fanatik
kata fanatik kalau sesuai kamus>keyakinan/kepercayaan yang teramat kuat terhadap suatu ajaran(kepercayaan atau agama)..terjemahan ini menurut saya masih kurang lengkap,
karena ada hal lain yang bisa di katagorikan fanatik,misalnya fanatik merk handpon,mobil atau dokter dsb,
yang ke 2 pada umumnya yang di katakan orang fanatik adalah keyakinan pada ajaran yang SESAT,extrem,padahal sebetulnya meyakini ajaran yang menurut umum adalah real/resmi pun juga bisa di katakan fanatik(menurut saya).
jadi menurut saya meyakini sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya secara nyata adalah fanatik,contohnya setiap agama mengatakan bahwa ada suatu alam surga(tempat yang sangat baik) sebagai tujuan akhir dari perjalanan hidup manusia,namun dengan catatan manusia tersebut harus lulus ujian,dengan nilai pahala atau kamma baik yang CUKUP, ketentuan atau aturan ini ada di setiap kitab suci,dengan versinya masing2,tapi garis besarnya sama,untuk menunjang agar umat yakin /percaya akan hal tsb,ada tambahan keterangan yang melukiskan apa isi alam surga tsb, .
disinilah letak unsur fanatik berlaku.tidak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa membuktikan kebenaran tentang hal tsb,semuanya HANYA tertulis di buku. secara logika bila seorang umat meyakini hal tsb berarti dia sudah bisa dikatakan fanatik,begitu juga masih banyak sekali hal2 yang tertulis di buku agama yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya, jadi dengan meyakini /mempercayai segala sesuatu yang belum bisa dibuktikan kebenarannya ,menurut saya itu sudah fanatik.
namun bila di tanya >kalau begitu umat TIDAK boleh yakin/percaya dengan hal2 yang belum bisa dibuktikan?? TIDAK JUGA. . menurut hemat saya,semua orang di dunia ini harus/pasti ada fanatiknya,hanya bidangnya yang berbeda,karena kemampuan manusia sangatlah terbatas,tidak mungkin manusia ,mampu menguasai SEGALA bidang, terutama masalah teology,tidak mungkin manusia bisa menguasai masalah dalam segala hal(menguasai tentang handpon,mobil,kesehatan,pendidikan,dan masih banyak2 lagi),jadi pasti ada sebagian yang dia pasrahkan kepada yang ahli di bidang tsb,sehingga terjadilah fanatik itu.
apalagi masalah agama/teology,sangat jarang sekali manusia MENDALAMINYA, yang banyak adalah MENGIKUTINYA. .dari sinilah terjadi fanatik agama, bila seseorang berani mengaku sebagai umat Buddha maka konsekuensinya dia HARUS fanatik terhadap apa yang ada di kitab suci Buddha,walaupun ada sebagian besar dia tidak/belum mengerti atau belum/tidak bisa membuktikan sendiri apakah BENAR isi buku tsb, jadi umat agama sebenarnya dituntut wajib/harus fanatik terhadap agamanya,bila dia masih ragu/bimbang dengan isi kitab suci jangan menepukdada bahwa dia adalah umat Budha tulen,walaupun sebetulnya untuk menyebut diri sebagai umat Budha tulen selain meyakini masih ada syarat yang lebih penting/berat yaitu menjalankan ajarannya.
jadi pesan dari tulisan diatas adalah>
1, arti kata fanatik bisa lebih luas dari yang ada di kamus.
2, jangan dulu memvonis orang lain fanatik,nilai dulu diri sendiri mungkin ada bidang tertentu yang mana kamu sendiri fanatik.(fanatik dengan budaya/tradisi etnis,agama,kepercayaan).
sekian ,semoga bermanfaat.
salam Hadi.
topik fanatik saya buat thread baru agar tidak mengganggu topik KIIK,mohon maaf semuanya kalau saya telah melebarkan topik aslinya.
selanjutnya mari kita bahas bersama sama topik ini,silahkan di koreksi.
salam Hadi
Sang Buddha sangat fanatik.
Hal apa yang di-fanatik-i oleh Sang Buddha?
dengan misi---ingin menolong umat manusia yang banyak menderita,
dengan keyakinan yang sangat mantap(tidak ragu),berawal dari mempelajari,menyelami,melatih diri,berkorban diri,berjuang diri,selama bertahun tahun,walaupun banyak sekali rintangan,gangguan,tapi dengan ke-fanatik-an terhadap sebuah keyakinan yang mulia,akhirnya membuahkan hasil.
bayangkan bila pada saat itu,setelah satu tahun belum ada hasilnya dan Sang Buddha tidak fanatik-----ya mundurlah,maka kini tidak mungkin ada ajaran Buddha.
saat sekarang ini banyak umat Buddha yang masih belum menemukan kebenaran ajaran Buddha,namun karena rasa fanatiknya yang kuat,mereka terus saja mencari,mempelajari,mencoba untuk melakukan apa yang tertulis dalam ajarannya,maka niscaya suatu saat umat2 yang pantang menyerah itu akan menuai hasilnya,yaitu mendapatkan pencerahan sedikit demi sedikit.
maka saya semangati semuanya,termasuk saya sendiri,untuk pantang menyerah-----tetap fanatik----ajaran Buddha adalah jalan yang benar.
salam Hadi
saya fanatik !
dari sekian banyak yang saya fanatiki,salah satunya adalah----hukum sebab akibat.
hukum sebab akibat tidaklah sesuatu yang nyata/ilmiah,maka sangat memerlukan waktu panjang untuk bisa dirasakan,apalagi membuktikan.
tapi entah dari mana dulunya,awal ceritanya----saat ini saya sangat fanatik dengan hukum alam tsb.
ini cuma sebagai contoh,silahkan di renungkan.
di forum ini setahu saya ada 5 thread yang membahas topik fanatik,semoga yang saya tulis ini memperluas arti kata fanatik,silahkan dikoreksi.
sptnya ts belum benar2 mengerti apa artinya fanatik !....
sebab umat Buddhist yg waras, tidak akan fanitk terhadap 4 kebenaran mulia, hukum sebab akibat, dst.
Quotedari sekian banyak yang saya fanatiki,salah satunya adalah----hukum sebab akibat.
topik fanatik sudah banyak la yau, bosan..... :'(
Quote from: adi lim on 26 December 2012, 08:37:23 PM
topik fanatik sudah banyak la yau, bosan..... :'(
gimana lagi kalau org panatik terhadap panatik ? :P
Quote from: cumi polos on 26 December 2012, 08:24:12 PM
sptnya ts belum benar2 mengerti apa artinya fanatik !....sebab umat Buddhist yg waras, tidak akan fanitk terhadap 4 kebenaran mulia, hukum sebab akibat, dst.
mohon pencerahannya rekan Cumi,bila ulasan anda bagus dan cocok buat saya,100% pasti saya ikuti,jangan kawatir, saya mampu mengendalikan fanatisme diri saya.
TQ
Quote from: Hadisantoso on 27 December 2012, 10:00:49 AM
mohon pencerahannya rekan Cumi,bila ulasan anda bagus dan cocok buat saya,100% pasti saya ikuti,jangan kawatir, saya mampu mengendalikan fanatisme diri saya.
TQ
ternyata sekian lama bro Hadi dididik oleh kedua master tsb... bro pun menjadi sembarang ngomong atau ngomong tapi tidak mengerti yg sesungguhnya.
kenyataan memang pahit, tapi kalau bro udah siap, cumi bisa beberkan deh...
Quote from: cumi polos on 27 December 2012, 08:31:36 PM
ternyata sekian lama bro Hadi dididik oleh kedua master tsb... bro pun menjadi sembarang ngomong atau ngomong tapi tidak mengerti yg sesungguhnya.
kenyataan memang pahit, tapi kalau bro udah siap, cumi bisa beberkan deh...
salah bro Cumi,saya bukan sembarang ngomong,tapi berani ngomong,walaupun tidak/belum terlalu mengerti.
tidak mengerti tapi berani ngomong masih lebih baik dari pada tidak ngerti dan diam.
silahkan bimbing saya,bimbingan memang pahit gak mungkin manis,yang manis justru tidak mendidik saya.plz
sikap fanatik sama ga ya sama chauvinisme?
Quote from: learner on 28 December 2012, 12:07:37 AM
sikap fanatik sama ga ya sama chauvinisme?
duhhh learner jangan tanya yg sulit2... nanti lama2 cumi botak lhooo.... ;D ;D
fanatik adalah kepercayaan ataupun tingkah laku yg menyertain pemikiran tidak kritis terhadap sesuatu** yg berlebihan.
(** dpt berupa agama, politic, sport, hobby, pemikiran, kesukaan, barang, merek barang, services, dst, dst)
pemikiran kritis adalah pemikiran yg :
mengamatin, menginterpritasi, menganalisa, mengevalusi, menjelaskan, berkesimpulan,
meneliti, kredibilitasi, relevansi, berlogika, dst, dst utk mencapai sebuah kesimpulan.
dan salah satu ajaran dasar Buddhist adalah Ehipassico
(jangan percaya secara babi buta, jangan FANATIK)
Buddha ingin pengikutnya tidak menerima sesuatu secara babi buta (FANATIK), silahkan menguji, melihat, mencoba sendiri. yg konon populer dgn "Datang dan Lihatlah sediri",
Tidak membabi buta berarti berpikir kritis. berpikir kritis berarti TIDAK FANATIK.
semoga setelah membaca posting ini, bro hadi TIDAK MENGAGUNGKAN KATA FANATIK.
karna arti fanatik adalah menginginkan orang tidak berpikir kritis!
apakah bro Hadi FANATIK terhadap master sunya dan master djoe ? :'(
Quote from: learner on 28 December 2012, 12:07:37 AM
sikap fanatik sama ga ya sama chauvinisme?
Chauvinisme, adalah patriotisme, berlebihan suka berperang dan keyakinan dalam superioritas sebuah negara.
Quote from: cumi polos on 28 December 2012, 02:14:16 AM
Chauvinisme, adalah patriotisme, berlebihan suka berperang dan keyakinan dalam superioritas sebuah negara.
fanatisme nasionalis = chauvinisme?
religion chauvinisme = fanatik agama?
Quote from: learner on 28 December 2012, 02:19:53 AM
fanatisme nasionalis = chauvinisme?
religion chauvinisme = fanatik agama?
sptnya begitu, tapi kata tsb tidak digunakan pada agama...
:x
nah fanatik pun udah cumi bahas, karna bro Hadi adalah murid dari manster sunya dan djoe (MSD),
maka cumi mau mengetest sampai dimana kemajuan bro hadi....
coba beri contoh fanatik dlm kehidupan sehari-hari,
singkat, jelas dan padat. supaya pembaca dpt mengerti.
silahkan.! bro Hadi kan org yg berani bicara tohhh :P :P
Quote from: cumi polos on 28 December 2012, 07:36:24 AM
nah fanatik pun udah cumi bahas, karna bro Hadi adalah murid dari manster sunya dan djoe (MSD),
maka cumi mau mengetest sampai dimana kemajuan bro hadi....
coba beri contoh fanatik dlm kehidupan sehari-hari,
singkat, jelas dan padat. supaya pembaca dpt mengerti.
silahkan.! bro Hadi kan org yg berani bicara tohhh :P :P
segala bentuk keyakinan pikiran maupun tindakan,yang didasari oleh kata2------
Sang Buddha mengatakan,,,,kitab XXX tertulis,,,,,guru saya mengatakan,,,,ibu/ayah saya mengatakan,,,,teman saya mengatakan,,,,dokter mengatakan,,,,
biasanya begini,,,,,umumnya begitu,,,,setahu saya begitu,,,,label/merk ini sudah terkenal,,,,
itulah sumber ke-fanatik-an
Quote from: Hadisantoso on 28 December 2012, 08:55:40 AM
segala bentuk keyakinan pikiran maupun tindakan,yang didasari oleh kata2------
Sang Buddha mengatakan,,,,kitab XXX tertulis,,,,,guru saya mengatakan,,,,ibu/ayah saya mengatakan,,,,teman saya mengatakan,,,,dokter mengatakan,,,,
biasanya begini,,,,,umumnya begitu,,,,setahu saya begitu,,,,label/merk ini sudah terkenal,,,,
itulah sumber ke-fanatik-an
bro hadi juga udah memberikan contoh2 yg rumit....
contoh itu hrs singkat, jelas, mudah dimengerti sehingga tidak ada terkesan dan berbau BELUT...
silahkan coba lagi....
Quote from: cumi polos on 28 December 2012, 09:05:07 AM
bro hadi juga udah memberikan contoh2 yg rumit....
contoh itu hrs singkat, jelas, mudah dimengerti sehingga tidak ada terkesan dan berbau BELUT...
silahkan coba lagi....
simak dialog dibawah ini----
A:kamu kok sering kasih uang pada pengemis?
B:itu adalah amal atau berdana.
A:apa manfaat buat dirimu?
B:saya akan mendapat karma biak.
A:tahu dari mana kamu?
B:Sang Buddha mengatakan,,,,dikitab xxx tertulis,,,,,guru saya menganjurkan,,,,
A:kamu kalau beli hp,selalu cari merk XXX kenapa ya?
B:sudah berapa kali saya pake xxx tidak pernah ada masalah,produk XXX bisa dipercaya bro
A:apakah itu berlaku sepanjang masa?
B:wah jangan mikir terlalu jauh,untuk sementara ini masih ok,ya kita pake itu terus
menurut bro Hadi, apakah umat Buddhist seharusnya fanatik ?
arti fanatik yang telah disetujui bersama dan sedang dibahas di sini yang mana ya? ???
Quote from: cumi polos on 28 December 2012, 09:40:20 AM
menurut bro Hadi, apakah umat Buddhist seharusnya fanatik ?
relatif,bagian2 tertentu harus fanatik,tergantung kemampuan masing2 individu.
tidak fanatik sama sekali bisa jadi sangat rawan---plinplan dan mudah pindah.
terlalu fanatik juga tidak baik--otak jadi beku dan terbelenggu.
Berarti Fanatik bagus ato ga relatif ya?
Quote from: M14ka on 28 December 2012, 10:19:28 AM
Berarti Fanatik bagus ato ga relatif ya?
ya relatif sekali.tergantung dari sisi mana memandangnya.
Quote from: Hadisantoso on 28 December 2012, 10:27:54 AM
ya relatif sekali.tergantung dari sisi mana memandangnya.
Tapi byk yg mikir ke negatif aja ya kl kita blg fanatik ;D
Quote from: M14ka on 28 December 2012, 10:29:50 AM
Tapi byk yg mikir ke negatif aja ya kl kita blg fanatik ;D
tanpa menyelidiki, membabi buta, tidak menganalisa, membandingkan, mengevaluasi....
maka kita sebut fanatik....
bukan soal negatip sihh :P
Quote from: M14ka on 28 December 2012, 10:19:28 AM
Berarti Fanatik bagus ato ga relatif ya?
sesuai defenisi, fanatik adalah tidak baik!... buka cara berpikir Buddhist. ;D
Quotetidak fanatik sama sekali bisa jadi sangat rawan---plinplan dan mudah pindah.
terlalu fanatik juga tidak baik--otak jadi beku dan terbelenggu.
apakah ini yg diajarkan oleh guru MSD ?
saran cumi bro Hadi sebaiknya belajar lebih teliti lagi...dan seksama... :P
Quote from: M14ka on 28 December 2012, 10:29:50 AM
Tapi byk yg mikir ke negatif aja ya kl kita blg fanatik ;D
ini keterbukaan tentang kenyataan dan kejujuran.
bila saya/anda dan semuanya
menyadari bahwa dirinya juga pernah fanatik,sedang fanatik dan masih fanatik,kenapa harus takut pada pandangan umum?
kecuali saya/anda tidak menyadari/tidak merasa,ya silahkan saja.
bodoh itu tidak baik.
semua orang tidak mau disebut bodoh,
semua orang menghindari kebodohan dengan cara belajar dan belajar terus,
semua orang kepingin pintar----kalau bisa disegala bidang,segala urusan.
tapi mampukah ? kemampuan manusia terbatas.
sepintar pinternya manusia TETAP ada sisi bodohnya,itu harus diakui.kecuali ada manusia yang mengaku --saya manusia sangat sempurna,pintar di semua urusan/bidang.
sama dengan fanatik.
fanatik sejatinya tidak baik,tapi manusia terpaksa fanatik----semuanya.tapi bidang yang di fanatik i tidak sama pada setiap manusia.dan bagaimana manusia mengendalikan ke-fanatik-an.
yang terpenting adalah----kesadaran/menyadari.
bahwa saya bukan manusia super.
Setiap manusia itu perlu pegangan, karena itulah ada kepercayaan (keyakinan). Kalau terlalu meyakini/mempercayai sesuatu secara buta, mungkin dapat dikatakan fanatik. Tapi bila sudah dinalar dan dipertimbangkan secara sehat, apakah masih bisa disebut fanatik?
Contoh: Jika seseorang berinvestasi pada tanah dan rumah (properti) karena dinilainya jenis investasi tersebut yang sangat jarang terkena imbas naik/turun-nya ekonomi, apakah dengan demikian ia dapat disebut fanatik dalam investasi tanah dan rumah?
Contoh lain: Jika seorang Ayah/Ibu yang berprofesi sebagai dokter/pengacara, lalu ingin anaknya meneruskan cita-citanya yakni menjadi dokter/pengacara juga (karena dianggapnya itu profesi terbaik), apakah dengan begitu bisa disebut fanatik?
Jika Anda menjawab 'tidak' untuk contoh pertama, dan 'ya' untuk contoh kedua, berarti kita sependapat. _/\_
Segala sesuatu yang sudah dibuktikan dan ditelaah mendalam, lalu dijadikan keyakinan, dalam agama Buddha ini disebut Shraddha/Saddha. Sedangkan mempercayai buta sebuah kepercayaan (dogma/doktrin/teori/tradisi/budaya/ajaran) tanpa menyelidikinya terlebih dahulu, ini yang saya sebut fanatik.
Nah, sudah sejauh mana kita mendalami Buddhisme hingga sampai pada taraf tidak fanatik? Apakah keyakinan kita terhadap Buddha, Dharma dan Sangha sudah merupakan keyakinan yang benar (bukan pengkultusan dan kepercayaan buta)?
Semoga semua berbahagia. Salam. _/\_
Quote from: Sunya on 31 December 2012, 07:44:21 AM
Setiap manusia itu perlu pegangan, karena itulah ada kepercayaan (keyakinan). Kalau terlalu meyakini/mempercayai sesuatu secara buta, mungkin dapat dikatakan fanatik. Tapi bila sudah dinalar dan dipertimbangkan secara sehat, apakah masih bisa disebut fanatik?
Contoh: Jika seseorang berinvestasi pada tanah dan rumah (properti) karena dinilainya jenis investasi tersebut yang sangat jarang terkena imbas naik/turun-nya ekonomi, apakah dengan demikian ia dapat disebut fanatik dalam investasi tanah dan rumah?
Contoh lain: Jika seorang Ayah/Ibu yang berprofesi sebagai dokter/pengacara, lalu ingin anaknya meneruskan cita-citanya yakni menjadi dokter/pengacara juga (karena dianggapnya itu profesi terbaik), apakah dengan begitu bisa disebut fanatik?
Jika Anda menjawab 'tidak' untuk contoh pertama, dan 'ya' untuk contoh kedua, berarti kita sependapat. _/\_
Segala sesuatu yang sudah dibuktikan dan ditelaah mendalam, lalu dijadikan keyakinan, dalam agama Buddha ini disebut Shraddha/Saddha. Sedangkan mempercayai buta sebuah kepercayaan (dogma/doktrin/teori/tradisi/budaya/ajaran) tanpa menyelidikinya terlebih dahulu, ini yang saya sebut fanatik.
Nah, sudah sejauh mana kita mendalami Buddhisme hingga sampai pada taraf tidak fanatik? Apakah keyakinan kita terhadap Buddha, Dharma dan Sangha sudah merupakan keyakinan yang benar (bukan pengkultusan dan kepercayaan buta)?
Semoga semua berbahagia. Salam. _/\_
dari posting sptnya bro sunya pun masih tidak benar2 mengerti apa ini fanatik.
belajarlah lebih giat dan lebih teliti....sehingga tidak terasa menjadi mahluk BELUT di thread mana2...
keyakinan selain Buddha, Dharma dan Sangha,...
ehhh jangan ketinggalan MEDITASI (praktek) yg diagung-agungkan master BELUT tohhh....
jadi praktek (meditasi) penting, yg lain semuanya juga penting.... :P :P
Quote from: Sunya on 31 December 2012, 07:44:21 AM
Contoh: Jika seseorang berinvestasi pada tanah dan rumah (properti) karena dinilainya jenis investasi tersebut yang sangat jarang terkena imbas naik/turun-nya ekonomi, apakah dengan demikian ia dapat disebut fanatik dalam investasi tanah dan rumah?
Contoh lain: Jika seorang Ayah/Ibu yang berprofesi sebagai dokter/pengacara, lalu ingin anaknya meneruskan cita-citanya yakni menjadi dokter/pengacara juga (karena dianggapnya itu profesi terbaik), apakah dengan begitu bisa disebut fanatik?
. Salam. _/\_
kalau pedoman saya,prinsip menjadi tidak fanatik adalah.-------
masih memungkinkan ada yang lebih baik.
tidak menutup diri,pikiran akan adanya kemungkinan ada yang lebih baik.
segalanya bisa berubah---- tidak abadi.
mungkin saat ini pandangan,keyakinan,hitung hitungan yang terpercaya,yang terbaik,yang paling masuk akal adalah bla bla bla,tapi saya masih membuka kesempatan,kemungkinan akan adanya yang lebih baik,karena saya menyadari bahwa kemampuan saya terbatas,dan zaman terus berubah.
Quote from: Hadisantoso on 31 December 2012, 09:20:18 AM
kalau pedoman saya,prinsip menjadi tidak fanatik adalah.-------
masih memungkinkan ada yang lebih baik.
tidak menutup diri,pikiran akan adanya kemungkinan ada yang lebih baik.
segalanya bisa berubah---- tidak abadi.
mungkin saat ini pandangan,keyakinan,hitung hitungan yang terpercaya,yang terbaik,yang paling masuk akal adalah bla bla bla,tapi saya masih membuka kesempatan,kemungkinan akan adanya yang lebih baik,karena saya menyadari bahwa kemampuan saya terbatas,dan zaman terus berubah.
sptnya bro Hadi udah banyak kemajuan dehh.... semoga lebih melejit lagi dilain hari...
semoga bro Hadi pun bisa LEBIH PINTAR DARI GURU2nya (termasuk cumi juga)
Quote from: Sunya on 31 December 2012, 07:44:21 AM
Contoh: Jika seseorang berinvestasi pada tanah dan rumah (properti) karena dinilainya jenis investasi tersebut yang sangat jarang terkena imbas naik/turun-nya ekonomi, apakah dengan demikian ia dapat disebut fanatik dalam investasi tanah dan rumah?
Contoh lain: Jika seorang Ayah/Ibu yang berprofesi sebagai dokter/pengacara, lalu ingin anaknya meneruskan cita-citanya yakni menjadi dokter/pengacara juga (karena dianggapnya itu profesi terbaik), apakah dengan begitu bisa disebut fanatik?
2 contoh diatas sama sama fanatik.
investasi yang lebih baik dari beli tanah pasti ada.walau bukan sekarang.
profesi yang paling baik dari kaca mata ayah dan ibu sangat sempit,tanyakan pada 10 orang jawabnya bisa berbeda.
yang layak di fanatiki-----hukum sebab akibat,aksi reaksi,berbuat kebajikan akan menuai kebaikan. marah dan memaki orang pasti menuai keburukan.
Quote from: Hadisantoso on 31 December 2012, 09:49:20 AM
2 contoh diatas sama sama fanatik.
investasi yang lebih baik dari beli tanah pasti ada.walau bukan sekarang.
profesi yang paling baik dari kaca mata ayah dan ibu sangat sempit,tanyakan pada 10 orang jawabnya bisa berbeda.
yang layak di fanatiki-----hukum sebab akibat,aksi reaksi,berbuat kebajikan akan menuai kebaikan. marah dan memaki orang pasti menuai keburukan.
Mungkin pengertian fanatik masing-masing orang berbeda.
Bagi saya, fanatik itu adalah suatu sikap meyakini sesuatu secara berlebihan, dan menolak segala sesuatu yang tidak diyakini dan dipercayainya.
Dalam kasus di atas (beli tanah), tentu keyakinan beli tanah tersebut didasari 'pengamatan' (survey dan studi), yang hasilnya melahirkan keputusan untuk investasi di bidang itu. Tentu jika bicara perubahan, tidak ada yang tetap (suatu hari investor tanah dan properti pasti akan beralih ke bidang lain yang lebih menguntungkan). Tapi jika bicara tentang apa 'landasan' seseorang dalam berkeyakinan, saya kira 'pengamatan' (studi, telaah, penyelidikan) adalah yang utama. Dan seorang yang melakukan hal tersebut (studi dan telaah mendalam untuk meyakini sesuatu), bukan didasari atas kepercayaan buta, maka bagi saya bukan fanatik. Memang ini berbeda-beda definisinya, tergantung seperti apa kita mengartikan fanatik.
Bila definisi fanatik itu meyakini sesuatu secara kuat walau memang sudah melihat dan membuktikan, berarti (berhubung ini forum Buddhisme), Buddha Gautama juga seorang yang fanatik?
Kalau sesuai defisini saya sih tidak, karena Beliau sudah membuktikan (bukan percaya dari desas desus dan lalu meyakininya).
Wah, kalau hukum karma sebenarnya bukan diyakini. Belum tentu memaki orang pasti salah, karena saya sendiri pernah memaki karyawan dengan sebab dan alasan jelas, dan hasilnya kini dia sudah jadi manajer di sebuah perusahaan, malah berterima kasih atas gemblengan saya. Sesuatu itu relatif, tergantung apa niat di belakangnya. Bicara halus dan manis juga belum tentu baik, karena penampilan dan tutur bahasa kerap kali hanya "komoditi" belaka (penunjang pergaulan dan penjualan).
Oke, semoga bisa dikoreksi. Kurang lebihnya mohon dimaafkan (masih belajar). Salam. _/\_
paham fanatik yang anda uraikan diatas memang ada benarnya.dari sudut tertentu.maaf kalau dari sudut universal tetap saja ada beda.
sesuatu yang sudah di teliti dengan seksama akan menumbuhkan keyakinan yang mantap,didukung oleh fakta dan data dari orang yang ahli pula.apa masih ragu ragu ? kalau saya sudah mantap dengan kondisi demikian ,berarti saya mempercayakan kemantapan tsb kepada pandangan umum termasuk analisa para ahli-------dan meng-anggap bahwa pasti 100% benar.
karena saya tidak punya kemampuan sendiri ,dalam arti lebih ahli dari mereka,maka analisa mereka saya pakai patokan.
namun sebagai reserve-----berilah angka 80% benar-----
dan SIAP MENERIMA PERUBAHAN.
Siap menerima perubahan inilah kunci TIDAK FANATIK.
ini berlaku juga dalam keyakinan sebuah ajaran----siap dan bersedia menerima sesuatu yang baru bila dianggap lebih baik.
Quote from: Hadisantoso on 31 December 2012, 11:38:44 AM
paham fanatik yang anda uraikan diatas memang ada benarnya.dari sudut tertentu.maaf kalau dari sudut universal tetap saja ada beda.
sesuatu yang sudah di teliti dengan seksama akan menumbuhkan keyakinan yang mantap,didukung oleh fakta dan data dari orang yang ahli pula.apa masih ragu ragu ? kalau saya sudah mantap dengan kondisi demikian ,berarti saya mempercayakan kemantapan tsb kepada pandangan umum termasuk analisa para ahli-------dan meng-anggap bahwa pasti 100% benar.
karena saya tidak punya kemampuan sendiri ,dalam arti lebih ahli dari mereka,maka analisa mereka saya pakai patokan.
namun sebagai reserve-----berilah angka 80% benar-----
dan SIAP MENERIMA PERUBAHAN.
Siap menerima perubahan inilah kunci TIDAK FANATIK.
ini berlaku juga dalam keyakinan sebuah ajaran----siap dan bersedia menerima sesuatu yang baru bila dianggap lebih baik.
Rekan Hadi, kalau dari penjabaran di atas, bukankah itu definisi konservatif (kolot, tidak mau berubah)?
Kalau dikaitkan dengan waktu (berubah atau tidak berubah), sepertinya lebih condong ke konservatif, sedangkan fanatik lebih pada kadarnya (bagaimana kuatnya meyakini sesuatu).
Mohon koreksinya.
Salam. _/\_
dalam hal keyakinan.
saya tidak tahu------apa yang harus dilakukan untuk menjalani hidup,hidup setelah mati,bagaimana agar menjadi terbaik untuk masa sekarang dan yang akan datang.
saya tidak punya kemampuan untuk menyelidiki dan mengalami sendiri,mati dulu nanti balik lagi,----maka dengan terpaksa saya percayakan kepada yang lebih ahli,walaupun mereka juga belum mengalami sendiri,melainkan hanya dari membaca dan menganalisa kitab2 peninggalan ,
misalnya tertulis----Sang Buddha menyatakan,---karena saya tidak mendengar sendiri dari Sang Buddha,maka harusnya---dalam kitab XX tertulis>>Sang Buddha bla bla. bila anda menyatakan ---walau hanya tertulis tapi saya yakin 100% bahwa Sang Buddha benar2 menyatakan bla bla, maka itu terserah anda.
konsep2 yang ditawarkan oleh setiap agama berbeda,-----dan saya lebih mantap ke ajaran Buddha,
apakah ini sudah final ? disinilah letak fanatik bisa terbaca.
apakah konsep yang anda tulis (tentang KIIK,Sunyata) semuanya sudah final ?????????
Oh, kalau itu kepercayaan. Misalnya saya percaya di dalam sebuah dus ada bola berwarna merah, itu berarti hanya menebak.
Seperti saya tulis di atas, setiap manusia itu perlu pegangan, dan salah satunya adalah kepercayaan (agama/aliran/tradisi) yang ia anut.
Mengenai hal itu, tentu tidak arif bila menempatkan kepercayaan (sebuah keniscayaan) sebagai keyakinan 100%. Untuk ini saya sangat sependapat.
Tapi 'yakin' yang saya bahas disini tentunya sangat berbeda dengan percaya (atau kita sebut 'iman' dalam konteks keagamaan). Yakin itu bila Anda sudah buka dus di atas, lalu lihat bolanya warna merah, tentu itu bukan disebut fanatik bila lantas kita menyebutkan kita tahu pasti bahwa bola dalam dus berwarna merah.
Bukan begitu?
Saya kira seharusnya sependapat.
Salam dharma dan semoga berbahagia. _/\_
tentang marah dan maki2.
marah kadarnya macam2----marah pada anak,karyawan atau siapa saja,bila dilandasi emosi,benci,itu adalah musuh ,harus dimatikan,harus dikeluarkan dari hadapan saya----dibandingkan dengan marah sebagai kewajiban status,dan bagaimana dengan marah itu bisa merubah yang jelek menjadi baik.
kalau maki2 itu lebih banyak negatif nya ,jadi kebanyakan akan menuai keburukan.---karena kadar bencinya tinggi.
kata yakin dan percaya,masih perlu disamakan difinisinya ,mungkin di kesempatan lain.
TQ semoga lebih bahagia dan sukses tahun 2013.
Selamat tahun baru untuk semua umat. Semoga di tahun 2013 makin sukses dan berjaya, jangan lupa tetap berdana dan berbuat baik lewat pikiran, ucapan dan perbuatan.
Salam sukses-bahagia untuk semuanya, semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu! Sadhu! Sadhu! _/\_
Quote from: Sunya on 31 December 2012, 10:24:54 PM
Selamat tahun baru untuk semua umat. Semoga di tahun 2013 makin sukses dan berjaya, jangan lupa tetap berdana dan berbuat baik lewat pikiran, ucapan dan perbuatan.
Salam sukses-bahagia untuk semuanya, semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu! Sadhu! Sadhu! _/\_
semoga fanatiknya berkurang
semoga tidak melekat pada gelar 'master belut'
=))
kalau menjelaskan fanatik aja gak mampu...
jangan harap menjelaskan yg lebih sulit lagi dehhh...
(spt sunyata...)
Quote from: cumi polos on 01 January 2013, 12:41:30 AM
kalau menjelaskan fanatik aja gak mampu...
jangan harap menjelaskan yg lebih sulit lagi dehhh...
(spt sunyata...)
bold: bro cumi, kesulitan ini dijamin tidak akan terselesaikan :)
apakah yg menyebbkan konsumen fanatik pada satu merek,
padahal merek lain memberikan kwalitas dan harga yg lebih baik ?
dapatkah bro sunya atau bro hadi memberikan jawaban serta contoh produk tsb ?
nahhh.....kita bicara kehidupan nyata aja deh..... :P :P
Quote from: cumi polos on 01 January 2013, 07:18:54 AM
apakah yg menyebbkan konsumen fanatik pada satu merek,
padahal merek lain memberikan kwalitas dan harga yg lebih baik ?
karena kebodohan,----tidak ahli dalam bidang tersebut.
karena keterbatasan atau
pembatasan diri tentang informasi
produk lain,
karena bidang tersebut dianggap sepele,
karena sudah merasa cukup nyaman dengan yang dimiliki sekarang.
Dalam pembahasan ini cenderung ke pembahasan Sraddha....
Sraddha adalah sebuah keteguhan keyakinan dengan suatu landasan (pengetahuan & praktek)
Quote from: Hadisantoso on 31 December 2012, 12:13:04 PM
tentang marah dan maki2.
marah kadarnya macam2----marah pada anak,karyawan atau siapa saja,bila dilandasi emosi,benci,itu adalah musuh ,harus dimatikan,harus dikeluarkan dari hadapan saya----dibandingkan dengan marah sebagai kewajiban status,dan bagaimana dengan marah itu bisa merubah yang jelek menjadi baik.
kalau maki2 itu lebih banyak negatif nya ,jadi kebanyakan akan menuai keburukan.---karena kadar bencinya tinggi.
Ijinkan saya memberi pandangan, mohon petunjuknya bila salah.
Semua hal, bila dilandasi dengan kebencian, keserakahan, dan ketidaktahuan, akan mendatangkan efek negatif.
Semua hal bila tidak dilandasi dengan kebencian, keserakahan, dan ketidaktahuan, akan mendatangkan efek baik dan positif.
Kemarahan, sanjungan, memaki, berdana paramitha, membunuh, mengikuti ajaran Buddha, bernyanyi, merampas, semua kosong dari sifat hakiki. Sadarilah, bahwa cetana yang menentukan positif atau negatifnya sebuah karma.
Saya bisa beri contoh dari tiap aktivitas di atas, yang membuktikan bahwa semua sunya dari sifat hakiki.
Memaki sangat diperlukan, di saat dan kondisi yang tepat.Sedikit cerita, kebetulan karyawan kami dari berbagai suku. Kalau suku tertentu (pulau terkecil di Indonesia), lebih banyak pakai perasaan, kalau diberitahu dengan bahasa halus sudah mengerti.
Beda halnya dengan suku tertentu (di bagian Indonesia Tengah), bahasa asli mereka memang relatif kasar dibanding dengan bahasa Indonesia umumnya. Jadi, kalau belum diberi penekanan dan kosakata bahasa tertentu, agak sulit paham.
Amarah (walau hanya pura-pura) juga perlu, karena bagi yang mental agak keras (bebal), kadang diberi
shock therapy (terapi kejut) baru bisa mendengar (berubah).
Semua tergantung situasi dan kondisi. Preman tertentu tidak bisa diberi ceramah oleh pemuka agama (akan diremehkan atau diacuhkan), mereka kadang akan mendengar bila yang mengatakan adalah orang lebih berkuasa (bos preman, misalnya).
Ini fundamental, mengingat agama Buddha bukan agama normatif dan etnik, melainkan agama tentang kebijaksanaan, yang mana kebijaksanaan itu relatif (tidak ada patokan khusus dan mutlak).
Oke, salam dharma dan semoga berbahagia. _/\_
Quote from: Sunya on 01 January 2013, 10:56:18 AM
Ijinkan saya memberi pandangan, mohon petunjuknya bila salah.
Semua hal, bila dilandasi dengan kebencian, keserakahan, dan ketidaktahuan, akan mendatangkan efek negatif.
Semua hal bila tidak dilandasi dengan kebencian, keserakahan, dan ketidaktahuan, akan mendatangkan efek baik dan positif.
Kemarahan, sanjungan, memaki, berdana paramitha, membunuh, mengikuti ajaran Buddha, bernyanyi, merampas, semua kosong dari sifat hakiki. Sadarilah, bahwa cetana yang menentukan positif atau negatifnya sebuah karma.
Saya bisa beri contoh dari tiap aktivitas di atas, yang membuktikan bahwa semua sunya dari sifat hakiki.
Memaki sangat diperlukan, di saat dan kondisi yang tepat.
Sedikit cerita, kebetulan karyawan kami dari berbagai suku. Kalau suku tertentu (pulau terkecil di Indonesia), lebih banyak pakai perasaan, kalau diberitahu dengan bahasa halus sudah mengerti.
Beda halnya dengan suku tertentu (di bagian Indonesia Tengah), bahasa asli mereka memang relatif kasar dibanding dengan bahasa Indonesia umumnya. Jadi, kalau belum diberi penekanan dan kosakata bahasa tertentu, agak sulit paham.
Amarah (walau hanya pura-pura) juga perlu, karena bagi yang mental agak keras (bebal), kadang diberi shock therapy (terapi kejut) baru bisa mendengar (berubah).
Semua tergantung situasi dan kondisi. Preman tertentu tidak bisa diberi ceramah oleh pemuka agama (akan diremehkan atau diacuhkan), mereka kadang akan mendengar bila yang mengatakan adalah orang lebih berkuasa (bos preman, misalnya).
Ini fundamental, mengingat agama Buddha bukan agama normatif dan etnik, melainkan agama tentang kebijaksanaan, yang mana kebijaksanaan itu relatif (tidak ada patokan khusus dan mutlak).
Oke, salam dharma dan semoga berbahagia. _/\_
setuju.
tergantung situasi dan kondisi----plus status(guru sekolah,orang tua,komandan kemiliteran dsb).
yang penting niat yang terkandung apakah ada muatan ego,benci dsb.
happy new year 2013
ini tentang fanatik, marah, sabar, atau malah jadi BELUT lagi ?
:backtotopic:
Quote from: cumi polos on 01 January 2013, 12:27:29 PM
ini tentang fanatik, marah, sabar, atau malah jadi BELUT lagi ?
:backtotopic:
terima kasih diingatkan.bro Cumi polos
sikap fanatik apakah bertentangan dengan dengan ajaran sang buddha tentang ehipasiko?
Quote from: learner on 01 January 2013, 12:43:43 PM
sikap fanatik apakah bertentangan dengan dengan ajaran sang buddha tentang ehipasiko?
Tergantung definisi fanatik. Kalau fanatik itu diartikan sebagai menggenggam kuat sebuah ajaran walau sudah membuktikannya, maka ajaran apapun pasti fanatik. Namun jika fanatik itu adalah kepercayaan membuta (tanpa dipelajari/ditelaah terlebih dahulu), maka ajaran Buddha termasuk bukan fanatik, karena menekankan ehipassiko (membuktikan sendiri).
Dalam definisi kedua (lebih umum), tentu saja fanatik bertentangan dengan ehipassiko, karena percaya buta tanpa menganalisa dan membuktikan sendiri.
Semoga berbahagia, mohon koreksinya. _/\_
Quote from: Sunya on 01 January 2013, 08:14:55 PM
Tergantung definisi fanatik. Kalau fanatik itu diartikan sebagai menggenggam kuat sebuah ajaran walau sudah membuktikannya, maka ajaran apapun pasti fanatik. Namun jika fanatik itu adalah kepercayaan membuta (tanpa dipelajari/ditelaah terlebih dahulu), maka ajaran Buddha termasuk bukan fanatik, karena menekankan ehipassiko (membuktikan sendiri).
Dalam definisi kedua (lebih umum), tentu saja fanatik bertentangan dengan ehipassiko, karena percaya buta tanpa menganalisa dan membuktikan sendiri.
Semoga berbahagia, mohon koreksinya. _/\_
membulet...terus...
fanatik udah didefenisikan dalam kamus.....dgn jelas... kalau tidak setuju coba paparkan...
Sebenarnya thread ini secara tersirat membahas tentang tingkat kemelekatan, walau diistilahkan sebagai 'fanatik'.
Maksud dari TS, kalau boleh saya rangkum dan terjemahkan, adalah bahwa kita jangan terlampau melekat pada sesuatu, apapun itu, sebagai 'jaga-jaga' siapa tahu ada yang terbaik (atau setidaknya lebih baik).
Cuma itu saja. Selama ada yang merasa belum mencapai pengetahuan mutlak, sebaiknya jaga mulut, jaga hati dan jaga perilaku. Apapun yang kita yakini dan aspirasikan, janganlah terlampau ekstrim, apalagi jika merugikan kita (diri sendiri) maupun makhluk lain.
Begitu saja.
Ajaran Buddha indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir.
Patut kita renungkan (selama ini), kita sudah berprinsip: "Agama untuk manusia", atau "Manusia untuk agama"?
Semoga kita bijak dan arif menyikapi hidup.
Salam damai sejahtera. Semoga semua makhluk berbahagia. _/\_
sebuah realita:
apa yang saya tulis tentang fanatik ini,pernah saya sampaikan kepada 5 guru agama(3 dari Buddha),pada prisipnya mereka menerima paham tentang fanatik diatas,tapi ada pernyataan-----
paham diatas tidak mungkin saya sampaikan pada murid/umat2 saya,karena kontra dengan tugas saya,coba bayangkan----saya bersusah payah agar umat YAKIN dan MANTAP 100% pada apa yang saya ajarkan,tapi paham anda mementahkan ,jangan 100% !!!!
gimana ?
Quote from: Hadisantoso on 02 January 2013, 03:07:35 PM
sebuah realita:
apa yang saya tulis tentang fanatik ini,pernah saya sampaikan kepada 5 guru agama(3 dari Buddha),pada prisipnya mereka menerima paham tentang fanatik diatas,tapi ada pernyataan-----
paham diatas tidak mungkin saya sampaikan pada murid/umat2 saya,karena kontra dengan tugas saya,coba bayangkan----saya bersusah payah agar umat YAKIN dan MANTAP 100% pada apa yang saya ajarkan,tapi paham anda mementahkan ,jangan 100% !!!!
gimana ?
ini mengajar bahasa Indonesia atau mau mengajar apa sih ?
Quote from: Hadisantoso on 02 January 2013, 03:07:35 PM
sebuah realita:
apa yang saya tulis tentang fanatik ini,pernah saya sampaikan kepada 5 guru agama(3 dari Buddha),pada prisipnya mereka menerima paham tentang fanatik diatas,tapi ada pernyataan-----
paham diatas tidak mungkin saya sampaikan pada murid/umat2 saya,karena kontra dengan tugas saya,coba bayangkan----saya bersusah payah agar umat YAKIN dan MANTAP 100% pada apa yang saya ajarkan,tapi paham anda mementahkan ,jangan 100% !!!!
gimana ?
Guru agama Buddha-nya apa dari tiga aliran besar (Theravada, Mahayana, Tantrayana) atau di luar itu?
Setahu saya keyakinan dalam Buddhisme bukan direkayasa (ditanamkan iman tertentu agar yakin dan percaya), tapi lewat analisa mendalam dan kritis (serta praktek/realisasi).
Mohon koreksinya. Salam. _/\_
Quote from: Sunya on 02 January 2013, 08:12:06 PM
Guru agama Buddha-nya apa dari tiga aliran besar (Theravada, Mahayana, Tantrayana) atau di luar itu?
Setahu saya keyakinan dalam Buddhisme bukan direkayasa (ditanamkan iman tertentu agar yakin dan percaya), tapi lewat analisa mendalam dan kritis (serta praktek/realisasi).
Mohon koreksinya. Salam. _/\_
saya tidak etis untuk menyebutkan dari aliran mana,tapi kalaupun itu sebuah realita,bukan berarti salah agama atau alirannya,itu hanya kurang pandainya si guru agama dalam menanggapi ungkapan saya tentang fanatik.
saya akan lanjutkan cerita tentang fanatik,walaupun ada rekan yang mengatakan sudah bosan membahas.tapi percayalah---lain koki lain masakan,sama2 nasi goreng rasanya bisa ratusan, arti kata fanatik masih banyak yang belum terungkap,silahkan simak tulisan dibawah ini.
antara teknology dan teology.
teknology ada kesamaan dengan teology,yaitu keduanya adalah tentang sebuah ilmu.
yang tidak sama adalah---teknology ilmu pengetahuan tentang hal2 nyata,duniawi,alat,benda dan sistem2 nya.
sedangkan teology adalah ilmu ke-agama-an atau ilmu agama.
namun ada perbedaan yang luput(tidak pernah dibicarakan) dari sorotan umat,yaitu NASIB kedua ilmu itu bagaikan langit dan bumi.
teknology-----kemajuannya amat sangat cepat sekali,buku formal yang dipakai disekolahan ,berapa tahun pasti sudah diganti dengan yang baru,banyak sekali murid yang akhirnya lebih pandai dari gurunya,bandingkan saja---pengetahuan seorang profesor pada tahun 1900,dengan profesor tahun ini,sudah pasti sangat mencolok. mungkin kalau Albert Enstein tahu kemajuan teknology sekarang bisa semaput.
Teology-----kemajuan??? mungkin bisa disebut kemunduran,pengetahuan sang Buddha tentang dhamma,(2500 tahun lalu), saat ini siapa yang bisa menandingi ??? kitab yang dipakai sudah berumur ribuan tahun,masih dipakai sampai sekarang,bahkan mungkin masih akan BERTAHAN LAMA ,bahkan kemampuan para murid2 Sang Buddha saat itu,dibandingkan para ahli ajaran Buddha sekarang,silahkan dijawab sendiri hebat murid dulu atau hebat murid sekarang ? Arahat -----siapa dan kapan arahat yang terAKHIR?
Teology tidak ada kemajuan,bila ini memang sudah di-TAKDIR -kan, kita tidak bisa apa apa.-----tapi tentu TIDAK .
coba di renungkan kenapa teology tidak ada kemajuan ??
jawabannya-----
sikap para murid yang memang sudah berlawanan.
murid teknology-----kritis terhadap segala yang ada di buku bahkan terhadap gurunya, riset untuk mencari sesuatu yang baru terus dilakukan.
murid teology-----kebalikan dari murid teknology-----kitab ini tidak mungkin ada salah,jangankan mengoreksi !! meragukan saja sudah takut kualat !!!
murid teknology fanatik-----pasti ada yang lebih baik.
murid teology fanatik------ini sudah paling baik/ terbaik.
sama sama fanatiknya.
Tulisan yang bagus, Om. :)
Quote from: Hadisantoso on 13 January 2013, 05:28:35 PM
Teology-----kemajuan??? mungkin bisa disebut kemunduran,pengetahuan sang Buddha tentang dhamma,(2500 tahun lalu), saat ini siapa yang bisa menandingi ??? kitab yang dipakai sudah berumur ribuan tahun,masih dipakai sampai sekarang,bahkan mungkin masih akan BERTAHAN LAMA ,bahkan kemampuan para murid2 Sang Buddha saat itu,dibandingkan para ahli ajaran Buddha sekarang,silahkan dijawab sendiri hebat murid dulu atau hebat murid sekarang ? Arahat -----siapa dan kapan arahat yang terAKHIR?
Teology tidak ada kemajuan,bila ini memang sudah di-TAKDIR -kan, kita tidak bisa apa apa.-----tapi tentu TIDAK .
coba di renungkan kenapa teology tidak ada kemajuan ??
jawabannya-----
sikap para murid yang memang sudah berlawanan.
murid teknology-----kritis terhadap segala yang ada di buku bahkan terhadap gurunya, riset untuk mencari sesuatu yang baru terus dilakukan.
murid teology-----kebalikan dari murid teknology-----kitab ini tidak mungkin ada salah,jangankan mengoreksi !! meragukan saja sudah takut kualat !!!
murid teknology fanatik-----pasti ada yang lebih baik.
murid teology fanatik------ini sudah paling baik/ terbaik.
sama sama fanatiknya.
Bagusnya, Buddhism bukan Teology, mana ada cerita cerita di Tipitaka tentang penguasa alam semesta berikut isinya yg sifatnya berubah ubah sesuai penafsiran para pengikutnya. ;D.
Dan kalau ada yang mau meragukan catatan pembicaraan Buddha Gotama kepada murid beliau yg disebut Tipitaka (saya pribadi tidak menganggap Tipitaka sebagai kitab suci, krn yg bisa suci hanya batin seseorang, kitab kena lumpur jadi kotor, kalau dibakar ya nyala) ; ngga akan ada yang marah.
Mau mencari kesalahan kesalahan yang ada juga silahkan.
Kritis terhadap ajaran Buddha, bukan hanya boleh, malah sangat dianjurkan;
riset untuk menemukan kebenaran sejati/Nibbana juga amat sangat dianjurkan, bahkan kalau bisa 24 jam sehari; dengan menjadi bhikkhu pertapa. ;D
Makin fanatik riset seperti ini makin bagus, karena pertapa hanya menjadikan batin dan jasmani nya sendiri sebagai laboratorium.
Jika demikian, pengikut Buddha mirip mirip dengan pencinta teknologi ?
Quote from: Mokau Kaucu on 13 January 2013, 06:21:43 PM
Kritis terhadap ajaran Buddha, bukan hanya boleh, malah sangat dianjurkan;
riset untuk menemukan kebenaran sejati/Nibbana juga amat sangat dianjurkan, bahkan kalau bisa 24 jam sehari; dengan menjadi bhikkhu pertapa. ;D
Makin fanatik riset seperti ini makin bagus, karena pertapa hanya menjadikan batin dan jasmani nya sendiri sebagai laboratorium.
Jika demikian, pengikut Buddha mirip mirip dengan pencinta teknologi ?
sangat setuju,kritis itu sangat penting.
pengikut Buddha mirip mirip dengan pencinta teknologi ?-----bukan mirip2 pak,tapi hendaknya atau setidaknya mencontoh para murid ilmu teknology,dengan kritis sangat bermanfaat bagi pengetahuan dirinya tentang ajaran yang dianutnya.
Quote from: Mokau Kaucu on 13 January 2013, 06:21:43 PM
Bagusnya, Buddhism bukan Teology, mana ada cerita cerita di Tipitaka tentang penguasa alam semesta berikut isinya yg sifatnya berubah ubah sesuai penafsiran para pengikutnya. ;D.
yang berubah rubah bukan penguasa alam dan isinya,tapi bagaimana manusia bisa lebih baik dalam menelaah dan menyesuaikan diri ,dari semua sifat2 alam atau hukum alam yang ada,agar kehidupan manusia bisa lebih baik
Rekan Mokau, sebelumnya salam kenal.
Kalau yang saya amati, penganut Buddha juga banyak yang amat mencintai kitabnya, serta junjungannya (tokoh-tokoh agama Buddha dan pelopornya).
Dari beberapa diskusi di forum ini, terlihat indikasi kefanatikan tersebut.
Jika memang sesuai teori bahwa pengikut ajaran Buddha selayaknya seperti pecinta teknologi (yang selalu terbuka untuk segala kemungkinan), tentu agama Buddha akan lebih maju, bukan seperti sekarang (antar aliran saja saling sikut dan mengklaim aliran sendiri paling benar).
Kebetulan diskusi saya terakhir banyak menyentuh ranah fanatisme. Bisa dicek sendiri disini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,9103.2280.html
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23523.600.html
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,22015.15.html
Semoga kita semua bisa terbebas dari kemelekatan, terhadap dharma itu sendiri yang sebenarnya adalah Sarana (rakit) untuk mencapai seberang (Nirwana), bukan hapalan atau hukum baku yang harus diikuti tanpa dipahami (ehipassiko/dibuktikan).
Tisarana (3 Sarana); bukan 3 Pelindung, 3 kitab baku, 3 peraturan, atau 3 iman yang harus dibela mati-matian.
Tisarana (tiga sarana) adalah 3 pengandalan (3 Jembatan) untuk mencapai tujuan (Kebahagiaan Sejati).
Setiap dari kita tentu pernah divisudhi, dan mengucap 3 pengandalan tersebut.
Sudah berapa banyak yang mempraktekkannya?
Masih berapa persen umat yang berkutat dengan keyakinannya (baca: keimanan)?
Semoga agama Buddha tambah maju, ajaran-Nya dipahami dan dipraktekkan sebaik-baiknya.
Salam dharma dan semoga semua makhluk berbahagia. _/\_
saya lanjutkan----
dari sekian banyak murid teology,yang kritis bukan tidak ada,tapi jumlahnya sangat sedikit,yaitu para pendiri aliran2 ,karena mereka merasa menemukan sesuatu yang dianggap lebih baik,dan dianggap lebih bermanfaat bagi kelompok umat tertentu,maka mereka mendirikan sebuah aliran.
munculnya aliran2 itu ada yang sukses(banyak pengikut) ada juga yang gagal.
disini saya tidak menilai apakah aliran A,B,C itu lebih baik atau tidak,namun hanya sebagai contoh bahwa munculnya aliran karena pendirinya kritis terhadap induk dari sebuah ajaran.
kata FANATIK bukanlah kata yg favorite dlm Buddhism...
bagaimana dgn kata JODOH (bekecocokan) ?
diantara beberapa aliran, apakah ?
anda FANATIK aliaran mana : Theravada, Mahayana, atau Tantrayana ?
atau
anda JODOH aliaran mana : Theravada, Mahayana, atau Tantrayana ?
Quote from: Hadisantoso on 13 January 2013, 06:52:17 PM
saya lanjutkan----
dari sekian banyak murid teology,yang kritis bukan tidak ada,tapi jumlahnya sangat sedikit,yaitu para pendiri aliran2 ,karena mereka merasa menemukan sesuatu yang dianggap lebih baik,dan dianggap lebih bermanfaat bagi kelompok umat tertentu,maka mereka mendirikan sebuah aliran.
munculnya aliran2 itu ada yang sukses(banyak pengikut) ada juga yang gagal.
disini saya tidak menilai apakah aliran A,B,C itu lebih baik atau tidak,namun hanya sebagai contoh bahwa munculnya aliran karena pendirinya kritis terhadap induk dari sebuah ajaran.
Betul. Dan perintis aliran itu ibarat seorang penemu yang kreatif dalam dunia teknologi, karena tidak puas dengan perkembangan yang ada, maka dia membuat cara dan temuan baru yang membuat revolusi (perubahan drastis). Revolusi ini tentunya relatif, bisa lebih baik, bisa lebih buruk, atau baik-buruknya tergantung penilaian pemakai (dalam konteks agama kita sebut penganut).
Salam. _/\_
Quote from: cumi polos on 13 January 2013, 06:54:59 PM
kata FANATIK bukanlah kata yg favorite dlm Buddhism...
bagaimana dgn kata JODOH (bekecocokan) ?
diantara beberapa aliran, apakah ?
anda FANATIK aliaran mana : Theravada, Mahayana, atau Tantrayana ?
atau
anda JODOH aliaran mana : Theravada, Mahayana, atau Tantrayana ?
Jodoh ada dua konotasi:
1. Kecocokan.
2. Pasangan.
Kalau untuk agama, idealnya tentu diartikan sebagai kecocokan.
Kalau diartikan seperti pasangan, tentu akan jadi fanatik (karena setia pada pasangan itu tidak melihat baik-buruk, tapi cinta).
Jadi Anda cinta agama Anda atau tidak? Atau sekedar merasa cocok?
_/\_
Quote from: Mokau Kaucu on 13 January 2013, 06:21:43 PM
Bagusnya, Buddhism bukan Teology, mana ada cerita cerita di Tipitaka tentang penguasa alam semesta berikut isinya yg sifatnya berubah ubah sesuai penafsiran para pengikutnya.
teology hanya sebuah istilah,bila kita lihat kamus jawabnya adalah---ilmu ketuhanan atau ilmu agama,
ada sebagian umat yang menyatakan Budhism bukan teology,karena di Budhism tidak mengenal kata Tuhan dan Buddhism bukan agama,itu sah sah saja.
namun inti dari tulisan saya tentang teology dan teknology,termasuk divinisi dari teology adalah sebagai berikut----ibarat seorang Hadi,dengan ilmu pengetahuan nyata/kongkrit bisa diukur detak jantung,tensi darah,gula dalam darah dsb.namun ilmu tersebut tidak bisa menyatakan tentang roh,jiwa,bathin,kesadaran(ego),karma dan tidak pula bisa melacak dari mana sebelum hadi lahir dan kemana setelah mati,yang bisa atau biasa digunakan adalah ilmu pengetahuan abstrak,yaitu yang ada dalam buku kitab semua agama,termasuk yang ada di Buddhism(Tipitaka).
ilmu pengetahuan yang abstrak inilah yang saya maksud teology.
tentang penguasa alam atau hukum alam memang tidak pernah berubah,tapi hukum alam yang sejati yang mana? apakah yang ada di buku A,B atau C ? ini yang perlu di kritisi.
tentang isi alam,menurut hemat saya selalu berubah, 62 tahun lalu tidak ada sosok Hadisantoso,sekarang ada dan mungkin berapa tahun lagi akan lenyap.
bila ada salah mohon dikoreksi.
Quote from: Sunya on 13 January 2013, 06:49:13 PM
Semoga kita semua bisa terbebas dari kemelekatan, terhadap dharma itu sendiri yang sebenarnya adalah Sarana (rakit) untuk mencapai seberang (Nirwana), bukan hapalan atau hukum baku yang harus diikuti tanpa dipahami (ehipassiko/dibuktikan).
kita tidak sepaham dengan kalimat
sang maha tahu,bahkan dalam hati kecil kita bisa tertawa atas pedoman seperti itu.
tapi realita di lapangan (umat Buddha) banyak yang terjebak oleh paham seperti itu,hanya beda pada sosok nama saja,yaitu-----
Sang Buddha maha tahu dan maha benar.akibatnya umat terbelenggu dalam ke-fanatik-an.
Quote from: Hadisantoso on 14 January 2013, 12:17:57 PM
kita tidak sepaham dengan kalimat sang maha tahu,bahkan dalam hati kecil kita bisa tertawa atas pedoman seperti itu.
tapi realita di lapangan (umat Buddha) banyak yang terjebak oleh paham seperti itu,hanya beda pada sosok nama saja,yaitu-----Sang Buddha maha tahu dan maha benar.
akibatnya umat terbelenggu dalam ke-fanatik-an.
Tepat dan mengena.
Tuhan Maha Tahu dan Maha Benar.
Buddha Maha Tahu dan Maha Benar.
Ternyata, memang hanya selisih satu kata. ;D
Dan banyak Buddhis cukup girang menertawakan orang yang percaya mati dengan Tuhan, sementara mereka sendiri juga sangat takut membantah kata/sabda (yang dianggap) "Maha Benar" tersebut.
Ehipassiko jadi slogan saja, realitanya: "Aku percaya kitab, aku percaya Buddha. Di luar itu? Maaf, saya tidak begitu tertarik."
Sekedar info, Tripitaka ditulis ratusan tahun setelah Sang Buddha wafat, berdasarkan hafalan dari sekian ratus murid-Nya yang sudah Arahat.
Sedikit kutipan:
Setelah Sang Buddha Maha Parinibbana, diadakan Sidang Agung (Sangha Samaya) pertama di Gua Satapana di kota Rajagraha. Sidang ini dipimpin oleh Yang Arya Kasyapa Thera, dan dihadiri oleh 500 (lima ratus) Bhikkhu yang semuannya telah mencapai tingkat kesucian Arahat. Adapun tujuan dari Sidang Agung I adalah untuk menghimpun ajaran-ajaran Sang Buddha yang telah pernah dibabarkan di tempat yang berlainan selama 45 (empat puluh lima) tahun. Dalam sidang tersebut, Yang Arya Upali mengulangi Vinaya, Yang Arya Ananda mengulang Sutra, dan Yang Arya Kasyapa Thera mengulang khotbah tentang Abhidhamma.
Sidang Agung II diselenggarakan di kota Vaisali pada kurang lebih 100 tahun kemudian, yang dipimpin oleh Yang Arya Revata. Lebih kurang 230 tahun setelah Sidang Agung I, diselenggarakan Sidang Agung III di ibukota Kerajaan Asoka yaitu Pataliputra yang di pimpin oleh Yang Arya Tissa Moggaaliputra. Sidang Agung IV diselenggarakan di Srilangka pada 400 tahun setelah Sang Buddha Maha Parinibbana. Sidang ini dipimpin oleh salah satu putra Raja Asoka, yaitu Yang Arya Mahinda. Dalam sidang ini berhasil secara resmi ditulis ajaran-ajaran Sang Buddha di daun-daun Lontar, yang kemudian dijadikan buku TiPitaka. Sidang Agung V diadakan di Kanisha pada kurang lebih 600 tahun setelah Buddha Gotama memasuki Maha Parinibbana, dalam sidang ini Kitab Suci TriPitaka secara resmi ditulis.
Copyright © 1999 - 2004 Bodhi Buddhist Centre Indonesia. All rights reserved.
http://www.reocities.com/bbcid1/ad/ajaran9.htm
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=13216.0
Salam. _/\_
Quote from: Sunya on 14 January 2013, 08:09:29 PM
Tepat dan mengena.
Tuhan Maha Tahu dan Maha Benar.
Buddha Maha Tahu dan Maha Benar.
Ternyata, memang hanya selisih satu kata. ;D
Dan banyak Buddhis cukup girang menertawakan orang yang percaya mati dengan Tuhan, sementara mereka sendiri juga sangat takut membantah kata/sabda (yang dianggap) "Maha Benar" tersebut.
jangankan Buddha maha tahu dan benar, Buddha maha tidak tahu dan maha tidak benar juga boleh kok !
tentunya saya tidak meragukan anda mencapai tahap spritual bodohsatwa yang anda banggakan. :))
kesimpulannya :
anda juga fanatik jangan sok2 an menasehati orang lain, yang memang anda tidak punya kemampuan utk itu.
capek mendengar anda berputar dengan 'lagu berjudul fanatik'.
Topik fanatik sudah banyak dan bosan dibahas lagi.
Quote from: adi lim on 14 January 2013, 08:17:14 PM
jangankan Buddha maha tahu dan benar, Buddha maha tidak tahu dan maha tidak benar juga boleh kok !
tentunya saya tidak meragukan anda mencapai tahap spritual bodohsatwa yang anda banggakan. :))
kesimpulannya :
anda juga fanatik jangan sok2 an menasehati orang lain, yang memang anda tidak punya kemampuan utk itu.
capek mendengar anda berputar dengan 'lagu berjudul fanatik'.
Topik fanatik sudah banyak dan bosan dibahas lagi.
Rekan Adi yang terhormat, pencapaian bodohsatwa itu apa? Apakah tahap ini juga diajarkan Buddha Gautama? Siapa saja yang sudah mencapai dan bagaimana mencapainya. Terima kasih.
Saya menasehati siapa? Saya tidak sedang menasehati siapa-siapa, saya hanya menulis pandangan saya saja.
Pandangan saya juga tidak mutlak benar, boleh dikoreksi oleh siapa saja dengan pandangannya masing-masing.
Tentang lagu yang membosankan, bagaimana jika Anda yang menyampaikan pemikiran Anda disini? Mungkin jika mendengar lagu bosan, menyanyi akan lebih semarak?
Salam bahagia selalu untuk Anda. Tetap tersenyum. _/\_
Quote from: Sunya on 14 January 2013, 08:09:29 PM
Tepat dan mengena.
Tuhan Maha Tahu dan Maha Benar.
Buddha Maha Tahu dan Maha Benar.
Ternyata, memang hanya selisih satu kata. ;D
Salam. _/\_
sejatinya Buddha bukan Tuhan,dan sangat tidak sama dengan Tuhan,tapi banyak umat Buddha yang terpeleset dengan tidak sadar,------sosok Sang Buddha telah di-tuhan-kan.bahkan bukan hanya sosok tapi termasuk ajarannya,.
Quote from: Hadisantoso on 15 January 2013, 08:59:52 AM
sejatinya Buddha bukan Tuhan,dan sangat tidak sama dengan Tuhan,tapi banyak umat Buddha yang terpeleset dengan tidak sadar,------sosok Sang Buddha telah di-tuhan-kan.bahkan bukan hanya sosok tapi termasuk ajarannya,.
terkait dengan hal diatas,umat Buddha terbagi menjadi 3 kelompok.
A,mereka yang sudah mengerti dan telah menjalankan dengan benar dalam kehidupan sehari hari tentang sikap yang benar terhadap Sang Buddha dan ajarannya.
B,mereka yang sudah mengerti ,namun dalam praktek sehari hari sering lupa atau dengan tidak sadar telah meng-Tuhan-kan Sang Buddha dan ajarannya, contoh yang gampang adalah saat berdiskusi,----kan sudah tertulis bla bla,kan ada syairnya bla bla,kan sudah dikatakan oleh bla bla------sudah maha benar.
C,mereka yang belum mengerti karena masih pemula,sering dianggap sama dengan agama lain.dan mereka yang beragama ktp,hanya ikut2 an.
Quote from: Hadisantoso on 15 January 2013, 08:59:52 AM
sejatinya Buddha bukan Tuhan,dan sangat tidak sama dengan Tuhan,tapi banyak umat Buddha yang terpeleset dengan tidak sadar,------sosok Sang Buddha telah di-tuhan-kan.bahkan bukan hanya sosok tapi termasuk ajarannya,.
Mereka bisa marah kalau sesembahan dan junjungan mereka dihina. Kalau tatap muka mungkin kita bisa disakiti. Di forum saja dikritik, kemarahan dan kebencian mereka sangat kental.
Mereka boleh menyebut istilah tertentu pada orang (makhluk) lain, tapi ketika sebutan yang sama dialamatkan pada mereka atau sesembahan mereka (yang mereka puja setinggi langit), mereka tidak terima dan menganggap kita seolah musuh.
Itu yang saya amati dan ketahui selama ini.
Mungkin saya bisa saja salah, dan ruang koreksi selalu terbuka.
Terima kasih dan salam. _/\_
Quote from: Hadisantoso on 15 January 2013, 03:15:22 PM
B,mereka yang sudah mengerti ,namun dalam praktek sehari hari sering lupa atau dengan tidak sadar telah meng-Tuhan-kan Sang Buddha dan ajarannya, contoh yang gampang adalah saat berdiskusi,----kan sudah tertulis bla bla,kan ada syairnya bla bla,kan sudah dikatakan oleh bla bla------sudah maha benar.
Ini sebutannya ahli kitab, hafal dari A-Z tentang syair, ayat, sutta, buku, kitab, atau apapun itu.
Kalau secara nalar dan moral bagus, tidak masalah.
Jadi masalah ketika nalar lemah (kurang mampu berlogika secara sehat), dan moral juga (maaf)
jeblok, tidak sesuai dengan yang digadang-gadang (dibawa-bawa) dalam setiap syair/ayat/butir sebuah ajaran. Sebaik apapun sebuah ajaran, kalau moral sebagai satu standar kebaikan tidak dipenuhi, mau bicara apa lagi yang ruwet-ruwet?
Berdiri belum mampu, sudah mau berlari. :)
Penutup:
Ada gejala lain para penganut ajaran yang terlampau fanatik (pada buku pedomannya). Mereka cenderung mengkritisi kita ketika kita mencoba menggunakan akal sehat. Katanya, logika dan nalar tidak bisa dijadikan alat ukur dan pendekatan untuk mempelajari dharma (ajaran Buddha).
Kalau begini, lantas apa bedanya dengan keimanan buta?
Matikan nalar, patuhi semua aturan. Ini maunya mereka.
Lucu (dan miris). :|
Semoga kita semua dijauhkan dari sikap dan kondisi demikian. _/\_
Quote from: Sunya on 15 January 2013, 06:22:02 PM
Ini sebutannya ahli kitab, hafal dari A-Z tentang syair, ayat, sutta, buku, kitab, atau apapun itu.
Kalau secara nalar dan moral bagus, tidak masalah.
Jadi masalah ketika nalar lemah (kurang mampu berlogika secara sehat), dan moral juga (maaf) jeblok, tidak sesuai dengan yang digadang-gadang (dibawa-bawa) dalam setiap syair/ayat/butir sebuah ajaran. Sebaik apapun sebuah ajaran, kalau moral sebagai satu standar kebaikan tidak dipenuhi, mau bicara apa lagi yang ruwet-ruwet?
Berdiri belum mampu, sudah mau berlari. :)
Penutup:
Ada gejala lain para penganut ajaran yang terlampau fanatik (pada buku pedomannya). Mereka cenderung mengkritisi kita ketika kita mencoba menggunakan akal sehat. Katanya, logika dan nalar tidak bisa dijadikan alat ukur dan pendekatan untuk mempelajari dharma (ajaran Buddha).
Kalau begini, lantas apa bedanya dengan keimanan buta?
Matikan nalar, patuhi semua aturan. Ini maunya mereka.
Lucu (dan miris). :|
Semoga kita semua dijauhkan dari sikap dan kondisi demikian. _/\_
semua orang masing2 klaim AKAL SEHAT.... :P :P
Quote from: cumi polos on 13 January 2013, 06:54:59 PM
kata FANATIK bukanlah kata yg favorite dlm Buddhism...
bagaimana dgn kata JODOH (bekecocokan) ?
diantara beberapa aliran, apakah ?
anda FANATIK aliaran mana : Theravada, Mahayana, atau Tantrayana ?
atau
anda JODOH aliaran mana : Theravada, Mahayana, atau Tantrayana ?
Ah, abdi mah milih aliran sadayana.
Quote from: cumi polos on 15 January 2013, 08:44:52 PM
semua orang masing2 klaim AKAL SEHAT.... :P :P
Akal sehat itu 'kan umum sifatnya. Kalau ada jurang, siapapun orangnya jika berakal sehat tentu akan menghindarinya.
Masalahnya, jika dalam hal ini Buddha atau siapapun menyuruh pengikutnya terjun, maukah Anda dan yang lain mengikuti-Nya?
Dalam setiap agama ada "jurang-jurang" yaitu hal-hal yang tidak logis secara akal sehat, tapi disarankan untuk dilakukan.
Sebagian pengikut mengikutinya tanpa banyak bertanya, dan sebagian lagi
menganalisanya lebih dahulu. Mana yang Anda lakukan?
Salam. _/\_
Quote from: Sunya on 16 January 2013, 05:00:43 AM
Akal sehat itu 'kan umum sifatnya. Kalau ada jurang, siapapun orangnya jika berakal sehat tentu akan menghindarinya.
Masalahnya, jika dalam hal ini Buddha atau siapapun menyuruh pengikutnya terjun, maukah Anda dan yang lain mengikuti-Nya?
Dalam setiap agama ada "jurang-jurang" yaitu hal-hal yang tidak logis secara akal sehat, tapi disarankan untuk dilakukan.
Sebagian pengikut mengikutinya tanpa banyak bertanya, dan sebagian lagi menganalisanya lebih dahulu. Mana yang Anda lakukan?
Salam. _/\_
coba bagaimana akal sehat bro sunya menjelaskan....
pemain kuda lumping makan kaca, dan dicambuk tidk sakit merana ? :))
bagaimana paku dpt masuk dlm tubuh ? darimana ? caranya gimana ?
Quote from: cumi polos on 16 January 2013, 06:06:35 AM
coba bagaimana akal sehat bro sunya menjelaskan....
pemain kuda lumping makan kaca, dan dicambuk tidk sakit merana ? :))
bagaimana paku dpt masuk dlm tubuh ? darimana ? caranya gimana ?
semua kejadian yang bisa kita lihat/rasakan pasti masuk akal.
masalahnya hanya di
akal setiap manusia yang berbeda.
akal saya belum saya kasih input tentang pelajaran ilmu medis,maka saat saya diberitahu bahwa pasang ring untuk saluran darah di jantung manusia bisa lewat paha,saya bilang gak masuk akal,dokter bilang saya g****k.
masuk akal saya beda dengan masuk akalnya si dokter.
manusia makan kaca? kata orang awam gak masuk akal,tapi kata yang ahli---kenapa tidak?
lalu orang awam tanya ---caranya gimana?
sang ahli jawab--kalau mau tahu ya belajar dulu.
sang Buddha bisa MELIHAT/MEMBACA masa depan ?
masuk akal kah?
saya bilang ----kenapa tidak ?
tanyakan kepada orang lain,apalagi yang beda agama,--jawabnya mimpi kali.