Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Buddhisme untuk Pemula => Topic started by: khiong on 03 August 2012, 06:41:12 AM

Title: tanya
Post by: khiong on 03 August 2012, 06:41:12 AM
boleh kah umat belajar/mengetahui vinaya?? ^:)^
Title: Re: tanya
Post by: stephen chow on 03 August 2012, 07:48:17 AM
boleh saja, jika belajar untuk hal yg baik kenapa mesti di larang..
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 03 August 2012, 10:02:08 AM
alasan kenapa umat awam harus mengetahui vinaya:

1. Umat dapat mengetahui apa yg boleh dan apa yg tidak boleh ketika sedang berinteraksi dengan bhikkhu, hal ini dapat mencegah pelanggaran vinaya yg mungkin terjadi gara2 umat tidak tahu vinaya.

2. Umat dapat mengingatkan bhikkhu jika bhikkhu melakukan pelanggaran atau nyaris melakukan pelanggaran.

Silakan ditambahkan lagi ...
Title: Re: tanya
Post by: Mas Tidar on 03 August 2012, 10:29:59 AM
3. Umat mempelajari Ti pitaka (Sutta, Abhidhamma & Vinaya)
Title: Re: tanya
Post by: juli wu on 03 August 2012, 10:45:30 AM
Kenapa seorang umat wanita,jika mau berdana ke bhikku,ada perantara kain kuning nya ya  _/\_
Title: Re: tanya
Post by: Mas Tidar on 03 August 2012, 12:11:19 PM

bhikkhu tidak boleh bersentuhan langsung dengan seorang wanita
maka dari itu ada kain "perantara" untuk menghindari sentuhan secara langsung.


Quote from: juli wu on 03 August 2012, 10:45:30 AM
Kenapa seorang umat wanita,jika mau berdana ke bhikku,ada perantara kain kuning nya ya  _/\_
Title: Re: tanya
Post by: juli wu on 03 August 2012, 03:59:41 PM
jika hal itu terjadi,benarkah Bhikku harus melepaskan jubahnya,Thanks
Title: Re: tanya
Post by: khiong on 03 August 2012, 06:16:28 PM
tanya lagi..seorang Bhikku/Bhiksu terbawa perasaan sampai mengeluarkaan airmata kesedihan,apakah melanggar vinaya..??
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 03 August 2012, 06:55:04 PM
Quote from: juli wu on 03 August 2012, 03:59:41 PM
jika hal itu terjadi,benarkah Bhikku harus melepaskan jubahnya,Thanks

Kalau sampai bersentuhan dengan wanita memang melanggar peraturan, tapi tidak sampai harus lepas jubah.

Harus lepas jubah itu kalau sampai melakukan hubungan sex di mana alat kelamin si bhikkhu masuk di mulut atau vagina atau anus dari lawan mainnya.
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 03 August 2012, 06:55:57 PM
Quote from: khiong on 03 August 2012, 06:16:28 PM
tanya lagi..seorang Bhikku/Bhiksu terbawa perasaan sampai mengeluarkaan airmata kesedihan,apakah melanggar vinaya..??

terbawa perasaannya karena apa?  disebabkan oleh apa?
Title: Re: tanya
Post by: khiong on 03 August 2012, 08:05:51 PM
Quote from: sanjiva on 03 August 2012, 06:55:57 PM
terbawa perasaannya karena apa?  disebabkan oleh apa?
tidak tahu secara jelas persoalannya..sepertinya tidak sesuai keinginan dengan tuntutan dan omongan umat..mungkin umat tidak paham dengan vinaya atau gimana.
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 03 August 2012, 08:09:51 PM
Quote from: khiong on 03 August 2012, 06:16:28 PM
tanya lagi..seorang Bhikku/Bhiksu terbawa perasaan sampai mengeluarkaan airmata kesedihan,apakah melanggar vinaya..??

tidak melanggar vinaya. Vinaya adalah aturan disiplin moral yg mengatur perilaku, tidak mengatur perasaan.
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 03 August 2012, 08:14:47 PM
Quote from: juli wu on 03 August 2012, 03:59:41 PM
jika hal itu terjadi,benarkah Bhikku harus melepaskan jubahnya,Thanks

bersentuhan dengan wanita termasuk pelanggaran berat Sanghadisesa, Sanghadisesa adalah pelanggaran yg memerlukan diadakannya suatu sidang resmi Sangha utk menjatuhkan sanksi kepada bhikkhu pelanggar, jika sidang memutuskan harus lepas jubah maka bhikkhu tersebut harus lepas jubah, keputusan ini dijatuhkan misalnya karena pelanggaran ini telah dilakukan berulang2. Tapi bisa saja Sidang memutuskan tidak perlu lepas jubah, namun hanya dengan mekanisme penebusan tertentu utk merehabilitasi pelanggaran tersebut.
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 03 August 2012, 09:20:07 PM
Quote from: Indra on 03 August 2012, 08:14:47 PM
bersentuhan dengan wanita termasuk pelanggaran berat Sanghadisesa, Sanghadisesa adalah pelanggaran yg memerlukan diadakannya suatu sidang resmi Sangha utk menjatuhkan sanksi kepada bhikkhu pelanggar, jika sidang memutuskan harus lepas jubah maka bhikkhu tersebut harus lepas jubah, keputusan ini dijatuhkan misalnya karena pelanggaran ini telah dilakukan berulang2. Tapi bisa saja Sidang memutuskan tidak perlu lepas jubah, namun hanya dengan mekanisme penebusan tertentu utk merehabilitasi pelanggaran tersebut.

Wah ini sesuatu yang baru buat gw.  Apakah pernah kejadian sanghadisesa yang mengharuskan lepas jubah tanpa pelanggaran parajika ? 

Apakah ada acuan dari vinaya atau kejadian jaman Sang Buddha  atau kejadian di jaman sekarang di mana sidang sanghadisesa pernah mengharuskan seorang bhikkhu lepas jubah ?
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 03 August 2012, 09:52:55 PM
Quote from: sanjiva on 03 August 2012, 09:20:07 PM
Wah ini sesuatu yang baru buat gw.  Apakah pernah kejadian sanghadisesa yang mengharuskan lepas jubah tanpa pelanggaran parajika ? 

Apakah ada acuan dari vinaya atau kejadian jaman Sang Buddha  atau kejadian di jaman sekarang di mana sidang sanghadisesa pernah mengharuskan seorang bhikkhu lepas jubah ?

Baca kisah latar belakang Sanghadisesa 8, di mana Sang Buddha menginstruksikan Sangha utk mengusir Bhikkhuni Mettiya karena memfitnah Bhikkhu Dabba Mallaputta telah memperkosanya.
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 03 August 2012, 11:39:06 PM
Quote from: Indra on 03 August 2012, 09:52:55 PM
Baca kisah latar belakang Sanghadisesa 8, di mana Sang Buddha menginstruksikan Sangha utk mengusir Bhikkhuni Mettiya karena memfitnah Bhikkhu Dabba Mallaputta telah memperkosanya.

Sementara ini ketemu penjelasannya sbb :
8. Should any bhikkhu, malicious, angered, displeased, charge a (fellow) bhikkhu with an unfounded case involving defeat, (thinking), "Surely with this I may bring about his fall from the celibate life," then regardless of whether or not he is cross-examined on a later occasion, if the issue is unfounded and the bhikkhu confesses his anger, it entails initial and subsequent meetings of the Community.

    "Now at that time a householder who served fine food gave food to the Community on a regular basis, four bhikkhus every day. (One day) he happened to go on some business to the monastery. He went to where Ven. Dabba Mallaputta was staying and on arrival bowed to him and sat down to one side....Ven. Dabba Mallaputta roused... him with a Dhamma talk. Then the householder with fine food...said to Dabba Mallaputta, 'To whom, sir, is tomorrow's meal in our house assigned?'

    "'To (the) followers of Mettiya and Bhummajaka, householder.' [Mettiya and Bhummajaka were among the leaders of the group-of-six, a faction notorious for its shameless behavior, and instigators of many of the situations that compelled the Buddha to formulate training rules.]

    "This upset the householder with fine food. Thinking, 'How can these evil bhikkhus eat in our house?' he returned home and ordered his female slave: 'Hey. Those who are coming for a meal tomorrow: Prepare a seat for them in the storeroom and serve them unhusked rice porridge with pickle brine.'

    "'As you say, master,' the female slave answered....

    "Then the followers of Mettiya and Bhummajaka said to one another, 'Yesterday we were assigned a meal at the house of the householder with fine food. Tomorrow, attending with his wife and children, he will serve us. Some will offer rice, some will offer curry, some oil, and some dainties.' Because of their joy, they didn't sleep as much that night as they had hoped.

    "Early the next morning...they went to the home of the householder with fine food. The female slave saw them coming from afar. Preparing them a seat in the storeroom, she said to them, 'Have a seat, honored sirs.'

    "The thought occurred to the followers of Mettiya and Bhummajaka, 'No doubt the food isn't ready yet, which is why we are being made to sit in the storeroom.'

    "Then the female slave brought them unhusked rice porridge with pickle brine and said, 'Eat, honored sirs.'

    "'Sister, we've come for the regular meal.'

    "'I know you've come for the regular meal. But yesterday the householder ordered me, "Hey. Those who are coming for a meal tomorrow: Prepare a seat for them in the storeroom and serve them unhusked rice porridge with pickle brine." So eat, honored sirs.'

    "Then the followers of Mettiya and Bhummajaka said to one another, 'Yesterday the householder with fine food went to the monastery and met with Dabba Mallaputta. No doubt Dabba Mallaputta turned him against us.' Because of their disappointment, they didn't eat as much as they had hoped.

    "Then they returned to the monastery and, putting away their robes and bowls, went to the storeroom outside the gate and sat on their outer cloaks, their arms around their knees, silent, abashed, their shoulders drooping, their heads down, brooding, at a loss for words.

    "Then Mettiya Bhikkhuni came along and said to them, 'I salute you, masters.' But when she had said this, they didn't respond. A second time...A third time she said, 'I salute you, masters.' And a third time they didn't respond.

    "'Have I offended you, masters? Why don't you respond to me?'

    "'Because you stand by doing nothing, sister, when Dabba Mallaputta treats us like dirt.'

    "'What can I do?'

    "'If you like, you could get the Blessed One to expel Dabba Mallaputta right this very day.'

    "'What can I do? How could I do that?'

    "'Come, sister. Go to where the Blessed One is and say this: "It is unfitting, Lord, and improper. The quarter without dread, without harm, without danger, is (now) the quarter with dread, with harm, with danger. Where there is calm, there is a windstorm. The water, as it were, is ablaze. I have been raped by Master Dabba Mallaputta."'

    "'As you say, masters.' (And she went to carry out their bidding.)"

This is just the heart of the origin story to this rule, which is one of the longest and most controversial accounts in the Vinaya. After Mettiya Bhikkhuni made her charge, the Buddha convened a meeting of the Sangha to question Ven. Dabba Mallaputta. The latter, who had attained arahantship at the age of seven, responded truthfully that he could not call to mind ever having indulged in sexual intercourse even in a dream, much less when awake. The Buddha then told the Sangha to expel Mettiya Bhikkhuni and returned to his quarters.

According to the Commentary, the expulsion of Mettiya Bhikkhuni was one of the controversial points in the split between the Mahayanist bhikkhus in the Abhayagiri Vihara and the Theravadin bhikkhus of the Mahavihara in the old Sri Lankan capital of Anuradhapura. Even modern scholars have objected to the Buddha's treatment of Mettiya Bhikkhuni and interpret this passage as a "monkish gloss," as if the Buddha himself were not a monk, and the entire Canon were not the work of monks and nuns. The Commentary maintains that the Buddha acted as he did because he knew if he treated her less harshly, the followers of Mettiya and Bhummajaka would never have volunteered the information that they had put her up to making the charge in the first place, and the truth would never have come out. This would have led some people to remain secretly convinced of Ven. Dabba Mallaputta's guilt and -- because he was an arahant -- would have been for their long-term detriment.

At any rate, what concerns us here is that at some point after this rule was formulated, the Buddha put the Sangha in charge of judging accusations of this sort and gave them a definite pattern to follow in order to ensure that their judgments would be accurate and fair. Because the Vibhanga and Commentary to this rule are based on this pattern, we will discuss the pattern first before dealing with the special case -- unfounded charges -- covered by this rule.


Jadi pelaku lapangan si bhikkhuni ini diusir langsung oleh Sang Buddha sementara bhikkhu2 yang menyuruh tidak sampai kena hukuman demikian.  :-?
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 04 August 2012, 09:23:49 AM
Quote from: sanjiva on 03 August 2012, 11:39:06 PM
Jadi pelaku lapangan si bhikkhuni ini diusir langsung oleh Sang Buddha sementara bhikkhu2 yang menyuruh tidak sampai kena hukuman demikian.  :-?

lebih tepat dikatakn diusir oleh Sangha.

oknum yg menyuruh sptnya agak sulit dibuktikan dalam hal ini, karena mungkin tidak ada saksi pihak ke 3
Title: Re: tanya
Post by: juli wu on 04 August 2012, 08:58:41 PM
P Indra  ;D,ada link yg bahasa indo nya gak  ^:)^
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 04 August 2012, 09:15:30 PM
Quote from: juli wu on 04 August 2012, 08:58:41 PM
P Indra  ;D,ada link yg bahasa indo nya gak  ^:)^
sama seperti yang kumau. ;D
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 04 August 2012, 10:08:20 PM
Quote from: juli wu on 04 August 2012, 08:58:41 PM
P Indra  ;D,ada link yg bahasa indo nya gak  ^:)^
Quote from: hemayanti on 04 August 2012, 09:15:30 PM
sama seperti yang kumau. ;D

lembaga penerjemahan Tipitaka dari medan (ITC) telah menerbitkan terjemahan lengkap Vinaya Pitaka, tapi saya coba google masih belum ketemu, silakan dicari
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 04 August 2012, 10:20:30 PM
Quote from: Indra on 04 August 2012, 10:08:20 PM
lembaga penerjemahan Tipitaka dari medan (ITC) telah menerbitkan terjemahan lengkap Vinaya Pitaka, tapi saya coba google masih belum ketemu, silakan dicari

Gw ada versi ga lengkapnya, tapi pdfnya ga bisa copy paste textnya  :|
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 04 August 2012, 10:21:50 PM
Quote from: sanjiva on 04 August 2012, 10:20:30 PM
Gw ada versi ga lengkapnya, tapi pdfnya ga bisa copy paste textnya  :|

kirimkan aja lewat email kepada yg berminat atau kirim ke sumedho [at] dhammacitta.org biar diupload ke perpustakaan DC
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 04 August 2012, 10:43:38 PM
Quote from: Indra on 04 August 2012, 10:21:50 PM
kirimkan aja lewat email kepada yg berminat atau kirim ke sumedho [at] dhammacitta.org biar diupload ke perpustakaan DC
ya betul sekali.
Title: Re: tanya
Post by: Sumedho on 06 August 2012, 07:49:58 AM
 [at] juli Wu: utk menggunakan kain sebagai perantara jika menerima persembahan dari wanita, itu bukan di vinaya dan hanya tradisi di thailand. Tapi ada bagusnya jg, menghindari persentuhan, tapi jika nda ada kain, tidak ada alasan jg utk tidak menerima tanpa menyentuh.

[at] sanjiva, indra, hemayanti: ditunggu :D
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 06 August 2012, 02:59:00 PM
bukan yang ini yah?
http://dhammacitta.org/dcpedia/Peraturan_Kedisiplinan_Bhikkhu:_Panduan_Bagi_Umat_Awam_%28Dhammavuddho%29 (http://dhammacitta.org/dcpedia/Peraturan_Kedisiplinan_Bhikkhu:_Panduan_Bagi_Umat_Awam_%28Dhammavuddho%29)
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 06 August 2012, 03:00:44 PM
Quote from: Sumedho on 06 August 2012, 07:49:58 AM
[at] sanjiva, indra, hemayanti: ditunggu :D

nunggu apa dari gue?
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 06 August 2012, 03:34:33 PM
Quote from: Indra on 06 August 2012, 03:00:44 PM
nunggu apa dari gue?
bukan kitanya yang disuruh tunggu om?
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 06 August 2012, 05:10:34 PM
Quote from: Sumedho on 06 August 2012, 07:49:58 AM
[at] sanjiva, indra, hemayanti: ditunggu :D

Kalau gw lihat covernya koq kayaknya DC sendiri yang terbitkan ebooknya seperti pada panah di bawah :
URL downloadnya tidak gw catat waktu save file ini.

(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fimg32.imageshack.us%2Fimg32%2F9669%2Fcoverad.jpg&hash=63aa17da4aee51105f04ddaab82059458de00372) (http://imageshack.us/photo/my-images/32/coverad.jpg/)


Ini cover dalamnya juga ada DCnya :

(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fimg4.imageshack.us%2Fimg4%2F7569%2Fcoverisiad.jpg&hash=fddd60e7d9e7212dc22f0ee374c203cd3b0b872c) (http://imageshack.us/photo/my-images/4/coverisiad.jpg/)


Tapi belum selesai kayaknya buku ini, masih ada kelanjutannya.  Dan sayangnya isinya tidak bisa di-copy-paste, jadi susah kalau mau dikutip di forum  :(
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 06 August 2012, 05:11:36 PM
Quote from: Indra on 06 August 2012, 03:00:44 PM
nunggu apa dari gue?

Nunggu ijo-ijonya cendol kaleee  ^-^
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 10 August 2012, 01:26:40 PM
Quote from: sanjiva on 06 August 2012, 05:10:34 PM
Kalau gw lihat covernya koq kayaknya DC sendiri yang terbitkan ebooknya seperti pada panah di bawah :
URL downloadnya tidak gw catat waktu save file ini.

Ini cover dalamnya juga ada DCnya :

Tapi belum selesai kayaknya buku ini, masih ada kelanjutannya.  Dan sayangnya isinya tidak bisa di-copy-paste, jadi susah kalau mau dikutip di forum  :(

Masih menunggu jawaban dari tuhan  ::)
Title: Re: tanya
Post by: adi lim on 11 August 2012, 05:31:18 AM
topik 'tanya' kok cuma 2 halaman  ???
Title: Re: tanya
Post by: adi lim on 11 August 2012, 05:35:02 AM
Quote from: Indra on 03 August 2012, 10:02:08 AM
alasan kenapa umat awam harus mengetahui vinaya:

1. Umat dapat mengetahui apa yg boleh dan apa yg tidak boleh ketika sedang berinteraksi dengan bhikkhu, hal ini dapat mencegah pelanggaran vinaya yg mungkin terjadi gara2 umat tidak tahu vinaya.

2. Umat dapat mengingatkan bhikkhu jika bhikkhu melakukan pelanggaran atau nyaris melakukan pelanggaran.

Silakan ditambahkan lagi ...


3. Dengan mengetahui Vinaya, semoga umat bisa tertarik untuk 'masuk' kehidupan suci (alias jadi Samana/Bhikkhu).
Bila kehidupan sekarang ini sulit tercapai semoga kehidupan berikutnya dapat 'terkabulkan'  :)
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 11 August 2012, 11:08:35 AM
Quote from: sanjiva on 10 August 2012, 01:26:40 PM
Masih menunggu jawaban dari tuhan  ::)
me too
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 11 August 2012, 08:27:13 PM
masih seputar vinaya.
saya ingin bertanya, apakah seorang bhikkhu bisa duduk diatas kursi goyang?
kalopun memang bisa, apakah seorang bhikkhu memang BUTUH kursi goyang?
Title: Re: tanya
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 13 August 2012, 10:36:44 AM
Ada loh aturannya.

15. [16.] I will not go [sit] swinging my body in inhabited areas: a training to be observed.
17. [18.] I will not go [sit] swinging my arms in inhabited areas: a training to be observed.
19. [20.] I will not go [sit] swinging my head in inhabited areas: a training to be observed.

Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 13 August 2012, 01:17:14 PM
jadi g boleh ya? :)

mana nih buku yang dijanjikan? ::)
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 14 August 2012, 09:53:33 AM
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 13 August 2012, 10:36:44 AM
Ada loh aturannya.

15. [16.] I will not go [sit] swinging my body in inhabited areas: a training to be observed.
17. [18.] I will not go [sit] swinging my arms in inhabited areas: a training to be observed.
19. [20.] I will not go [sit] swinging my head in inhabited areas: a training to be observed.



aturan di atas adalah bhikkhu tidak menggoyang2kan badan/lengan/kepala. duduk di kursi goyang adalah kursinya yg bergoyang sedangkan badan/lengan/kepala tidak.
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 14 August 2012, 09:58:57 AM
Quote from: Indra on 14 August 2012, 09:53:33 AM
aturan di atas adalah bhikkhu tidak menggoyang2kan badan/lengan/kepala. duduk di kursi goyang adalah kursinya yg bergoyang sedangkan badan/lengan/kepala tidak.

Gw juga tadi mikirnya begitu  :-?

Mungkin bisa diacu-kan ke pasal tempat duduk yang tinggi?

Yang jelas IMHO goyang2 gitu duduknya cenderung menurunkan kesadaran.  Kalo nggak percaya, coba aja meditasi sambil duduk di kursi goyang yang diayun2  ;D
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 14 August 2012, 10:07:59 AM
Quote from: sanjiva on 14 August 2012, 09:58:57 AM
Gw juga tadi mikirnya begitu  :-?

Mungkin bisa diacu-kan ke pasal tempat duduk yang tinggi?

kalo soal tempat duduk tinggi ya gak ada hubungan sama goyangnya, tapi di sini kan goyangnya yg dipersoalkan.

Quote
Yang jelas IMHO goyang2 gitu duduknya cenderung menurunkan kesadaran.  Kalo nggak percaya, coba aja meditasi sambil duduk di kursi goyang yang diayun2  ;D

ini sepertinya lebih pada kebiasaan dan kemahiran, jika sudah mahir, bahkan sambil naik roller coaster pun bisa saja. misalnya spt Mahamoggallana sewaktu duel dengan Nandopananda, sambil terbang2 sana sini sambil mengeluarkan api, ini paling sedikit harus sudah di jhana 4.
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 14 August 2012, 10:17:04 AM
Quote from: Indra on 14 August 2012, 10:07:59 AM
kalo soal tempat duduk tinggi ya gak ada hubungan sama goyangnya, tapi di sini kan goyangnya yg dipersoalkan.

ini sepertinya lebih pada kebiasaan dan kemahiran, jika sudah mahir, bahkan sambil naik roller coaster pun bisa saja. misalnya spt Mahamoggallana sewaktu duel dengan Nandopananda, sambil terbang2 sana sini sambil mengeluarkan api, ini paling sedikit harus sudah di jhana 4.

OOT dikit,  lihat avatarnya bro Indra gw koq merasa ada getaran tertentu yah.  Seperti mengingatkan gw akan latihan meditasi kasina  ::)
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 14 August 2012, 10:21:23 AM
Quote from: sanjiva on 14 August 2012, 10:17:04 AM
OOT dikit,  lihat avatarnya bro Indra gw koq merasa ada getaran tertentu yah.  Seperti mengingatkan gw akan latihan meditasi kasina  ::)

i'm straight...
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 14 August 2012, 10:28:22 AM
Quote from: Indra on 14 August 2012, 10:21:23 AM
i'm straight...

me too   _/\_

Avatarnya mengingatkan gw pas pejam mata waktu meditasi. Alo kasina.

OK, now   :backtotopic:   tks.
Title: Re: tanya
Post by: will_i_am on 14 August 2012, 11:25:30 AM
kalau bhikkhu boleh duduk di kursi gak??
soalnya sy sering lihat bhante duduk di kursi...
kan katanya g noleh duduk di tempat tinggi
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 14 August 2012, 11:36:34 AM
Quote from: will_i_am on 14 August 2012, 11:25:30 AM
kalau bhikkhu boleh duduk di kursi gak??
soalnya sy sering lihat bhante duduk di kursi...
kan katanya g noleh duduk di tempat tinggi

Dari 227 Sila Patimokkha (sumber samaggiphala) :

PACITTIYA 92
IX. Tentang Kekayaan (Ratana Vagga)

5. Apabila seorang bhikkhu akan mempergunakan sebuah tempat tidur atau bangku, maka tingginya tidak boleh lebih dari 8 sugata (9 inchi = 22,5 cm); jika tingginya melebihi ini, maka ia melanggar peraturan pacittiya dan kaki barang tersebut harus dipotong sesuai dengan ketentuan.
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 14 August 2012, 11:51:14 AM
Quote from: Indra on 14 August 2012, 10:07:59 AM
kalo soal tempat duduk tinggi ya gak ada hubungan sama goyangnya, tapi di sini kan goyangnya yg dipersoalkan.

ini sepertinya lebih pada kebiasaan dan kemahiran, jika sudah mahir, bahkan sambil naik roller coaster pun bisa saja. misalnya spt Mahamoggallana sewaktu duel dengan Nandopananda, sambil terbang2 sana sini sambil mengeluarkan api, ini paling sedikit harus sudah di jhana 4.
betul.
kursi goyang kan cenderung untuk malas2an.
tapi kalo kursinya bergoyang, badannya kan otomatis juga ikut bergoyang. ;D

Quote from: sanjiva on 14 August 2012, 10:28:22 AM
me too   _/\_
Avatarnya mengingatkan gw pas pejam mata waktu meditasi. Alo kasina.
OK, now   :backtotopic:   tks.
back to OOT, semakin dilihat avatarnya seperti bergerak + silau. 8)

Quote from: sanjiva on 14 August 2012, 11:36:34 AM
Dari 227 Sila Patimokkha (sumber samaggiphala) :

PACITTIYA 92
IX. Tentang Kekayaan (Ratana Vagga)

5. Apabila seorang bhikkhu akan mempergunakan sebuah tempat tidur atau bangku, maka tingginya tidak boleh lebih dari 8 sugata (9 inchi = 22,5 cm); jika tingginya melebihi ini, maka ia melanggar peraturan pacittiya dan kaki barang tersebut harus dipotong sesuai dengan ketentuan.
selama ini banyak bhikkhu sudah melanggar vinaya?
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 14 August 2012, 12:02:49 PM
Quote from: hemayanti on 14 August 2012, 11:51:14 AM
back to OOT, semakin dilihat avatarnya seperti bergerak + silau. 8)
Itu yang gw maksud  (https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.pic4ever.com%2Fimages%2F291.gif&hash=ca66572fb2742d438b043fec42d227c64f115778)

Quote
selama ini banyak bhikkhu sudah melanggar vinaya?

Betul.  Umatnya yang bodoh, tidak mau tahu vinaya. 

Yang beli / menyediakan kursi kan si umat.  Emangnya bhikkhu belanja sendiri kursinya?

Dan memang ada juga bhikkhu yang alergi ngomong vinaya ke umat.  Sudah sepuh dan senior malahan, pernah ketum juga.  ::)

------------
barusan nemu emoticon kursi goyang, tapi bukan bhikkhu yang duduk
#sorrybukannyindirdewa,adanyacumangambaritu  ;D ^:)^

(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.pic4ever.com%2Fimages%2F127fs1866968.gif&hash=ac877e963025056d614f1a80372d0627460017b3)

Title: Re: tanya
Post by: Indra on 14 August 2012, 12:06:59 PM
Quote from: sanjiva on 14 August 2012, 12:02:49 PM
Itu yang gw maksud   [at] -)

Betul.  Umatnya yang bodoh, tidak mau tahu vinaya. 

Yang beli / menyediakan kursi kan si umat.  Emangnya bhikkhu belanja sendiri kursinya?

Dan memang ada juga bhikkhu yang alergi ngomong vinaya ke umat.  Sudah sepuh dan senior malahan, pernah ketum juga.  ::)

Umat memang sebaiknya tahu vinaya. tapi tetap saja bukanlah pelanggaran jika umat tidak tahu vinaya, tapi bhikkhu yg tidak tahu vinaya, ini yg lucu.
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 14 August 2012, 12:17:29 PM
Quote from: Indra on 14 August 2012, 12:06:59 PM
Umat memang sebaiknya tahu vinaya. tapi tetap saja bukanlah pelanggaran jika umat tidak tahu vinaya, tapi bhikkhu yg tidak tahu vinaya, ini yg lucu.
dan yang lebih lucunya lagi adalah ketika bhikkhu itu memang menginginkan benda2 yang tidak seharusnya.
mungkin saya salah lihat, semoga memang salah melihat ada kursi goyang di kuti bhante. untuk apa???
emang pentingkah kursi goyang?
tapi ya sudahlah.
cuma jadi pengen tau, apakah duduk di kursi goyang g melanggar vinaya?
bagaimana kalo kursi goyangnya tidak lebih dari 8 sugata (9 inchi = 22,5 cm)? :))
tapi mana mungkin ada kursi goyang sebegitu pendeknya. ;D
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 14 August 2012, 12:23:01 PM
Quote from: sanjiva on 14 August 2012, 12:02:49 PM
Itu yang gw maksud  (https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.pic4ever.com%2Fimages%2F291.gif&hash=ca66572fb2742d438b043fec42d227c64f115778)

Betul.  Umatnya yang bodoh, tidak mau tahu vinaya. 

Yang beli / menyediakan kursi kan si umat.  Emangnya bhikkhu belanja sendiri kursinya?

Dan memang ada juga bhikkhu yang alergi ngomong vinaya ke umat.  Sudah sepuh dan senior malahan, pernah ketum juga.  ::)

------------
barusan nemu emoticon kursi goyang, tapi bukan bhikkhu yang duduk
#sorrybukannyindirdewa,adanyacumangambaritu  ;D ^:)^

(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fwww.pic4ever.com%2Fimages%2F127fs1866968.gif&hash=ac877e963025056d614f1a80372d0627460017b3)
kalau kita mengundang bhikkhunya kerumah, bolehlah kita ngatur tempat duduknya, tapi kalo divihara dan notabene si bhikkhu yang lebih berkuasa, masa umat harus bilang "maaf ya bhante g boleh duduk disana" nah lo???
sering sekali melihat bhante duduk di sofa yang empuk + dan sofanya juga bisa dibilang mewah karna ada ukiran hewannya yang sepertinya g diperbolehkan (teringat sila ke 7 attangasila).
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 14 August 2012, 12:31:02 PM
Quote from: hemayanti on 14 August 2012, 12:17:29 PM
dan yang lebih lucunya lagi adalah ketika bhikkhu itu memang menginginkan benda2 yang tidak seharusnya.
mungkin saya salah lihat, semoga memang salah melihat ada kursi goyang di kuti bhante. untuk apa???
emang pentingkah kursi goyang?
tapi ya sudahlah.
cuma jadi pengen tau, apakah duduk di kursi goyang g melanggar vinaya?
bagaimana kalo kursi goyangnya tidak lebih dari 8 sugata (9 inchi = 22,5 cm)? :))
tapi mana mungkin ada kursi goyang sebegitu pendeknya. ;D

meletakkan kursi goyang di kuti bhikkhu bukanlah pelanggaran, mendudukinyalah yg berpotensi melanggar.
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 14 August 2012, 12:36:33 PM
Quote from: Indra on 14 August 2012, 12:31:02 PM
meletakkan kursi goyang di kuti bhikkhu bukanlah pelanggaran, mendudukinyalah yg berpotensi melanggar.
:jempol:
dengan meletakkannya disana akan semakin memperbesar potensi untuk mendudukinya.
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 14 August 2012, 12:47:54 PM
Quote from: hemayanti on 14 August 2012, 12:36:33 PM
:jempol:
dengan meletakkannya disana akan semakin memperbesar potensi untuk mendudukinya.

spekulasi
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 14 August 2012, 01:00:28 PM
Quote from: Indra on 14 August 2012, 12:47:54 PM
spekulasi
hidup memang penuh spekulasi.
tapi memang betul kan, kalo ndak ada bendanya apa yang mau diduduki?
karna ada bendanya, maka ada kemungkinan untuk mendudukinya (melanggar). :D
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 14 August 2012, 01:10:58 PM
Quote from: hemayanti on 14 August 2012, 01:00:28 PM
hidup memang penuh spekulasi.
tapi memang betul kan, kalo ndak ada bendanya apa yang mau diduduki?
karna ada bendanya, maka ada kemungkinan untuk mendudukinya (melanggar). :D

itu satu spekulasi. spekulasi lain adalah kursi goyang itu digunakan untuk mengganjal pintu, untuk kasus ini tidak ada vinaya yg dilanggar
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 14 August 2012, 01:16:55 PM
Quote from: Indra on 14 August 2012, 01:10:58 PM
itu satu spekulasi. spekulasi lain adalah kursi goyang itu digunakan untuk mengganjal pintu, untuk kasus ini tidak ada vinaya yg dilanggar
:)) sungguh terlalu.
terlepas dari untuk apa itu, yang jelas duduk di kursi goyang termasuk pelanggaran vinaya ya??
mo goyang2 sambil meditasi kek, meditabo kek, yang jelas duduk dan melanggar. ;D
salah g ya?
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 14 August 2012, 01:28:05 PM
Quote from: hemayanti on 14 August 2012, 01:16:55 PM
:)) sungguh terlalu.
terlepas dari untuk apa itu, yang jelas duduk di kursi goyang termasuk pelanggaran vinaya ya??
mo goyang2 sambil meditasi kek, meditabo kek, yang jelas duduk dan melanggar. ;D
salah g ya?

nah kalau sudah dipastikan bahwa kursi itu didudukin, maka selanjutnya harus diperhatikan apakah kursi itu masuk dalam kriteria yg diperbolehkan atau tidak. kriteria ini adalah mengenai tingginya, bukan soal goyang atau tidak goyang.
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 14 August 2012, 01:32:53 PM
Quote from: Indra on 14 August 2012, 01:28:05 PM
nah kalau sudah dipastikan bahwa kursi itu didudukin, maka selanjutnya harus diperhatikan apakah kursi itu masuk dalam kriteria yg diperbolehkan atau tidak. kriteria ini adalah mengenai tingginya, bukan soal goyang atau tidak goyang.
oh, iya2, ngerti. :)
kesimpulannya:
tinggi g melebihi 25cm.
masalah goyangan no problem.
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 14 August 2012, 01:37:08 PM
Quote from: hemayanti on 14 August 2012, 01:32:53 PM
oh, iya2, ngerti. :)
kesimpulannya:
tinggi g melebihi 25cm.
masalah goyangan no problem.

tapi mungkin "goyang" punya arti lain dalam bahasa makassar, coba dijelaskan dulu
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 14 August 2012, 01:41:45 PM
Quote from: Indra on 14 August 2012, 01:37:08 PM
tapi mungkin "goyang" punya arti lain dalam bahasa makassar, coba dijelaskan dulu
=))
g ada om, sama aja. ;D
seperti kata supir mobilnya yang waktu itu dijalan sana g bisa goyang. :))
Title: Re: tanya
Post by: khiong on 14 August 2012, 04:24:01 PM
kursi goyang=kelas VIP pesawat terbang. ;D
Title: Re: tanya
Post by: K.K. on 14 August 2012, 06:06:33 PM
Quote from: sanjiva on 03 August 2012, 06:55:04 PM
Kalau sampai bersentuhan dengan wanita memang melanggar peraturan, tapi tidak sampai harus lepas jubah.

Harus lepas jubah itu kalau sampai melakukan hubungan sex di mana alat kelamin si bhikkhu masuk di mulut atau vagina atau anus dari lawan mainnya.
Kalau mulut bersentuhan dengan vagina atau anus tidak apa donk? ;D


[spoiler]Seharusnya adalah tidak terjadi kontak yang melibatkan 3 bagian tubuh itu, terlepas dari tubuh si bhikkhu atau partnernya.[/spoiler]
Title: Re: tanya
Post by: K.K. on 14 August 2012, 06:27:32 PM
Soal kursi goyang sih seharusnya sudah jelas. Tidak boleh ayun2 badan. Mana mungkin duduk di kursi goyang tanpa mengayunkan badan? Kecuali kursi goyangnya diganjal.
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 14 August 2012, 06:44:21 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 14 August 2012, 06:27:32 PM
Soal kursi goyang sih seharusnya sudah jelas. Tidak boleh ayun2 badan. Mana mungkin duduk di kursi goyang tanpa mengayunkan badan? Kecuali kursi goyangnya diganjal.

ini sama saja dengan mengatakan, bahwa bhikkhu tidak boleh naik mobil, atau kalau memang terpaksa maka mobilnya harus berjalan di jalan tol yg super mulus.
Title: Re: tanya
Post by: K.K. on 14 August 2012, 06:48:04 PM
Quote from: Indra on 14 August 2012, 06:44:21 PM
ini sama saja dengan mengatakan, bahwa bhikkhu tidak boleh naik mobil, atau kalau memang terpaksa maka mobilnya harus berjalan di jalan tol yg super mulus.
Kalau naik mobil atau tertiup puting beliung sampai menari2 sendiri, ini bukan si bhikkhu yang menggerakkan badannya. Beda kalau duduk di kursi goyang, dia sendiri yang menggoyangkan badannya. (Kecuali kalau dia duduk diam di kursi goyang.)
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 14 August 2012, 06:59:45 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 14 August 2012, 06:48:04 PM
Kalau naik mobil atau tertiup puting beliung sampai menari2 sendiri, ini bukan si bhikkhu yang menggerakan badannya. Beda kalau duduk di kursi goyang, dia sendiri yang menggoyangkan badannya. (Kecuali kalau dia duduk diam di kursi goyang.)

berarti kalo "kecuali", maka gak masalah, right?
Title: Re: tanya
Post by: K.K. on 14 August 2012, 07:00:35 PM
Quote from: Indra on 14 August 2012, 06:59:45 PM
berarti kalo "kecuali", maka gak masalah, right?
Sepertinya gak masalah. ;D
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 14 August 2012, 07:02:21 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 14 August 2012, 06:48:04 PM
Kalau naik mobil atau tertiup puting beliung sampai menari2 sendiri, ini bukan si bhikkhu yang menggerakan badannya. Beda kalau duduk di kursi goyang, dia sendiri yang menggoyangkan badannya. (Kecuali kalau dia duduk diam di kursi goyang.)
nah iya, setuju sama om kainyn. :)
dan lagi kursi goyang di desain untuk itu, supaya bisa bergoyang2 dan penduduknya bisa santai. ;D
[spoiler]tapi jujur saya takut duduk dikursi goyang :))[/spoiler]

bicara soal tempat duduk yang tingginya g melebihi 25cm, bagaimana kalo bhikkhunya naik mobil?
apa mesti duduk di lantai mobil?
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 14 August 2012, 07:08:53 PM
Quote from: hemayanti on 14 August 2012, 07:02:21 PM
nah iya, setuju sama om kainyn. :)
dan lagi kursi goyang di desain untuk itu, supaya bisa bergoyang2 dan penduduknya bisa santai. ;D
[spoiler]tapi jujur saya takut duduk dikursi goyang :))[/spoiler]

bicara soal tempat duduk yang tingginya g melebihi 25cm, bagaimana kalo bhikkhunya naik mobil?
apa mesti duduk di lantai mobil?

bhikkhu seharusnya tidak menyusahkan umat, biasanya bhikkhu naik mobil karena dijemput, dan sungguh sial umat yg terpaksa harus membongkar jok mobil mewahnya setiap kali jemput bhikkhu.
Title: Re: tanya
Post by: K.K. on 14 August 2012, 07:11:13 PM
Quote from: hemayanti on 14 August 2012, 07:02:21 PM
nah iya, setuju sama om kainyn. :)
dan lagi kursi goyang di desain untuk itu, supaya bisa bergoyang2 dan penduduknya bisa santai. ;D
[spoiler]tapi jujur saya takut duduk dikursi goyang :))[/spoiler]
Kalau menurut hukum pertama Newton, benda akan selalu berada pada keadaan diam/gerak konstan jika tidak ada gaya yang mempengaruhinya. Jadi kalau tidak digoyang, kursi goyangpun harusnya tetap diam. ;D


Quotebicara soal tempat duduk yang tingginya g melebihi 25cm, bagaimana kalo bhikkhunya naik mobil?
apa mesti duduk di lantai mobil?
IMO, kalau mobil sih mungkin beda karena fungsinya transportasi, bukan tempat duduk2. Tapi kalau mau memastikan, mungkin boleh kap mobilnya dibolongin atau pake mobil bak terbuka kalau bawa bhikkhu, supaya bisa berdiri sepanjang perjalanan. ;D
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 14 August 2012, 07:22:17 PM
Quote from: Indra on 14 August 2012, 07:08:53 PM
bhikkhu seharusnya tidak menyusahkan umat, biasanya bhikkhu naik mobil karena dijemput, dan sungguh sial umat yg terpaksa harus membongkar jok mobil mewahnya setiap kali jemput bhikkhu.
:))

Quote from: Kainyn_Kutho on 14 August 2012, 07:11:13 PM
Kalau menurut hukum pertama Newton, benda akan selalu berada pada keadaan diam/gerak konstan jika tidak ada gaya yang mempengaruhinya. Jadi kalau tidak digoyang, kursi goyangpun harusnya tetap diam. ;D

IMO, kalau mobil sih mungkin beda karena fungsinya transportasi, bukan tempat duduk2. Tapi kalau mau memastikan, mungkin boleh kap mobilnya dibolongin atau pake mobil bak terbuka kalau bawa bhikkhu, supaya bisa berdiri sepanjang perjalanan. ;D
transportasi, bhikkhu boleh naik motor g?
bukan mengendara tapi dibonceng.
Title: Re: tanya
Post by: will_i_am on 14 August 2012, 08:09:14 PM
kalau mau naik mobil pick up saja... :))
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 14 August 2012, 09:37:26 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 14 August 2012, 06:06:33 PM
Kalau mulut bersentuhan dengan vagina atau anus tidak apa donk? ;D

[spoiler/  Seharusnya adalah tidak terjadi kontak yang melibatkan 3 bagian tubuh itu, terlepas dari tubuh si bhikkhu atau partnernya. /spoiler]

Syaratnya masuk walau hanya sedalam biji sawi (1mm kah?).  Jadi kelamin masuk ke mulut sedalam 1mm, atau kelamin masuk anus 1mm, masuk vagina 1mm itu sudah kena.
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 24 August 2012, 09:42:17 AM
mo tanya lagi. :)
apakah bhikkhu yang lagi pindapata g boleh berjalan mundur untuk menerima dana makanan?
misalnya ada yang ketinggalan terus bhikkhunya mundur kebelakang untuk menerimana dana itu.
Title: Re: tanya
Post by: Indra on 24 August 2012, 10:01:13 AM
Quote from: hemayanti on 24 August 2012, 09:42:17 AM
mo tanya lagi. :)
apakah bhikkhu yang lagi pindapata g boleh berjalan mundur untuk menerima dana makanan?
misalnya ada yang ketinggalan terus bhikkhunya mundur kebelakang untuk menerimana dana itu.

disarankan agar bhikkhu itu berbalik arah saja kemudian berjalan secara normal, karena berjalan mundur sangat sulit terlebih jika tidak dilengkapi dengan kaca spion.
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 24 August 2012, 10:34:43 AM
Quote from: Indra on 24 August 2012, 10:01:13 AM
disarankan agar bhikkhu itu berbalik arah saja kemudian berjalan secara normal, karena berjalan mundur sangat sulit terlebih jika tidak dilengkapi dengan kaca spion.
:))
iya berbalik arah itu apakah boleh om?
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 25 August 2012, 03:28:52 PM
Quote from: hemayanti on 24 August 2012, 10:34:43 AM
:))
iya berbalik arah itu apakah boleh om?

Saat berpindapatta biasanya bhikkhu bersikap penuh perhatian dan berjalan pelan saat pattanya diisi dana makanan.  Di vihara pada hari besar di mana yang berdana membludak, biasanya ada jalur perjalanan bhikkhunya selama pindapatta.   Kalau terlewat, ada baiknya tunggu saja di jalur lewat bhikkhu itu di depannya.  Jadi umatnya yang berpindah menyongsong bhikkhunya lewat.
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 26 August 2012, 06:11:22 PM
Quote from: sanjiva on 25 August 2012, 03:28:52 PM
Saat berpindapatta biasanya bhikkhu bersikap penuh perhatian dan berjalan pelan saat pattanya diisi dana makanan.  Di vihara pada hari besar di mana yang berdana membludak, biasanya ada jalur perjalanan bhikkhunya selama pindapatta.   Kalau terlewat, ada baiknya tunggu saja di jalur lewat bhikkhu itu di depannya.  Jadi umatnya yang berpindah menyongsong bhikkhunya lewat.
iya saya tau om. :)
tapi yang saya tanyakan apakah ada aturan bahwa "ketika pindapata bhikkhu g boleh jalan kebelakang, dalam artian mundur lagi"
cukup YA atau TIDAK! ;D
Title: Re: tanya
Post by: sanjiva on 27 August 2012, 03:10:40 PM
Quote from: hemayanti on 26 August 2012, 06:11:22 PM
iya saya tau om. :)
tapi yang saya tanyakan apakah ada aturan bahwa "ketika pindapata bhikkhu g boleh jalan kebelakang, dalam artian mundur lagi"
cukup YA atau TIDAK! ;D

TIDAK.

Lagian kalo mundur bisa nabrak kecuali pakai kaca spion.  :P
Title: Re: tanya
Post by: hemayanti on 27 August 2012, 09:50:51 PM
saya tidak sedang main2. :ngomel: