FANATIK

Started by Hadisantoso, 26 December 2012, 07:44:16 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Hadisantoso

bodoh itu tidak baik.
semua orang tidak mau disebut bodoh,
semua orang menghindari kebodohan dengan cara belajar dan belajar terus,
semua orang kepingin pintar----kalau bisa disegala bidang,segala urusan.
tapi mampukah ? kemampuan manusia terbatas.
sepintar pinternya manusia TETAP ada sisi bodohnya,itu harus diakui.kecuali ada manusia yang mengaku --saya manusia sangat sempurna,pintar di semua urusan/bidang.

sama dengan fanatik.
fanatik sejatinya tidak baik,tapi manusia terpaksa fanatik----semuanya.tapi bidang yang di fanatik i tidak sama pada setiap manusia.dan bagaimana manusia mengendalikan ke-fanatik-an.

yang terpenting adalah----kesadaran/menyadari.
bahwa saya bukan manusia super.

Sunya

Setiap manusia itu perlu pegangan, karena itulah ada kepercayaan (keyakinan). Kalau terlalu meyakini/mempercayai sesuatu secara buta, mungkin dapat dikatakan fanatik. Tapi bila sudah dinalar dan dipertimbangkan secara sehat, apakah masih bisa disebut fanatik?

Contoh: Jika seseorang berinvestasi pada tanah dan rumah (properti) karena dinilainya jenis investasi tersebut yang sangat jarang terkena imbas naik/turun-nya ekonomi, apakah dengan demikian ia dapat disebut fanatik dalam investasi tanah dan rumah?

Contoh lain: Jika seorang Ayah/Ibu yang berprofesi sebagai dokter/pengacara, lalu ingin anaknya meneruskan cita-citanya yakni menjadi dokter/pengacara juga (karena dianggapnya itu profesi terbaik), apakah dengan begitu bisa disebut fanatik?

Jika Anda menjawab 'tidak' untuk contoh pertama, dan 'ya' untuk contoh kedua, berarti kita sependapat.  _/\_

Segala sesuatu yang sudah dibuktikan dan ditelaah mendalam, lalu dijadikan keyakinan, dalam agama Buddha ini disebut Shraddha/Saddha. Sedangkan mempercayai buta sebuah kepercayaan (dogma/doktrin/teori/tradisi/budaya/ajaran) tanpa menyelidikinya terlebih dahulu, ini yang saya sebut fanatik.

Nah, sudah sejauh mana kita mendalami Buddhisme hingga sampai pada taraf tidak fanatik? Apakah keyakinan kita terhadap Buddha, Dharma dan Sangha sudah merupakan keyakinan yang benar (bukan pengkultusan dan kepercayaan buta)?

Semoga semua berbahagia. Salam.  _/\_

cumi polos

Quote from: Sunya on 31 December 2012, 07:44:21 AM
Setiap manusia itu perlu pegangan, karena itulah ada kepercayaan (keyakinan). Kalau terlalu meyakini/mempercayai sesuatu secara buta, mungkin dapat dikatakan fanatik. Tapi bila sudah dinalar dan dipertimbangkan secara sehat, apakah masih bisa disebut fanatik?

Contoh: Jika seseorang berinvestasi pada tanah dan rumah (properti) karena dinilainya jenis investasi tersebut yang sangat jarang terkena imbas naik/turun-nya ekonomi, apakah dengan demikian ia dapat disebut fanatik dalam investasi tanah dan rumah?

Contoh lain: Jika seorang Ayah/Ibu yang berprofesi sebagai dokter/pengacara, lalu ingin anaknya meneruskan cita-citanya yakni menjadi dokter/pengacara juga (karena dianggapnya itu profesi terbaik), apakah dengan begitu bisa disebut fanatik?

Jika Anda menjawab 'tidak' untuk contoh pertama, dan 'ya' untuk contoh kedua, berarti kita sependapat.  _/\_

Segala sesuatu yang sudah dibuktikan dan ditelaah mendalam, lalu dijadikan keyakinan, dalam agama Buddha ini disebut Shraddha/Saddha. Sedangkan mempercayai buta sebuah kepercayaan (dogma/doktrin/teori/tradisi/budaya/ajaran) tanpa menyelidikinya terlebih dahulu, ini yang saya sebut fanatik.

Nah, sudah sejauh mana kita mendalami Buddhisme hingga sampai pada taraf tidak fanatik? Apakah keyakinan kita terhadap Buddha, Dharma dan Sangha sudah merupakan keyakinan yang benar (bukan pengkultusan dan kepercayaan buta)?

Semoga semua berbahagia. Salam.  _/\_

dari posting sptnya bro sunya pun masih tidak benar2 mengerti apa ini fanatik.
belajarlah lebih giat dan lebih teliti....sehingga tidak terasa menjadi mahluk BELUT di thread mana2...

keyakinan selain Buddha, Dharma dan Sangha,...

ehhh jangan ketinggalan MEDITASI (praktek) yg diagung-agungkan master BELUT tohhh....

jadi praktek (meditasi) penting, yg lain semuanya juga penting.... :P :P
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Hadisantoso

Quote from: Sunya on 31 December 2012, 07:44:21 AM

Contoh: Jika seseorang berinvestasi pada tanah dan rumah (properti) karena dinilainya jenis investasi tersebut yang sangat jarang terkena imbas naik/turun-nya ekonomi, apakah dengan demikian ia dapat disebut fanatik dalam investasi tanah dan rumah?

Contoh lain: Jika seorang Ayah/Ibu yang berprofesi sebagai dokter/pengacara, lalu ingin anaknya meneruskan cita-citanya yakni menjadi dokter/pengacara juga (karena dianggapnya itu profesi terbaik), apakah dengan begitu bisa disebut fanatik?

. Salam.  _/\_

kalau pedoman saya,prinsip menjadi tidak fanatik adalah.-------
masih memungkinkan ada yang lebih baik.
tidak menutup diri,pikiran akan adanya kemungkinan ada yang lebih baik.
segalanya bisa berubah---- tidak abadi.
mungkin saat ini pandangan,keyakinan,hitung hitungan yang terpercaya,yang terbaik,yang paling masuk akal adalah bla bla bla,tapi saya masih membuka kesempatan,kemungkinan akan adanya yang lebih baik,karena saya menyadari bahwa kemampuan saya terbatas,dan zaman terus berubah.

cumi polos

#34
Quote from: Hadisantoso on 31 December 2012, 09:20:18 AM
kalau pedoman saya,prinsip menjadi tidak fanatik adalah.-------
masih memungkinkan ada yang lebih baik.
tidak menutup diri,pikiran akan adanya kemungkinan ada yang lebih baik.
segalanya bisa berubah---- tidak abadi.
mungkin saat ini pandangan,keyakinan,hitung hitungan yang terpercaya,yang terbaik,yang paling masuk akal adalah bla bla bla,tapi saya masih membuka kesempatan,kemungkinan akan adanya yang lebih baik,karena saya menyadari bahwa kemampuan saya terbatas,dan zaman terus berubah.

sptnya bro Hadi udah banyak kemajuan dehh.... semoga lebih melejit lagi dilain hari...
semoga bro Hadi pun bisa LEBIH PINTAR DARI GURU2nya (termasuk cumi juga)
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Hadisantoso

Quote from: Sunya on 31 December 2012, 07:44:21 AM
Contoh: Jika seseorang berinvestasi pada tanah dan rumah (properti) karena dinilainya jenis investasi tersebut yang sangat jarang terkena imbas naik/turun-nya ekonomi, apakah dengan demikian ia dapat disebut fanatik dalam investasi tanah dan rumah?

Contoh lain: Jika seorang Ayah/Ibu yang berprofesi sebagai dokter/pengacara, lalu ingin anaknya meneruskan cita-citanya yakni menjadi dokter/pengacara juga (karena dianggapnya itu profesi terbaik), apakah dengan begitu bisa disebut fanatik?

2 contoh diatas sama sama fanatik.

investasi yang lebih baik dari beli tanah pasti ada.walau bukan sekarang.
profesi yang paling baik dari kaca mata ayah dan ibu sangat sempit,tanyakan pada 10 orang jawabnya bisa berbeda.

yang layak di fanatiki-----hukum sebab akibat,aksi reaksi,berbuat kebajikan akan menuai kebaikan. marah dan memaki orang pasti menuai keburukan.

Sunya

Quote from: Hadisantoso on 31 December 2012, 09:49:20 AM
2 contoh diatas sama sama fanatik.

investasi yang lebih baik dari beli tanah pasti ada.walau bukan sekarang.
profesi yang paling baik dari kaca mata ayah dan ibu sangat sempit,tanyakan pada 10 orang jawabnya bisa berbeda.

yang layak di fanatiki-----hukum sebab akibat,aksi reaksi,berbuat kebajikan akan menuai kebaikan. marah dan memaki orang pasti menuai keburukan.

Mungkin pengertian fanatik masing-masing orang berbeda.

Bagi saya, fanatik itu adalah suatu sikap meyakini sesuatu secara berlebihan, dan menolak segala sesuatu yang tidak diyakini dan dipercayainya.

Dalam kasus di atas (beli tanah), tentu keyakinan beli tanah tersebut didasari 'pengamatan' (survey dan studi), yang hasilnya melahirkan keputusan untuk investasi di bidang itu. Tentu jika bicara perubahan, tidak ada yang tetap (suatu hari investor tanah dan properti pasti akan beralih ke bidang lain yang lebih menguntungkan). Tapi jika bicara tentang apa 'landasan' seseorang dalam berkeyakinan, saya kira 'pengamatan' (studi, telaah, penyelidikan) adalah yang utama. Dan seorang yang melakukan hal tersebut (studi dan telaah mendalam untuk meyakini sesuatu), bukan didasari atas kepercayaan buta, maka bagi saya bukan fanatik. Memang ini berbeda-beda definisinya, tergantung seperti apa kita mengartikan fanatik.

Bila definisi fanatik itu meyakini sesuatu secara kuat walau memang sudah melihat dan membuktikan, berarti (berhubung ini forum Buddhisme), Buddha Gautama juga seorang yang fanatik?

Kalau sesuai defisini saya sih tidak, karena Beliau sudah membuktikan (bukan percaya dari desas desus dan lalu meyakininya).

Wah, kalau hukum karma sebenarnya bukan diyakini. Belum tentu memaki orang pasti salah, karena saya sendiri pernah memaki karyawan dengan sebab dan alasan jelas, dan hasilnya kini dia sudah jadi manajer di sebuah perusahaan, malah berterima kasih atas gemblengan saya. Sesuatu itu relatif, tergantung apa niat di belakangnya. Bicara halus dan manis juga belum tentu baik, karena penampilan dan tutur bahasa kerap kali hanya "komoditi" belaka (penunjang pergaulan dan penjualan).

Oke, semoga bisa dikoreksi. Kurang lebihnya mohon dimaafkan (masih belajar). Salam.  _/\_

Hadisantoso

paham fanatik yang anda uraikan diatas memang ada benarnya.dari sudut tertentu.maaf kalau dari sudut universal tetap saja ada beda.
sesuatu yang sudah di teliti dengan seksama akan menumbuhkan keyakinan yang mantap,didukung oleh fakta dan data dari orang yang ahli pula.apa masih ragu ragu ? kalau saya sudah mantap dengan kondisi demikian ,berarti saya mempercayakan kemantapan tsb kepada pandangan umum termasuk analisa para ahli-------dan meng-anggap bahwa pasti 100% benar.
karena saya tidak punya kemampuan sendiri ,dalam arti lebih ahli dari mereka,maka analisa mereka saya pakai patokan.
namun sebagai reserve-----berilah angka 80% benar-----
dan SIAP MENERIMA PERUBAHAN.

Siap menerima perubahan inilah kunci TIDAK FANATIK.

ini berlaku juga dalam keyakinan sebuah ajaran----siap  dan bersedia menerima sesuatu yang baru bila  dianggap lebih baik.

Sunya

Quote from: Hadisantoso on 31 December 2012, 11:38:44 AM
paham fanatik yang anda uraikan diatas memang ada benarnya.dari sudut tertentu.maaf kalau dari sudut universal tetap saja ada beda.
sesuatu yang sudah di teliti dengan seksama akan menumbuhkan keyakinan yang mantap,didukung oleh fakta dan data dari orang yang ahli pula.apa masih ragu ragu ? kalau saya sudah mantap dengan kondisi demikian ,berarti saya mempercayakan kemantapan tsb kepada pandangan umum termasuk analisa para ahli-------dan meng-anggap bahwa pasti 100% benar.
karena saya tidak punya kemampuan sendiri ,dalam arti lebih ahli dari mereka,maka analisa mereka saya pakai patokan.
namun sebagai reserve-----berilah angka 80% benar-----
dan SIAP MENERIMA PERUBAHAN.

Siap menerima perubahan inilah kunci TIDAK FANATIK.

ini berlaku juga dalam keyakinan sebuah ajaran----siap  dan bersedia menerima sesuatu yang baru bila  dianggap lebih baik.

Rekan Hadi, kalau dari penjabaran di atas, bukankah itu definisi konservatif (kolot, tidak mau berubah)?

Kalau dikaitkan dengan waktu (berubah atau tidak berubah), sepertinya lebih condong ke konservatif, sedangkan fanatik lebih pada kadarnya (bagaimana kuatnya meyakini sesuatu).

Mohon koreksinya.

Salam.  _/\_

Hadisantoso

dalam hal keyakinan.

saya tidak tahu------apa yang harus dilakukan untuk menjalani hidup,hidup setelah mati,bagaimana agar menjadi terbaik untuk masa sekarang dan yang akan datang.
saya tidak punya kemampuan untuk menyelidiki dan mengalami sendiri,mati dulu nanti balik lagi,----maka dengan terpaksa saya percayakan kepada yang lebih ahli,walaupun mereka juga belum mengalami sendiri,melainkan hanya dari membaca dan menganalisa kitab2 peninggalan ,
misalnya tertulis----Sang Buddha menyatakan,---karena saya tidak mendengar sendiri dari Sang Buddha,maka harusnya---dalam kitab XX tertulis>>Sang Buddha bla bla. bila anda menyatakan ---walau hanya tertulis tapi saya yakin 100% bahwa Sang Buddha benar2 menyatakan bla bla, maka itu terserah anda.
konsep2 yang ditawarkan oleh setiap agama berbeda,-----dan saya lebih mantap ke ajaran Buddha,
apakah ini sudah final ? disinilah letak fanatik bisa terbaca.
apakah konsep yang anda tulis (tentang KIIK,Sunyata) semuanya sudah final ?????????

Sunya

Oh, kalau itu kepercayaan. Misalnya saya percaya di dalam sebuah dus ada bola berwarna merah, itu berarti hanya menebak.

Seperti saya tulis di atas, setiap manusia itu perlu pegangan, dan salah satunya adalah kepercayaan (agama/aliran/tradisi) yang ia anut.

Mengenai hal itu, tentu tidak arif bila menempatkan kepercayaan (sebuah keniscayaan) sebagai keyakinan 100%. Untuk ini saya sangat sependapat.

Tapi 'yakin' yang saya bahas disini tentunya sangat berbeda dengan percaya (atau kita sebut 'iman' dalam konteks keagamaan). Yakin itu bila Anda sudah buka dus di atas, lalu lihat bolanya warna merah, tentu itu bukan disebut fanatik bila lantas kita menyebutkan kita tahu pasti bahwa bola dalam dus berwarna merah.

Bukan begitu?

Saya kira seharusnya sependapat.

Salam dharma dan semoga berbahagia.  _/\_

Hadisantoso

tentang marah dan maki2.

marah kadarnya macam2----marah pada anak,karyawan atau siapa saja,bila dilandasi emosi,benci,itu adalah musuh ,harus dimatikan,harus dikeluarkan dari hadapan saya----dibandingkan dengan marah sebagai kewajiban status,dan bagaimana dengan marah itu bisa merubah yang jelek menjadi baik.

kalau maki2 itu lebih banyak negatif nya ,jadi kebanyakan akan menuai keburukan.---karena kadar bencinya tinggi.

Hadisantoso

kata yakin dan percaya,masih perlu disamakan difinisinya ,mungkin di kesempatan lain.
TQ semoga lebih bahagia dan sukses tahun 2013.

Sunya

Selamat tahun baru untuk semua umat. Semoga di tahun 2013 makin sukses dan berjaya, jangan lupa tetap berdana dan berbuat baik lewat pikiran, ucapan dan perbuatan.

Salam sukses-bahagia untuk semuanya, semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu! Sadhu! Sadhu! _/\_

adi lim

Quote from: Sunya on 31 December 2012, 10:24:54 PM
Selamat tahun baru untuk semua umat. Semoga di tahun 2013 makin sukses dan berjaya, jangan lupa tetap berdana dan berbuat baik lewat pikiran, ucapan dan perbuatan.

Salam sukses-bahagia untuk semuanya, semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu! Sadhu! Sadhu! _/\_

semoga fanatiknya berkurang
semoga tidak melekat pada gelar 'master belut'
=))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.