:| maaf ya karena masih belajar, jd belum bisa menjelaskan dengan baik. Pada dasarnya saya cuma ingin menyampaikan bahwa akan lebih baik klo kita tidak hanya terperangkap dalam istilah2 saja, mungkin akan jauh lebih bermanfaat bila kita jg mengetahui maknanya. Satu istilah yang sama didengar atau diucapkan orang tertentu mungkin berbeda maknanya bagi orang lain, jadi persepi/pandagan tiap orang belum tentu sama.
jadi, istilah apapun yang mau kita pake, akan lebih baik disertai dengan pemahaman maknanya. Ini jg mengacu pada ehipasiko, Buddha sendiri bilg kita jangan hanya menerima begitu saja kata2 guru suci atau kata2 dalam teks suci. Mohon dikoreksi klo ada yang salah.
Terima kasih
Ehipasiko saja deh atau gk mencapai dulu tingkat buddha baru tau kebenarannya cemana :)
Hmmm, ehipassiko lagi yah.
Kenapa yang lain gak disebutkan? selalu dipotong...
Sanditthiko, Akaliko, Opanayiko, Paccattang Veditabbo Vinnuhi
^:)^ ^:)^ ^:)^
Ngomong2 gk apa ya? Mohon maaf, masih belum terbiasa dengan singkatan2 ;D
Ga pp, bro mangkok ... Silahkan bertanya jika ada yang kurang di pahami ... _/\_
Btw Thanks yah dah berbagi komentar di topic ini ...
:backtotopic:
:-[
Sori, ga tau klo "gk"= gak/enggak, thanks bro Jack
Saya kebetulan memiliki karma baik mendengar penjelasan ttg istilah2 Hinayana/Mahayana ini dari seorang guru yang sangat berkualitas (minimal bagi saya pribadi), dan ini yang saya share. Jadi, klo ada kesalahan pasti karena pendengaran saya yang salah.
Ohya, boleh tanya, apa sih kriteria sebuah ajaran bisa dikategorikan sebagai ajaran Buddha?
Mungkin sebagian besar sudah mengetahui bahwa Buddha mengatakan intisari dari ajaran Para Buddha adalah jangan berbuat jahat, perbanyak kebajikan dan sucikan hati dan pikiran (tolong dikoreksi klo yang saya kutip salah atau tidak tepat)
Sekarang apa sih konsekuensi dari kata2 Buddha tersebut? Apa yang kira2 Buddha ingin kita capai/dapatkan dengan menjalankan hal itu? Atau hal2 apa saja yang perlu kita ketahui dari kata2 Buddha tersebut?
Terima kasih
Gotami Sutta An 8.53
Quotehave heard that at one time the Blessed One was staying at Vesali, in the Peaked Roof Hall in the Great Forest.
Then Mahapajapati Gotami went to the Blessed One and, on arrival, having bowed down to him, stood to one side. As she was standing there she said to him: "It would be good, lord, if the Blessed One would teach me the Dhamma in brief such that, having heard the Dhamma from the Blessed One, I might dwell alone, secluded, heedful, ardent, & resolute."
"Gotami, the qualities of which you may know, 'These qualities lead to passion, not to dispassion; to being fettered, not to being unfettered; to accumulating, not to shedding; to self-aggrandizement, not to modesty; to discontent, not to contentment; to entanglement, not to seclusion; to laziness, not to aroused persistence; to being burdensome, not to being unburdensome': You may definitely hold, 'This is not the Dhamma, this is not the Vinaya, this is not the Teacher's instruction.'
"As for the qualities of which you may know, 'These qualities lead to dispassion, not to passion; to being unfettered, not to being fettered; to shedding, not to accumulating; to modesty, not to self-aggrandizement; to contentment, not to discontent; to seclusion, not to entanglement; to aroused persistence, not to laziness; to being unburdensome, not to being burdensome': You may definitely hold, 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Teacher's instruction.'"
That is what the Blessed One said. Gratified, Mahapajapati Gotami delighted at his words.
Sori, bahasa inggrisku agak oon gt. Jadi, ga begitu nangkap. Namum, kelihatannya hal tersebut terjadi dalam batin makhluk yang bersangkutan. Dengan kata lain, bisa saja satu ajaran bermanfaat bagi yang lain, sedangkan malah merugikan bagi yang lainnya lagi, ya ga? Bagaimana dengan hal itu? Contoh zaman sekarang saja, beberapa mempelajari satu teks yang sama, kesimpulannya belum tentu sama. Dalam kasus hinayana dan mahayana ini misalnya, beberapa menganggap isi teks yang satu menghina yang lain (itu yang saya lihat dipembahasan ini sebelumnya), sedangkan bagi yang lain tidak merasa demikian.
Terima kasih
*bingung* jadi sebuah teks itu bisa jadi ajaran buddha atau tidak tergantung orang yg baca ?
Maaf, seperti yang aku bilang, inggrisku agak oon.
Klo aku baca lagi teksnya, kelihatannya yang disebut di sana acuannya adalah kualitas, jd klo kualitas yang muncul membawa kemajuan yang positif bagi batin, maka itu Dharma dan bila sebaliknya maka itu bukan Dharma. Apakah demikian kira2?
Bila demikian, hal ini semakin mengingatkanku bahwa aku harus hati2 menilai sesuatu, bahkan bila satu teks sangat bagus isinya (sementara kita anggap bagus dalam arti umum, menjelaskan tentang kualitas2 baik yang harus dikembangkan, dan semacamnya), tapi setelah aku pelajari malah timbul kilesa (misal pikiran2 negatif kesombongan, kebencian, dan sejenisnya), berarti ada yang salah dengan aku atau teksnya? Bukankah begitu?
Jadi, pertanyaan berikut, apakah Dharma itu?
Terima kasih
Dharma = kebenaran
Sangat menarik :)
Apakah kebenaran itu? Apakah kebenaran punya ciri2 atau tidak?
Klo kebenaran punya ciri/sifat2 tertentu maka apa sajakah itu? Bila tidak bagaimana menjelaskannya? Untuk tidak melebar dari topik, mohon tetap ingat bahwa kita masih dalam konteks Buddha Dharma di sini.
Terima kasih
Kebenaran konsep = gajah yang dibayangkan orang buta
Kebenaran sejati = gajah yang dilihat orang melek
ada banyak yang bilang gajah itu seperti ini atau itu. masing masing mereka mengaku telah melihat gajah.
saya gak percaya begitu saja. saya periksa satu satu omongan yang mengaku telah melihat. sepertinya ada satu orang yang benar, yang lain kelihatannya benar, tapi setelah diteliti, yang lain gak masuk akal. karena itu saya yakin apa yang dikatakan benar, walaupun belum saya lihat. sekarang saya mengikuti ajaran orang yang benar itu, agar bisa melihat. dan orang itu mengatakan kalau diikuti akan membawa kepada penglihatan. katanya sih satu-satunya cara agar bisa melihat harus pasang mata.
dan inilah yang dikatakan orang yang benar itu :
hidup adalah dukkha
sebab munculnya dukkha
lenyapnya dukkha
jalan menuju lenyapnya dukkha
kalau bahasa orang buta :
kamu orang buta
sebab kenapa kamu terus buta
tapi dari buta bisa jadi melihat
cara menuju bisa melihat
yang lain bilang :
memang kamu seharusnya buta, kamu harus ikutin orang yang melihat agar selamat
ada yang menciptakan kamu buta, kamu harus tunduk sama dia, karena dia yang berkuasa
memang gak ada jalan lain kecuali buta
dst...
_/\_
Sori ya, nanya lagi, moga2 tidak bosan atau kesal ya :|
Dengan melihat uraian itu, kira2 kebenaran yang dilihat orang buta apakah itu bisa klo kita kategorikan sebagai kebenaran dan apakah itu termasuk kebenaran yang diajarkan Buddha? Kebetulan saya pernah mendengar cerita tentang orang buta dan gajah. Nah, sebagai contoh ada orang buta yang memegang ekor gajah mungkin menganggap gajah itu kurus, apakah kebenaran ini termasuk kebenaran konsep? Atau ada kebenaran konsep yang benar dan ada kebenaran konsep yang tidak tepat?
Kemudian, saya yakin bahwa tujuan Buddha adalah untuk membantu semua makhluk hidup tidak perduli dia orang buta atau orang melek dan jelas satu2nya cara yang efektif utk membantu semua makhluk adalah dengan mengajar. (Atau ada pendapat lain? Setengah iseng: Ohya, orang melek masih perlu belajar ga sih dalam cerita orang buta ini?)
(Iseng ;D orang buta diminta pasang mata susah jg kali ya, toh matanya buta ^-^)
Nah, ajaran2 Buddha menurut saya sangat luas, dan ada berbagai kategori misal untuk perumah tangga dan anggota sangha, dll (beda ga ya ajaran untuk anggota sangha dan untuk perumah tangga :-?? atau dalam kasus kita misal hinayana dan mahayana) Apakah kebenaran perumah tangga salah klo kita bandingkan dengan kebenaran yang diajarkan kepada anggota sangha? Bagaimana penjelasannya? Apakah perumah tangga harus mengikuti juga kebenaran anggota sangha? Atau apakah Buddha mengajar sesuai kapasitas dan kebutuhan masing2 orang?
Klo saya mengutip salah satu posting Samanera Nyana Bhadra (moga2 tidak salah kutip), ada yang masih kelas SD, ada yang SMP, ada yang SMA, apakah Buddha harus mengajarkan mereka semua dengan ajaran yang sama? Atau disesuaikan dengan kapasitasnya dan kebutuhannya? Mungkinkah yang kapasitas SD menganggap ajaran SMP atau SMA tidak benar dan sebaliknya yang kapasitas SMP atau SMA menganggap ajaran SD salah atau katakanlah kurang benar? (mungkin ada kemungkinan lain juga)
Saya mencoba utk tidak keluar dari topik, tapi klo masih dianggap keluar atau melebar, mohon maaf ya. Saya hanya berharap ini dapat membantu diri saya sendiri, dan syukur2 yang lain juga.
Terima kasih
_/\_
dear bro mangkok,
segala sesuatu itu dapat dilihat secara pannati (konsep) atau paramtta (apa adanya)
ini dapat kita gunakan untuk melihat "kebenaran" itu, sesuai dengan tingkat panna/kebijaksanaan kita masing-masing, seperti yang disebut dengan SD, SMP atau SMA itu
mengapa demikian?? karena selama kita belum terbebas dari Moha, kita belum tahu paramatta dhamma yang sesungguhnya.
semoga bisa dimengerti yah
_/\_
Terima kasih atas penjelasannya _/\_
Jadi, klo kita balik lagi ke pertanyaan awal, yang manakah yang dikategorikan Buddha Dharma yang sesungguhnya? Selama ini ada yang mengatakan itu ajaran Buddha, yang ini bukan atau sebaliknya. Apakah kriteria sebuah ajaran bisa disebut Buddha Dharma? Secara konsep (pannati) atau secara apa adanya (paramtta)? Mungkin bisa dijelaskan lebih lanjut.
Terima kasih
[at] atas
4 ksnyataan mulia..dan 8 jalan, ngerti?
_/\_
^:)^ ^:)^ ^:)^
Ohya, untuk memperjelas saja. Dhamma harus mengandung salah satu dari 4kebenaran Arya dan 8 Jalan Mulia atau salah satunya saja sudah cukup? Misal mengandung pengertian benar sudah dikategorikan Dhamma atau harus ke delapan2nya? Atau hanya mengandung salah satu saja dari 4 kebenaran Arya sudah bisa disebut benar? Atau misal mengatakan bahwa hidup adalah dukkha tanpa pengertian yang benar apakah dapat disebut Dhamma? Nangkap kan maksudnya ;D? Ada beberapa kemungkinan di sana. Kemungkinan2 ini jg muncul dalam teks Dhamma atau dalam ceramah Dhamma tertentu.
Cat: kelihatannya istilah kesunyataan dalam 4 kesunyataan mulia kurang begitu tepat. Mungkin lebih tepat 4 kebenaran arya/para arya (four noble truth / catur arya saccani?).
Terima kasih
"Jalan mulia berunsur 8" adalah bagian dari "4 kebenaran mulia".
Empat kebenaran mulia:
1. kebenaran mengenai dukkha
2. kebenaran mengenai asal mula dukkha
3. kebenaran mengenai lenyapnya dukkha
4. kebenaran mengenai jalan melenyapkan dukkha (alias "jalan mulia berunsur 8").
Jadi, kurang tepat jika dikatakan untuk memilih salah satu antara "4 kebenaran mulia" atau "jalan mulia berunsur 8" karena keduanya berkaitan erat.
Agar dapat memahami "4 kebenaran mulia", satu-satunya cara adalah dengan mempraktekkan "jalan mulia berunsur 8". Mempraktekkan "jalan mulia berunsur 8" berarti mempraktekkan kedelapan unsur secara bersama-sama. "Jalan mulia berunsur 8" dapat diringkas menjadi 3 hal, yaitu "sila, samadhi, panna".
_/\_
silakan diliat 4 kebenaran mulia n jalan mulia berunsur 8
[attachment deleted by admin]
Quote from: Mangkok on 04 April 2008, 12:02:49 AM
Cat: kelihatannya istilah kesunyataan dalam 4 kesunyataan mulia kurang begitu tepat. Mungkin lebih tepat 4 kebenaran arya/para arya (four noble truth / catur arya saccani?).
Kalau menilik dari bahasa aslinya, lebih tepat begitu. Lebih tepat diterjemahkan 4 kebenaran yang membuat (seseorang) jadi mulia, atau 4 kebenaran yang membuat (seseorang) jadi arya.
Sebenarnya 4 kebenaran (yang membuat seseorang jadi) mulia itu adalah inti ajaran Buddha, yang mencakup sebab musabab yang saling bergantung, tiga corak umum, kelahiran kembali, dan jalan beruas delapan.
Quote from: Mangkok on 03 April 2008, 08:58:34 PM
_/\_
Terima kasih atas penjelasannya _/\_
Jadi, klo kita balik lagi ke pertanyaan awal, yang manakah yang dikategorikan Buddha Dharma yang sesungguhnya? Selama ini ada yang mengatakan itu ajaran Buddha, yang ini bukan atau sebaliknya. Apakah kriteria sebuah ajaran bisa disebut Buddha Dharma? Secara konsep (pannati) atau secara apa adanya (paramtta)? Mungkin bisa dijelaskan lebih lanjut.
Terima kasih
dear bro Mangkok,
secara harafiah, Nibbana dikatakan sebagai kebahagiaan yang tertinggi....... jadi secara simpel, kebahagiaan itu baru bisa dicapai, setelah kita banyak mengumpulkan "kebahagiaan2".
Itu yang dilakukan oleh buddha gautama semenjak dia berwujud sebagai pertapa Sumedho dan menyatakan tekadnya.... yaitu mengumpulkan kebahagiaan2 secuil demi secuil (sering disebut menyempurnakan 10 parami)
nah kalau anda tanya buddha dhamma yang benar, tinggal lihat aja, apa itu membawa ke arah kebahagiaan/Nibbana??
kalo itu ga membawa ke arah kebahagiaan/Nibbana, berarti itu bukanlah buddha dhamma....
mudah khan??? ;D
so... hinayana dan mahayana nya kemana nih ?
:backtotopic:
_/\_ buka topic abru kalo mau membahas diluar topik
Quote from: karuna_murti on 04 April 2008, 09:27:26 AM
Quote from: Mangkok on 04 April 2008, 12:02:49 AM
Cat: kelihatannya istilah kesunyataan dalam 4 kesunyataan mulia kurang begitu tepat. Mungkin lebih tepat 4 kebenaran arya/para arya (four noble truth / catur arya saccani?).
Kalau menilik dari bahasa aslinya, lebih tepat begitu. Lebih tepat diterjemahkan 4 kebenaran yang membuat (seseorang) jadi mulia, atau 4 kebenaran yang membuat (seseorang) jadi arya.
Sebenarnya 4 kebenaran (yang membuat seseorang jadi) mulia itu adalah inti ajaran Buddha, yang mencakup sebab musabab yang saling bergantung, tiga corak umum, kelahiran kembali, dan jalan beruas delapan.
dear karuna,
jika saya boleh sebut sih, sebenarnya cattari arya saccani tidak membawa orang jadi suci, namun ini adalah kebenaran yang jika sudah bisa dilihat, berarti pada saat itu dia sudah suci
demikian juga mengenai paticca samuppada, tilakkhana dan lain-lainnya.......
Adapun jalan menuju suci, adalah atta athangika magga atau jalan utama beruas delapan yang dikompres menjadi sila, samdhi dan panna
Ini selaras dengan :
Kurangi kejahatan
Perbanyak kebaikan
sucikan hati dan pikiran
inilah ajaran semua buddha
semoga bisa lebih memperjelas yah........ _/\_
buka topik baru saja
Quote from: Sumedho on 04 April 2008, 10:29:26 AM
so... hinayana dan mahayana nya kemana nih ?
:backtotopic:
Maaf ^:)^ ^:)^ ^:)^
Tadinya mau kepikir bahwa klo dibahas tentang makna ajaran, moga2 perbedaan Hinayana dan Mahayana tidak lagi akan menimbulkan kesan negatif di masing2 pihak. Khawatir jg baca beberapa posting di mana ada yang menganggap ajaran yang satu bukan ajaran Buddha atau ajaran yang satu lebih rendah. Jadi, berharap klo kita lebih paham ttg Dharma itu sesungguhnya apa, apa yang mau dituju oleh Dharma, apa sebenarnya praktik Dharma itu, maka kita tidak akan terjebak lagi oleh kulit ataupun bungkusan yang terlihat berbeda, karena kita tahu apa sebenarnya yang dimaksud Buddha dengan berbagai ajaran yang kelihatannya berbeda. Sekali lagi, maaf ya.... ^:)^
Klo lebih menuju ke topik ini, mungkin aku saran klo boleh, kebenaran kita ganti dengan dhamma biar lebih speifik. Bila setuju, saya ada poin yang ingin ditanyakan berkaitan dengan itu. Pertanyaannya apa sih yang disebut praktik Dhamma? Sebuah tindakan bila ingin dikategorikan sebagai Dhamma, dia harus memenuhi syarat2 apa saja? Contoh, bila seseorang melakukan meditasi, apakah bisa dikategorikan Dhamma bila hanya untuk tujuan2 hidup ini seperti HANYA utk kesehatan SAJA, biar dibilg jago meditasi, dan teman2 sejenisnya? Hal yang sama bisa diterapkan dalam aktivitas Dhamma yang lain, membaca buku dhamma, berdiskusi, dll, apakah itu sudah otomatis disebut praktik dhamma atau ada hal lain yang perlu ditambahkan? Apakah ada beda kegiatan berlibur untuk refreshing biar tenang dengan meditasi biar tenang? Yang mana yang disebut praktik dhamma? Kenapa?
Terima kasih
Semoga saya dan yang lain akan semakin memahami Dhamma yang dimaksudkan Buddha
Ohya, saya berharap tidak ada yang tersinggung dengan kesan saya ttg ada yang menganggap ajaran Buddha yang satu bkn ajaran Buddha atau ada yang meremehkan ajaran yang Buddha yang lain. Saya sangat berharap itu hanya kesan saya saja yang salah (karena saya masih banyak kilesa yang membuat saya tidak bisa melihat dengan benar). Moga2 ajaran Buddha berkembang dan bermanfaat seperti yang Buddha harapkan.
Terima kasih
NB: klo ada yang tersinggung, mohon maaf ya atas ^:)^ ^:)^ ^:)^
tenang aja, ini sudah dipisah thread koq, judulnya udah beda. silahkan lanjutttt
Sesuai dengan topik: EHIPASSIKO dan KEBENARAN.
Ehipassiko: menyelami dan membuktikan kebenaran ajaran pada diri sendiri.
Kebenaran Sejati: (banyak sebutan) Nibbana, Tuhan, Kosmos, Allah, dsbnya.
Karena ini forum Buddhist, jadi kita pakai istilah "Nibbana" saja.
Jadi ajaran/tindakan manakah yg diangap benar? Sesuai dengan penjelasan Bro Markos, yaitu: Semua tindakan / ajaran yg membawa pada kebahagiaan sejati.
Buddhism mempunyai tools yg komplit dan terstruktur dalam menjelaskan "Kebahagiaan dan Jalan" ini.
Terdapat 84.000 Dhamma, yg dikompres menjadi 8 jalan mulia dan jika mau dapat dikompres lagi menjadi 3 jurus (Sila Samadhi Panna) dan kesemuanya dapat disingkat menjadi satu kata: Sati (hmmm jadi ingat siapa yah.... ;D)
Jadi, apapun tindakan kita yg mengarah pada penderitaan, itu bukanlah sesuatu yg benar.
Mohon koreksi dan tambahan dari rekan2
_/\_
::
Nibbana itu bukan kebenaran sejati...
it's just simply hilangnya Lobha,dosa dan Moha...
thus orang yg merealisasikan Nibbana dipanggil Orang Suci, yg Bangun, Buddha, Arahat...dll..
dear El Sol,
Itu hanyalah perbedaan konsep aja........ :P