Siangnya Mengemis - Malam Hari Makan di Fastfood
Menjadi pelajaran bagi kita semua agar lebih berhati hati dan cermat ketika memberi sedekah bagi pengemis. Terkadang kondisi pengemis tersebut adalah teknik belaka agar orang kasihan kepadanya. Lihat saja pengemis yang satu ini, siangnya mengemis, malamnya makan di Fast Food !
Siang :
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fimg547.imageshack.us%2Fimg547%2F1793%2F298073720121103122226.jpg&hash=48195c862192a4a453b8c0467c81a2056c5b38fe) (http://imageshack.us/photo/my-images/547/298073720121103122226.jpg/)
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fimg850.imageshack.us%2Fimg850%2F7069%2F298073720121103122040.jpg&hash=01c02ab97eb10b493be7226d10abaf8ab5c312e8) (http://imageshack.us/photo/my-images/850/298073720121103122040.jpg/)
Malam :
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fimg801.imageshack.us%2Fimg801%2F3725%2F298073720121103122425.jpg&hash=6372c2e8c1d9ef0b0538acd75c29587d01351463) (http://imageshack.us/photo/my-images/801/298073720121103122425.jpg/)
ga bisa keluar gambarnya :(
Quote from: Chen Hui Ling on 12 December 2012, 12:24:22 PM
ga bisa keluar gambarnya :(
Dicoba lagi ya, udah gw host ulang gambarnya. :D
Apa yg salah dengan fastfood?
Quote from: Mr.Jhonz on 12 December 2012, 12:37:34 PM
Apa yg salah dengan fastfood?
Ga sehat :hammer: apalagi buat yang berprofesi sebagai pengemis. :whistle:
udah ;D
gpp toh, kan udah cape cape dari siang kerja...
sapa yg foto ya?
capture dari film mungkin
ya sudah... jgn menyumbang di tempat umum...
hehehe
hal ini sudah pernah diangkat di sebuah forum..
duh linknya gak bisa saya tampilkan, sudah lama dan mungkin threadnya dah tenggelam.
nah ceritanya ada orang yang mau mendokumentasi kegiatan pengemis ini, yang beroperasi di kereta api
dari keterangan orang yang mendokumentasikan, pengemis ini setelah mengemis (membawa anak) akhirnya pada malamnya makan di resto fastfood.
nah coba perhatikan, yang makan makanan fastfoodnya siapa? kedua anaknya saja, itupun dibagi 2 + 2 eskrim + 1 minuman cola. sedangkan si ibu makan bekal yang dibawanya dari rumah + air mineral.
katanya si ibu ini, rela menyisihkan sebagian penghasilannya untuk sesekali memberikan makanan enak pada anaknya. katanya kasian anaknya, dan si ibu mencoba sesekali memanjakan mereka.
itu sih setahu saya yang dikatakan oleh si tukang poto yang mendokumentasikan peristiwa ini..
tapi belakangan gambar tersebut muncul dengan keterangan berbeda, yaitu si ibu siang ngemis, malam makan mewah. padahal peristiwa sesungguhnya bukan seperti itu.
ckckckck...
hal ini menunjukkan bahwa mengemis sudah merupakan sebuah pekerjaan. hormati saja :whistle: :))
Quote from: Rico Tsiau on 12 December 2012, 01:25:22 PM
hal ini sudah pernah diangkat di sebuah forum..
duh linknya gak bisa saya tampilkan, sudah lama dan mungkin threadnya dah tenggelam.
nah ceritanya ada orang yang mau mendokumentasi kegiatan pengemis ini, yang beroperasi di kereta api
dari keterangan orang yang mendokumentasikan, pengemis ini setelah mengemis (membawa anak) akhirnya pada malamnya makan di resto fastfood.
nah coba perhatikan, yang makan makanan fastfoodnya siapa? kedua anaknya saja, itupun dibagi 2 + 2 eskrim + 1 minuman cola. sedangkan si ibu makan bekal yang dibawanya dari rumah + air mineral.
katanya si ibu ini, rela menyisihkan sebagian penghasilannya untuk sesekali memberikan makanan enak pada anaknya. katanya kasian anaknya, dan si ibu mencoba sesekali memanjakan mereka.
itu sih setahu saya yang dikatakan oleh si tukang poto yang mendokumentasikan peristiwa ini..
tapi belakangan gambar tersebut muncul dengan keterangan berbeda, yaitu si ibu siang ngemis, malam makan mewah. padahal peristiwa sesungguhnya bukan seperti itu.
ckckckck...
kalau bener mau makan mewah tidak ke fast food lagi tapi ke furama, dynasty, central resto dll.
Berlatih melepas, jangan terpengaruh dengan apa yg diperbuat oleh si penerima.
kadang kasian aja, belakangan poto ini muncul dengan keterangan yang salah.
dan dimana-mana menjadi celaan..
bahkan ada yang bilang pengemis tak tau diri.. ckckckck...
padahal kan ini ibu cuman sekali-kali ngajak anaknya makan fast food, yang notabenenya juga bukan barang mewah. kasian, anak orang lain bisa makan barang ini dengan sering nah ini anak si ibu hanya bisa makan sekali ato dua kali aja. apa salahnya?
balik ke asal; semua mahluk ingin bahagia, lepas dari derita, lepas dari kebencian, lepas dari ganguan, lepas dari perlakuan buruk.
Tidak ada salah nya biar pun bila photo tersebut memperlihat kan si ibu makan fastfood dan anak nya makan fastfood apakah karena dia mengemis di kereta api maka dia kehilangan hak sebagai mahluk untuk bahagia dan hak sebagai manusia untuk makan enak di resto fastfood tersebut bila dia punya uang biarpun dari hasil mengemis?
Quote from: Rico Tsiau on 12 December 2012, 02:23:07 PM
kadang kasian aja, belakangan poto ini muncul dengan keterangan yang salah.
dan dimana-mana menjadi celaan..
bahkan ada yang bilang pengemis tak tau diri.. ckckckck...
padahal kan ini ibu cuman sekali-kali ngajak anaknya makan fast food, yang notabenenya juga bukan barang mewah. kasian, anak orang lain bisa makan barang ini dengan sering nah ini anak si ibu hanya bisa makan sekali ato dua kali aja. apa salahnya?
jaman sekarang memang banyak berita2 bohong alias hoax, hoax kesehatan, ato yang kemarin aja baru rame, kasus rohingya, gambar apa, kejadian sebenernya mah apa..
tapi meski udah sering, gw tetep terkaget2 klo tau itu berita bohong/diplintir..
artikel lama sebelum tahun 2010an mungkin....
Kisah Pengemis Terkaya di Indonesia
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi.imgur.com%2FIUwEi.jpg&hash=08cfbc9202e50b17099f2f58563cb44d019ef022)
Cak To, begitu dia biasa dipanggil. Besar di keluarga pengemis, berkarir sebagai pengemis, dan sekarang jadi bos puluhan pengemis di Surabaya. Dari jalur minta-minta itu, dia sekarang punya dua sepeda motor, sebuah mobil gagah, dan empat rumah. Berikut kisah hidupnya.
Cak To tak mau nama aslinya dipublikasikan. Dia juga tak mau wajahnya terlihat ketika difoto untuk harian ini. Tapi, Cak To mau bercerita cukup banyak tentang hidup dan ''karir''-nya. Dari anak pasangan pengemis yang ikut mengemis, hingga sekarang menjadi bos bagi sekitar 54 pengemis di Surabaya.
Setelah puluhan tahun mengemis, Cak To sekarang memang bisa lebih menikmati hidup. Sejak 2000, dia tak perlu lagi meminta-minta di jalanan atau perumahan. Cukup mengelola 54 anak buahnya, uang mengalir teratur ke kantong.
Sekarang, setiap hari, dia mengaku mendapatkan pemasukan bersih Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Berarti, dalam sebulan, dia punya pendapatan Rp 6 juta hingga Rp 9 juta.
Cak To sekarang juga sudah punya rumah di kawasan Surabaya Barat, yang didirikan di atas tanah seluas 400 meter persegi. Di kampung halamannya di Madura, Cak To sudah membangun dua rumah lagi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk emak dan bapaknya yang sudah renta. Selain itu, ada satu lagi rumah yang dia bangun di Kota Semarang.
Untuk ke mana-mana, Cak To memiliki dua sepeda motor Honda Supra Fit dan sebuah mobil Honda CR-V kinclong keluaran 2004.
Tidak mudah menemui seorang bos pengemis. Ketika menemui wartawan harian ini di tempat yang sudah dijanjikan, Cak To datang menggunakan mobil Honda CR-V-nya yang berwarna biru metalik.
Meski punya mobil yang kinclong, penampilan Cak To memang tidak terlihat seperti ''orang mampu''. Badannya kurus, kulitnya hitam, dengan rambut berombak dan terkesan awut-awutan. Dari gaya bicara, orang juga akan menebak bahwa pria kelahiran 1960 itu tak mengenyam pendidikan cukup. Cak To memang tak pernah menamatkan sekolah dasar.
Dengan bahasa Madura yang sesekali dicampur bahasa Indonesia, pria beranak dua itu mengaku sadar bahwa profesinya akan selalu dicibir orang. Namun, pria asal Bangkalan tersebut tidak peduli. ''Yang penting halal,'' ujarnya mantap.
Cak To bercerita, hampir seluruh hidupnya dia jalani sebagai pengemis. Sulung di antara empat bersaudara itu menjalani dunia tersebut sejak sebelum usia sepuluh tahun. Menurtu dia, tidak lama setelah peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI.
Maklum, emak dan bapaknya dulu pengemis di Bangkalan. ''Dulu awalnya saya diajak Emak untuk meminta-minta di perempatan,'' ungkapnya.
Karena mengemis di Bangkalan kurang ''menjanjikan'', awal 1970-an, Cak To diajak orang tua pindah ke Surabaya. Adik-adiknya tidak ikut, dititipkan di rumah nenek di sebuah desa di sekitar Bangkalan. Tempat tinggal mereka yang pertama adalah di emprean sebuah toko di kawasan Jembatan Merah.
Bertahun-tahun lamanya mereka menjadi pengemis di Surabaya. Ketika remaja, ''bakat'' Cak To untuk menjadi bos pengemis mulai terlihat.
Waktu itu, uang yang mereka dapatkan dari meminta-minta sering dirampas preman. Bapak Cak To mulai sakit-sakitan, tak kuasa membela keluarga. Sebagai anak tertua, Cak To-lah yang melawan. ''Saya sering berkelahi untuk mempertahankan uang,'' ungkapnya bangga.
Meski berperawakan kurus dan hanya bertinggi badan 155 cm, Cak To berani melawan siapa pun. Dia bahkan tak segan menyerang musuhnya menggunakan pisau jika uangnya dirampas. Karena keberaniannya itulah, pria berambut ikal tersebut lantas disegani di kalangan pengemis. ''Wis tak nampek. Mon la nyalla sebet (Kalau dia bikin gara-gara, langsung saya sabet, Red),'' tegasnya.
Selain harus menghadapi preman, pengalaman tidak menyenangkan terjadi ketika dia atau keluarga lain terkena razia petugas Satpol PP. ''Kami berpencar kalau mengemis,'' jelasnya.
Kalau ada keluarga yang terkena razia, mau tidak mau mereka harus mengeluarkan uang hingga ratusan ribu untuk membebaskan.
Cak To tergolong pengemis yang mau belajar. Bertahun-tahun mengemis, berbagai ''ilmu'' dia dapatkan untuk terus meningkatkan penghasilan. Mulai cara berdandan, cara berbicara, cara menghadapi aparat, dan sebagainya.
Makin lama, Cak To menjadi makin senior, hingga menjadi mentor bagi pengemis yang lain. Penghasilannya pun terus meningkat. Pada pertengahan 1990, penghasilan Cak To sudah mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu per hari. ''Pokoknya sudah enak,'' katanya.
Dengan penghasilan yang terus meningkat, Cak To mampu membeli sebuah rumah sederhana di kampungnya. Saat pulang kampung, dia sering membelikan oleh-oleh cukup mewah. ''Saya pernah beli oleh-oleh sebuah tape recorder dan TV 14 inci,'' kenangnya.
Saat itulah, Cak To mulai meniti langkah menjadi seorang bos pengemis. Dia mulai mengumpulkan anak buah.
Cerita tentang ''keberhasilan'' Cak To menyebar cepat di kampungnya. Empat teman seumuran mengikutinya ke Surabaya. ''Kasihan, panen mereka gagal. Ya sudah, saya ajak saja,'' ujarnya enteng.
Sebelum ke Surabaya, Cak To mengajari mereka cara menjadi pengemis yang baik. Pelajaran itu terus dia lanjutkan ketika mereka tinggal di rumah kontrakan di kawasan Surabaya Barat. ''Kali pertama, teman-teman mengaku malu. Tapi, saya meyakinkan bahwa dengan pekerjaan ini, mereka bisa membantu saudara di kampung,'' tegasnya.
Karena sudah mengemis sebagai kelompok, mereka pun bagi-bagi wilayah kerja. Ada yang ke perumahan di kawasan Surabaya Selatan, ada yang ke Surabaya Timur.
Agar tidak mencolok, ketika berangkat, mereka berpakaian rapi. Ketika sampai di ''pos khusus'', Cak To dan empat rekannya itu lantas mengganti penampilan. Tampil compang-camping untuk menarik iba dan uang recehan.
Hanya setahun mengemis, kehidupan empat rekan tersebut menunjukkan perbaikan. Mereka tak lagi menumpang di rumah Cak To. Sudah punya kontrakan sendiri-sendiri.
Pada 1996 itu pula, pada usia ke-36, Cak To mengakhiri masa lajang. Dia menyunting seorang gadis di kampungnya. Sejak menikah, kehidupan Cak To terus menunjukkan peningkatan...
Setiap tahun, jumlah anak buah Cak To terus bertambah. Semakin banyak anak buah, semakin banyak pula setoran yang mereka berikan kepada Cak To. Makanya, sejak 2000, dia sudah tidak mengemis setiap hari.
Sebenarnya, Cak To tak mau mengungkapkan jumlah setoran yang dia dapatkan setiap hari. Setelah didesak, dia akhirnya mau buka mulut. Yaitu, Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari, yang berarti Rp 6 juta hingga Rp 9 juta per bulan.
Menurut Cak To, dia tidak memasang target untuk anak buahnya. Dia hanya minta setoran sukarela. Ada yang setor setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali. ''Ya alhamdulillah, anak buah saya masih loyal kepada saya,'' ucapnya.
Dari penghasilannya itu, Cak To bahkan mampu memberikan sebagian nafkah kepada masjid dan musala di mana dia singgah. Dia juga tercatat sebagai donatur tetap di sebuah masjid di Gresik. ''Amal itu kan ibadah. Mumpung kita masih hidup, banyaklah beramal,'' katanya.
Sekarang, dengan hidup yang sudah tergolong enak itu, Cak To mengaku tinggal mengejar satu hal saja. ''Saya ingin naik haji,'' ungkapnya. Bila segalanya lancar, Cak To akan mewujudkan itu pada 2010 nanti.
Sumber :[spoiler]
http://yafi20.blogspot.com/2011/06/kisah-pengemis-terkaya-di-indonesia.html#ixzz1Owwz2llw (http://yafi20.blogspot.com/2011/06/kisah-pengemis-terkaya-di-indonesia.html#ixzz1Owwz2llw)[/spoiler]
Kenapa mrk mau nyetor ama Cakto ya?
Quote from: M14ka on 12 December 2012, 02:55:12 PM
Kenapa mrk mau nyetor ama Cakto ya?
Karena diberikan koordinasi, pengarahan, training, dan keamanan.
mengemis itu... apakah merupakan mata pencaharian benar? ;D
Memang menyedihkan kadang bila kita berhadapan dengan keserakahan (greedy); greedy vs metta.
Di jembatan grogol 2 menuju ke citraland; ada pengemis cilik laki laki suka tidur di jembatan tersebut suatu ketika wa tidak membawa permen atau kue kue kecil kebetulan di jembatan tersebut ada yang jualan roti jadi wa berniat membelikan roti dari tukang roti tersebut wa tanyakan mau roti apa? di menggelengkan kepala mau nya uang nya saja bukan roti nya, wa tanya berapakali jawaban nya uang sambil menggelengkan kepalanya.
Tukang roti akhir bilang anak ini mau nya uang bukan roti, agak menyedihkan akhir nya wa tidak membelikan roti dan juga tidak memberikan uang ke pengemis cilik ini, wa memutuskan untuk anak kecil hanya memberikan makanan saja tidak dalam bentuk uang.
Quote from: kullatiro on 12 December 2012, 03:17:23 PM
Memang menyedihkan kadang bila kita berhadapan dengan keserakahan (greedy); greedy vs metta.
Di jembatan grogol 2 menuju ke citraland; ada pengemis cilik laki laki suka tidur di jembatan tersebut suatu ketika wa tidak membawa permen atau kue kue kecil kebetulan di jembatan tersebut ada yang jualan roti jadi wa berniat membelikan roti dari tukang roti tersebut wa tanyakan mau roti apa? di menggelengkan kepala mau nya uang nya saja bukan roti nya, wa tanya berapakali jawaban nya uang sambil menggelengkan kepalanya.
Tukang roti akhir bilang anak ini mau nya uang bukan roti, agak menyedihkan akhir nya wa tidak membelikan roti dan juga tidak memberikan uang ke pengemis cilik ini, wa memutuskan untuk anak kecil hanya memberikan makanan saja tidak dalam bentuk uang.
imo, berdana juga butuh kebijaksanaan. :)
Quote from: kullatiro on 12 December 2012, 03:17:23 PM
Memang menyedihkan kadang bila kita berhadapan dengan keserakahan (greedy); greedy vs metta.
Di jembatan grogol 2 menuju ke citraland; ada pengemis cilik laki laki suka tidur di jembatan tersebut suatu ketika wa tidak membawa permen atau kue kue kecil kebetulan di jembatan tersebut ada yang jualan roti jadi wa berniat membelikan roti dari tukang roti tersebut wa tanyakan mau roti apa? di menggelengkan kepala mau nya uang nya saja bukan roti nya, wa tanya berapakali jawaban nya uang sambil menggelengkan kepalanya.
kalau pengemis cilik di jalan2 jakarta
banyak yang sudah dikoordinir geng preman dll,
jadi setiap hari pengemis mesti setor ke boss
kalau benar2 mau membantu anak jalanan/pengemis anak di jalanan
ada yg tau progam yg baik ngk ?
kalau ada, bisa tolong kasih tau nama yayasan, dll, cara mendukung, dll ?
seperti anak jalanan direhabilitasi ke panti asuhan
sekolah untuk anak jalanan dll ?
karena itu masalah jangka panjang, dan penolongan jangka panjang juga
Tapi ga smua ada bosnya kan kayanya, kl nenek"?
Pernah liat yg tinggal di bwh jembatan mrk memakai air dr sungai" yg uda kotor itu ya?
Quote from: M14ka on 12 December 2012, 03:45:29 PM
Tapi ga smua ada bosnya kan kayanya, kl nenek"?
Pernah liat yg tinggal di bwh jembatan mrk memakai air dr sungai" yg uda kotor itu ya?
yap, ngk semua ada boss nya
ada juga yg sekeluarga semuanya pengemis
dan tinggal di rumah2 kumuh
never ending story yag...
kembali ke kata2 bro adi lim dag "berlatih melepas"
Quote from: juanpedro on 12 December 2012, 03:16:18 PM
mengemis itu... apakah merupakan mata pencaharian benar? ;D
Bhikkhu di hutan bknnya mengemis juga ya? CMIIW
Quote from: bluppy on 12 December 2012, 03:50:32 PM
yap, ngk semua ada boss nya
ada juga yg sekeluarga semuanya pengemis
dan tinggal di rumah2 kumuh
never ending story yag...
kembali ke kata2 bro adi lim dag "berlatih melepas"
Yup kl uda kasih sih pst hrs ikhlas, cm kl sebelum memberi mau pilih" dlu kan... Kdg sy suka beri pengemis yg itu" aja, entah napa, mgkn krn pernah liat ada yg kasi byk bngt ama pengemis lain jd ga pernah kasi yg itu....
Quote from: bluppy on 12 December 2012, 03:30:37 PM
kalau pengemis cilik di jalan2 jakarta
banyak yang sudah dikoordinir geng preman dll,
jadi setiap hari pengemis mesti setor ke boss
kalau benar2 mau membantu anak jalanan/pengemis anak di jalanan
ada yg tau progam yg baik ngk ?
kalau ada, bisa tolong kasih tau nama yayasan, dll, cara mendukung, dll ?
seperti anak jalanan direhabilitasi ke panti asuhan
sekolah untuk anak jalanan dll ?
karena itu masalah jangka panjang, dan penolongan jangka panjang juga
kadang ini masalah juga.. pengemis di jakarta khususnya kebanyakan sudah ada "sistem setoran"
jadi tidak jauh beda dengan sopir angkot yang tiap abis narik nyetor ke juragan..
dan dana yang dikasih juga gak sampai ke mereka dengan baik..
pemerintah pun sepertinya tidak ada tindakan apa2.. oleh karena itu saya pribadi, memberi dana ke "kebanyakan" pengemis sebenarnya juga tindakan "sia-sia" lebih baik memberi ke yang benar2 membutuhkan (misal contoh jadi orang tua asuh)
just my opinion
note : "kebanyakan" merujuk ke arti "pengemis dengan sistem setoran"
Pengemis Ini Memiliki Penghasilan Rp 15 Juta Sebulan!
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fstat.ks.kidsklik.com%2Fstatics%2Ffiles%2F2012%2F07%2F1341128089220274013.jpg&hash=260617969b3761c53cd2c22c5fd018082a623873)
Anda tertarik jadi pengemis? Ini sungguh temuan paling menarik tentang pengemis di Blok M, Jakarta. Melihat tampang memelas para pengemis membuat kita sering merogoh uang Rp 1,000 atau Rp 500. Para pengemis berkeliaran di tempat-tempat tertentu yang ramai. Khususnya tempat makan di pinggiran jalan.
Mari kita tengok sosok pengemis ini. Perempuan ini berusia sekitar 45 tahunan. Berpakaian kumuh dan berkerudung kumuh pula. Namun dia sehat wal afiat. Dia selalu membawa mangkuk plastik untuk mengemis. Tak lupa dia juga menggendong tas yang juga tidak bagus. Namun jangan salah. Tampang dan penampilan itu mengecoh. Soal penghasilan luar biasa.
Kalau Anda bergaji Rp. 10,000,000,- juta. Anda masih kalah dengan pengemis elit cerdas ini. Mari kita hitung penghasilannya. Menurut petugas parkir di Bulungan di samping Blok M Plaza, pengemis itu penghasilan per harinya tidak kurang dari Rp 500,000,- sampai Rp 700,000,- per hari. Saya pertama kali mendengar tidak percaya.
Namun pedagang gulai pinggir jalan malam hari di sekitar Blok M Plaza mengiyakan pernyataan tukang parkir itu. Saya penasaran menelusuri dan mengikuti dan menelusuri cara kerja pengemis kaya tersebut.Pagi hari itu saya sudah siap mengamati Pengemis Wanita ini. Saya sudah tiba pukul 05:00 di sekitar tempat parkir Bus Damri Bandara yang mangkal di dekat Blok M Plaza. Dengan muka memelas dia mulai menerima uang dari para dermawan bis Damri. Rata-rata penaik taksi yang akan ke Bandara akan memberi uang kecil Rp 1,000,-. Saya memakai kamera video untuk mengamati agar dari jarak jauh sekitar 200-300 meter saya bisa melihat secara dekat. Kadang saya berjalan mendekati dia. Tidak ada rasa curiga dari dia.
Selama sekitar 5 jam saya membuntuti pengemis itu. Sekitar pukul 10.00 Pengemis itu pergi ke tukang bakso menukarkan uang hasil usahanya. Yang dia tukarkan Rp. 65.000, ditukar dengan uang lima puluhan ribu, satu uang 10 ribuan dan satu uang 5 ribuan. Setelah menukarkan, di sekitar itu pula banyak orang makan. Tampak dalam hitungan menit tiga orang memberikan uang seribuan.
Saya ikuti pengemis itu pergi ke Taman Blok M. Ternyata dia istirahat sejenak di sana. Setelah itu dia berjalan ke arah Pasaraya Blok M. Di dekat pinggiran jalanan ke Gramedia banyak tempat makan di sana. Mulai pukul 12:00 sampai pukul 14:00 dia beroperasi di sana. Dari para pengunjung tempat makanan kaki lima itu ternyata pengemis itu mengeruk puluhan ribu rupiah dari para pekerja dan pengunjung warung atau gerobak makanan.
Saya juga capek mengamati dia. Saya juga perlu makan. Maka saya istirahat makan. Tak lupa pengemis itu minta uang kepada saya. Agar tak mencurigakan aku kasih dia uang Rp 1,000,-. Dia pergi ke warung kaki lima lainnya mengeruk uang dari pengunjung tempat makan.
Tak lupa saya menanyakan pada para pedagang makanan. Komentarnya sungguh mencengangkan saya. Kalau mau tukar uang receh ya ke pengemis itu. Banyak pedagang menukarkan uang ribuan pada pengemis itu. Langganan menukar uang juga datang dari karyawan toko minimarket, khusus untuk uang recehan Rp 500, 200 dan 100.
Saya iseng menanyakan ke minimarket yang dimaksud di sekitar Blok M yang menjadi langganan penukaran uang pengemis itu. Benar, dalam sehari tidak kurang dari Rp 200 ribu uang receh ditukar dengan dua lembar uang seratus ribuan.
Saya kembali membuntuti. Ternyata dia ada di sekitar Bus Damri lagi. Di tempat itu ada satu lagi pengemis lainnya. Laki-laki seumur perempuan itu. Sampai sekitar pukul 18:00 operasi pengemis itu ada di sekitaran Bus Damri, warung kali-lima dekat jembatan penyeberangan. Lalu ke sekitar depan dan samping SMA 70.
Sejak pukul 15:00 sampai dengan pukul 22:00 saya amati pengemis itu rata-rata setiap 2 menit mendapatkan 1 lembar uang seribu rupiah. Yang memberikan adalah para penikmat makanan malam seperti ayam bakar, gulai dan pekerja yang beristirahat dan pulang kerja.
Dari amatan saya, yang menjadi target diminta atau diemisi adalah: para pelanggan nasi gulai Blok M. Karakter penikmat makan ini selalu memberi kepada pengemis. Pelanggan ayam bakar yang berseberangan dengan penjaja gulai juga penyumbang setia pengemis itu. Juga para pekerja seks dan pasangannya.
Tampaknya pengemis itu memiliki kemampuan strategi dalam mengemis dalam menentukan sasaran. Yang paling sering memberi uang kepada pengemis ternyata pasangan muda. Juga keluarga suami istri dan anak. Hampir semua pasangan dan kelompok serta suami-istri apalagi bersama anaknya, akan memberikan uang selembar ribuan. Mungkin para pasangan - laki-laki - malu kalau tak memberi pada pengemis. Laki-laki yang sendirian makan jarang memberi uang pada pengemis.
Sampai pukul 02:00 dini hari saya mencatat tidak kurang 400 orang memberikan uang kepada pengemis itu. Daerah operasi pengemis itu cuma sekitaran Blok M Plaza.
Akhirnya saya temui tukang parkir di Bulungan yang tiga hari sebelumnya menyampaikan berita tentang pengemis berpenghasilan Rp 15,000,000,- per bulan. Dan ternyata benar adanya! Siapa tertarik menjadi pengemis? Daripada bekerja pakai dasi mendapat gaji Rp. 6 juta? Ternyata Jakarta luar biasa!
Sumber:
[spoiler]http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/01/menelisik-strategi-pengemis-blok-m-meraup-rp-15-juta-sebulan/ (http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/01/menelisik-strategi-pengemis-blok-m-meraup-rp-15-juta-sebulan/)[/spoiler]
Quote from: sanjiva on 12 December 2012, 04:40:15 PM
Pengemis Ini Memiliki Penghasilan Rp 15 Juta Sebulan!
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fstat.ks.kidsklik.com%2Fstatics%2Ffiles%2F2012%2F07%2F1341128089220274013.jpg&hash=260617969b3761c53cd2c22c5fd018082a623873)
Anda tertarik jadi pengemis? Ini sungguh temuan paling menarik tentang pengemis di Blok M, Jakarta. Melihat tampang memelas para pengemis membuat kita sering merogoh uang Rp 1,000 atau Rp 500. Para pengemis berkeliaran di tempat-tempat tertentu yang ramai. Khususnya tempat makan di pinggiran jalan.
Mari kita tengok sosok pengemis ini. Perempuan ini berusia sekitar 45 tahunan. Berpakaian kumuh dan berkerudung kumuh pula. Namun dia sehat wal afiat. Dia selalu membawa mangkuk plastik untuk mengemis. Tak lupa dia juga menggendong tas yang juga tidak bagus. Namun jangan salah. Tampang dan penampilan itu mengecoh. Soal penghasilan luar biasa.
Kalau Anda bergaji Rp. 10,000,000,- juta. Anda masih kalah dengan pengemis elit cerdas ini. Mari kita hitung penghasilannya. Menurut petugas parkir di Bulungan di samping Blok M Plaza, pengemis itu penghasilan per harinya tidak kurang dari Rp 500,000,- sampai Rp 700,000,- per hari. Saya pertama kali mendengar tidak percaya.
Namun pedagang gulai pinggir jalan malam hari di sekitar Blok M Plaza mengiyakan pernyataan tukang parkir itu. Saya penasaran menelusuri dan mengikuti dan menelusuri cara kerja pengemis kaya tersebut.Pagi hari itu saya sudah siap mengamati Pengemis Wanita ini. Saya sudah tiba pukul 05:00 di sekitar tempat parkir Bus Damri Bandara yang mangkal di dekat Blok M Plaza. Dengan muka memelas dia mulai menerima uang dari para dermawan bis Damri. Rata-rata penaik taksi yang akan ke Bandara akan memberi uang kecil Rp 1,000,-. Saya memakai kamera video untuk mengamati agar dari jarak jauh sekitar 200-300 meter saya bisa melihat secara dekat. Kadang saya berjalan mendekati dia. Tidak ada rasa curiga dari dia.
Selama sekitar 5 jam saya membuntuti pengemis itu. Sekitar pukul 10.00 Pengemis itu pergi ke tukang bakso menukarkan uang hasil usahanya. Yang dia tukarkan Rp. 65.000, ditukar dengan uang lima puluhan ribu, satu uang 10 ribuan dan satu uang 5 ribuan. Setelah menukarkan, di sekitar itu pula banyak orang makan. Tampak dalam hitungan menit tiga orang memberikan uang seribuan.
Saya ikuti pengemis itu pergi ke Taman Blok M. Ternyata dia istirahat sejenak di sana. Setelah itu dia berjalan ke arah Pasaraya Blok M. Di dekat pinggiran jalanan ke Gramedia banyak tempat makan di sana. Mulai pukul 12:00 sampai pukul 14:00 dia beroperasi di sana. Dari para pengunjung tempat makanan kaki lima itu ternyata pengemis itu mengeruk puluhan ribu rupiah dari para pekerja dan pengunjung warung atau gerobak makanan.
Saya juga capek mengamati dia. Saya juga perlu makan. Maka saya istirahat makan. Tak lupa pengemis itu minta uang kepada saya. Agar tak mencurigakan aku kasih dia uang Rp 1,000,-. Dia pergi ke warung kaki lima lainnya mengeruk uang dari pengunjung tempat makan.
Tak lupa saya menanyakan pada para pedagang makanan. Komentarnya sungguh mencengangkan saya. Kalau mau tukar uang receh ya ke pengemis itu. Banyak pedagang menukarkan uang ribuan pada pengemis itu. Langganan menukar uang juga datang dari karyawan toko minimarket, khusus untuk uang recehan Rp 500, 200 dan 100.
Saya iseng menanyakan ke minimarket yang dimaksud di sekitar Blok M yang menjadi langganan penukaran uang pengemis itu. Benar, dalam sehari tidak kurang dari Rp 200 ribu uang receh ditukar dengan dua lembar uang seratus ribuan.
Saya kembali membuntuti. Ternyata dia ada di sekitar Bus Damri lagi. Di tempat itu ada satu lagi pengemis lainnya. Laki-laki seumur perempuan itu. Sampai sekitar pukul 18:00 operasi pengemis itu ada di sekitaran Bus Damri, warung kali-lima dekat jembatan penyeberangan. Lalu ke sekitar depan dan samping SMA 70.
Sejak pukul 15:00 sampai dengan pukul 22:00 saya amati pengemis itu rata-rata setiap 2 menit mendapatkan 1 lembar uang seribu rupiah. Yang memberikan adalah para penikmat makanan malam seperti ayam bakar, gulai dan pekerja yang beristirahat dan pulang kerja.
Dari amatan saya, yang menjadi target diminta atau diemisi adalah: para pelanggan nasi gulai Blok M. Karakter penikmat makan ini selalu memberi kepada pengemis. Pelanggan ayam bakar yang berseberangan dengan penjaja gulai juga penyumbang setia pengemis itu. Juga para pekerja seks dan pasangannya.
Tampaknya pengemis itu memiliki kemampuan strategi dalam mengemis dalam menentukan sasaran. Yang paling sering memberi uang kepada pengemis ternyata pasangan muda. Juga keluarga suami istri dan anak. Hampir semua pasangan dan kelompok serta suami-istri apalagi bersama anaknya, akan memberikan uang selembar ribuan. Mungkin para pasangan - laki-laki - malu kalau tak memberi pada pengemis. Laki-laki yang sendirian makan jarang memberi uang pada pengemis.
Sampai pukul 02:00 dini hari saya mencatat tidak kurang 400 orang memberikan uang kepada pengemis itu. Daerah operasi pengemis itu cuma sekitaran Blok M Plaza.
Akhirnya saya temui tukang parkir di Bulungan yang tiga hari sebelumnya menyampaikan berita tentang pengemis berpenghasilan Rp 15,000,000,- per bulan. Dan ternyata benar adanya! Siapa tertarik menjadi pengemis? Daripada bekerja pakai dasi mendapat gaji Rp. 6 juta? Ternyata Jakarta luar biasa!
Sumber:
[spoiler]http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/01/menelisik-strategi-pengemis-blok-m-meraup-rp-15-juta-sebulan/ (http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/01/menelisik-strategi-pengemis-blok-m-meraup-rp-15-juta-sebulan/)[/spoiler]
wakaka, uang gaji wa perbulan kalah sama pengemis.
Quote from: kullatiro on 12 December 2012, 05:27:08 PM
wakaka, uang gaji wa perbulan kalah sama pengemis.
minat..? :whistle:
ini topik pernah g bahas di vihara siripada waktu diskusi dhamma 1/2 bulan lalu, dengan sesepuh DC yaitu Sumedho, Kainyn_Kutho, Indra.. ^-^
seru tapi tidak memuaskan hasil diskusinya tentang sosok pengemis ini bagi g,
akhirnya g diskusi lebih dalam dengan inisial huruf depan 'i' dan huruf belakang 'a'.. =))
diskusi lumayan lama dan akhirnya kelar juga, dan terpuaskan.. :whistle:
Quote from: stephen chow on 12 December 2012, 06:17:00 PM
diskusi lumayan lama dan akhirnya kelar juga, dan terpuaskan.. :whistle:
Bagi bagi hasil diskusi yg memuaskan di sini dong. Thanks
Quote from: stephen chow on 12 December 2012, 06:17:00 PM
ini topik pernah g bahas di vihara siripada waktu diskusi dhamma 1/2 bulan lalu, dengan sesepuh DC yaitu Sumedho, Kainyn_Kutho, Indra.. ^-^
seru tapi tidak memuaskan hasil diskusinya tentang sosok pengemis ini bagi g,
akhirnya g diskusi lebih dalam dengan inisial huruf depan 'i' dan huruf belakang 'a'.. =))
diskusi lumayan lama dan akhirnya kelar juga, dan terpuaskan.. :whistle:
ceritain donk yang bikin terpuaskan itu apa,supaya saya juga dapat. ;D
Quote from: stephen chow on 12 December 2012, 06:17:00 PM
ini topik pernah g bahas di vihara siripada waktu diskusi dhamma 1/2 bulan lalu, dengan sesepuh DC yaitu Sumedho, Kainyn_Kutho, Indra.. ^-^
seru tapi tidak memuaskan hasil diskusinya tentang sosok pengemis ini bagi g,
akhirnya g diskusi lebih dalam dengan inisial huruf depan 'i' dan huruf belakang 'a'.. =))
diskusi lumayan lama dan akhirnya kelar juga, dan terpuaskan.. :whistle:
Bagi-bagi di sini donk hasil kepuasannya bersama I***a :whistle: ^-^
Quote from: stephen chow on 12 December 2012, 06:17:00 PM
ini topik pernah g bahas di vihara siripada waktu diskusi dhamma 1/2 bulan lalu, dengan sesepuh DC yaitu Sumedho, Kainyn_Kutho, Indra.. ^-^
seru tapi tidak memuaskan hasil diskusinya tentang sosok pengemis ini bagi g,
akhirnya g diskusi lebih dalam dengan inisial huruf depan 'i' dan huruf belakang 'a'.. =))
diskusi lumayan lama dan akhirnya kelar juga, dan terpuaskan.. :whistle:
Bagi" donk kk biar kita" juga ikut puas..... :))
Ketika sering jumpa dengan orang yg minta2/pengemis, dalam benak pikiran saya, apakah benar ini orang tidak bisa kerja/tidak dapat kerjaan sehingga minta/ngemis.. :-?
Muncul pikiran ingin tahu dalam ajaran Buddha apakah ini termasuk mata pencaharian salah dan menghasilkan kamma buruk..
Tiba waktunya di diskusi dhamma di siripada dan di bahas, anggota DC yg hadir se ingat saya itu Sumedho (Tuhan Maha Kuasa), Indra (Mr. Kumis), Kainyn Kutho (Kuda Nil), Mr. Jhonz (Dayak), Anestan (???).. =)) =)) =))
Pertama yg saya tanyakan apakah mata pencaharian benar pengemis, dan ada yg jawab betul mata pencaharian benar karena di sini tidak ada tertulis dalam bukan mata pencaharian benar,
Terus saya tanya, misal dengan mengemis maka bisa dpt 3 juta/bulan, tapi kalo kerja yg lain Cuma dapat 2 juta/bulan (misal cukup hidup), kalo ini gimana?
Trus ada yg jawab ya pintar dong ini orang pilih kerjaan yg bisa dapat duit yg banyak,, ~X(
Trus saya Tanya bukan kah ini penipuan karena saya pikir dia tidak mampu kerja maka saya kasi duit, tapi eh malah bisa kerja ini orang tapi mau hidup enak dngan minta2 dapat 3 juta, padahal kalo kerja lain dpt 2 juta dan bisa cukup buat kebutuhan hidup...
Trus kalo saya tidak salah ingat ada yg jawab, salah yg kasi kenapa bisa ketipu.. #-o
Cuma ini yg saya ingat diskusinya, pokoknya kacau pikiran dan belum terpuaskan... >:D
Akhirnya saya PM inisial depan 'I' dan belakang 'a'.. :>-
Dalam PM akhirnya saya terpuaskan, pengemis memang mata pencaharian benar tapi dalam arti, pengemis itu tidak bisa kerja selain jadi pengemis ato bisa kerja yg lain tapi tidak bisa cukup kehidupannya maka boleh jadi pengemis, karena di mata orang2 itu pengemis seperti itu, coba misal yg kasi duit 1.000 itu orang kerja Cuma 1.500.000/bulan, eh ternyata pengemis itu 1 bulan dpt 3.000.000, apakah ada yg mau kasi uang ke pengemis yg NIATNYA MENIPU...
kenapa menipu, misal ada orang bisa kerja 1 bulan dapat 2.000.000 dan hidupnya tercukupi, tapi ini orang ah malas kerja Cuma dpt segitu, terus dia pikir dan tahu mengemis itu bisa dapt 3.000.000 jadi nyamar dah jadi pengemis...
jadi NIATNYA YG MENIPU yg bisa dapat kamma buruk...
Jika ada kata2 saya yg salah tafsir silahkan yg ada di diskusi bisa mengklarifikasi di sini,, ^:)^
Quote from: stephen chow on 14 December 2012, 05:08:22 PM
Ketika sering jumpa dengan orang yg minta2/pengemis, dalam benak pikiran saya, apakah benar ini orang tidak bisa kerja/tidak dapat kerjaan sehingga minta/ngemis.. :-?
Muncul pikiran ingin tahu dalam ajaran Buddha apakah ini termasuk mata pencaharian salah dan menghasilkan kamma buruk..
Tiba waktunya di diskusi dhamma di siripada dan di bahas, anggota DC yg hadir se ingat saya itu Sumedho (Tuhan Maha Kuasa), Indra (Mr. Kumis), Kainyn Kutho (Kuda Nil), Mr. Jhonz (Dayak), Anestan (???).. =)) =)) =))
Pertama yg saya tanyakan apakah mata pencaharian benar pengemis, dan ada yg jawab betul mata pencaharian benar karena di sini tidak ada tertulis dalam bukan mata pencaharian benar,
Terus saya tanya, misal dengan mengemis maka bisa dpt 3 juta/bulan, tapi kalo kerja yg lain Cuma dapat 2 juta/bulan (misal cukup hidup), kalo ini gimana?
Trus ada yg jawab ya pintar dong ini orang pilih kerjaan yg bisa dapat duit yg banyak,, ~X(
Trus saya Tanya bukan kah ini penipuan karena saya pikir dia tidak mampu kerja maka saya kasi duit, tapi eh malah bisa kerja ini orang tapi mau hidup enak dngan minta2 dapat 3 juta, padahal kalo kerja lain dpt 2 juta dan bisa cukup buat kebutuhan hidup...
Trus kalo saya tidak salah ingat ada yg jawab, salah yg kasi kenapa bisa ketipu.. #-o
Cuma ini yg saya ingat diskusinya, pokoknya kacau pikiran dan belum terpuaskan... >:D
Akhirnya saya PM inisial depan 'I' dan belakang 'a'.. :>-
Dalam PM akhirnya saya terpuaskan, pengemis memang mata pencaharian benar tapi dalam arti, pengemis itu tidak bisa kerja selain jadi pengemis ato bisa kerja yg lain tapi tidak bisa cukup kehidupannya maka boleh jadi pengemis, karena di mata orang2 itu pengemis seperti itu, coba misal yg kasi duit 1.000 itu orang kerja Cuma 1.500.000/bulan, eh ternyata pengemis itu 1 bulan dpt 3.000.000, apakah ada yg mau kasi uang ke pengemis yg NIATNYA MENIPU...
kenapa menipu, misal ada orang bisa kerja 1 bulan dapat 2.000.000 dan hidupnya tercukupi, tapi ini orang ah malas kerja Cuma dpt segitu, terus dia pikir dan tahu mengemis itu bisa dapt 3.000.000 jadi nyamar dah jadi pengemis...
jadi NIATNYA YG MENIPU yg bisa dapat kamma buruk...
Jika ada kata2 saya yg salah tafsir silahkan yg ada di diskusi bisa mengklarifikasi di sini,, ^:)^
Bukankah kalau diskusi dengan i***a biasa diminta sutta rujukannya, nah masalahnya adalah apakah ada sutta yang menjelaskan bahwa mengemis ini menipu dan termasuk mata pencaharian tidak benar? Kalau bhikkhu yang berbaju bhikkhu tapi berperilaku tak seharusnya bhikkhu tetapi menerima dana / makanan dari umat sih seingat gw memang ada suttanya. Nah kalau pengemis ?
Dan biasanya pengemis (kayak di cerita gw yg penghasilannya 15 juta ;D) gak cerita bohong apalagi menipu panjang lebar ke orang yang dimintainnya. Biasanya mereka mendekat dan hanya menadahkan tangan, tak bicara bohong ataupun menipu. Si orang yang didatangi lantas memberi uang kalau dia mau memberi. Kalau tak mau memberi, mereka berpindah ke orang yang lain.
Quote from: sanjiva on 14 December 2012, 05:24:23 PM
Bukankah kalau diskusi dengan i***a biasa diminta sutta rujukannya, nah masalahnya adalah apakah ada sutta yang menjelaskan bahwa mengemis ini menipu dan termasuk mata pencaharian tidak benar?
Dan biasanya pengemis (kayak di cerita gw yg penghasilannya 15 juta ;D) gak cerita bapohong apalagi menipu panjang lebar ke orang yang dimintainnya. Biasanya mereka mendekat dan hanya menadahkan tangan, tak bicara bohong ataupun menipu. Si orang yang didatangi lantas memberi uang kalau dia mau memberi.
contoh
saya bisa kerja gaji 1.500.000/ bulan (saya sudah cukup buat kehidupan sehari-hari), trus saya dngr dari orang kalo ngemis di jakarta bisa dapat 3.000.000/bulan.. trus saya coba lah 1 bulan, pakai pakaian robek2, muka kotor2in, mendekat dan hanya menadahkan tangan, tak bicara bohong ataupun menipu, dan benar saya dapat 3.000.0000/bulan..
arti pengemis itu di mata umum adalah minta2 karena tidak mampu kerja dan tidak dapat kerjaan.. kalo anda misal gaji 2 jt, pengemis yg anda kasi itu dapat dari ngemis dapat 5 jt, apakah ada orang yg mau kasi dia duit 1.000?
NIATNYA DALAM PIKIRAN MENIPU yg dapat kamma buruK.. kalo bukan niat nipu, apalagi.. :-?
waktu menyamar pake baju semrawutan aja udah menipu.... ;D
Jadi NIATNYA yang dibicarakan, tidak bisa bekerja, tidak mampu bekerja atau tidak punya pekerjaan, sehingga jadi pengemis, caranya..?pemampilan.. :'( bukankah disini sudah ada NIAT. 3jt-15jt/bulan ngemis seumur hidup. :))
Quote from: khiong on 14 December 2012, 07:21:09 PM
Jadi NIATNYA yang dibicarakan, tidak bisa bekerja, tidak mampu bekerja atau tidak punya pekerjaan, sehingga jadi pengemis, caranya..?pemampilan.. :'( bukankah disini sudah ada NIAT. 3jt-15jt/bulan ngemis seumur hidup. :))
niat kan yg salah satu penyebab kamma yg menentukan buruk ato baik,,
niat nipu ya ada kamma buruk yg di dapat..
Quote from: sanjiva on 14 December 2012, 05:24:23 PM
Bukankah kalau diskusi dengan i***a biasa diminta sutta rujukannya, nah masalahnya adalah apakah ada sutta yang menjelaskan bahwa mengemis ini menipu dan termasuk mata pencaharian tidak benar? Kalau bhikkhu yang berbaju bhikkhu tapi berperilaku tak seharusnya bhikkhu tetapi menerima dana / makanan dari umat sih seingat gw memang ada suttanya. Nah kalau pengemis ?
Dan biasanya pengemis (kayak di cerita gw yg penghasilannya 15 juta ;D) gak cerita bohong apalagi menipu panjang lebar ke orang yang dimintainnya. Biasanya mereka mendekat dan hanya menadahkan tangan, tak bicara bohong ataupun menipu. Si orang yang didatangi lantas memberi uang kalau dia mau memberi. Kalau tak mau memberi, mereka berpindah ke orang yang lain.
menipu secara penampilan om. ;D
Quote from: stephen chow on 14 December 2012, 05:08:22 PM
Dalam PM akhirnya saya terpuaskan, pengemis memang mata pencaharian benar tapi dalam arti, pengemis itu tidak bisa kerja selain jadi pengemis ato bisa kerja yg lain tapi tidak bisa cukup kehidupannya maka boleh jadi pengemis, karena di mata orang2 itu pengemis seperti itu, coba misal yg kasi duit 1.000 itu orang kerja Cuma 1.500.000/bulan, eh ternyata pengemis itu 1 bulan dpt 3.000.000, apakah ada yg mau kasi uang ke pengemis yg NIATNYA MENIPU...
kenapa menipu, misal ada orang bisa kerja 1 bulan dapat 2.000.000 dan hidupnya tercukupi, tapi ini orang ah malas kerja Cuma dpt segitu, terus dia pikir dan tahu mengemis itu bisa dapt 3.000.000 jadi nyamar dah jadi pengemis...
jadi NIATNYA YG MENIPU yg bisa dapat kamma buruk...
Jika ada kata2 saya yg salah tafsir silahkan yg ada di diskusi bisa mengklarifikasi di sini,, ^:)^
jadi kesimpulannya mengemis itu gpp, jika dan hanya jika "pengemis itu tidak bisa kerja selain jadi pengemis ato bisa kerja yg lain tapi tidak bisa cukup kehidupannya maka boleh jadi pengemis"
saya masih belum puas nih. ;D
Quote from: stephen chow on 14 December 2012, 09:10:23 PM
niat kan yg salah satu penyebab kamma yg menentukan buruk ato baik,,
niat nipu ya ada kamma buruk yg di dapat..
Jadi..ini termasuk mata pencaharian benar/salah.?
Quote from: hemayanti on 15 December 2012, 04:06:43 PM
menipu secara penampilan om. ;D
jadi kesimpulannya mengemis itu gpp, jika dan hanya jika "pengemis itu tidak bisa kerja selain jadi pengemis ato bisa kerja yg lain tapi tidak bisa cukup kehidupannya maka boleh jadi pengemis"
saya masih belum puas nih. ;D
Yg belum puas apa neh... :-? ???
menurut saya sih gpp, contoh.
1. ada seorang laki2 tua, badan lemah, cari kerja2 tidak ketemu, tidak ada yg mau terima dan tidak bisa kerja apa2 karena sudah tua, dalam pikirannya untuk menyambung hidup ya dengan mengemis dan cukup uangnya buat kehidupan karena sudah tidak ada pilihan lagi,,
2. ada seorang laki2 tua, badan lemah,dapat kerjaan tapi gaji kecil cuma 500.000, tidak ada lagi kerjaan lain yg di dapat sudah cari kemana2, akhirnya di coba dan sampai 1 bulan, selama 3 bulan ternyta 500.000 itu tidak cukup, sudah irit2, ternyta pengeluaran 800.000, akhirnya untuk biaya hidup ngutang sana sini 300.000, akhirnya mengemis di coba dan bisa dapat 1.000.000 jadi cukup buat kehidupan sehari2..
"dalam benar laki2 ini mau kerja yg lain selain ngemis jika ada yg tawarin kerjaan yg gajinya cukup buat hidupnya sehari2'
apakah 2 contoh ini ada yg salah.. :P
Quote from: khiong on 15 December 2012, 05:20:00 PM
Jadi..ini termasuk mata pencaharian benar/salah.?
mata pencaharian benar..
terbagi lagi, NIAT yg dapat kamma buruk atau tidak..
seperti posting saya di atas2..
Quote from: stephen chow on 15 December 2012, 06:06:04 PM
mata pencaharian benar..
terbagi lagi, NIAT yg dapat kamma buruk atau tidak..
seperti posting saya di atas2..
saya sama sekali tidak sependapat bahwa Pengemis itu mata pencaharian benar, karena NIAT nya itu termasuk SERAKAH, memang tidak masuk salah satu unsul 8. ;D
Quote from: khiong on 15 December 2012, 06:23:39 PM
saya sama sekali tidak sependapat bahwa Pengemis itu mata pencaharian benar, karena NIAT nya itu termasuk SERAKAH, memang tidak masuk salah satu unsul 8. ;D
om kalo serakah itu relatif, saya jualan bakso tapi serakah, jadi mata pencaharian tidak benar donk..
serakah maksudnya om itu seperti apa?
tolong jelaskan contoh maksud pengemis serakah jadi mata pencaharian tidak benar..
Quote from: stephen chow on 15 December 2012, 06:57:15 PM
om kalo serakah itu relatif, saya jualan bakso tapi serakah, jadi mata pencaharian tidak benar donk..
serakah maksudnya om itu seperti apa?
tolong jelaskan contoh maksud pengemis serakah jadi mata pencaharian tidak benar..
Serakah maksud saya disini adalah menjadikan pekerjaan sebagai pengemis seumur hidup, Ok lah mengemis dalam keadaan mendesak, 3jt-10jt/bulan selama berbulan-bulan,bertahun-tahun, masak tidak punya tabungan modal buat jualan bakso..? :o
Quote from: khiong on 15 December 2012, 07:52:58 PM
Serakah maksud saya disini adalah menjadikan pekerjaan sebagai pengemis seumur hidup, Ok lah mengemis dalam keadaan mendesak, 3jt-10jt/bulan selama berbulan-bulan,bertahun-tahun, masak tidak punya tabungan modal buat jualan bakso..? :o
Quote from: stephen chow on 15 December 2012, 06:04:32 PM
Yg belum puas apa neh... :-? ???
menurut saya sih gpp, contoh.
1. ada seorang laki2 tua, badan lemah, cari kerja2 tidak ketemu, tidak ada yg mau terima dan tidak bisa kerja apa2 karena sudah tua, dalam pikirannya untuk menyambung hidup ya dengan mengemis dan cukup uangnya buat kehidupan karena sudah tidak ada pilihan lagi,,
2. ada seorang laki2 tua, badan lemah,dapat kerjaan tapi gaji kecil cuma 500.000, tidak ada lagi kerjaan lain yg di dapat sudah cari kemana2, akhirnya di coba dan sampai 1 bulan, selama 3 bulan ternyta 500.000 itu tidak cukup, sudah irit2, ternyta pengeluaran 800.000, akhirnya untuk biaya hidup ngutang sana sini 300.000, akhirnya mengemis di coba dan bisa dapat 1.000.000 jadi cukup buat kehidupan sehari2..
"dalam benaK laki2 ini mau kerja yg lain selain ngemis jika ada yg tawarin kerjaan yg gajinya cukup buat hidupnya sehari2'
apakah 2 contoh ini ada yg salah.. :P
di baca om postingan saya di atas,
ya klo orang ini ngemis dan tiba2 dpt banyak duit dan ada modal buat usaha tapi tidak mau, ya 100% salah dan dapat kamma buruk karena di sini niatnya sudah nipu karena ada kerjaan yg lain tapi tidak mau, pengemis yg benar kan sudah saya jelaskan di posting2an saya om
kalau soal agama sih kayanya ga ada yg salah deh... :D
*maaf* kalau pindapatta itu apa termasuk kegiatan mengemis? maksud saya, sama saja kan: bahasa netralnya menerima dana.
pindapatta konotasi positif
mengemis konotasi negatif
CMIIW
Quote from: stephen chow on 15 December 2012, 06:04:32 PM
Yg belum puas apa neh... :-? ???
menurut saya sih gpp, contoh.
1. ada seorang laki2 tua, badan lemah, cari kerja2 tidak ketemu, tidak ada yg mau terima dan tidak bisa kerja apa2 karena sudah tua, dalam pikirannya untuk menyambung hidup ya dengan mengemis dan cukup uangnya buat kehidupan karena sudah tidak ada pilihan lagi,,
2. ada seorang laki2 tua, badan lemah,dapat kerjaan tapi gaji kecil cuma 500.000, tidak ada lagi kerjaan lain yg di dapat sudah cari kemana2, akhirnya di coba dan sampai 1 bulan, selama 3 bulan ternyta 500.000 itu tidak cukup, sudah irit2, ternyta pengeluaran 800.000, akhirnya untuk biaya hidup ngutang sana sini 300.000, akhirnya mengemis di coba dan bisa dapat 1.000.000 jadi cukup buat kehidupan sehari2..
"dalam benar laki2 ini mau kerja yg lain selain ngemis jika ada yg tawarin kerjaan yg gajinya cukup buat hidupnya sehari2'
apakah 2 contoh ini ada yg salah.. :P
oh, jadi mengemis karna terpaksa itu gpp yah om?
kalo mengemis karna malas kerja apa2 g om? ;D
Quote from: tesla on 15 December 2012, 10:19:44 PM
kalau soal agama sih kayanya ga ada yg salah deh... :D
*maaf* kalau pindapatta itu apa termasuk kegiatan mengemis? maksud saya, sama saja kan: bahasa netralnya menerima dana.
pindapatta konotasi positif
mengemis konotasi negatif
CMIIW
pindapatta konotasi halus
mengemis konotasi kasar
cmiiw :whistle:
Quote from: hemayanti on 17 December 2012, 09:02:32 AM
oh, jadi mengemis karna terpaksa itu gpp yah om?
kalo mengemis karna malas kerja apa2 g om? ;D
ane rasa mengemis termasuk kerja keras ah. butuh tenaga, kesabaran, serta mempertaruhkan harga diri dan kehormatan ;D
Quote from: hemayanti on 17 December 2012, 09:02:32 AM
oh, jadi mengemis karna terpaksa itu gpp yah om?
kalo mengemis karna malas kerja apa2 g om? ;D
ngemis terpaksa dalam arti positif sih gpp menurut saya,, ^-^
karena malas ya beda, kan pengemis arti sesungguhnya bukan malas2, :-?
lanjut? :D
Quote from: tesla on 15 December 2012, 10:19:44 PM
kalau soal agama sih kayanya ga ada yg salah deh... :D
*maaf* kalau pindapatta itu apa termasuk kegiatan mengemis? maksud saya, sama saja kan: bahasa netralnya menerima dana.
pindapatta konotasi positif
mengemis konotasi negatif
CMIIW
dengan pengetahuan dangkal, mungkin iya kegiatan mengemis,,,
bisa tolong di jelaskan kalo salah,, :-[
Quote from: stephen chow on 17 December 2012, 07:32:34 PM
ngemis terpaksa dalam arti positif sih gpp menurut saya,, ^-^
karena malas ya beda, kan pengemis arti sesungguhnya bukan malas2, :-?
lanjut? :D
mengemis arti sesungguhnya bukan malas-malasan. ya..ya...
kalo begitu, mengemis boleh asal bukan untuk malas2an?
mengemis boleh asal sudah g ada mata pencaharian lain lagi dan butuh uang untuk hidup?
begitu ya om?
Quote from: tesla on 15 December 2012, 10:19:44 PM
kalau soal agama sih kayanya ga ada yg salah deh... :D
*maaf* kalau pindapatta itu apa termasuk kegiatan mengemis? maksud saya, sama saja kan: bahasa netralnya menerima dana.
pindapatta konotasi positif
mengemis konotasi negatif
CMIIW
Quote from: stephen chow on 17 December 2012, 07:42:22 PM
dengan pengetahuan dangkal, mungkin iya kegiatan mengemis,,,
bisa tolong di jelaskan kalo salah,, :-[
ralat,, pindapatta itu menerima pemberian tanpa meminta.. :D
Quote from: hemayanti on 18 December 2012, 06:57:37 AM
mengemis arti sesungguhnya bukan malas-malasan. ya..ya...
kalo begitu, mengemis boleh asal bukan untuk malas2an?
mengemis boleh asal sudah g ada mata pencaharian lain lagi dan butuh uang untuk hidup?
begitu ya om?
menurut saya boleh, bisa di jelaskan kalo tidak boleh?
ilmu masi dangkal... :-[
Quote from: stephen chow on 17 December 2012, 07:32:34 PM
ngemis terpaksa dalam arti positif sih gpp menurut saya,, ^-^
karena malas ya beda, kan pengemis arti sesungguhnya bukan malas2, :-?
lanjut? :D
Di dua contoh cerita gw di atas, pengemis2nya malah rajin2 bukan malas ;D
Bayangkan aja udah 'kerja' mulai subuh sampe larut malam. Pengawai yg rajin aja, jam 5 sore udah berhenti kerja dan pulang :))
Bagi yang merasa mengemis itu "aktivitas" menyenangkan, dapat duit banyak, tidak perlu kerja keras.... bisa kok di-coba.... peacee....
Quote from: stephen chow on 18 December 2012, 10:05:03 AM
menurut saya boleh, bisa di jelaskan kalo tidak boleh?
ilmu masi dangkal... :-[
ayh.. malah balik bertanya.. :hammer:
saya juga g tau om, boleh apa tidak. ;D
jadi, indititas pekerjaan bisa diisi " pengemis" , karena mata pencaharian benar. ;D
sedikit cerita,
karena tiap hari melalui jalan yg sama, dan menemui anak2 gembel, pengemis, atau penjual koran yg sama, kebetulan saya bisa melihat gambaran lebih banyak tentang anak2 di jalan tsb.
suatu kali saya melihat seorang ibu mengkoodinir gerakan mereka.
dan dari pakaiannya sangat berbeda dg anak2... ironis, cukup modis dan punya gelang+cincin emas
terlihat dia sedang memarahi anak2 itu agar menyebar ke sisi jalan yg berbeda2 (di simpang 4)
yg ibu pakai alas kaki, yg anak pakai kaki ayam (tapi tidak tau apakah punya alas kaki tapi tidak mau dipakai or gimana)
dan lebih memprihatinkan lagi, jam 10 malam pun anak2 tsb masih jualan koran. termasuk walau hari hujan. mengantuk. dan kadang terlihat lelah.
Quote from: bluppy on 12 December 2012, 03:30:37 PM
kalau pengemis cilik di jalan2 jakarta
banyak yang sudah dikoordinir geng preman dll,
jadi setiap hari pengemis mesti setor ke boss
kalau benar2 mau membantu anak jalanan/pengemis anak di jalanan
ada yg tau progam yg baik ngk ?
kalau ada, bisa tolong kasih tau nama yayasan, dll, cara mendukung, dll ?
seperti anak jalanan direhabilitasi ke panti asuhan
sekolah untuk anak jalanan dll ?
karena itu masalah jangka panjang, dan penolongan jangka panjang juga
ada satu komitas cc, kalo cc mau, bisa ikut2 acaranya dulu CCD ( Coin Collecting Day).
itu semacam komunitas pengumpul koin, "coiners", dimana koin yang terkumpul akan digunakan untuk membantu anak2 kembali ke sekolah, anak jalanan termasuk salah satu sasarannya.
kebetulan saya pernah ikut untuk wilayah makassar cc. :)
dari sana cc bisa dapat informasi tentang t4 penampungan anak jalanan yang mereka bantu, jadi lebih terjamin kebenarannya ce. ;D
[spoiler=ke sini dulu ce]coinachance.com[/spoiler]
Banyak koq pengemis yg di jakarta dan tangerang jd pengemis tapi dikampungnya punya rumah bagus, mewah, punya sawah hektaran dan mobil..itulah kebobrokan warga indonesia..
Pengalaman pribadi :
Kira2 beberapa bulan yg lalu..sore hari setelah saya pulang kerja jam 5sore..saya hendak membeli rokok ke warung belakang rumah,,kebetulan sebelah rumah saya gank kecil utk akses cepat ke daerah belakang rumah rumah..saat itu saya lihat tuh pengemis seorang wanita tua sedang menghitung uang recehan yg dia dapet sebanyak 3kantong plastik gula ukuran 1kg dan uang kertas 2kantong gula ukuran setengah kilo gula..saya sambil jalan ngelihat dia ngitungi dan hebatnya tuh pengemis ngeluarin blackberry tapi gak tau tipe apa krn dia terima telpon dari seseorang sambil ngomong pake bahasa jawa saat saya melintas tepat di depannya..saya ampe kaget..ternyata tuh pengemis lebih berduit daripada karyawan buruh pabrik pikir saya..setelah saya sampai warung saya bercerita tentang pengemis yg di gank sebelah rumah saya lewati tentang dia hitung uang banyak samosir have blackberry..si engkoh warung(tetangga belakang rumah) bilang emang tuh pengemis tiap sore selalu tukerin uang recehan dan kertasan 1000 & 2000 sampai total 100ribu..saya sampai bengong dan geleng-geleng kepala..bused dah sehari bisa dapetin 100ribu gimana sebulan..
Itulah dari situ saya kalau ingin ngasih ke pengemis selalu ke pengemis yg cacat fisiknya dan kecacatan fisiknya kelihatan jadi asli dia cacat baru saya kasih tapi kalau pengemis seperti anak kecil, org dewasa dan org tua yg sehat jarang saya kasih krn bukannya saya pelit tapi agar tuh pengemis berfikir masih bisa kerja knp tdk bekerja yg halal daripada mengemis..itulah pengalaman pribadi beberapa bulan yg lalu
Wah kalau saya biasa kasih ke anak2
Tapi pemikirannya bagus juga. Kalau saya beri skrg ke depan mereka akan semakin ketergantungan dg mengemis. Harusnya kita jg mendidik mereka utk being productive.
Quote from: tesla on 18 December 2012, 09:10:29 PM
Wah kalau saya biasa kasih ke anak2
Tapi pemikirannya bagus juga. Kalau saya beri skrg ke depan mereka akan semakin ketergantungan dg mengemis. Harusnya kita jg mendidik mereka utk being productive.
Betul kita boleh mengasihnya tapi jgn dibiasakan nanti dia bisa keterusan..kalau bisa kita sambil bisa nasehatinya krn biasanya anak itu disuruh org tuanya mengemis..itu menurut pemikiran saya pribadi yah
Quote from: Hendra Tan on 18 December 2012, 09:53:56 PM
Betul kita boleh mengasihnya tapi jgn dibiasakan nanti dia bisa keterusan..kalau bisa kita sambil bisa nasehatinya krn biasanya anak itu disuruh org tuanya mengemis..itu menurut pemikiran saya pribadi yah
nah ini menarik, saya dan teman saya pernah nasehatin anak jalanan yang sering sekali minta2 di kantin kampus.
tapi setelah kita bicara panjang lebar.. bla.. bla.. bla...
dianya sih iya2 aja, terus katanya dia juga masih sekolah.
dan setelah pembicaraan yang panjang, akhirnya ditanya lagi, masih mau minta2 gak?
"masih" jawabnya. :hammer:
mau bagaimana lagi katanya g punya uang mau makan, yah g tau deh bener apa tidak. ;D
Quote from: hemayanti on 19 December 2012, 11:08:26 AM
nah ini menarik, saya dan teman saya pernah nasehatin anak jalanan yang sering sekali minta2 di kantin kampus.
tapi setelah kita bicara panjang lebar.. bla.. bla.. bla...
dianya sih iya2 aja, terus katanya dia juga masih sekolah.
dan setelah pembicaraan yang panjang, akhirnya ditanya lagi, masih mau minta2 gak?
"masih" jawabnya. :hammer:
mau bagaimana lagi katanya g punya uang mau makan, yah g tau deh bener apa tidak. ;D
Masalah sikap mental dan budaya kayaknya pengaruh, juga paham agama. :-?
Quote from: hemayanti on 19 December 2012, 11:08:26 AM
nah ini menarik, saya dan teman saya pernah nasehatin anak jalanan yang sering sekali minta2 di kantin kampus.
tapi setelah kita bicara panjang lebar.. bla.. bla.. bla...
dianya sih iya2 aja, terus katanya dia juga masih sekolah.
dan setelah pembicaraan yang panjang, akhirnya ditanya lagi, masih mau minta2 gak?
"masih" jawabnya. :hammer:
mau bagaimana lagi katanya g punya uang mau makan, yah g tau deh bener apa tidak. ;D
Justeru ci,,dari situ kita hrs lebih hati2..kita kasih boleh tapi jgn setiap hari kasih terus nanti yg ada bisa membuat malas itu anak..
Saya kebetulan pernah dikasih tau dgn pembantu cuci baju di rumah yg pulang harian..kebetulan beberapa rumah dari rumah pembantu ada keluarga yg org tuanya menyuruh semua anaknya utk mengemis dan tuh org tua malah santai2an..jujur saja saya mendengarnya miris dan kasian tapi sempat kesal krn tuh org tua malah menjadikan anak2nya objek utk mendapatkan uang yg seharusnya anak2 itu menikmati masa kecilnya dgn belajar dan bermain..knp saya jarang kasih krn kalau kita gak kasih tuh anak lama-lama jg malas mengemis dan akhirnya mau tdk mau org tuanya berfikir cara positif mencari uang..masih mending mencari uang dgn cara menjadi pemulung atau buruh kasar dibandingkan mengemis dan mencuri krn itu sifat malas dan tdk mencerminkan dlm moral..
Quote from: Hendra Tan on 19 December 2012, 11:39:19 AM
Justeru ci,,dari situ kita hrs lebih hati2..kita kasih boleh tapi jgn setiap hari kasih terus nanti yg ada bisa membuat malas itu anak..
Saya kebetulan pernah dikasih tau dgn pembantu cuci baju di rumah yg pulang harian..kebetulan beberapa rumah dari rumah pembantu ada keluarga yg org tuanya menyuruh semua anaknya utk mengemis dan tuh org tua malah santai2an..jujur saja saya mendengarnya miris dan kasian tapi sempat kesal krn tuh org tua malah menjadikan anak2nya objek utk mendapatkan uang yg seharusnya anak2 itu menikmati masa kecilnya dgn belajar dan bermain..knp saya jarang kasih krn kalau kita gak kasih tuh anak lama-lama jg malas mengemis dan akhirnya mau tdk mau org tuanya berfikir cara positif mencari uang..masih mending mencari uang dgn cara menjadi pemulung atau buruh kasar dibandingkan mengemis dan mencuri krn itu sifat malas dan tdk mencerminkan dlm moral..
ya, mungkin ada baiknya juga di kasi makanan aja kalo memang dia butuh makan.
dan untungnya selama ini yang saya temui pas ditawari makanan yah dianya mau, senang malah. :(
Quote from: hemayanti on 19 December 2012, 02:51:35 PM
ya, mungkin ada baiknya juga di kasi makanan aja kalo memang dia butuh makan.
dan untungnya selama ini yang saya temui pas ditawari makanan yah dianya mau, senang malah. :(
Iya harusnya di hawari makan daripada dikasih uang.bikin males anak kecil aja..emang sih kasian tapi ya mo gimana lg..