah penting.
Menjadikannya sebagai cara berpikir kita adalah lebih penting.
Mempraktekkannya dalam perilaku kita adalah yang terpenting. :)
Dan ini harus dilakukan setahap demi setahap untuk kemajuan bathin kita.
Analogi menarik.. :)
Pernah belajar hukum pembiasan di fisika kan?
Kalo kita melihat seekor ikan di sebuah telaga yang jernih...
Maka yang terlihat kita dari darat sebenarnya adalah hasil pembiasan cahaya
dimana cahaya terbiaskan karena melewati dua medium yang berbeda kerapatannya
Ikan yang terlihat oleh kita bukan ikan yg sebenarnya...
Ikan yang sebenarnya masih berada di tempat yang lebih dalam lagi dari yg kita lihat....
Orang yang ga memahami konsep anatta seperti orang yang mau menangkap ikan di tempat yang terlihat saja. Dia tak akan pernah mendapatkan ikan meski mencari sekuat tenaga. Lha wong ikannya ga ada disana kok... :)
Orang yang memahami konsep anatta tp tak mempraktekkannya dalam perilaku sehari-hari seperti orang yang tahu bahwa letak ikan yang sebenarnya bukan di tempat yang terlihat. Tapi dia tak mau terjun ke telaga untuk menangkap ikan tsb. Dia juga tak akan pernah mendapatkan ikan tsb.
Anda mau cari ikan dimana? :)
agama Buddha menolak kedua konsep anatta dan atta, dan menciptakan suatu konsep lain tentang keberadaan makhluk
Quote from: SandalJepit on 15 June 2008, 09:19:17 PM
agama Buddha menolak kedua konsep anatta dan atta, dan menciptakan suatu konsep lain tentang keberadaan makhluk
maksudnya apaan nech?? bahasa loe tinggi banget...
Tilakkhana = dukka, anicca, anatta ???
Mungkin salah referensi ya.
Memang ada beberapa kesempatan Sang Buddha tidak menjawab apakah atta atau anatta, tapi karena yang bertanya memang tidak bisa dikasih tahu apa-apa. Dikasih tahu yang benar malah pikirannya akan menolak dan akibat pandangan salah tersebut akan masuk neraka. Makanya, Sang Buddha memilih diam.
Tapi pada kesempatan lain, selalu dikatakan Anatta, dan sebab musabab yang saling bergantung.
Quote from: karuna_murti on 16 June 2008, 10:09:05 AM
Mungkin salah referensi ya.
Memang ada beberapa kesempatan Sang Buddha tidak menjawab apakah atta atau anatta, tapi karena yang bertanya memang tidak bisa dikasih tahu apa-apa. Dikasih tahu yang benar malah pikirannya akan menolak dan akibat pandangan salah tersebut akan masuk neraka. Makanya, Sang Buddha memilih diam.
Tapi pada kesempatan lain, selalu dikatakan Anatta, dan sebab musabab yang saling bergantung.
Penjelasan Bro Karuna ini betul sekali.
Pada banyak kesempatan bediskusi, seringkali orang2 melayangkan ide bahwa Sang Buddha tidak mengajarkan Atta ataupun Anatta. Pandangan ini biasanya terpicu oleh sutta yg menceritakan saat Sang Buddha diam saja ketika ditanya oleh seorang petapa apakah Atta itu ada / tidak ada.
Ringkasan ceritanya sbb:
~ Ketika Sang Buddha sedang duduk, Beliau didatangi oleh sorang petapa yg menanyakan apakah Atta itu ada / tidak ada. Sang Buddha diam saja. Petapa itu menanyakan sampai beberapa kali, dan Sang Buddha tetap diam. Akhirnya petapa tsb pergi dengan kecewa. Ketika si petapa sudah pergi, Ananda bertanya kenapa Sang Buddha diam saja. Sang Buddha menjawab: "Kalau kujawab bahwa
Atta itu TIDAK ADA, pasti jawabanku akan membingungkan dia dikarenakan ajarannya sendiri bahwa Atta itu ada. Jika aku menjawab bahwa
Atta itu ADA, jawabanku tidak sesuai dengan yg kuajarkan selama ini."
Ceritanya kira-kira begitu, namun terlihat jelas disini bahwa apa yg kita anggap sebagai Atta (jiwa yg kekal, roh yg bisa berpindah2, yg melandasi timbulnya pemahaman ego) sebenarnya nihil, alias tidak ada apa2..... cuman saja Sang Buddha memilih saat dan kondisi yg tepat untuk bisa menjawab hal2 begini, tergantung audience-nya.
Bagi kita sendiri, kita harus berusaha mengikis pandangan adanya roh yg kekal. Kita harus berusaha mengikis pandangan bahwa adanya jiwa / atta dalam tubuh ini. Pengikisan pandangan ini perlahan2 akan mengikis ego kita juga. Mungkin perlu waktu yg lama sekali bagi kita untuk merelasisasi pemahaman ANATTA ini, namun tetap harus dilatih dan dikondisikan dari sekarang.....
::
Yap time will tell
gw ketemu sutra tentang adanya atta atau tidak, sutra shurangama:
Quote
The Buddha said to Ananda, "You are now sitting in the Tathagata's lecture hall. Where is the Jeta Grove that you are gazing at?" "Bhagavan, this great many-storied pure lecture hall is in the Garden of the Benefactor of the Solitary. At present the Jeta Grove is, in fact, outside the hall."
"Ananda, as you are now in the hall, what do you see first?" "Bhagavan, here in the hall I first see the Tathagata, next I see the public, and from there, as I gaze outward, I see the grove and the garden."
"Ananda, how are you able to see the grove and the garden." "Bhagavan, since the doors and windows of this great lecture hall have been thrown open wide, I can be in the hall and see into the distance."
Then, in the midst of the great assembly, the Bhagavan extended his golden arm, rubbed Ananda's crown, and said to Ananda and the public, "There is a Samadhi called the King of the Foremost Shurangama at the Great Buddha's Crown Replete with the Myriad Practices; it is a path wonderfully adorned and the single door through which the Tathagatas of the ten directions gained transcendence. You should now listen attentively." Ananda bowed down to receive the compassionate instruction humbly.
The Buddha said to Ananda, "It is as you say. When one is in the lecture hall and the doors and windows are open wide, one can see far into the garden and the grove. Could someone in the hall not see the Tathagata and yet see outside the hall?" Ananda answered: "Bhagavan, to be in the hall and not see the Tathagata, and yet see the grove and fountains is impossible."
"Ananda, you are like that too. Your mind is capable of understanding everything thoroughly. Now if your present mind, which thoroughly understands everything, were in your body, then you should first be aware of what is inside your body. Could there be beings who first see the inside of their bodies before observing external phenomena? Even if you cannot see your heart, liver, spleen, and stomach, still, you should be able to clearly perceive the growing of your nails and hair, the twist of your sinews, and the throb of your pulse. Why don't you perceive these things? If you cannot perceive your internal organs, how could you perceive what is external to you? Therefore you should know that declaring that the aware and knowing mind is inside the body is an impossible statement."
Ananda bowed his head and said to the Buddha, "Upon hearing the Tathagata proclaim this explanation of Dharma, such a Dharma-sound as the Tathagata has proclaimed, I realize that my mind is actually outside my body. How is that possible? For example, a lamp lit in a room will certainly illumine the inside of the room first, and only then will its light stream through the doorway to reach the recesses of the hall. Beings' not being able to see within their bodies but only see outside them, is analogous to having a lighted lamp placed outside the room, so that it cannot illumine the rroom.This principle is clear and beyond all doubt. It is identical with the Buddha's complete meaning, isn't it?"
QuoteThe Buddha said to Ananda, "All these Bhikshus, who just followed me to the city of Shravasti to go on sequential almsrounds to obtain balls of food, have returned to the Jeta Grove. I have already finished eating. Observing the Bhikshus, do you think that by one person eating everyone gets full?" Ananda answered, "No, Bhagavan. Why? Although these bhikshus are Arhats, their physical bodies and lives differ. How could one person's eating enable everyone to be full?" The Buddha told Ananda, "If your mind which is aware, knows, and sees were actually outside your body, your body and mind would be mutually exclusive and would have no relationship to one another. The body would be unaware of what the mind perceives, and the mind would not perceive the awareness within the body. Now as I show you my hand which is soft like tula-cotton, does your mind distinguish it when your eyes see it?"
Ananda answered, "Yes, Bhagavan."
The Buddha told Ananda, "If the two have a common perception, how can the mind be outside the body? Therefore you should know that declaring that the mind which knows, understands, and is aware is outside the body is an impossible statement." Ananda said to the Buddha, "Bhagavan, it is as the Buddha has said. Since I cannot see inside my body, my mind does not reside in the body. Since my body and mind have a common awareness, they are not separate and so my mind does not dwell outside my body. As I now consider the matter, I know exactly where my mind is."
QuoteThe Buddha said: "So, where is it now?"
Ananda said, "Since the mind which knows and understands does not perceive what is inside but can see outside, upon reflection I believe it is concealed in the organ of vision. This is analogous to a person placing crystal lenses over his eyes; the lenses would cover his eyes but would not obstruct his vision. The organ of vision would thus be able to see, and discriminations could be made accordingly. And so my mind is aware and knows, understands, and is aware does not see within because it resides in the organ: it can gaze outside clearly, without obstruction for the same reason: it is concealed in the organ."
The Buddha said to Ananda, "Assuming that it is concealed in the organ, as you assert in your analogy of the crystals, if a person were to cover his eyes with the crystals and looks at the mountains and rivers, would he see the crystals as well?" "Yes, World Honored One, if that person were to cover his eyes with the crystals, he would in fact see the crystals."
The Buddha said to Ananda, "If your mind is analogous to the eyes covered with crystals, then when you see the mountains and rivers, why don't you see your eyes? If you could see your eyes, your eyes would be part of the external environment, but that is not the case. If you cannot see them, why do you say that the aware and knowing mind is concealed in the organ of vision as eyes are covered by crystals? Therefore you should know that you state the impossible when you say that the mind which knows, understands, and is aware is concealed in the organ of vision in the way that the eyes are covered by crystals."
QuoteAnanda said to the Buddha, "Bhagavan, I now offer this reconsideration: viscera and bowels lie inside the bodies of living beings, while the apertures are outside. There is darkness within where the bowels are and light at the apertures. Now, as I face the Buddha and open my eyes, I see light: that is seeing outside. When I close my eyes and see darkness, that is seeing within. How does that principle sound?"
The Buddha said to Ananda, "When you close your eyes and see darkness, does the darkness you experience lie before your eyes or not? If it did lie before your eyes, then the darkness would be in front of your eyes. How could that be said to be 'within'? If it were within, then when you were in a dark room without the light of sun, moon, or lamps, the darkness in the room would constitute your vital organs and viscera. If it were not before you, how could you see it? If you assert that there is an inward seeing that is distinct from seeing outside, then when you close your eyes and see darkness, your would be seeing inside your body. Consequently, when you open your eyes and see light, why can't you see your own face? If you cannot see your face, then there can be no seeing within. If you could see your face, then your mind which is aware and knows and your organ of vision as well would have to be suspended in space. How could they be inside? If they were in space, then they would not be part of your body. Otherwise the Tathagata who now sees your face should be part of your body as well. In that case, when your eyes perceived something, your body would remain unaware of it. If you press the point and insist that the body and eyes each have an awareness, then you should have two perceptions, and your one body should eventually become two Buddhas. Therefore you should know declaring that to see darkness is to see within is an impossible statement."
QuoteAnanda said to the Buddha, "I have often heard the Buddha instruct the four assemblies that since the mind arises, every kind of dharma arises and that since dharmas arise, every kind of mind arises. As I now consider it, the substance of that very consideration is truly the nature of my mind. Wherever it joins with things, the mind exists in response. It does not exist in any of the three locations of inside, outside and in between."
The Buddha said to Ananda, "Now you say that because dharmas arise, every kind of mind arises. Wherever it joins with things, the mind exists in response. But it has no substance, the mind cannot come together with anything. If, having no substance, it could yet come together with things, that would constitute a nineteenth realm brought about by a union with the seventh defiling object. But there is no such principle. If it had substance, when you pinch your body with your fingers, would your mind which perceives it come out from the inside, or in from the outside? If it came from the inside, then, once again, it should be able to see within your body. If it came from outside, it should see your face first."
Ananda said, "Seeing is done with the eyes; mental perception is not. To call mental perception seeing doesn't make sense."
The Buddha said, "Supposing the eyes did the seeing. That would be like being in a room where the doors could see! Also, when a person has died but his eyes are still intact, his eyes should see things. But how could one be dead if one can still see? Furthermore, Ananda, if your aware and knowing mind in fact had substance, then would it be of a single substance or of many substances? Would its substance perceive the body in which it resides or would it not perceive it? Supposing it were of a single substance, then when you pinched one limb with your fingers, the four limbs would be aware if it. If they all were aware if it, the pinch could not be at any one place. If the pinch is located in one place, then the single substance you propose could not exist. Supposing it was composed of many substances: then you would be many people. Which of those substances would be you? Supposing it were composed of a pervasive substance: the case would be the same as before in the instance of pinching. But supposing it were not pervasive; then when you touched your head and touched your foot simultaneously, the foot would not perceive being touched if the head did. But that is not how you are. Therefore you should know that declaring that wherever it comes together with things, the mind exists in response is an impossible statement."
QuoteAnanda said to the Buddha, "Bhagavan, I also have heard the Buddha discuss reality with Manjushri and other disciples of the Dharma King. Bhagavan also said, 'The mind is neither inside nor outside.' As I now consider it, it cannot be inside since it cannot see within, and it cannot be outside since in that case there would be no shared perception. Since it cannot see inside, it cannot be inside; and since the body and mind do have shared perception, it does not make sense to say it is outside. Therefore, since there is a shared perception and since there is no seeing within, it must be in the middle."
The Buddha said, "You say it is in the middle. That middle must not be haphazard or without a fixed location. Where is this middle that you propose? Is it in an external place, or is it in the body? If it were in the body, the surface of the body cannot be counted as being the middle. If it were in the middle of the body, that would be the same as being inside. If it were in an external place, would there be some evidence of it, or not? If there would not be any evidence of it, that amounts to it not existing at all. If there were some evidence of it, then it would have no fixed location. Why not? Suppose that middle were indicated by a marker. When seen from the east, it would be to the west, and when seen from the south, it would be to the north. Just as such a tangible marker would be unclear, so too the location of the mind would be chaotic."
QuoteAnanda said, "The middle I speak of is neither one of those. As Bhagavan has said, the eyes and forms are the conditions which create the eye-consciousness. The eyes make discriminations; forms have no perception, but a consciousness is created between them: that is where my mind is."
The Buddha said, "If your mind were between the eyes and their object, would such a mind's substance combine with the two or not? If it did combine with the two, then objects and the mind-substance would form a chaotic mixture. Since objects have no perception, while the substance has perception, the two would stand in opposition. Where could the middle be? If it did not combine with the two, it would then be neither the perceiver nor the perceived. Since it would lack both substance and nature, what would such a middle be like? Therefore you should know that declaring the mind to be in the middle is an impossible statement."
Ananda said to the Buddha, "Bhagavan, when I have seen the Buddha turn the Dharma Wheel in the past with Mahamaudgalyayana, Subhuti, Purna, and Shariputra, four of the great disciples, he often said that the nature of the mind which is aware, perceives, and makes discriminations is located neither within nor outside nor in the middle; it is not located anywhere at all. That very non-attachment to everything is what is called the mind. Therefore, is my non-attachment my mind?"
The Buddha said to Ananda, "You say that the mind with its aware nature that perceives and makes discriminations is not located anywhere at all. Everything existing in the world consists of space, the waters, and the land, the creatures that fly and walk, and all external objects. Would your non-attachment also exist? If it did not exist, it would be the same as fur on a tortoise or horns on a rabbit. Just what would that non-attachment be? If non-attachment did exist, it couldn't be described as a negation. The absence of attributes indicates negation. Anything not negated has attributes. Anything with attributes exists. How could that define non-attachment? Therefore you should know that to declare that the aware, knowing mind is non-attachment to anything is an impossible statement."
QuoteThen Ananda rose from his seat in the midst of the great assembly, uncovered his right shoulder, placed his right knee on the ground, respectfully put his palms together, and said to the Buddha: "I am the Tathagata's youngest cousin. I have received the Buddha's compassionate regard and have left the home life, but I have been dependent on his affection, and as a consequence have pursued erudition and am not yet without outflows. I could not overcome the Kapila mantra. I was swayed by it and almost went under in that house of prostitution, all because I did not know how to reach of the realm of reality. I only hope that Bhagavan, out of great kindness and sympathy, will instruct us in the path of shamatha to guide the icchantikas and overthrow the mlecchas." After he had finished speaking, he placed his five limbs on the ground and then, along with the entire great assembly, stood in anticipation, waiting eagerly and respectfully to hear the instructions.
Then the Bhagavan radiated from his face various kinds of light, lights as dazzlingly brilliant as hundreds of thousands of suns. The Buddharealms quaked pervasively in six ways and thus lands as many as atoms of universe throughout the ten directions appeared simultaneously. The Buddha's stateliness and sacrosanctity caused all the realms to unite into a single one. In these realms all the great Bodhisattvas, while remaining in their own countries, put their palms together, and listened.
The Buddha said to Ananda, "From beginningless time onward, all living beings and in all kinds of upsidedown ways, have created seeds of karma which naturally run their course, like the aksha cluster. The reason that cultivators cannot accomplish unsurpassed Bodhi, but instead reach the level of Hearers or of those enlightened to conditions, or become accomplished in externalist ways as heaven-dwellers or as demon kings or as members of the demons' retinues is that they do not know the two fundamental roots and so are mistaken and confused in their cultivation."
"They are like one who cooks sand in the hope of creating savory delicacies. They may do so for as many eons as there are atoms of universe, but in the end they will not obtain what they want. What are the two? Ananda, the first is the root of beginningless birth and death, which is the mind that seizes upon conditions and that you and all living beings now make use of, taking it to be your own nature. The second is the primal pure substance of beginningless Bodhi Nirvana. It is the primal bright essence of consciousness that can bring forth all conditions. Due to these conditions, you consider it to be lost. Having lost sight of that original brightness, although beings use it to the end of their days, they are unaware of it, and unintentionally enter the various destinies."
QuoteAnanda, now you wish to know about the path of shamatha with the hope of quitting birth and death. I will now question you further."
Then the Tathagata raised his golden-colored arm and bent his five webbed fingers as he asked Ananda, "Do you see?" Ananda said, "I see." The Buddha said, "What do you see?" Ananda said, "I see the Tathagata raise his arm and bend his fingers into a fist of light which dazzles my mind and my eyes." The Buddha said, "What do you see it with?" Ananda said, "The members of the great assembly and I each see it with our eyes." The Buddha said to Ananda, "You have answered me by saying that the Tathagata bends his fingers into a fist of light which dazzles your mind and eyes. Your eyes are able to see, but what is the mind that is dazzled by my fist?" Ananda said, "The Tathagata is asking where the mind is located. Now that I use my mind to search for it thoroughly, I propose that precisely that which is able to investigate is my mind."
The Buddha exclaimed, "Hey! Ananda, that is not your mind. "Startled, Ananda leapt up from his seat, stood, put his palms together, and said to the Buddha, "If that is not my mind, what is it?" The Buddha said to Ananda, "It is your perception of false appearances based on external objects which causes your true nature to be deluded and has caused you from beginningless time to your present llife to take a thief for your son, to lose your eternal source, and to undergo transmigration." Ananda said to the Buddha, "Bhagavan, I am Buddha's favorite cousin. It is because my mind loved the Buddha that I was led to leave the home life. With my mind I not only makes offerings to the Tathagata, but also, in passing through lands as many as the grains of sand in the Ganges River to serve all Buddhas and good, wise advisors, and in marshalling great courage to practice every difficult aspect of the Dharma, I always use my mind. Even if I were to slander the Dharma and eternally sever my good roots, it would also be because of this mind. If this is not my mind, then I have no mind, and I am the same as a clod of earth or a piece of wood, because nothing exists apart from this awareness and knowing. Why does the Tathagata say this is not my mind? I am startled and frightened and not one member of the great assembly is without doubt. I only hope that Bhagavan will regard us with great compassion and instruct those who have not yet awakened." Then the Bhagavan gave instruction to Ananda and the great assembly, wishing to cause their minds to enter the state of patience with the non-existence of beings and dharmas.
From the lion's seat he rubbed Ananda's crown and said to him, "The Tathagata has often said that all dharmas that arise are only manifestations of the mind. All causes and effects, the worlds as many as atoms of universe, take on substance because of the heart. Ananda, if we regard all the things in the world, including blades of grass and strands of silk, examining them at their fundamental source, each is seen to have a nature, even empty space has a name and an appearance. And so how could the clear, wonderful, pure bright mind, the essence of all thought, itself be without substance? If you insist that the nature which is aware, observes and knows is the mind, then apart from all forms, smells, tastes, and tangibles¡ªapart from the workings of all the defiling objects¡ªthat mind should have its own complete nature. And yet now, as you listen to my Dharma, it is because of sound that you are able to make distinctions.
"Even if you could put an end to all seeing, hearing, awareness, and knowing, and maintain an inner composure, the shadows of your discrimination of dharmas would remain. I do not insist that you grant that it is not the mind. But examine your mind in minute detail to see whether there is a discriminating nature apart from sense objects. That would truly be your mind. If the discriminating nature you discover has no substance apart from objects, then that would make it just a shadow of discriminations of mental objects. The objects are not eternal, and when they pass out of existence, such a mind would be like f ur on a tortoise or horns on a rabbit. In that case your Dharma-body would come to an end along with it. Then who would be left to cultivate and attain patience with the non-existence of beings and dharmas?" At that point Ananda and everyone in the great assembly was speechless and at a total loss.
QuoteThe Buddha said to Ananda, "There are cultivators in the world who, although they realize the nine successive stages of Samadhi, do not achieve the extinction of outflows or become Arhats, all because they are attached to birth and death and false thinking and mistake these for what is truly real. That is why now, although you are highly erudite, you have not realized sagehood."
When Ananda heard that, he again wept sorrowfully, placed his five limbs on the ground, knelt on both knees, put his palms together and said to the Buddha. "Since I followed the Buddha and left home, I have relied on the Buddha's stateliness and sacrosanctity. I have often thought, 'There is no reason for me to toil at cultivation' expecting that the Tathagata would bestow Samadhi upon me. I never realized that he could not stand in for me in body or mind. Thus, I lost my original mind and although my body has left the home-life, my mind has not entered the Way. I am like the poor son who renounced his father and roamed around. Therefore, today I realize that although I'm greatly learned, if I do not cultivate, it amounts to having not learned anything; Just as someone who only speaks of food will never get full. Bhagavan, now we all are bound by two obstructions and as a consequence do not perceive the still, eternal nature of the mind. I only hope the Tathagata will empathize with us poor and destitute ones, disclose the wonderful bright mind, and open our Way-eyes."
Then from the svastika "myriad" on his chest, the Tathagata poured forth gem-like light. Radiant with hundreds of thousands of colors, this brilliant light simultaneously pervaded throughout the ten directions to Buddha-realms as many as atoms of universe, anointing the crowns of every Tathagata in all these jeweled Buddhalands of the ten directions. Then it swept back to Ananda and all the great assembly. The Buddha said to Ananda, "I will now erect the great Dharma banner for you, to cause all living beings in the ten directions to obtain the wondrous subtle secret, the pure nature, the bright mind, and to attain those pure eyes.
Quote"Ananda, you have told me that you saw my fist of bright light. How did it take the form of a fist? How did the fist come to emit light? How was the fist made? By what means could you see it?"
Ananda replied, "The body of the Buddha is born of purity and cleanness, and therefore, it assumes the color of Jambu river gold with deep red hues. Hence, it shone as brilliant and dazzling as a precious mountain. It was actually my eyes that saw the Buddha bend his five-wheeled fingers to form a fist which was shown to all of us."
The Buddha told Ananda, "Today the Tathagata will tell you the truth: all those with wisdom are able to achieve enlightenment through the use of examples. Ananda, take, for example, my fist: If I didn't have a hand, I couldn't make a fist. If you didn't have eyes, you couldn't see. If you apply the example of my fist to the case of your eyes, is the principle the same?" Ananda said, "Yes, Bhagavan. Since I can't see without my eyes, if one applies the example of the Tathagata's fist to the case of my eyes, the principle is the same."
The Buddha said to Ananda, "You say it is the same, but that is not right. Why? If a person has no hand, his fist is gone forever. But one who is without eyes is not entirely devoid of sight. Why not? Try consulting a blind man on a street: 'What do you see?' Any blind person will certainly answer, 'Now I see only darkness in front of my eyes. Nothing else meets my gaze.' The meaning is apparent: If he sees dark in front of him, how could his sight be considered 'lost'?"
Ananda said, "The only thing blind people see in front of their eyes is darkness. How can that be called seeing?" The Buddha said to Ananda, "Is there any difference between the darkness seen by blind people, who do not have the use of their eyes, and the darkness seen by someone who has the use of his eyes when he is in a dark room?"
"Stated in that way, Bhagavan, there is no difference between the two kinds of blackness, that seen by a person in a dark room and that seen by the blind."
"Ananda, if the person without the use of his eyes who sees only darkness were suddenly to regain his sight and see all kinds of forms, and you say it is his eyes which see, then when a person in a dark room who sees only darkness suddenly sees all kinds of forms because a lamp is lit, you should say it is the lamp which sees. If the lamp did the seeing, it would be endowed with sight. But then we would not call it a lamp anymore. Besides, if the lamp were to do the seeing, what would that have to do with you? Therefore you should know that while the lamp can reveal forms, the eyes, not the lamp, do the seeing. And while the eyes can reveal forms, the seeing-nature comes from the mind, not the eyes."
Although Ananda and everyone in the great assembly had heard what was said, their minds had not yet understood, and so they remained silent. Hoping to hear more of the gentle sounds of the Tathagata's teaching, They put their palms together, purified their minds, and stood waiting for the Tathagata's compassionate instruction.
QuoteThen the Bhagavan extended his bright hand that is as soft as tula cotton, opened his five webbed fingers, and told Ananda and the great assembly, "When I first accomplished the Way I went to the Deer Park, and for the sake of Ajnatakaundinya and all five of the bhikshus, as well as for you of the four-fold assembly, I said, 'It is because beings are impeded by transitory defilements and afflictions that they do not realize Bodhi or become Arhats.' At that time, what caused you who have now realized the various fruitions of sagehood to become enlightened?"
Then Ajnatakaundinya arose and said to the Buddha, "Of the elders now present in the great assembly, only I received the name "Understanding" because I was enlightened to the meaning of tranisory defilements and realized the fruition. Bhagavan, the analogy can be made of a traveler who stops as a guest at a roadside inn, perhaps for the night or perhaps for a meal. When he has finished lodging there or when the meal is finished, he packs his baggage and sets out again. He does not remain there at his leisure. The host himself, however, does not leave. Considering it this way, the one who does not remain is called the guest, and the one who does remain is called the host. The transitory guest, then, is the one who does not remain. Again, the analogy can be made to how when the sun rises resplendent on a clear morning, its golden rays stream into a house through a crack to reveal particles of dust in the air. The dust dances in the rays of light, but the empty space is unmoving. Considering it is that way, what is clear and still is called space, and what moves is called dust. The defiling dust, then, is that which moves."
The Buddha said, "So it is."
QuoteThen in the midst of the great assembly the Tathagata bent his five webbed fingers. After bending them, he opened them again. After he opened them, he bent them again, and he asked Ananda, "What do you see now?" Ananda said, "I see the Tathagata's hand opening and closing in the midst of the assembly, revealing his hundred-jeweled wheeled palms." The Buddha said to Ananda, "You see my hand open and close in the assembly. Is it my hand that opens and closes, or is it your seeing that opens and closes?" Ananda said, "Bhagavan's jeweled hand opened and closed in the assembly. I saw the Tathagata's hand itself open and close while my seeing-nature neither opened nor closed." The Buddha said, "What moved and what was still?" Ananda said, "The Buddha's hand did not remain at rest. And since my seeing-nature is beyond even stillness, how could it not be at rest?"
The Buddha said, "So it is." Then from his wheeled palm the Tathagata sent a gem-like ray of light flying to Ananda's right. Ananda immediately turned his head and glanced to the right.
The Buddha then sent another ray of light to Ananda's left. Ananda again turned his head and glanced to the left. The Buddha said to Ananda, "Why did your head move just now?" Ananda said, "I saw the Tathagata emit a wonderful gem-like light which flashed by my left and right, and so I looked left and right. My head moved by itself. Ananda, when you glanced at the Buddha's light and moved your head left and right, was it your head that moved or your seeing that moved? Bhagavan, my head moved of itself. Since my seeing-nature is beyond even cessation, how could it move?" The Buddha said, "So it is."
Then the Tathagata told everyone in the assembly, "Normally beings would say that the defiling dust moves and that the transitory guest does not remain. You have observed that it was Ananda's head moved; yet his seeing did not move. You also have observed my hand open and close; yet your seeing did not stretch or bend. Why do you continue to rely on your physical bodies which move and on the external environment which also moves? From the beginning to the end, this causes your every thought to be subject to production and extinction. You have lost your true nature and conduct yourselves in upside-down ways. Having lost your true nature and mind, you take objects to be yourself, and so you cling to revolving on the wheel of rebirth."
sori gue ketemu sutranya bhs inggris, mudah-mudahan masih bisa dimengerti oleh rekan-rekan dc... nah.. untuk rekan-rekan dc. tolong kasih pendapat apa itu atta dan apa itu mind, dimanakah mind? ... :D ..
gue sendiri mumet mbaca sutra ini... :))