buat cumpol ;D
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi47.tinypic.com%2Faonyua.jpg&hash=9221ed648cded3bf3fe6823e41dfdd432294293e)
Quote from: ryu on 09 December 2012, 07:11:14 AM
buat cumpol ;D
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi47.tinypic.com%2Faonyua.jpg&hash=9221ed648cded3bf3fe6823e41dfdd432294293e)
trim bro Ryu... foto yg sangat menyegarkan bagi cumpol... soalnya ada 4 imut2.
dan kalau 4 aja bagus, apalagi satu lusin... trus baju batiknya kegelapan, keberatan... dan imut2 yg foto wajib senyum semua...
SUMANA itu apa y?
Quote from: khiong on 09 December 2012, 06:22:18 PM
SUMANA itu apa y?
Mungkin yang dari Dhammapada Atthakatha.
Sumana si penjual bunga di jaman Buddha Gotama yang begitu bahagia melihat Buddha dan pakai jatah bunga yang seharusnya untuk raja, untuk diberikan ke Buddha, dan ia siap jika harus dihukum mati sekalipun. Namun Begitu mendengar jatah bunganya diambil, Bimbisara, yang juga seorang pengikut Buddha, ikutan bersenang. Buddha mengatakan karena ia akan menjadi seorang Pacceka Buddha kelak.
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi45.tinypic.com%2F67me6s.jpg&hash=e3e471ffb4464ef8f40cfda1f2ba02aac0287c72)
stok lama
apakah aturan "dilarang kontak dengan perempuan" sudah diamandemen dalam vinaya?
Quote from: ryu on 10 December 2012, 09:25:28 PM
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi45.tinypic.com%2F67me6s.jpg&hash=e3e471ffb4464ef8f40cfda1f2ba02aac0287c72)
stok lama
Jempol ! ^-^
Quote from: ryu on 10 December 2012, 09:25:28 PM
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi45.tinypic.com%2F67me6s.jpg&hash=e3e471ffb4464ef8f40cfda1f2ba02aac0287c72)
like this yo
Quote from: ryu on 10 December 2012, 09:25:28 PM
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi45.tinypic.com%2F67me6s.jpg&hash=e3e471ffb4464ef8f40cfda1f2ba02aac0287c72)
stok lama
kenapa sebagian umat begitu bangga kalau mendpt kesempatan foto dgn guru...?
gaya umat ini POOLL dehhh... spt lagi reklame aja... ^:)^
^
^ nama bhantenya pls..
Quote from: Mr.Jhonz on 11 December 2012, 07:38:31 AM
^
^ nama bhantenya pls..
Nyana Suryanadi, Maha Thera. Kalo gak salah menjabat Ketua SAGIN periode sebelum sekarang ini.
Quote from: ryu on 10 December 2012, 09:25:28 PM
(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fi45.tinypic.com%2F67me6s.jpg&hash=e3e471ffb4464ef8f40cfda1f2ba02aac0287c72)
stok lama
ada yang aneh dr gambar diatas ? atau
apa yang aneh dr gambar diatas ?
Quote from: Mas Tidar on 11 December 2012, 08:50:44 AM
ada yang aneh dr gambar diatas ? atau
apa yang aneh dr gambar diatas ?
HP nya blackberry ya? ::)
removed
beberapa foto terakhir sudah tidak ada hubungannya dengan gitar / musik
:outoftopic:
[mod]Sudah displit jadi thread baru. Thx.[/mod]
sebelumnya mengira tidak ada kalimat
di peraturan vinaya yg bilang
Bhikkhu tidak boleh menyentuh wanita
ternyata ketemu di website ini
http://en.dhammadana.org/sangha/vinaya/227/13sg.htm#ch-----2
[spoiler]
Quotesaṃghādisesa 2
"yo pana bhikkhu otiṇṇo vipāriṇatena cittena mātugāmena saddhiṃ kāyasaṃ saggaṃ samāpajjeyya hatthaggāhaṃ vā veṇiggāhaṃ vā aññatarassa vā aññatarassa vā aṅgassa paramasanaṃ saṃghādiseso."
Not to touch a woman. If, with the intention of a physical contact with a woman, a bhikkhu touches a woman - even a female born on that very same day - or the hair of a woman (not cut), it entails a meeting of the saṃgha.
By touching a cloth or a jewel worn by a woman, a bhikkhu commits a fault but not the saṃghādisesa (provided the woman is not touched along with that part of cloth or jewel).
In the same way, by touching a woman who is a relative, his mother or sister for instance, even with a mind rid of lust, he commits a fault but not the saṃghādisesa.
By accidentally touching a woman, there is no fault. However, if a woman touches a bhikkhu, this latter must not undergo it passively, because if he takes pleasure in it, even for a short while, he immediately commits the saṃghādisesa 2.
By touching a woman with some kind of utensil, a bhikkhu commits a thullaccaya.
Note: This rule partly corresponds with the third of the ten precepts.
[/spoiler]
terjemahan indonesia dari [SANGHADISESA 13] point ke 2
http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/227-sila-patimokkha/
[spoiler]Apabila seorang bhikkhu dengan pikiran menyeleweng karena nafsu menyentuh tubuh atau memegang tangan, rambut, atau menyentuh anggota tubuh seorang wanita, maka ia melanggar peraturan sanghadisesa.[/spoiler]
ada yg punya referensi lain ttg vinaya
menyangkut kalimat ini ?
masih ragu2 sama terjemahan dari bahasa pali nya
Apabila seorang bhikkhu dengan pikiran menyeleweng karena nafsu menyentuh tubuh atau memegang tangan, rambut, atau menyentuh anggota tubuh seorang wanita, maka ia melanggar peraturan sanghadisesa.
Bagaimana jika menyentuh tanpa dengan pikiran menyeleweng karena nafsu?
Misalnya nih, ada ibu yang menyuruh bhikku untuk menghusap kepala bayi perempuan nya (mungkin maksudnya untuk blessing)
apakah termasuk pelanggaran?
Quote from: tuwino gunawan on 11 December 2012, 04:37:54 PM
Bagaimana jika menyentuh tanpa dengan pikiran menyeleweng karena nafsu?
Misalnya nih, ada ibu yang menyuruh bhikku untuk menghusap kepala bayi perempuan nya (mungkin maksudnya untuk blessing)
apakah termasuk pelanggaran?
terjemahan dari tulisan di atas (sebagian)
Quote
bila ia menyentuh wanita yang merupakan keluarganya, contohnya ibu atau saudarinya, bahkan dengan pikiran tanpa nafsu, ia melakukan pelanggaran, namun bukan Sanghadisesa
Mungkin seharusnya si bhikkhu dapat menolak dan memberitahukan kepada wanita tersebut bahwa menyentuh wanita adalah sebuah pelanggaran, jadi diharapkan untuk tidak dilakukan.
lebih baik melakukan penolakan untuk melindungi/mempertahankan vinaya yang dijalankan.
jika ada keragu
2an, lebih baik tidak melakukan dan bertanya tentang keragu
2an-nya kepada
vinaya daraQuote from: Sunyata on 11 December 2012, 10:55:46 PM
Mungkin seharusnya si bhikkhu dapat menolak dan memberitahukan kepada wanita tersebut bahwa menyentuh wanita adalah sebuah pelanggaran, jadi diharapkan untuk tidak dilakukan.
Quote from: tuwino gunawan on 11 December 2012, 04:37:54 PM
Apabila seorang bhikkhu dengan pikiran menyeleweng karena nafsu menyentuh tubuh atau memegang tangan, rambut, atau menyentuh anggota tubuh seorang wanita, maka ia melanggar peraturan sanghadisesa.
Bagaimana jika menyentuh tanpa dengan pikiran menyeleweng karena nafsu?
Misalnya nih, ada ibu yang menyuruh bhikku untuk menghusap kepala bayi perempuan nya (mungkin maksudnya untuk blessing)
apakah termasuk pelanggaran?
^Di Indo vinaya dara nya sapa ya?
yg banyak kritikan pedas,.. coba sekali-kali jadi samanera... dan dikerubutin segerombolan......
kalau ada : pikiran menyeleweng karena nafsu
apakah ada penyelewengan tanpa nafsu ? mohon yg jelas dehhh
Quote from: Kristin_chan on 12 December 2012, 09:18:23 AM
^Di Indo vinaya dara nya sapa ya?
Ga usah repot2 nyari orangnya, boleh koq baca sendiri peraturan vinayanya.
Bisa dicari di samaggi phala atau googling aja.
Kalau mau yang versi inggris bisa minta ke Indra atau Khaynin Kutho. :whistle:
pendapat pribadi yang akan dilakukan,
- menghindari keramaian terutama pada lawan jenis
- menjaga jarak secara fisik
- menghindari tatapan mata secara langsung
dengan begitu melatih & melindungi sila yang dijalankan
Quote from: cumi polos on 12 December 2012, 10:27:01 AM
yg banyak kritikan pedas,.. coba sekali-kali jadi samanera... dan dikerubutin segerombolan......
Quote from: cumi polos on 12 December 2012, 10:27:01 AM
yg banyak kritikan pedas,.. coba sekali-kali jadi samanera... dan dikerubutin segerombolan......
Masa' orang mesti kuliah dokter dulu sih untuk kritik dokter malpraktek?
Quote from: cumi polos on 12 December 2012, 10:27:01 AM
yg banyak kritikan pedas,.. coba sekali-kali jadi samanera... dan dikerubutin segerombolan......
Apa tujuan seseorang menjadi bhikkhu? Untuk memudahkan 3 latihan, untuk mencapai nibbana. Apakah perbuatan diatas memudahkan 3 latihan? Apakah perbuatan di atas membantu dalam pencapaian nibbana?
Saya kira menjadi seorang bhikkhu itu tekadnya ya nibbana. Lalu om membandingkannya dgn perumah tangga dgn 'kalau kamu yg jadi samanera...'.
Saya sekarang bukan samanera/bhikkhu. Tujuan utama saya belum/bukan nibbana, saya masih bersenang2 di dalam dukkha. Tapi kalau misalkan saya jadi samenara/bhikkhu, yg sudah punya tekad untuk pencapaian, apakah om yakin saya tidak mampu menolaknya???
Lagian itu bukan kritik, itu saran. Dan menurut saya, tidak pedas.